Anda di halaman 1dari 66

OLEH

DHITA NATASHA DWIRIYANTI.H


1108111659

PEMBIMBING:

DR. ELFADRI ABDAH, SP.B (K) ONK, M.


KES
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
KANKER PAYUDARA

 neoplasma ganas yang berasal dari sel epitel pada


glandulla mamma.

 Berdasarkan IARC tahun 2008, insidensi kanker


payudara diperkirakan 10,9% dari semua kanker &
22,9 % dari kanker yang terjadi pada perempuan.
 Berdasarkan data IARC 2008  kanker payudara
menempati urutan pertama seluruh kanker pada
perempuan
 Insidensi
Amerika Serikat  Menurut American Cancer
Society tahun 2011
 lebih dari 2,6 juta jiwa
 kasus baru kanker payudara invasive diperkirakan
sekitar 230.480 jiwa dan kasus baru kanker non-
invasive diperkirakan sekitar 57.650 jiwa
 diperkirakan sekitar 39.520 jiwa Ϯ
INDONESIA

 Insidensi  masih belum dapat diketahui secara


pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis
populasi yang dilaksanakan.
 Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2007 , kanker payudara telah
menempati urutan pertama pada pasien rawat
inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), kemudian
disusul kanker leher rahim (11,78%).
1.2 Batasan Masalah
1. Anatomi, dan fisiologi payudara

2. Definisi, epidemiologi, faktor risiko,


stadium, prosedur diagnosis, screening,
penatalaksanaan, follow up, dan
prognosis kanker payudara.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan case ini adalah
 Memahami tentang kanker payudara.
 Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang
kedokteran khususnya bagian ilmu bedah.
 Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.

1.4 Metode Penulisan


 Penulisan case ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan
mengacu kepada beberapa literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 Perdarahan payudara berasal:
 Rami mammarii mediales
 Arteri mammarii lateralis
 Pada bagian medial, drainase vena
mengalir ke v. thoracica interna
 Bagian lateral ke vena axillaris.
 Drainase juga dilakukan oleh v.
intercostalis posterior (berjalan pada
sela iga kedua dan ketiga) 
drainase vena mengalir ke vena
intercostalis suprema, (pada sisi
kanan : cabang dari lengkungan
vena azigos dan pada sisi kiri :
cabang dari vena brachiocephalica
kiri)
Drainase limfatikus dari tiga kelompok nodus limfatikus yaitu:
Surgical Level
1. Level I : kelompok kelenjar getah
bening yang berada di lateral m.
pektoralis minor yang meliputi
kelompok kelenjar getah bening
mammaria eksterna dan kelenjar
getah bening vena aksilaris.
2. Level II : kelenjar getah bening di
posterior m. pectoralis minor yakni
kelenjar getah bening sentral
3. Level III : kelenjar getah bening di
sebelah medial m. pektoralis minor
sampai ligamnetum Halsted yaitu
kelompok kelenjar getah bening
subklavikula.
KANKER
PAYUDARA

 Definisi
Karsinoma (kanker) merupakan neoplasma ganas yang
berasal dari sel epitel

Kanker payudara adalah neoplasma ganas yang berasal dari


sel epitel pada glandulla mamma.
Epidemiologi
 Menurut Muchlis Ramli dkk pada penelitian di
RSCM pada tahun 2008, didapatkan stadium III A
dan III B sebanyak 43,4%, stadium IV sebanyak
14,3%, corakan ini berbeda dengan negara maju
dimana lebih didominasi oleh stadium dini.
No Faktor Risiko Risiko Relatif
1. Usia. Meningkat
setelah usia 30
tahun
2. Riwayat keluarga 1,2 - 3

3. Riwayat haid
Usia menarche < 12 tahun 1,3
Usia menopause > 55 tahun 1,5-2,0

4. Kehamilan
Kelahiran anak pertama dengan usia 25-29 tahun 1,5
Kelahiran anak pertama setelah usia 30 tahun 1,9
Kelahiran anak pertama setelah usia 35 tahun 2,0-3,0
Nulipara 3,0

