Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMAE

A. Pengertian

Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan


payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak,
maupun jaringan ikat pada payudara (Clostey, 2011).

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda.Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening
ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seainitu sel-sel kanker bias bersarang di tulang,
paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Price, 2010).

Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen


yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Brunner&
Suddarth, 2015).

Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang


terjadi pada jaringan payudara.Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang keras dan
kenyal tanpa adanya batas.Mungkin adanya garis asimetris antara kedua
payudara.Bila kankersudah berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan
menjadi merah,borok,membengkak dan kanker terlihat dengan jelas.Kanker payudara
merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan diIndonesia.Biasanya kanker
ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas (Arif
Mansjoer,Kapita selecta kedokteran Edisi 2 ).

B. Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Faktor Genetik
d. Ca Payudara yang terdahulu
e. Keluarga diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,
dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae
f. Kelainan payudara (benigna) kelainan fibrokistik (benigna) terutama pada
periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita
yang porliferatif sedikit meningkat
g. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
h. Faktor endokrin dan reproduksi graviditas matur kurang dari 20 tahun dan
graviditas lebih dari 30 tahun, menarche kurang dari 12 tahun
i. Obat anti konseptiva oral penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari
12 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

C. Manifestasi klinis
1. Tanda carcinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip
pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
2. Gejala carcinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting
susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat
badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase. Benjolan di payudara atau
ketiak, perubahan bentuk dan ukuran  payudara yang luar biasa, kerutan atau
lekuk yang luar biasa pada payudara, puting payudara tertarik ke dalam,
perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting payudara.

D. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik.
Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis.
Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.
E. Pathway

Nyeri
Akut

Gangguan
Defisit mobilitas
Nutrisi
F. Klasifikasi
Pentahapan mencangkup mengklasifikasikan kanker payudara
berdasarkanpada keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting
karena hal ini dapatmembantu tim perawatan kesehatan merekomendasikan
pengobatan terbaik yang ada,memberikan prognosis, dan beberapa pemeriksaan darah
dan prosedur diagnostik dilakukan dalam petahapan penyakit. Pemeriksaaan dan
prosedur ini mencankup rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar,
pentahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah
sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang
terkena, dan bukti adanya metastasis yang jauh.Tumor primer (T):
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
T1 :Tumor
T1a : Tumor
T1b :Tumor 0,5 – 1 cm
T1c :Tumor 1 – 2 cm
T2 :Tumor 2 – 5 cm
T3 : Tumor diatas 5 cm
T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau
kulit
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis
Nodus limfe regional (N) :
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar axila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
Metastas jauh (M) :
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
1. Stadium I : Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.Tumor terbatas pada payudara
dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
2. Stadium IIaTumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter
kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
3. Stadium IIbTumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter
lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
4. Stadium IIIaTumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.
5. Stadium IIIbTumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan
limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke
supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau
metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau
dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.Tumor telah menyebar
ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di
payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau
bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan
atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
6. Stadium IIIc ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar
limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat
metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe
aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
7. Stadium IV tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru,
liver atau tulang rusuk.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker
(CEA) dalam serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
2. Test diagnostik lain:
- Non Invasive: Mamografi, Rontgent Thorak, USG, MRI, PET
- Invasif : Biopsi, Aspirasi Biopsy (FNAB), True Cut/ Care Biopsy, Insisi
Biopsy, Eksisi Biopsy
3. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan :
a) Pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI )
b) Pemeriksaan payudara secara klinis ( SADANIS )
c) Pemeriksaan manografi
d) Biopsi aspirasi
e) True cut
f) Biopsi terbuka
g) USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis,
pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.

H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
a) Masektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis
mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis
minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b) Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding
dada tidak diangkat.
c) Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang
berada di sekitar tumor tersebut.
d) Wide excision/mastektomy parsial.Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan
payudara normal.
e) Ouadranectomy
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis
mayor.
2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit disekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi padanervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung
dengan therapi endokrin lainnya

I. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang
dan hati.Selain itu komplikasi Ca Mammae yaitu:
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler
(penyebaran limfogen dan hematogen), penyebarab hematogen dan limfogen
dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang, otak, syaraf.
2. Gangguan neuro varkuler
3. Faktor patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting dilakukan baik saat pasien peryama kali masuk RS maupun selama pasien
dirawat di RS.
1. Biodata
Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pasien diambil untuk menemukan masalah primer
pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau
hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah
masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien
sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah
pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah pasien mengenakan
kacamata atau lensa kontak? apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus)
pada jarak dekat atau jauh? apakah adakeluhan dalam membaca atau menonton
televisi? bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.

3. Perubahan pola fungsi


Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol, dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas dan Sebelum sakit Selama sakit
latihan 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Fooding
Toileting
Mobilisasi
Berpakaian
Aktivitas

Keterangan : 0 : Mandiri
1 : Tergantung alat
2 : Tergantung orang lain
3 : Tergantung orang lain dan alat
4 : Tergantung total

c) Pola istirahat tidur


Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.

d) Pola nutrisi metabolik


Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat
badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk,
warna, bau dan frekuensi.

f) Pola kognitif perseptual


Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri
karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.

g) Pola konsep diri


Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.

h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.

i) Pola seksual reproduksi


Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalah saat menstruasi.

j) Pola peran hubungan


Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di
rumah sakit.

k) Pola nilai dan kepercayaan


Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaanrambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan
konka nasal/tidak.
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihatkebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya pembesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
8) Payudara : bentuk, ada masa atau tidak
9) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
10) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan padaekstremitas atas
dan bawah pasien mioma uteri
11) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan, adanya lesi, perdarahan diluar
siklus menstruasi.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Biasanya dilakukan pemriksaan USG payudara, darah lengkap, dan biopsy

6. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cederah fisiologi
b. Gngguan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
karena destruksi jaringan oleh massa cancer
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
e. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat dan mual muntah
(kemoterapi)
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
7. Intervensi
a. Nyeri akut b.d prosedur pembedahan

Tujuan dan kriteria


Diagnosa Intervensi Rasional
hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri a. Mengetahui
b/d agen tindakan keperawatan skala nyeri dan
1) kaji lokasi,
cederah selama 2 x 24 jam KU klien
karakteristik,
fisiologi nyeri akut dapat b. Membantu
durasi,
teratasi dengan mengurangi
frekuensi,
kriteria hasil: nyeri
kualitas,
- Keluhan nyeri c. Untuk
intensitas
menurun ( 5 )
mengontrol
- Meringis nyeri.
menurun ( 5 ) rasa nyeri
- Gelisa 2) Kaji skala
d. Menentukan
menurun ( 5 )
nyeri
- Kesulitan tidur tindakan
menurun (5 ) 3) Kaji factor selanjutnya
- Tekanan darah
membaik ( 5 ) yang
- Pola tidur memperberat
membaik ( 5 )
dan
memperinga
n nyeri

4) Kaji monitor
efek
samping

5) Berikan
analgesik
sesuai erapi

6) Ajarkan
teknik
nonfarmakol
ogis untuk
mengurangi
nyeri.

7) Kaji
kesesuaian
jenis
analgetik
dengan
tingkat
keparahan
nyeri

8) Tetapkan
target
efektifitas
analgetik
untuk
mengoptima
lkan respon
pasien

b. Ganggun integritas kulit b.d terputusnya kontinuitas jaringan karena dstruksi


jaringan oleh massa cancer

1. Kerusakan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit a) Mengetahu


integritas tindakan keperawatan a) Observasi : i keadaan
kulit b/d selama 2 x 24 jam Identifikasi penyebab luka
proses diharapkan resiko gangguan integritas b) Supaya
penyakit infeksi dapat teratasi kulit klien
dengan kriteria hasil : b) Terapeutik : belajar
- Perfusi Ubah posisi tiap 2 perilaku
jaringan jam jika tirah baring hidup sehat
meningkat Gunakan produk c) Mengetahu
(5) berbahan petrolium i resiko
- Kerusakan atau minyak infeksi
jaringan padakulit kering pada luka
menurun ( 5 ) Hindari produk d) Menentuka
- Kerusakan berbahan dasar n tindakan
lapisan kulit alkohol pada kulit selanjutnya
menurun ( 5 ) c) Edukasi :
- Nyeri Anjurkan
menurun ( 5 ) menggunakan
- Perdarahan pelembab Anjurkan
menurun ( 5 ) minum air yang
- Suhu kulit cukup Anjurkan
membaik ( 5 ) meningkatkan asupan
nutrisi Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrem
Anjurkan mandi dan
menggunkan sabun
secukupnyaPerawata
n Luka
d) Observasi :
Monitor karakteristik
luka Monitor tanda-
tanda infeksi
e) Terapeutik :
Lepaskan balutan dan
plester secara
perlahan Bersihkan
dengan cairan NaCl
atau pembersih
nontoksik Bersihkan
jaringan nekrotik
Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi,
jika perlu Pasang
balutan sesuai jenis
luka Pertahankan
teknik steril saat
melakukan perawatan
luka
f) Edukasi :
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan
g) Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat

c. Resiko infeksi b.d prosedur infasif

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional


Resiko infeksi Setelah dilakukan a) Observasi a) Untuk
b.d prosedur tindakan keperawatan apakah ada menentukan
infasif selama 2x24 jam tanda-tanda intervensi
diharapkan resiko infeksi selanjutnya
infeksi teratasi dengan b) Diskusikan b) Untuk
kriteria hasil : pentingnya mengurangi
- Demam mencuci tangan jumlah bakteri
menurun ( 5 ) sebelum pada tangan
- Kemerahan menyentuh atau mencegah
menurun ( 5 ) mengobati luka kontaminasi
- Nyeri menurun c) Ajarkan tknik area operasi
(5) yang tepat c) Untuk
- Bengkak untuk mencegah
membaik ( 5 ) membersihkan terjdinya
luka bekas infeksi
operasi dan
tekankan selalu
menjaga
kebersihan
d) Kolaborasi
dengan dokter
d) Untuk
untuk
membantu
memberikan
menurunkan
obat yang
inflamasi
sesuai indikasi

d. Ansietas b.d kurang terpaparnya informasi

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional


Ansietas b.d Setelah dilakukan a) Kaji ulang a) Untuk
kurang tindakan tingkat mengetahui
terpaparnya keperawatan pemahaman sejauh mana
informasi selama 2x24jam pasien tentang pengetahuan
diharapkan penyakitnya. pasien tentang
ansietas tertsi b) Dorong klien penyakitnya
dengan kriteria untuk b) Mengetahui
hasil : mengungkapkan kecemasan
- Klien mengerti pikiran dan pasien
tentang perasaannya c) Untuk
penyakitnya. c) Berikan mengurangi
- Klien tampak informasi kecemasan
rileks. tentang pasien
- Tanda-tanda penyakitnya,
vital dalam prognosi, dan
batas normal : pengobatan serta
Suhu : 36- 37 prosedur secara d) Mengetahui
o
C, Nadi : 80- jelas dan akurat. keadaan pasien

100x/m, R: 16- d) Monitor tanda- e) Untuk


24 x/m TD.: tanda vital. mempercepat

Sistole: 100- e) Kolaborasi proses


130 mmHg, dengan dokter penyembuhan
Diastole : 70-80 dalam pasien
mmHg pemberian obat

e. Resiko defisit nutrisi b.d intake tidak adekuat dan mual muntah (kemoterapi)

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional


Resiko defisit Setelah dilakukan a) Observasi a) Mengetahui
nutrisi b.d intake tindakan selama keadaan umum keadaan pasien an
tidak adekuat dan 2x24 jam dan tanda-tanda menentukan
mual muntah diharapkan defisit vital intervensi
(kemoterapi) nutrisi teratasi b) Berikan makan selanjutnya
dengan kriteria sedikit tapi b) Menambah intake
hasil: sering selagi pasien
- Tidak terjadi masih hangat c) Agar pasien
penurunan BB c) Berikan mengetahui
- Nafsu makan informasi pentingnya nutrisi
baik dan tidak pentingnya bagitubuh
anoreksia nutrisi bagi d) Memberikan diit
tubuh yang tepat unuk
d) Kolaborsi pasien
dengan ahli gizi
dalam
pemberian diit
yang sesuai

f. Gangguan Mobilitas fisik b.d nyeri

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional


Ganggua Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi a) Menentuk
n tindakan a)Monitor an batas
mobilita keperawatan selama TTV gerakan
s fisik 2x24 jam diharapkan sebelum yang akan
b/d nyeri Kemampuan dalam memulai dilkaukan
gerakan fisik mandiri mobilisas b) Mengetah
meningkat dengan i ui
kriteria hasil : b)Fasilitasi perkemban
- Pergerakan melakuka gan klien
ekstremitas
n c) Agar
meningkat ( 5
) mobilisas pasien dan
- Kekuatan
i fisik keluarga
otot
meningkat ( 5 c)Libatkan dapat
)
keluarga memahami
- Nyeri
menurun ( 5 ) untuk dan
- Kecemasan
membant mengetahu
(5)
- Kelemahan u pasien i alas an
fisik menurun
dalam pemberian
(5)
meningk latihan

atkan d) Untuk

pergeraka membantu

n klien

d) Jelaskan tujuan dalam

dan prosdur meningkat

mobilisasi kan
pergerakan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Jakarta:Medication.
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.
Kementrian Kesehatan Republic Indonesia. (2015). Infodatin Situasi Kanker
Payudara.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infoda
tin- kanker.pdf. (diakses 19 Desember 2018)

Martin, Griffin, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 1.


Jakarta:EGC.

Pelima, Citra, T., Pinonton, R., Odi. (2016). Hubungan Antara Sumber
Informasi dan Pengetahuan dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Siswa Puteri SMA Negeri 2 Kota Kotamobagu. Journal
Kesehatan Masyarakat volume 2 nomor 2

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Marilyan.

Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan). Jakarta: EGC.

Closkey, Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek. 2011. Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis : Mosby Year-Book.

Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :
Mosby Year-Book Juall, Lynda.

Price Sylvia, A. 2010. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2.


Edisi 4. Jakarta: EGCS.

Sjamsuhidajat, R. 2000. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011. NANDA. Singapura:


Markono print Media Pte Ltd.

Anda mungkin juga menyukai