Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

CA MAMMAE dengan Tindakan MASTECTOMY

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Surgikal di IKO RS PANTI NIRMALA

Putri Sakinah
NIM: 180070300111033

Disusun Oleh:

Putri Sakinah
NIM. 180070300111033
KELOMPOK 1A

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
CA MAMMAE

1. Pengertian
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak menyerang
wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak
teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi
benjolan tumor (kanker) (Wijaya & Putri, 2013).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara
dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel (Brunner & Sudart, 2005).
Kanker payudara adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan
seluler dan merupakan kelompok penyakit, bukan penyakit tunggal (Tucker dkk, 1998).
2. Klasifikasi
PENENTUAN UKURAN TUMOR, PENYEBARAN KE KELENJAR LIMFE DAN TEMPAT
LAIN PADA CARCINOMA MAMMAE
TUMOR SIZE (T)
TX Tidak ada tumor
T0 Tidak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
T1 Tumor dengan diameter 2 cm atau kurang
T1a diameter 0,5cm atau kurang, tanpa fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
T1b >0,5 cm tapi kurang dari 1 cm, dengan fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
T1c >1 cm tapi < 2 cm, dengan fiksasi terhadap fascia
dan/muskulus pectoralis
T2 Tumor dengan diameter antar 2-5cm
T2a tanpa fiksasi terhadap fascia dan/muskulus pectoralis
T2b dengan fiksasi
T3 Tumor dengan diameter >5 cm
T3a tan pa fiksasi, T3b dengan fiksasi
T4 Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan
secar langsung ke dalam dinding thorak dan kulit

REGIONAL LIMFE NODES (N)


NX Kelenjar ketiak tidak teraba
N0 Tidak ada metastase kelenjar ketiak homolateral
N1 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa
digerakkan
N2 Metastase ke kelenjar ketiak homolateral yang melekat terfiksasi
satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya
N3 Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler atau
intraklavikuler terhadap edema lengan
METASTASE JAUH (M)
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara
STADIUM KLINIS KANKER PAYUDARA
STADIUM T N M
0 T1s N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N2 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
IIIB T4 Semua N M0
Semua T N3 M0
IV Semua T Semua N M1

3. Etiologi
Tidak ada satupun sebab spesifik, sebaliknya terdapat serangkaian faktor
genetik, hormonal dan kemudian kejadian lingkiungan dapat menunjang terjadinya
kanker payudara.
Wijaya & Putri, 2013 menjelaskan, penyebab dari kanker payudara masih belum
jelas, tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan
payudara yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan familial.
1. Wanita risiko tinggi daripada pria (99:1)
2. Usia: risiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
3. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga kanker payudara pada ibu/saudara
perempuan
4. Riwayat menstrual
- Early menarche (sebelum 12 tahun)
- Late menopause (setelah 50 tahun)
5. Riwayat kesehatan
6. Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun, menggunakan alat
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan terapi estrogen.
7. Terapi radiasi: terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen.
8. Life style: diet lemak tinggi, mengkonsumsi alcohol (minum 2x sehari), obesitas,
trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi, merokok.
4. Manifestasi Klinik
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit
ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah teraba, biasanya
oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal)
Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak
beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum
cooper.
Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk
tangan pemeriksa l;alu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
4. Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan secara
spontan kadang disertai darah.
7. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
sponyan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
2. Tes diagnosis lain
a. Non invasif
1) Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang
penting. Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk dapat
diraba. Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya
sifat keganasan dari massa yang teraba. Mamografi dapat digunakan sebagai
pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita yang asimptomatis dan
memberikan keterangan untuk menuntun diagnosis suatu kelainan.
2) Radiologi (foto roentgen thorak)
3) USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara
massa yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat
menginterpretasikan hasil mammografi terhadap lokasi massa pada jaringan
patudar yang tebal/padat.
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui intra
vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa tumor.
Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.
5) Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk mengetahui
metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif mengandung molekul
glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang digunakan.
b. Invasif
1) Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara
untuk pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya. Ada 4 tipe
biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan menggunakan insisi
pemmbedahan.
2) Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau
padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil
mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa
srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa
menetap/terbentuk kembali atau jika cairan spinal mengandung darah,maka
ini merupakan indikasi untuk dilakukan biopsy pembedahan.
3) Tru-Cut atau Core biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic biopsy
mammografi dan computer untuk memndu jarum pada massa/lesi tersebut.
Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah ataupun pasien karena lebih
cepat, tidak menimbulkan nyeri yang berlebihan dan biaya tidak mahal.
4) Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang
5) Eksisi biopsy
Seluruh massa diangkat
Hasil biopsy dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan
histologik secara frozen section.
6. Penatalaksanaan Medis
Penanganan secara medis dari pasien dengan kanker mamae ada dua macam yaitu
kuratif (dengan pembedahan) dan paliatif (non pembedahan)
Tabel Penanganan Cancer Mammae
Penanganan Keterangan
Pembedahan (kuratif)
Mastektomi parsial (eksisi tumor local Mulai dari lumpektomi
dan penyinaran) (pengangkatan jaringan yang luas
dengan kulit yang terkena) sampai
kuadranektomi (pengangkatan
seperempat payudara),
pengangkatan atau pengambilan
contoh jaringan dari kelenjar limfe
aksila untuk penentuan stadium;
radiasi dosis tinggi mutlak perlu
(5000-6000 rad)