5. Penyakit payudara jinak


Penyakit proliferatif 1,9
Penyakit proliferatif dengan hiperplasia atipikal 4,4
Karsinoma lobularis in situ 6,9-12
KLASIFIKASI
Malignant (
Carcinoma )
Non invasive carcinoma
 Non invasive ductal carcinoma
Invasive carcinoma
 Lobular carcinoma in situ
Invasive ductal carcinoma
 a1. Papillobular carcinoma
 a2. Solid-tubular carcinoma
 a3. Scirrhous carcinoma
 b) Special types
 b1. Mucinous carcinoma
 b2. Medullary carcinoma
 b3. Invasive lobular
carcinoma
Stage Primary Tumor Regional Lymph Nodes Distant Metastasis

Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC Any T N3 M0
Stage IV Any T Any N M1
Diagnosis

Anamnesis

Pem. Fisik

Pem.
Penunjang
Anamnesis
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat
penyakitnya :

 Benjolan  Perubahan warna


kulit
 Kecepatan tumbuh
 Benjolan ketiak
 Rasa sakit
 Edema lengan
 Nipple discharge
 Krusta pada areola
 Nipple retraksi dan  Kelainan kulit:
sejak kapan dimpling, peau
d’orange, ulserasi,
venektasi
Benjolan pada payudara Nipple discharge
Skin Dimpling
Nipple Retraction peau d’orange
b. Keluhan ditempat lain berhubungan
dengan metastasis, antara lain :

 Nyeri tulang (vertebra,


femur)yang terus-
menerusdan semakin berat
 Rasa sakit dan penuh di ulu
hati
 Batuk kronis dan sesak napas
 Sakit kepala hebat, muntah
Pemeriksaan Fisik
1. Status generalis
2. Status lokalis : (inspeksi dan palpasi)
- pemeriksaan payudara kanan & kiri
- massa tumor
-perubahan kulit
-papila mamma
-KGB regional
-pemeriksaan organ yang dicuriga terjadi
metastasis
Inspeksi dan Palpasi
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiodiagnostik / Imaging :
 Diharuskan (recommended)
 USG payudara dan Mamografi untuk tumor ≤ 3 cm.
 Foto Toraks.
 USG Abdomen (hepar).
 Optional (atas indikasi)
 Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi +
atau klinis sangat mencurigai pada lesi > 5 cm).
 CT scan

2. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy – sitologi


3. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard
Diagnostic)

4. Laboratorium
SCREENING
(Penapisan Kanker
Payudara)
1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
2. Mamografi.
Mammografi…
Mammografi

 Dapat dilakukan pada :


 usia 35–50 tahun  setiap 2 tahun
 Usia > 50 tahun setiap 1 tahun.

 Gambaran mamografi untuk lesi ganas dibagi


atas tanda primer dan sekunder.
Penatalaksaan Kanker
Payudara
1. Operasi
2. Kemoterapi
3. Radioterapi
4. Terapi Hormonal
5. Targeted (Biologik) terapi
Stadium nol (T0, DCIS,
LCIS, Paget)
 Ductal Carcinoma In Situ, penanganan
berdasarkan Van Nuys Prognostic Index (VNPI)

Score Vun Nuys Prognostic Index


Score 1 2 3

Ukuran (cm) < 1,5 1,5-4 >4

Batas sayatan > 1 cm 9-10 mm <1 mm


Non high grade High grade dengan
Klasifikasi Non high grade
dengan atau
Histopatologi Tanpa nekrosis nekrosis Tanpa nekrosis
1. Score VNPI 3-4 cukup
dilakukan eksisi tumor
dengan batas 1 cm diseksi
aksila dan adjuvant radiasi
tidak diperlukan
2. Score VNPI 5-7 dilakukan
eksisi tumor dengan batas
lebih dari 1 cm, diseksi
aksila dan radiasi tidak
diperlukan.
3. Score VNPI 8-9 dilakukan
mastektomi dengan dan
tanpa rekonstruksi, diseksi
tergantung sentinel,
 Lobular Carsinoma In Situ (LCIS)
 cukup dilakukan observasi dengan pemeriksaan klinik tiap 6-
12 bulan dan mammografi tiap tahun
 Untuk mengurangi risiko diberikan tamoxifen pada
premenopous
 Penyakit paget jika tidak disertai adanya tumor dilakukan
mastektomi simple dengan atau tanpa rekonstruksi
Stadium dini (Stadium I
dan II)
 Pembedahan berupa nipple sparing mastectomy
(NSP), skin sparing mastectomy (SSM), breast
conserving surgery (BCT), dan modified radical
mastectomy (MRM).
 Pemilihan jenis pembedahan ini tergantung pada
ukuran, lokasi, dam jenis tumor juga
rekonstriksinya.
Stadium Lokal Lanjut
(Stadium IIIA, IIIB, IIIC)
 Jika operable dilakukan modified radical
mastectomy (MRM) atau Classic radical
mastectomy (CRM) kemudian dilanjutkan
adjuvant kemoterapi dan radioterapi.
 Jika inoperable diberikan neoadjuvant
kemoterapi 3 siklus kemudian dievaluasi
responnya, jika respon parsial atau respon
komplet dilakukan MRM atau CRM.
 Pasca pembedahan kemoterapi
dilengakapi sampai 6 siklus, 1 bulan pasca
kemoterapi diberikan radiasi lokoregional..
Stadium Lanjut (IV)

 Penanganan bersifat paliatif tergantung lokasi


dan kondisi metastasis.
 Terapi utama adalah sistemik (kemoterapi,
hormonal terapi, targeted terapi, dan
bisphoshonate)
 Pada kondisi tertentu  terapi lokal (radiasi dan
pembedahan)
Follow Up
Beberapa senter di Indonesia menganjurkan interval kontrol
sebagai berikut:
Tahun 1 dan 2 : Kontrol setiap 2 bulan
Tahun 3 s/d 5 : Kontrol setiap 3 bulan
Tahun > 5 : Kontrol setiap 6 bulan
---ATAU---
6 bulan pertama : Kontrol setiap 1 bulan
6 bulan s/d 3 tahun : Kontrol setiap 3 bulan
> 3 tahun s/d 5 tahun : Kontrol setiap 6 bulan
> 5 tahun : Kontrol setiap tahun
PROGNOSIS

PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi


Indonesia) pada tahun 2003, Survival rates per
stadium adalah:

1. Stadium 0 : 10 years survival ratenya 98%


(nonpalpeble breast cancer
terdeteksi oleh Mammografi/USG)
2. Stadium I : 5- years survival ratenya 85%
3. Stadium II : 5- years survival ratenya 60-70%
4. Stadium III : 5- years survival ratenya 30-50%
5. Stadium IV: 5- years survival ratenya 15%
BAB III
Case
report
Case report

 Nama : Ny. M
 Umur : 31 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 MRS : 9 Februari 2016
 RM : 915239
Keluhan utama

 Pasien mengeluhkan keluar cairan dari puting


susu sebelah kanan
Riwayat Penyakit
Sekarang
 Pasien mengeluhkan keluarnya cairan dari puting
susu kanan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Cairan berwarna kuning kemerahan. Awalnya
pasien mengeluhkan nyeri pada payudara kanan
ketika ditekan keluar cairan berwarna putih
kekuningan. Sejak 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit pasien merasakan adanya benjolan pada
payudara kanan sisi dalam diatas puting susu.
Benjolan dirasakan pasien sebesar telur puyuh.
Pasien tidak mengeluhkan demam, mual dan
muntah. Pasien juga tidak mengeluhkan penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan. Pasien
tidak pernah menyusui pada payudara kanan
dikarenakan puting susu yang tertarik ke dalam.
 - Pasien tidak mengeluhkan ada benjolan di
sekitar ketiak.
 - Pasien tidak ada mengeluhkan sesak nafas,
batuk, mual, muntah, nyeri kepala, sakit pada
tulang-tulang terutama tulang punggung dan
tidak mengeluhkan perut terasa penuh.
Faktor Resiko
 Pasien menikah saat usia 25 tahun
 Haid pertama saat usia 13 tahun
 Riw persalinan
 2010. Laki-laki. Spontan. 2700 gram. Cukup bulan.
Bidan. Tidak menyusui.
 2013. Laki-laki. Spontan. 3200 gram. Cukup bulan.
Dokter. Tidak menyusui.
 2014. Laki-laki. Spontan. 2300 gram. Cukup bulan,
Dokter Menyusui selama 2 tahun
 Tidak ada riwayat kista ovarium atau operasi
mioma uteri.
 Ada riwayat penggunaan kb hormonal selama 5
tahun.
 Riwayat benjolan pada payudara sebelumnya (-)
 Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
 Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang
sama
 Riwayat Pengobatan
Belum ada mengobati keluhan.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Kista ovarium (-), Mioma uteri (-), Hipertensi (-),
Diabetes Melitus (-), pasien tidak pernah mengeluhkan hal
yang sama sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada mengeluhkan penyakit yang sama, tumor
payudara (-)
Diabetes Melitus (-) Hipertensi (-)
PEMERIKSAAN FISIK (9 Februari
2016)
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Komposmentis GCS : 15 (E4 M6 V5)
 Skala Karnofsky : 100 %
 Status Gizi : Baik
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Pernafasan : 18x/menit
 Nadi : 83x/menit
 Suhu : 36,7ºC
Status Generalis
 Mata : konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya +/+
 Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
Peningkatan JVP (-)
 Pemeriksaan Toraks
 Paru
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Penggunaan otot bantu nafas (-)
 Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-), ronkhi (-)
 Jantung (Dalam batas normal)
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi: S1 dan S2 reguler, murmur tidak ada, gallop tidak
ada
 Abdomen (Dalam batas normal)
 Inspeksi : perut membuncit, scar (-), sewarna kulit
 Auskultasi: bising usus normal 10 x/menit
 Perkusi : timpani pada seluruh lapangan abdomen
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, massa tidak
teraba, undulasi (-)
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
 Pemeriksan kelenjar limfe : Tidak teraba benjolan.
Status Lokalis

Inspeksi : Tampak retraksi pada papila mammae dextra, terlihat mamae


asimetri kanan dan kiri, terlihat benjolan pada regio media superior dextra sewarna kulit,
permukaan licin, tidak terlihat ulkus, tidak ada dimple, tidak ada peau d’orange.

Palpasi : Teraba benjolan pada mamae dextra, keras, terfiksir, permukaan


rata, ukuran 3x2 cm. Terdapat nyeri tekan pada benjolan.
Diagnosis Kerja

 Tumor mamae suspek malignansi belum


metastase kelenjar getah bening dan metastase
jauh suspek ca mamae invasif upper inner dextra
stadium2A (T2N0MX)
Resume
 Ny. M usia 31 tahun, datang dengan keluhan utama keluar
nanah dari puting susu payudara kanan sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, awalnya dirasakan nyeri pada
payudara kanan ketika ditekan keluar nanah. 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan adanya
benjolan pada payudara kanan sebesar telur puyuh. Pasien
memiliki 3 orang anak dan tidak pernah menyusui dari
payudara kanan disebabkan retraksi papila mamae. Pasien
memiliki riwayat penggunaan kb hormonal selama 5 tahun.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanyan retraksi pada
papila mammae dextra, terlihat benjolan pada regio media
superior dextra sewarna kulit,permukaan licin, pada palpasi
teraba benjolan pada mamae dextra, keras, terfiksir,
permukaan rata, ukuran 3x2 cm. Terdapat nyeri tekan pada
benjolan.
 Usulan Pemeriksaan Penunjang
 Darah Rutin, Kimia Darah, Rotgen Thorax, USG Mammae
dan Abdomen , Mamorafi, Histopatologi, Pemeriksaan
Imunohistokimia.
 Rencana Penatalaksanaan
 Mamografi
 USG mamae
 Biopsi FC
 Prognosis
 Dubia et bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
 Dalam mendagnosis karsinoma mamae digunakan
metode tripple diagnose
 Tumor mamae suspek malignansi belum metastase
kelenjar getah bening dan metastase jauh suspek ca
mamae invasif upper inner dextra stadium2A (T2N0MX)
Anamnesis
 pasien mengeluhkan adanya benjolan yang membesar
kurang lebih 1 bulan ini, benjolan yang dirasakan terasa
nyeri dan ketika ditekan keluar cairan seperti nanah dari
puting susu. Pasien memiliki 3 orang anak dan tidak
pernah menyusui pada payudara kanan karena puting
susu yang tertaik ke dalam. Menurut penelitian, proses
menyusui dapat mengurangi insidensi kejadian kanker
payudara karena pada proses menyusui membantu
terjadinya anovulasi dan mampu mengeluarkan
karsinogen. Kanker payudara sangat erat dengan
faktor resiko, dimana pada pasien ini didapatkan
riwayat menggunakan kb hormonal selama 5 tahun.
Pemeriksaan Fisik

 adanyan retraksi pada papila mammae dextra, terlihat


benjolan pada regio media superior dextra sewarna
kulit,permukaan licin, pada palpasi teraba benjolan
pada mamae dextra, keras, terfiksir, permukaan rata,
ukuran 3x2 cm. Terdapat nyeri tekan pada benjolan.
Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
pasien dapat didiagnosis kerja dengan Tumor mamae
suspek malignansi belum metastase kelenjar getah
bening dan metastase jauh suspek ca mamae invasif
upper inner dextra stadium2A (T2N0MX)
 Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanyan
retraksi pada papila mammae dextra, terlihat benjolan
pada regio media superior dextra sewarna
kulit,permukaan licin, pada palpasi teraba benjolan
pada mamae dextra, keras, terfiksir, permukaan rata,
ukuran 3x2 cm. Terdapat nyeri tekan pada benjolan.
Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
pasien dapat didiagnosis kerja dengan Tumor mamae
suspek malignansi belum metastase kelenjar getah
bening dan metastase jauh suspek ca mamae invasif
upper inner dextra stadium2A (T2N0MX)
 Untuk dapat menegakan diagnosis pasti pada pasien ini
harus dilakukan biopsi FC yang akan di lakukan
pemeriksan patologi anatomi untuk melihat jenis sel bebas
tumor, dan untuk melihat imunohistokimia, Sehingga
dapat diketahui pengobatan yang sesuai pada jenis
kanker tersebut. Selain biopsi perlu dilakukan pemeriksaan
rontgen thorax, usg abdomen dan bila ada keluhan nyeri
pada tulang dilakukan pemeriksaan bone scan karena
pada karsinoma mamae terjadi penyebaran melalui
limfogen dan hematogen. Pada penyebaran hematogen
dapat bermetastasi pada hepar, pulmo, tulang dan otak.
Dari USG dilihat apakah ada tanda metastasi pada hepar
dan pada rontgen thorax dinilai apakah adanya coin
lession pada pulmo.
 Survival rates untuk wanita yang didiagnosis
karsinoma mammae antara tahun 1983-1987
telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan,
epidemiologi dan hasil akhir program data,
didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk
stadium IIa sebesar 70%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai