Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS OBGYN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun untuk melengkapi tugas Program Internship Dokter Indonesia di Rumah Sakit

Disusun oleh:

dr. Meizon Eko Reski

Pembimbing:

dr. Noviardi, Sp.OG (K)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

RS BHAYANGKARA TK III PEKANBARU


PEKANBARU

2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus OBGYN

Mengetahui

Pendamping

(AKBP dr. Khodijah. MM) (dr. Chunin Widyaningsih,MKM)

Pembimbing

( dr. Noviardi, Sp.OG (K) )


BAB I

PENDAHULUAN

Mual dan muntah merupakan suatu keadaan fisiologis pada usia kehamilan trimester I.
Mual biasanya akan muncul pada pagi hari, namun juga dapat muncul pada setiap waktu bahkan
malam hari. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perubahan hormonal pada kehamilan yang
belum mempengaruhi aktivitas dapat disebut emesis gravidarum. Suatu keadaan mual dan
muntah berlebihan sehingga mempengaruhi keadaan aktivitas sehari – hari yang disebabkan
karena keadaan umum pasien tidak baik akibat dehidrasi disebut hiperemesis gravidarum. (1)
Sekitar 60 – 90% mual dan muntah terjadi pada awal kehamilan, yakni 60% berakhir
pada trimester I, 90% berlangsung hingga minggu ke-20, 10% hingga sepanjang kehamilan dan
5% bahkan hingga setelah melahirkan bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi lama dan
beratnya kejadian mual dan muntah pada kehamilan yaitu kehamilan pertama, usia, psikis, diet,
berat badan dan lainnya. (2)
Dalam data Swedia prevalensi mual dan muntah yang hebat dan bermasalah bervariasi
dari 0,3% hingga 10,8%. Malaysia mengidentifikasi kasus HEG sebanyak 3,9%, Asia Timur
sebanyak 3,6% dari populasi. Paling tinggi yaitu di Shanghai, China yaitu 10,8%. Penelitian
Universitas Asseut, Mesir melaporkan bahwa kasus HEG yang dirawat inap sebanyak 4,5% dari
keseluruhan wanita hamil pada pusat kesehatan wanita. Pada penelitian tiga rumah sakit di Addis
Ababa menyatakan sebanyak 74,5% wanita hamil yang melakukan ANC mengalami mual dan
muntah dan 4,4%nya dirawat dengan keadaan berat. (3)

Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah sekumpulan permasalahan dalam bentuk


gangguan pada asupan nutrisi dan metabolism, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
biasanya akan membutuhkan rawat inap. HEG dapat mempersulit 0,3 – 3 % kehamilan,
penyebab paling umum rawat inap pada trimester I, penyebab persalinan preterm, komplikasi
kehamilan yang mengancam jiwa, hingga kematian janin. Sehingga sangat penting peran
keluarga dan petugas kesehatan dalam penanganan kasus hiperemesis gravidarum. (1,3)
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. W.A

Usia : 29 tahun

Tanggal Lahir : 19 Januari 1991

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Putri Indah, Pekanbaru

No. RM : 036995

Tanggal Masuk : 18 Mei 2019

Anamnesis

Keluhan Utama : Mual dan Muntah 2 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dating ke RS BHAYANGKARA PEKANBARU dengan keluhan muntah dan mual


sejak 2 minggu yang lalu. Setiap hari muntah lebih dari 10 kali, berisi makanan dan minuman
yang dikonsumsi. Beberapa hari terakhir muntah juga disertai cairan warna kuning yang terasa
pahit. Nyeri pada ulu hati juga dikeluhkan. Kepala terasa pusing, tidak berputar. Badan terasa
lemas dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari. Mengalami pingsan 1x sebelum
masuk ke RS. BAB tidak ada. BAK ada 1 kali sehari SMRS dan sedikit. Demam tidak ada.
Pasien mengaku hamil dan telah melakukan tes pack dengan hasil positif. HPHT : 20/6/2018,
TTP : 27/3/2019, Usia Kehamilan : 8 – 9 minggu.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Diabetes melitus dan hipertensi sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit jantung dan asma
disangkal. Alergi tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga : -

Riwayat menarche :-

Riwayat menikah : 1 kali

Riwayat obstetric :

Anak I :` Lahir 2010, Pr, bbl 4000 gr, 8 th, sectio cesarea, sehat

Anak II : Lahir 2013, Lk, bbl 3500 gr, 5 th, persalinan pervaginam dengan bidan,
anak sehat.

Anak III : Hamil saat ini

Riwayat kontrasepsi : tidak ada

Riwayat Sosial : pasien mengaku memiliki beberapa masalah keluarga dan ekonomi yang
membuat pikiran dan hati pasien susah.
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan umum : Sedang, lemas

Vital Sign
Tekanan darah : 126/87 mmHg

Laju Nadi : 109 x/menit

Pernapasan : 22 x/menit

SuhuTubuh : 37,00 C

Kepala

Mata : Conjungtiva anemi (-/-), ikterik (-/-), cekung (+/+)

Pupil : Isokor 3mm/3mm

Leher : TVJ R-2cmH2O

Thoraks Anterior/posterior

Inspeksi : Statis / dinamis simetris

Palpasi : sf kanan = sf kiri, nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)


Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V, linea midcalivularis kanan .

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (+), bising (-), gallop (-), murmur (-),

Abdomen

Inspeksi : simetris, distensi (-), vena kolateral (-), scar (-)

Palpasi : organomegali (-), nyeri tekan (+) epigastrium, defans muskular (-)

Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)

Auskultasi : peristaltik kesan normal

Ekstremitas

Ekstremitas Superior : sianosis (-), pucat (-/-), edema ekstremitas inferior dan pitting edema (-/-),
Akral dingin (-/-)

Ekstremitas Inferior : sianosis (-), pucat (-/-), edema ekstremitas inferior dan pitting edema (-/-),
Akral dingin (-/-)
Status Obstetrik :

Leopod : Belum dilakukan

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (18 Mei 2019)

Pemeriksaan Laboratorium Hasil Nilai Normal

Darah Rutin

Hb 13,6 gr/dl 11-16,5 gr/dl

Ht 37,7 % 35-55 %

Leukosit 8320 /mm3 3.500-10.000/mm3

Eritrosit 4,46 x 106 /µL 3,5-5,5 jt/ µL

Trombosit 406.000 / mm3 100.000-400.000/mm3

MCV 81 fL 75-100 fL

MCH 29,2 pg 25-35 pg

MCHC 36,1 % 31-38 %

RDW 14,9 % 11,5-16,0 %

MPV 4,9 fL 8,0-11,0 fL

Hitung Jenis

Granulosit 66,2 % 35,0-80,0 %

Limfosit 25,8% 15,0-50,0 %

Monosit 8,5% 2,0 – 15,0 %


Ultrasonografi (18 Mei 2019)

Kesimpulan :

Usia kehamilan 8 – 9 minggu.

Diagnosis

Diagnosis Kerja :

Hiperemesis Gravidarum pada G3P2A0 gravid 8 – 9 minggu

Rencana Penatalaksanaan

Terapetik

IVFD RL Loading 500 ml selanjutnya RL + 1 Amp Neurobion / 8 jam

Injeksi Ranitidine 50 mg /12 jam

Injeksi Ondansetron 4 mg/ 12 jam

Edukasi : 1. Bed rest

2. Semangat dalam kehamilan, disertai dukungan keluarga

3. Makan teratur dan gizi cukup seimbang

FOLLOW UP

Tanggal 19 Mei 2019 (H-I)


S Mual (+) Muntah (+) 1 kali, Pusing (-), Badan lemas (+), Nafsu makan
sudah ada, BAB (-) Demam(-)
O:
Kesadaran GCS 15
Tekanan darah 100/70 mmHg
Nadi 86 x/menit isi dan tegangan cukup
Pernafasan 20 x/menit
Suhu 36,6oC
Kepala Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), faring hiperemis (-),

Thorax Simetris, retraksi (-), Ves (+) N, reonkhi (-/-), wheezing (-/-)
BJ I-II reg, Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen Nyeri Tekan (+) berkurang, hepar tak teraba, shifting dullnes (-), BU
(+) N
Ekstremitas
Akral hangat (+), pucat (-), CRT > 2 detik

A Hiperemesis Gravidarum pada G3P2A0 gravid 8 – 9 minggu

P IVFD RL + 1 Amp Neurobion / 8 jam

Injeksi Ranitidine 50 mg /12 jam

Injeksi Ondansetron 4 mg/ 12 jam

Bed Rest

Tanggal 20 Mei 2019 (H-II)


S Mual (-) Muntah (-), Pusing (-), Nafsu makan meningkat, BAB (+)
Demam(-)
O:
Kesadaran GCS 15
Tekanan darah 120/75 mmHg
Nadi 84 x/menit
Pernafasan 20 x/menit
Suhu 36,5oC

Kepala Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), faring hiperemis (-),
Thorax Simetris, ves (+) N, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Nyeri Tekan (-), hepar tak teraba, shifting dullnes (-), BU (+) N

Ekstremitas Akral hangat, pucat (-) Udema (-), CRT < 2”


 

A Hiperemesis Gravidarum pada G3P2A0 gravid 8 – 9 minggu


P IVFD RL + 1 Amp Neurobion / 8 jam

Injeksi Ranitidine 50 mg /12 jam

Injeksi Ondansetron 4 mg/ 12 jam

Terapi pulang :

Ranitidine 2 x1 tab

Ondansetron 2 x 1 tab

Bed Rest dirumah

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan mual dan muntah pada kehamilan yang
mengganggu aktivitas sehari – hari. Keadaan ini dapat membuat ibu hamil dehidrasi dan
gangguan elektrolit dan penurunan berat badan. Pada keadaan berat harus dilakukan hospitalisasi
dan penanganan khusus. (1,4)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang menyebabkan
gejala klinis dehidrasi, berat badan menurun, delirium, diplopia, nistagmus dan serta bisa

ditemukan keton dalam darah akibat metabolisme anaerob. (5)

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang buruk akibat dehidrasi. (1)

Epidemiologi
Beberapa penelitian menyatakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari
kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida. Dari
seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami hiperemesis
gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan
dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9- 10 minggu, puncaknya pada usia
kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14
minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.
(1)
Dalam data Swedia prevalensi mual dan muntah yang hebat dan bermasalah bervariasi
dari 0,3% hingga 10,8%. Malaysia mengidentifikasi kasus HEG sebanyak 3,9%, Asia Timur
sebanyak 3,6% dari populasi. Paling tinggi yaitu di Shanghai, China yaitu 10,8%. Penelitian
Universitas Asseut, Mesir melaporkan bahwa kasus HEG yang dirawat inap sebanyak 4,5% dari
keseluruhan wanita hamil pada pusat kesehatan wanita. Pada penelitian tiga rumah sakit di Addis
Ababa menyatakan sebanyak 74,5% wanita hamil yang melakukan ANC mengalami mual dan
muntah dan 4,4%nya dirawat dengan keadaan berat. (3)
Etiologi

Penyebab pasti dari keadaan mual dan muntah yang berlebihan secara pasti tidak
ditemukan. Namun merupakan pengaruh dari perubahan hormone, anatomi dan psikis ibu hamil.
Beberapa hal berikut menjadi factor penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum :
1 Predisposisi : primigravida, molahidatidosa, kehamilan ganda. (6)
2 Psikologis Ibu
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang peranan yang cukup
penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum. (1)
3 Fisik
a. Perubahan Hormon :
- Peningkatan hormone estrogen dan progesterone
- Peningkatan hormone HCG yang mencolok dan belum teradaptasi
b. Masuknya vili korealis ke dalam sirkulasi darah ibu.
c. Gizi, keadaan anemia dapat meningkatkan hiperemesis gravidarum. (5)

Patofisiologi

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi
iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks
terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detektor muntah, mekanisme
integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan
melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima
rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone
(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. (4)
Gambar 1. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Terdapat banyak teori patofisiologi terjadinya hieperemesis gravidarum :

1. Teori Psikosomatis
Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan gangguan
psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak direncanakan
dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya
perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan hal tersebut dapat menjadi faktor
psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.

2. Teori Endokrin’
Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
dapat menjadi faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu
mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat.
Refleks esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam
hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga
menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan muntah.

Hormone progesterone membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga plasenta


di dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi untuk mencegah gerakan kontraksi atau
pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini dapat "mengembangkan" pembuluh darah
sehingga menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa Anda sering pusing saat
hamil. Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung
atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu,
meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, dan mual.

3. Teori Metabolik
Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.
Mekanisme mual dan muntah dipengaruhi oleh keseimbangan oleh dopamine, serotonin,
histamine dan asetilkolin. Apabila serotonin rendah maka reflek untuk mual dan muntah
meningkat. Sehingga vitamin B6 dan tritopan dalam protein yang rendah dalam tubuh
akan menurunkan kadar serotonin.

4. Teori Imunologi
Teori ini menggambarkan adanya suatu embrio yang tumbuh menjadi janin merupakan
suatu benda asing dalam tubuh ibu hamil. Sehingga terdapat reaksi penolakan sebelum
terjadinya adaptasi yang baik terhadap semua perubahan dalam tubuh ibu.

Hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih kontroversial. Hiperemesis gravidarum


dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam
aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. (1)
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan
menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium
dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan
dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan
frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita. (1)

Gambar 2. Patofisologi dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

Tanda dan Gejala

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga
tingkatan, yaitu : (4)
1.Tingkat Pertama :

- Muntah berlangsung terus menerus


- Makan berkurang
- Berat badan menurun
- Turgor menurun
- Nyeri pada epigastrium
- Tekanan darah menurun
- Nadi meningkat
- Lidah kering
- Mata cekung

2.Tingkat Kedua :

- Penderita tampak lemas


- Gejala dehidrasi makin tampak : turgor turun makin jelas, mata cekung, lidah
kotor dan kering
- Tekanan darah turun
- Nadi meningkat
- Berat badan makin turun
- Mata ikterus
- Gejala hemokonsentrasi makin turun : urin berkurang dan badan aseton dalam
urin meningkat
- Gangguan BAB
- Gangguan kesadaran : apatis
- Napas bau aseton

3.Tingkat Ketiga :

- Muntah berkurang
- Keadaan umum ibu makin menurun : Tekanan darah menurun, nadi meningkat,
suhu meningkat dan dehidrasi makin berat.
- Gangguan fungsi hati
- Gangguan kesadaran : somnolen sampai koma (komplikasi SSP)

Diagnosis
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang
oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari- hari. Selain itu dari
anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi
dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus,
dan tumor serebri).

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid
dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah,
tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita
hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan
berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun
mola hidatidosa.
Penatalaksanaan
1. Terapi Parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme kompensasi
yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi gangguan hemodinamik, uterus
termasuk organ non vital sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus hiperemesis
gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan
(pure dehidration). Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh
yang hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk
keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara
cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan
ada tidaknya asidosis. (1,4)

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa
5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium
dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena apabila terjadi kekurangan protein. (1,4)

Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi
inisial berdasarkan sistiem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut
ini :

- Muntah : 1
- Suara parau : 2
- Apatis : 1
- Somnolen, spoor, koma : 2
- TD ≤ 90 mmHg : 1
- TD ≤ 60 mmHg : 2
- Nadi ≥ 120 x/ menit : 1
- Frekuensi napas > 30x/menit : 1
- Turgor kulit menurun : 1
- Facies Cholerica (mata cowong) : 1
- Ekstremitas Dingin : 1
- Washer women’s hand : 1
- Sianosis : 1
- Usia 50 – 60 tahun : 1
- Usia >60 tahun : 1
Jumlah cairan dalam 2 jam dapat dihitung : (1)

Defisit : (jumlah poin / 15) x 10% BB x 1 Liter

2. Terapi Medikamentosa
Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas. Namun harus diingat untuk
tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya
suplemen multivitamin, antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan
kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin
B6). Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti
histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian antihistamin
bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak
langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah.(1,4)

Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan
muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin antagonis
yang dianjurkan adalah ondansetron. Odansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis
gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain. Sementara itu
pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan
trimester pertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan. (1,4)

3. Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada derajat
muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan peneriamaan penderita terhadap rencana pemberian
makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus digunakan. Bila peroral
menemui hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric tube (NGT). Saluran cerna
mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme
defensif untuk menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke
hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi. (1,4)

Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan adalah makanan
dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah protein dan rendah lemak, hindari
suplementasi besi untuk sementara, hindari makanan yang emetogenik dan berbau sehingga
menimbulkan rangsangan muntah. (1,4)

4. Terapi Isolasi dan Psikologi


Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran udara
yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk keluar masuk
kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan masuk. Pasien tidak diberikan makan ataupun
minum selama 24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan. (1,5)

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini.
Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda,
dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan. (4,5)

Prognosis

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.


Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan 20-22
minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu
dan janin. (1,7)
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien dating ke RS BHAYANGKARA PEKANBARU dengan keluhan mual dan muntah


lebih dari 10 kali sejak 2 minggu yang lalu. Muntah berisikan makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Beberapa hari terakhir muntah juga disertai cairan warna kuning yang terasa pahit.
Nyeri pada ulu hati juga dikeluhkan. Kepala terasa pusing, tidak berputar. Badan terasa lemas
dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari. Pasien mengaku hamil dan sudah melakukan
tes pack dengan hasil positif. HPHT : 20/6/2018.

Berdasarkan kasus diatas sesuai dalam teori yang disebutkan bahwa mual dan muntah
merupakan suatu keadaan fisiologis pada usia kehamilan trimester I. Keadaan mual muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum
pasien yang buruk akibat dehidrasi disebut dengan hiperemesis gravidarum.

Pasien mengaku sudah pernah berobat ke Puskesmas namun keluhan mual dan muntah
tidak berkurang. Berdasarkan cerita pasien bahwa ia memiliki masalah keluarga dan ekonomi.

Sangat penting menggali keadaan psikologis ataupun masalah pasien. Berdasarkan teori
salah satu faktor penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum adalah keadaan stress dan masalah
pasien yang membuatnya terbebani. Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang peranan yang
cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemas. Vital sign pasien
dengan nadi meningkat (109 kali / menit). Mata konjuntiva tidak anemis, namun tampak cekung.
Nyeri tekan pada ulu hati. Akral dingin pada ektermitas atas maupun bawah. Keadaan buang air
kecil sedikit dan hanya 1 kali sehari.

Berdasarakan teori hiperemesis gravidarum memiliki 3 tingkatan. Penting untuk menilai


tingkatan keadaan hiperemesis gravidarum untuk mempertimbangkan hospitalisasi dan
penatalaksanaan. Keadaan pasien pada kasus ini sesuai dengan tingkatan 2 yaitu keadaan pasien
seperti berikut ini, penderita tampak lemas, gejala dehidrasi makin tampak : turgor turun makin
jelas, mata cekung, lidah kotor dan kering, tekanan darah turun, nadi meningkat, berat badan
makin turun, mata ikterus, gejala hemokonsentrasi makin turun : urin berkurang dan badan
aseton dalam urin meningkat, gangguan BAB, gangguan kesadaran : apatis, dan napas bau
aseton.

Pemeriksaan penunjang didapatkan laboratorium darah dalam batas normal. Pada USG
didapatkan janin tunggal hidup dengan usia 8 – 9 minggu. Pemeriksaan penunjang dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pada keadaan
tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid
dengan parameter TSH dan T4. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis,
gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan
ginjal, tentunya akan disesuaikan dengan kebutuhan dan fasilitas di Rumah Sakit. Darah lengkap
dapat kita pantau keadaan nilai hemoglobin pasien, hematokrit untuk melihat hemokonsentrasi
atau apakah ada suatu infeksi yang kita lihat dari leukosit. Dari elektrolit dapat menggambarkan
keadaan dehidrasi dan cairan tubuh pasien. Pasien dengan HEG cenderung akan mengalami
gangguan elektrolit. Gula darah penting dilakukan pemeriksaan untuk melihat kadar glukosa
dalam darah ibu dengan keadaan mual dan muntah berlebihan. Urinalisa dilakukan menilai
aseton untuk melihat apakah terjadi reaksi metabolik anaerob. USG dilakukan selain untuk
menilai kepastian kehamilan dan keadaan janin dapat juga menyingkirkan faktor resiko gemeli
atau kehamilan ganda dan mola.

Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu resusitasi cairan dengan loading 500 ml RL dan
dilanjutkan dengan maintenance 20 tetes/menit ditambah neurobion 1 ampul. Kemudian
diberikan injeksi ranitidine 1 ampul per 12 jam dan ondansetron 1 Ampul per 12 jam. Pasien
dilakukan rawat inap, bedrest dan diberikan edukasi tentang keadaan mual dan muntah pada ibu
hamil serta faktor resiko dan efek dari keadaan mual dan muntah berlebihan.

Berdasarkan teori disebutkan resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah
mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah berkurang.
Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi
karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi
yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan
komposisi cairan yang tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi
harus memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan,
defisit natrium, defisit kalium dan ada tidaknya asidosis. Dapat diberikan cairan parenteral yang
cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis
sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B
kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi
kekurangan protein.

Kemudian dapat diberikan terapi medikamentosa untuk mual dan muntah. Edukasi
kebutuhan makanan dan nutrisi. Serta terapi psikologis untuk pasien. Perlu diyakinkan kepada
pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan
persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan
muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan biasanya akan menghilang
setelah usia kehamilan 4 bulan.

Keadaan pasien mengalami perbaikan setelah rawatan hari pertama. Makan dan minum
sudah bisa. Muntah tidak ada, mual sudah berkurang. Dilakukan rawat jalan dengan edukasi
makan dan minum yang seimbang, edukasi muntah merupakan keadaan fisiologis kehamilan,
edukasi tentang psikologis ibu dan keluarga, serta edukasi kebersihan.

Berdasarakan teori dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum


sangat memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia
kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat
membahayakan jiwa ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ary, Widayana; I, Wayan Megadhana; Ketut, Putra Kemara;. (2015). Diagnosis dan
Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum. Portal Garuda , 88 -97.

2. Chattopadhyay, Sisir K; Narayanaswamy, M;. (2011). Obstetrics for Undergraduates.


Newdelhi: B.I Publications.

3. Fergus, P. M., Jennifer, E. L., & Richard, A. G. (2014). Hyperemesis gravidarum: current
perspectives. International Journal of women's Health , 6, 719-725.

4. Hailemariam, Segni; Dereje, Ayana; Habtamu, Jarso;. (2016). Prevalence of Hyperemesis


Gravidarum and Associated Factors Among Pregnant Woman at Jimma University
Medical Center , South West Ethiopia. Ec Gynaecology , 3 (5), 376-387.

5. Manuaba, I B G; Manuaba, Ida Ayu Chandranita; Manuaba, Ida B G Fajar;. (2015).


Pengantar Kuliah Obstetri (3 ed.). Jakarta: EGC.

6. Manuaba, Ida Ayu Chandranita; Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar; Manuabu, Ida Bagus
Gde;. (2015). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC.

7. Sastrawidjaya, Sulaiman; Martaadisubrataa, Djamhoer; Wirakusumah, Firman F;. (2010).


Patalogi Obstetri (II ed.). Bandung: EGC.

Anda mungkin juga menyukai