Mastektomi total dengan diseksi aksila Seluruh payudara, semua kelenjar


rendah limfe di lateral otot pektoralis minor

Mastektomi radikal yang dimodifikasi Seluruh payudara, semua atau


sebagian jaringan aksila

Mastektomi radikal Seluruh payudara, otot pektoralis


mayor dan minor di bawahnya,
seluruh isi aksila

Mastektomi radikal yang diperluas Sama seperti masektomi radikal


ditambah kelenjar limfe mamaria
interna
Non Pembedahan (paliatif)
Penyinaran Pada payudara dan kelenjar limfe
regional yang tidak dapat direseksi
pada kanker lanjut, pada metastase
tulang, metastase kelenjar limfe,
aksila, kekambuhan tumor local atau
regional setelah mastektomi

Kemoterapi Adjuvan sistemik setelah


mastektomi; paliatif pada penyakit
yang lanjut

Terapi hormaon dan endokrin Kanker yang telah menyebar,


memakai estrogen, androgen,
progesterone, anti estrogen,
ooforektomi, adrenalektomi,
hipofisektomi
Pengobatan paliatf kanker payudara tidak dapat dijalankan menurut suatu skema yang kaku,
selalu dipertimabngkan kasus demi kasus. Terapi kemoterap[I diberikan bila ada metastasis
visceral terutama ke otak dan limphangitik dan jika terpai hormonal tidak dapat mengatasi
atau penyakit tersebut telah berkembang sebelumnya, dan jika tumor tersebut ER negatif.
7. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang
kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase
ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
mengalami gangguan persepsi sensori.
8. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri: proliferasi
sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi
yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi
dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna
dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi faktor lingkungan
mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak
dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah
jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya
terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan
individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih,
kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke
jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4
berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah
9. Asuhan Keperawatan pada klien Fraktur
9.1 Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama ada benjolan pada payudara dan lain-lain keluhan serta sejak
kapan riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan)
faktor etiologi/risiko.
c. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker
mammae.
d. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone
antara lain esterogen dan progesterone, maka sebaiknya pemerikasaan ini
dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah menstruasi ± 1
minggu dari akhir menstruasi.
e. Inspeksi
- Simetri mammae kanan-kiri
- Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit, tanda
radang, peaue d’orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain. Inspeksi ini juga
dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat
apakah ada bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah
bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-lain.
f. Palpasi
1) Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan
dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
2) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas, dan operabilitas.
3) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila)
4) Adakah metastase nudus (regional) atau organ jauh
5) Stadium kanker (sistem TNM UIIC, 1987)
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang klinis
1) Pemeriksaan radiologis
a) Mammografi/USG mammae
b) X-foto thorax
c) Kalau perlu
(1) Galktografi
(2) Tulang-tulang
(3) USG abdomen
(4) Bone scan
(5) CT scan
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Rutin, darah lengkap, urine
b) Gula darah puasa dan 2 jam pp
c) Enzyme alkali sposphate, LDH
d) CEA, MCA, AFP
e) Hormon reseptor ER, PR
f) Aktivitas estrogen/vaginal smear
3) Pemeriksaan sitologis
a) FNA dari tumor
b) Cairan kista dan pleura effusion
c) Secret putting susu
4) Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi
9.2 Diagnosa Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, status
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan
dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping terapi
kanker.
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif.
d. Gangguan nutrisi kurang dari keb.tubuh berhubungan dengan hipermetabolik (iritasi
lambung, anoreksia)
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi/kelelahan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth
Volume 3. Jakarta: EGC.
NANDA. 2009. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. Philadelphia.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) 2.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tucker, S.M,. 1998. Standar Perawatan Pasien Volume I. Jakarta: EGC
MASTECTOMY
1. Definisi
Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan pembedahan onkologis
pada tumor jinak atau ganas payudara dengan mengangkat seluruh jaringan
payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim payudara, areola dan
puting susu serta kulit diatas tumornya tanpa disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila ipsilateral level I, II/III secara en bloc tanpa mengangkat m.pektoralis major
dan minor.
Tipe pembedahan secara umum dikelompokkan kedalam tiga kategori :
mastektomi radikal, mastektomi total dan prosedur yang lebih terbatas ( contoh
segmental, lumpektomi ).
a. Mastektomi preventif ( preventife mastectomy) disebut juga prophylactic
mastectomy.operasi ini dapat berupa total mastektomi dengan mengangkat
seluruh payudara dan putting atau berupa subcutaneous mastectomy dimana
seluruh payudara diangkat namun putting tetap dipertahankan .
b. Mastektomi total ( sederhana ) mengangkat semua jaringan payudara tetapi
semua atau kebanyakan nodus limfe dan otot dada tetap utuh.
c. Mastektomi radikal modifikasi mengangkat seluruh payudara , beberapa atau
semua nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis minor.otot dada mayor
masih utuh.Mastektomi radikal ( halsted ) adalah prosedur yang jarang
dilakukan yaitu pengangkatan seluruh payudara, kulit, otot pektoralis mayor
dan minor, nodus limfe ketiak dan kadang-kadang nodus limfe mamari
internal atau supra klavikular.
d. Prosedur membatasi ( contoh : lumpektomi ) mungkin dilakukan pada pasien
rawat jalan yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya
diangkat. Lumpektomi dianggap tumor non-metastatik bila kurang dari 5 cm
ukurannya yang tidak melibatkan putting.prosedur meliputi dignostik (
menentukan tipe sel ) dan atau pengobatan bila dikombinasi dengan terapi
radiasi.
2. Tujuan
Berdasarkan tujuan terapi pembedahan, mastektomi dibedakan menjadi dua
macam yaitu tujuan kuratif dan tujuan paliatif :
1. Prinsip terapi bedah kuratif adalah pengangkatan seluruh sel kanker tanpa
meninggalkan sel kanker secara mikroskopik. Terapi bedah kuratif ini dilakukan
pada kanker payudara stadium dini(stadium 0, I dan II).
2. Sedangkan tujuan terapi bedah palliatif adalah untuk mengangat kanker
payudara secara makroskopik dan masih meninggalkan sel kanker secara
mikroskopik. Pengobatan bedah palliatif ini pada umumnya dilakukan untuk
mengurangi keluhan-keluhan penderita seperti perdarahan, patah tulang dan
pengobatan ulkus, dilakukan pada kanker payudara stadium lanjut,yaitu stadium
III dan IV.
3. Indikasi/Kontraindikasi
a. Indikasi
a) Kanker payudara stadium O (insitu)
b) Keganasan jaringan lunak pada payudara
c) Tumor jinak payudara yang mengenai seluruh jaringan payudara (misal:
phyllodes tumor)
b. Kontraindikasi
a) Tumor melekat dinding dada
b) Edema lengan
c) Nodul satelit yang luas
d) Mastitis inflamatori
4. Penatalaksanaan
Beberapa tipe mastektomi yang ada pada saat ini
a) Mastektomi Preventif (Preventive Mastectomy)
Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Operasi ini dapat
berupa total mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting. Atau
berupa subcutaneous mastectomy, dimana seluruh payudara diangkat namun
puting tetap dipertahankan. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan
kanker payudara dapat dikurangi hingga 90% atau lebih setelah mastektomi
preventif pada wanita dengan risiko tinggi.

Gambar payudara seorang wanita 25 tahun. menjalani prophylacyic


mastectomy dan telah mengalami rekonstruksi dengan menutup lubang
bekas operasi dengan dengan jaringan yang diambil dari perutnya.

b) Mastektomi Sederhana atau Total (Simple or Total Mastectomy)


Mastektomi dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya,
namun simpul limfe masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel node
biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu sampai tiga simpul limfe
pertama.

Total Mastectomy

c) Mastektomi Radikal Termodifikasi (Modified Radical Mastectomy)


Terdapat prosedur yang disebut modified radical mastectomy (MRM)-
mastektomi radikal termodifikasi. MRM memberikan trauma yang lebih ringan
daripada mastektomi radikal, dan ssat ini banyak dilakukan di Amerika. Dengan
MRM, seluruh payudara akan diangkat beserta simpul limfe di bawah ketiak,
tetapi otot pectoral (mayor dan minor) – otot penggantung payudara – masih
tetap dipertahankan. Kulit dada dapat diangkat dapat pula dipertahankan,
Prosedur ini akan diikuti dengan rekonstruksi payudara yang akan dilakukan oleh
dokter bedah plastik.
Modified Radical Mastectomy
d) Mastektomi Radikal (Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal merupakan pengangkatan payudara ‘komplit’, termasuk
puting. Dokter juga akan mengangkat seluruh kulit payudara, otot dibawah
payudara, serta simpul limfe (getah bening). Karena mastektomi radikal ini tidak
lebih efektif namun merupakan bentuk mastektomi yang lebih ‘ekstrim’ , saat ini
jarang dilakukan.

e) Mastektomi Parsial atau Segmental (Partial or Segmental Mastectomy)


Dokter dapat melakukan mastektomi parsial kepada wanita dengan kanker
payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial merupakan breast-conserving
therapy- terapi penyelamatan payudara yang akan mengangkat bagian payudara
dimana tumor bersarang. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan terapi radiasi
untuk mematikan sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa. Sinar X
berkekuatan penuh akan ditembakkan pada beberapa bagian jaringan payudara.
Radiasi akan membunuh kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian tubuh
yang lain.

Partial Mastectomy
f) Quandrantectomy
Tipe lain dari mastektomi parsial disebut quadrantectomy. Pada prosedur ini,
dokter akan mengangkat tumor dan lebih banyak jaringan payudara
dibandingkan dengan lumpektomi.

Quandrantectomy
Mastektomi tipe ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk
kulit dan jaringan konektif (breast fascia). Cairan berwarna biru disuntikkan untuk
mengidentifikasi simpul limfe yang mengandung sel kanker.
g) Lumpectomy atau sayatan lebar,
Merupakan pembedahan untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Lumpektomi (lumpectomy) hanya mengangkat tumor dan
sedikit area bebas kanker di jaringan payudara di sekitar tumor. Jika sel kanker
ditemukan di kemudian hari, dokter akan mengangkat lebih banyak jaringan.
Prosedur ini disebuat re-excision (terjemahan : pengirisan/penyayatan kembali).

h) Excisional Biopsy
Biopsi dengan sayatan juga mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan
normal di sekitarnya. Kadang, pembedahan lanjutan tidak diperlukan jika biopsy
dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh tumor.
Prosedur Operasi Mastektomi

Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Penderita dalam general anaesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi
diposisikan abduksi 900, pundak ipsilateral dengan yang dioperasi diganjal bantal
tipis.
2. Desinfeksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher,
bagian bawah sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan
mammma kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Lengan
atas didesinfeksi melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus dengan doek
steril dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril
3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan
kasa steril tebal ( buick gaas) dan dijahit melingkar.
4. Dilakukan insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer,
Halsted, insisi S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor,
kemudian dibuat flap.
5. Flap atas sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral,
flap bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m. Latissimus
dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N. Thoracalis dorsalis
6. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat
perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal.
Pada saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis mayor dengan bantuan haak
jaringan maamma dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan serratus anterior
(mastektomi simpel). Pada mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai
7. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila Level I
(lateral m. pektoralis minor), Level II (di belakang m. Pektoralis minor) dan level III (
medial m. pektoralis minor). Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris,
karena dapat mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke jaringan
mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis longus, dan
thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya didiseksi dan
akhirnya jaringan mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)
8. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.
9. Semua alat-alat yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu juga
dengan handschoen operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.
10. Evaluasi ulang sumber perdarahan
11. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan dibawah vasa
aksilaris, sedang drain yang lebih kecil ( no.12) diarahkan ke medial.
12. Luka operasi ditutup lapais demi lapis

5. Perawatan Setelah Operasi

a) Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan mengobservasi produksi drain,


memeriksa kadar Hemoglobin pasca bedah.
b) Rehabilitasi dilakukan sesegera mungkin dengan melatih pergerakan sendi bahu.
c) Drain dilepas bila produksi masing-masing drain < 20 cc/24 jam. Umumnya drain
sebelah medial dilepas lebih awal, karena produksinya lebih sedikit.
d) Bila luka operasi baik, jahitan dilepas hari ke 12 s/d 14.
6. Diagnosa Perioperatif
a. Fase Preoperatif Mastektomi
Fase preoperatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi dan
diakhiri ketika pasien dikirim ke kamar operasi. Lingkup aktivitas keperawatan
selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien.
Wawancara praoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan
dalam pembedahan.
a) Pengkajian :
- Identitas pasien
- Tanda-tanad vital
- Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru),
penggunaan narkoba, alkoholisme, menggunakan obat seperti
kortikosteroid dan obat jantung
- Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi
- Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku dan
implan prosthesis lainnya
- Pencukuran daerha operasi
- Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis anestesi
dan pemakaian obat anestesi yang akan dilakukan
- Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan laboratorium
(darah lengkap, faal hepar, faa ginjal, masa pembekuan darah),
biopsi, pemeriksaan gula darah
- Informed consent
b) Diagnosa keperawatan pre operasi Mastektomi
- Cemas berhubungan dengan krisis situasional
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
- Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Rencana Keperawatan pre operatif Mastektomi:


DIAGNOSA KEP. NOC NIC
Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan Anxiety reduction :
dengan perubahan keperawatan · Tenangkan pasien
status kesehatan selama…pasien · Jelaskan seluruh prosedur
menunjukan anxiety tindakan kepada pasien dan
control dengan kriteria hasil: perasaan yang mungkin muncul
· pasien kooperatif pada saat melakukan tindakan
· Mampu mengidentifikasikan · Berusaha memahami keadaan
cemas dengan bahasa pasien
tubuh yang tenang · Berikan informasi tentang
· Vital sign dbn diagnosa, prognosis dan tindakan
· Mendampingi pasien untuk
mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan
· Dorong pasien untuk
menyampaikan tentang isi
perasaannya
· Kaji tingkat kecemasan
· Dengarkan dengan penuh
perhatian
· Ciptakan hubungan saling percaya
· Bantu pasien menjelaskan
keadaan yang bisa menimbulkan
kecemasan
· Bantu pasien untuk
mengungkapkan hal hal yang
membuat cemas
· Ajarkan pasien teknik relaksasi
· Berikan obat obat yang
mengurangi cemas
Kurang pengetahuan Setelah dilakukanasuhan Teaching : Dissease Process
tentang penyakit, keperawatan selama......,- Kaji tingkat pengetahuan klien dan
perawatan,pengobatan pengetahuan klien keluarga tentang proses penyakit
kurang paparan meningkat dengan kriteria-Jelaskan tentang patofisiologi
terhadap informasi hasil penyakit, tanda dan gejala serta
Klien mampu menjelaskan penyebabnya
kembali apa yang dijelaskan-Sediakan informasi tentang kondisi
Klien kooperative saat klien
dilakukan tindakan -Berikan informasi tentang
perkembangan klien
-Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau kontrol
proses penyakit
-Jelaskan alasan dilaksanakannya
tindakan atau terapi
-Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
-Anjurkan klien untuk mencegah efek
samping dari penyakit
-Gali sumber-sumber atau dukungan
yang ada
-Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala yang muncul
pada petugas kesehatan
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan · Lakukan pengkajian nyeri
injuri biologi keperawatan selama 1x secara komprehensif termasuk
pertemuan nyeri klien lokasi, karakteristik, durasi,
berkurang dengan kriteria frekuensi
hasil: · Monitor vital sign
· Nyeri terkontrol · Gunakan teknik komunikasi
· Klien menggunakan teknik terapeutik untuk mengetahui
non farmakologi untuk pengalaman nyeri
mengurangi nyeri · Ajarkan teknik
· Tanda vital dalam rentang relaksasi nafas dalam untuk
normal mengurangi nyeri
b. Fase Intraoperatif Mastektomi
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal,
yaitu :
1) Safety Management (Pengaturan posisi pasien)
Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang
operasi adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe anastesidan
nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi, respirasi, tidak
melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan tidak menutupi daerah
atau medan operasi.
 Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi yang
tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan
posisi yang berbeda pula
 Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang
akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan tentang
hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi dengan teknik
drapping
 Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
dengan tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga
sebagai bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan
posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
 Memasang alat grounding ke pasien
 Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk
menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.
 Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap
seperti : cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan instrumen
tepat.
2) Monitoring Fisiologis
 Melakukan balance cairan
 Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan,
nadi, tekanan darah, frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen,
perdarahan dll.
 Pemantauan terhadap perubahan vital sign
3) Monitoring Psikologis
 Memberikan dukungan emosional pada pasien
 Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur
induksi
 Mengkaji status emosional klien
 Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan
(jika ada perubahan)
4) Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
 Memanage keamanan fisik pasien
 Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
Diagnosa Keperawatan intra operatis yang sering muncul Mastektomi :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan inspirasi
danekspirasi karena pemberian agent anastesi.
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan perdarahan masive selama
pembedahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif dan truma
jaringan.
4. Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.
Rencana Keperawatan intra operatif Mastektomi:
DIAGNOSA KEP. NOC NIC
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Airway and breathing
berhubungan dengan selama..... pasienmenunjukan respiration management :
penurunan tekanan control dengan kriteria hasil:  Monitor ventilasi (jalan
inspirasi dan ekspirasi  Jalan nafas adequat dan suara nafas)
karena pemberian  Suara nafas vesikuler  Lakukan management
agent anastesi.  Saturasi O2 dbn ventilasi dengan head
tilt chin leaf / jaw trust
positioning
 Pasang alat bantu
nafas : mouth
airway/orofaringeal
tube, ET, LMA
 Monitor keakuratan
fungsi ET, LMA
 Lakukan assisted
respiration
 Monitor vital sign dan
saturasi O2 secara
periodik
Resiko infeksi Setelah dilakukanasuhan keperawatan Infection control
berhubungan dengan selama......, menunjukkan infection management
pembedahan, prosedur protection, enviroment, host and agent  Kendalikan prosedur
invasif dan truma control dengan kriteria hasil masuk kamar operasi
jaringan.  Terkendalinya nfection control untuk pasien maupun
 Luka dan keadaan sekitar bersih petugas
 Batasi jumlah personil
di kamar operasi
 Kendalikan sterilitas
ruangan dan peralatan
yang dipakai
 Lakukan cuci tangan
bedah, pemakaian jas
operasi, pemakaian
sarung tangan dan
duk operasi sesuai
prosedur.
 Terapkan prosedur
septik aseptik.
 Lakukan penutupan
luka sesuai prosedur
 Kolaborasi pemberian
antibiotic
 Environment kontrol
Resiko cidera Setelah dilakukanasuhan keperawatan Injury control
berhubungan dengan selama......menunjukkan injury management
anastesi dan neuromuscular protection dengan kriteria  Anatomis dan imobil
pembedahan. hasil : position
 Tidak terjadi luka baru diluar  Pasang groundit
organ target kouter dengan benar
 Instrument terhitung lengkap  Melakukan tindakan
sebelum dan sesudah operasi. anastesi sesuai
dengan prosedur
 Memasang alat bantu
pernafasan sesuai
dengan prosedur
 Hindari manipulasi
jaringan berlebihan
 Penggunaan
instrument yang tepat
dan benar
 Perhitungan jumlah
instrument sebelum
dan sesudah operasi
yang
c. Fase Postoperatif Mastektomi
1. Fase pasca anesthesia.
Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan
disertai dengan oleh ahli anesthesia dan staf profesional lainnya.
a) Mempertahankan ventilasi pulmoner
Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran
pernafasan, diakibatkan penyumbatan oleh lidah yang jatuh, kebelakang
dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam faring trakea atau
bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat dengan posisi
miring/setengah telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak
bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan
penghisapan dengan suction.
b) Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi
fowler” untuk mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari
pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk meningkatkan
sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini gangguan
rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi merupakan hal yang
pailing sering terjadi
c) Masalah psikologis
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau
kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya
seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan tentang
hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik serta serta
pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
d) Mobilisasi fisik.
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk
mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk
mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus
seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.
2. Perawatan post mastektomi
a) Pemasangan plester /hipafik
Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya
diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan
gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks
menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu
diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara
melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
Plester medial melewati garis midsternal
Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
Plester posterior (belakang) melewati garis axillaris posterior.
Plester superior tidak melewati clavicula
Plester inferior harus melewati lubang drain
Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong
baju dan dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu
grakkan tangan.
b) Perawatan pada luka eksisi tumor.
Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat
seperti BH sehingga menyangga payudara .
c) Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah
dengan darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup
(thiersch) tidak boleh dibuka.
d) Pemberian injeksi dan pengambilan darah.
e) Pengukuran tensi
Diagnosa keperawatan post operasi yang sering muncul Mastektomi:
 Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan
belum optimal karena pemakaian obat anastesi
 Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien

Rencana intervensi keperawatan post operasi Mastektomi:


DIAGNOSA KEP. NOC NIC
Resiko aspirasi Setelah dilakukanasuhan Aspiration Precaution :
berhubungan dengan status keperawatan selama......, · Monitor tingkat kesadaran dan
kesadaran, reflek menelan menunjukkan reflek menelan
belum optimal karena control dengan kriteria · Monitor status airway dan
pemakaian obat anastesi hasil bebaskan airway
· Airway terkontrol dan · Lakukan suctioning jika perlu
adequat · Posisikan supinasi atau posisi
· Reflek menelan efektif SIM pada operasi jalan nafas
Resiko cidera berhubungan Setelah dilakukanasuhan Environment Management :
dengan tingkat kesadaran keperawatan selama......, · Sediakan lingkungan yang
pasien menunjukkan risk aman dan nyaman
control dengan kriteria · Posisikan tidur sesuai instruksi
hasil medis / anastesi
· Pasien terbebas dari · Memasang side trail tempat
cidera tidur
· Pasien komunikatif dan · Hindari dari perabot yang
kooperatif berbahaya
· Kaji tingkat kesadaran
· Dampingi selama pasien belum
sadar penuh
· Lindungi arah gerakan dan
jangan lawan gerakan pasien
· Rangsang kesadaran pasien
ke Compos Mentis
· Alat invasif terkontrol

7. Pemeriksaan Penunjang
Mandatory:
- Mamografi dan/atau USG payudara
- Pemeriksaan sitologi (FNAB) atau histopatologi tumor payudara
- Foto toraks
- USG liver/abdomen
- Pemeriksaan kimia darah lengkap, rekam jantung (EKG kalau perlu
ekokardiografi) kalau ada indikasi untuk persiapan operasi
Optional:
- bone scanning
- pemeriksaan kimia darah/ tumor marker: CEA, Ca 15-3, Ca 125

8. Pathway
Daftar Pustaka
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification
(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai