Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PENATALAKSANAAN OPERASI MASEKTOMI a/i KANKER


PAYUDARA

Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Pelatihan Perawat Bedah Kamar Operasi

Disusun Oleh:

IMUNG DESY ERMA PRADITA

PELATIHAN BEDAH DI RS MOEWARDI

SURAKARTA

2020
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Mastektomi adalah suatu tindakan pembedahan onkologis pada keganasan payudara


yaitu dengan mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan
parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas tumornya disertai diseksi
kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I, II/III tanpa mengangkat muskulus
pektoralis major dan minor.
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara, merupakan
penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan penemuan
terakhir kaum pria pun bisa terkena payudara ini, walaupun masih sangat jarang terjadi.
Kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran, dan jaringan
penunjang payudara tetapi tidak termasuk kulit payudara.

B. Etiologi

Banyak faktor yang memungkinkan seorang wanita menderita penyakit kanker,


beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu:
a. Keluarga
Kemungkinan seorang wanita menderita kanker payudara dua sampai tiga kali
lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker
payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu dan saudaranya menderita kanker
sebelum masa menopause.

b. Usia
Resiko terkena kanker meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Kanker
payudara jarang menyerang wanita yang berusia kurang dari 30 tahun. Setelah umur
30 tahun, resiko meningkat secara tetap sepanjang usia, tetapi setelah masa
menopause kurva yang melonjak pada masa sebelum menopause hampir mendatar.

c. Hormon
Pertumbuhan kanker dipengaruhi oleh hormon estrogen yang merangsang
pembentukan faktor pertumbuhan oleh sel kanker di sel epitel normal. Pada epitel
payudara terdapat reseptor estrogen dan progesteron yang mungkin berinteraksi
dengan promotor pertumbuhan, seperti transforming growth factor alfa yang
berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel, platelet–derived growth factor, dan
faktor pertumbuhan fibroblast yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara untuk
menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor.

d. Virus
Pada tikus, terdapat bukti bahwa virus yang menyebabkan tumor ditularkan lewat
air susu ibu atau yang disebut faktor Bittner. Tetapi, hubungan ini masih belum jelas
hubungannya terhadap manusia.
e. Radiasi Pengion
Radiasi pengion ke dada meningkatkan resiko kanker payudara tergantung dari
besar dosis radiasi, waktu sejak pajanan awal, dan usia. Tetapi dosis radiasi rendah
pada penapisan mammografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker payudara.

f. Faktor lain
Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda, menopause diatas umur 50
tahun, tidak menikah, tidak menyusui, dan melahirkan anak pertama diatas 35 tahun .

C. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting
susu, atau pendarahan puting susu. Umumnya benjolan tidak nyeri dan awalnya kecil, makin
lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau puting susu. Puting susu menjadi tertarik ke dalam
(retracted nipple), kulit oedema hingga tampak seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut,
atau timbul borok (ulcus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan dalam sehingga
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Rasa sakit atau
nyeri pada umumnya baru timbul bila tumor sudah besar, timbul borok, atau ada metastasis ke
tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

D. Patofisiologi

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lainobesitas,


radiasi, hiperplasia, Optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudarad an dapat menyebabkan kanker
payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira-kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran
itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari
kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang
paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan
mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi. Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan
cepat terjadi kira-kira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip
dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri.
Karsinoma ini menginfasi kuli tdan jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk
metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang. Karsinoma payudara bermetastase dengan
penyebaran langsung ke jaringans ekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran
darah. Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh,
integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut
pengalaman operatif dibagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos
operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron
endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari
ancaman cidera. Bilastress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah,
maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi.
Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock. Respon
metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk memproduksi
energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam aminoyang di pakai untuk
membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan
protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang
optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket
maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan
terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ
pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Suatu tehnik pemeriksaan soft tissue teknik. Untuk melihat tanda primer berupa
fibrosis reaktif, co met sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologik dan adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologik dan
adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi,perubahan posisi papila dan areola. Mammografi ini
dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik
untuk diagnosis dini dan screening.

2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat membedakan lesi solid dan kistik,pemeriksaan
lain dapat berupa: termografi, xerografi.Pemeriksaan lain seperti:- thoraks foto - bone
screening/born survey - USG abdomen/liver
3. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna
untukklasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.

4. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase

5. CT scan dan MRICT


CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,khususnya
massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yangsulit diperiksa
dengan mammografi

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan


meliputi: 1) pembedahan, 2) ke moterapi, 3) terapi hormon, 4) terapi radiasi dan 5) terapi
imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau
membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.Keberagaman
jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual .

1) Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, tumor,
umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat
tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker
atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan
hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi,hormon
atau kemoterapi.

2) Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel
kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.

3) Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat
dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir

4) Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal
atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine, obat anti kanker
oral yang diakt ivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang
sel kanker saja.5) Terapi ImunologikSekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan
adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien
seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang
HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.

G. Teknik Instrumentasi Pada Operasi Masektomi


a. perawat melakukan sign in
b. perawat instrumen melakukan scrubing, gowning, gloving.
c. Setelah pembiusan general, perawat sirkuler & team mengatur posisi pasien (supine
dg tangan sebelah kanan diangkat keatas kepala 90º), sambil meletakkan U-pad on
dibawah payudara memanjang sampai bawah kepala.
d. Perawat serkuler memaasang kateter (16) & kemudian mencuci area operasi.
e. Perawat instrumen memberikan kassa kering (2) pada perawat sirkuler untuk
mengeringkan area operasi.
f. Perawat instrumen membantu team memberi handuk steril, gown dan handscone steril
g. Berikan desinfktan klem (1) dan cucing berisi dappers p.iodine 10% pada operator.
h. Berikan duk sedang (1) pada operator untuk diletakkan diatas kepala. Berikan duk
sedang (1) pada operator untuk diletakkan di bawah payudara memanjang ke bawah
i. Berikan duk kecil (2) untuk menutup bagian kanan dan kiri, lalu duk klem (4) untuk
fiksasi
j. Berikan duk tebal (1) untuk menutup bagian bawah, lalu duk klem untuk fiksasi duk.
Terakhir berikan duk kecil (1) untuk melapisi bagian atas.
k. Perawat instrumen mendekatkan meja mayo dan meja instr
l. Pasang dan atur selang suction dan diatermi, fiksasi dengan kasa dan towel klem (1).
m. Lakukan time out
n. Cek terlebih dahulu bahwa suction dan diatermi bisa digunakan,
o. Beritahu operator bahwa instrumen siap untuk digunakan.
p. Berikan operator kasa alkohol 70% untuk bersihkan sisa p.iodine 10%. Berikan
metilene blue dan pinset anatomis pada operator untuk making
q. Berikan handmess no 3(mess no 10) untuk insisi kulit sampai fat. Berikan mosquito
& kasa pada asisten untuk rawat perdarahan.
r. Berikan hack gigi tajam untuk memperlebar area operasi.
s. Lanjutkan insisi. Berikan hand vat mess no 3 dg mess 10 baru untuk insisi kulit.
t. Berikan pinset cirurgi & diatermi (cutting), pada operator untuk insisi s/d sampai fat.
u. Berikan pinset cirurgi, mosquito, big gaas dan diatermi untuk merawat perdarahan.
v. Berikan klem plean kocker (7) untuk megang tepi insisi & memperlebar pd irisan
payudara bawah. Operator melakukan insisi sampai fat diatas otot.
w. Angkat payudara, lalu kassa kering untuk tempat payudara.
x. Berikan langeenbeek retraction untuk memperlebar area operasi.
y. Berikan g.metzebaum dan pinset alat (1) untuk membebaskan tumor lalu tumor
dilakukan Vrozen suction.
z. Berikan zide 2.0 cutting untuk jahit insisi.
aa. Menunggu hasil vc, insisi ditutup dengan kassa NS 0,9% & kassa kering, instrument
di turunkan.
bb. Hasil Vrozen suction ganas.
cc. Berikan pinset anat (1) & metzenbeum untuk mencari KGB. KGB diangkat, berikan
diatermi, big gaass, pinset anet untuk merawat perdarahan
dd. Berikan NS 0,9% & langeenbeck (2) untuk mencuci area operasi.
ee. Cek perdarahan. Berikan redon drain no 14 lalu berikan nald voeder mersik 2.0
untuk fiksasi drain.
ff. Berikan duk klem untuk membantu mempermudah menjahit. Berikan nald voeder
dan vycril 3.0 untuk menjahit fat.
gg. Berikan nald voeder & premilene 4.0 menjahit kulit.
hh. Setelah luka tertutup, bersihkan luka dengan kasa basah, lalu keringkan dengan
kassa kering. Berikan supratule sesuai panjang luka, fiksasi dengan hypafix, lalu
balut dengan tensocrap 15.
ii. Operasi selesai, pasien dibersihkan, inventarisasi alat dan rapikan.
 Perawat instrumen menginvenrarisasi alat-alat dan bahan habis pakai pada depo
farmasi, kemudian mencuci dan menata alat-alat kembali pada instri=umen set ( yang
akan di sterilkan) serta merapikan kembali ruangan.

H. Teknik Operasi
1. Posisikan pasien dengan posisi supinasi
2. Dilakukan Sign in sebelum pasien di anestesi
3. Dilakukan general anastesi oleh penata anastesi
4. Team melakukan cuci tangan bedah dan dilanjutkan dengan gowning dan gloving
sesuai prosedur
5. Perawat instrumen menyiapakan instrumen operasi yang akan digunakan sedangkan
asisten melakukan tindakan aseptik menggunakan alkohol 70% dan povidon iodine
6. Setelah itu melakukan penutupan area operasi (drapping) dengan menggunakan dua
duk besar, dua duk kecil, dan duk lubang, lalu difiksasi menggunakan towel clip
7. Perawat Sirkuler melakukan prosedur “Time Out”, bertujuan untuk mengklarifikasi
identitas pasien, benar lokasi pembedahan, benar prosedur pembedahan, serta
mengenalkan team operasi

Sebelum insisi (Time Out)

Diisi pukul:

1 Konfirmasi seluruh Sudah


anggota tim nama dan
peran Operator:

Asisten 1 :

Asisten 2 :

Asisten Anestesi :

Instrumentator:
Sirkuler :

2 Konfirmasi nama Sudah:


pasien, prosedur dan
lokasi insisi. Nama: Ny. T

Prosedur: Mastectomy

Lokasi: Mamae sinsitra

3 Konfirmasi pemberian Antiobiotik:


antibiotic dan dosis
Dosis :

4 Antisipasi Kejadian a. Dokter bedah: Antisipasi kehilangan


kritis: darah 100 ml

b. Dokter anestesi: Antisipasi kehilangan


darah 100 ml

c. perawat: alat lengkap, steril dan tidak


ada masalah

5 Foto rontgen dan USG Sudah


sudah ditayangkan

8. Sebelum insisi, uji efek anastesi dengan menggunakan pinset chirurgie


9. Dilakukan insisi, dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor
dimulai dari tepi payudara bagian luar superior hingga ipsilateral dan lalu pada bagian
tepi payudara luar inferior di insisi hingga bagian ipsilateral menggunakan pisau
bedah No. 10 hingga irisan bertemu di satu titik
10. Kontrol perdarahan dengan menggunakan kassa, jepit ujung pembuluh darah yang
terputus dengan menggunakan artery clamp (pean), lalu gunakan ESU untuk
koagulasi
11. Jepit subkutis menggunakan artery clamp, kocher. Jepit antara 3-4 bagian untuk
membuka lapang pandang area operasi
12. Mastektomi dimulai yaitu dengan cara mendiseksi subkutis – jaringan adipose
menggunakan ESU arah medial – lateral, setelah sampai pada bagian tepi (m.
pektoralis mayor) dengan bantuan hak (langen beck) jaringan mamae dilepaskan dari
(m. pektoralis minor dan serratus anterior). Vena-vena menuju jaringan mamae
diligasi. Selanjutntya mengidentifikasi (thoracalis longus dan thoracalis dorsalis,
serta interkostobrachialis). Setelah semua struktur dapat teridentifikasi, dilanjutkan
dengan melepaskan seluruh jaringan payudara dengan dasarnya (m.pektoralis)
13. Eksplorasi perdarahan, jika ada perdarahan maka lakukan kiat-kiat No. 9 diatas
14. Lakukan prosedur drainnase dengan menggunakan kanul NGT No.16 sebagai
evaluasi sisa perdarahan, lalu kanula NGT yang keluar tersebut difiksasi
menggunakan jahitan benang SILK 2/0
15. Lakukan prosedur “Sign Out” : jumlah instrument sama dengan jumlah yang
digunakan, perdarahan 165cc (100cc di tabung dan 13 kassa basah dengan darah),
menghitung jumlah kassa yang terpakai 25 buah
16. Dan setelah Eksplorasi dirasa cukup, maka jahit Subkutis dengan menggunakan
benang chromic 2/0 dengan teknik terputus
17. Terkahir satukan kulit dengan jahitan benang Monosoft 2/0 dengan teknik continues
18. Bersihkan luka dari sisa darah dengan menggunakan cairan NaCl 0,9 % lalu
keringkan. Setelah itu tutup dengan kassa steril yang di fiksasi dengan plaster
menggunakan teknik balut tekan, dan terakhir balut dengan elastis verban.

I. Komplikasi Operasi
komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian

J. Teknik Instrumentasi Pada Operasi Masektomi


 Pengertian
Suatu cara mengelola instrument/handling instrumen selama proses operasi
masektomi
 Tujuan

1. Mengatur alat secara sisternatis di meja instrument

2. Memperlancar handling instrument

3. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen

 Petugas : Catat nama petugas


 Persiapan Alat
 Instrumen operasi
A. Instrumen dasar
o Doek klem (towel clamp) : 6
o Desinfeksi klem (washing and dressing forcep) : 1
o Pinset chirurgis (dessecting forcep) : 2
o Pinset anatomis (tissue forcep) : 2
o Gunting jaringan kasar/ mayo (surgical scissor) : 1
o Gunting jaringan halus (metzenboum scissor) : 1
o Hanvat mess no 3 (scalp blade and handle) : 1
o Mosquito (delicate hemostatic forcep pean curve) : 1
o Klem pean bengkok sedang (delicate hemostatic forcep pean curve) : 2
o Klem kocher bengkok sedang (delicate hemostatic forcep kokher curve) : 6
o Langen back (retractor Us Army) : 2
o Klem allis (intestinal & tissue grasping forcep allis) : 1
o Nald fooder (needle holder) : 2
o Klem pean manis (delicate hemostatic forcep pean curve) : 1
o Cucing/ waskom : 1/ 1

B. Instrumen penunjang
o Meja Operasi : 1
o Mesin Suction : 1
o Sambungan Kabel : 1
o Tempat Sampah : 1
o Meja Mayo : 1
o Meja Instrument : 1
o Lampu Operasi : 2

 Set linen
o Alas meja operasi : 1
o Sarung meja mayo : 1
o Duk besar : 3
o Duk sedang : 4
o Duk kecil : 4
o Baju operasi : 6
o Handuk/ lap : 6

 Bahan habis pakai


o Handscone 6,5 / 7 / 7,5 : 6 psg
o Mess no. 10 : 1
o Kasa kecil : 30 buah
o Kasa besar : 8 buah
o Deppers : 5 buah
o Benang mersilk 2-0 cutting : 1
o Benang vicryl 3-0 : 2
o Skin stappler : 1
o Selang suction dan canula suction : 1/ 1

 Persiapan pasien
1. Persetujuan operasi.
2. Alat-alat dan obat-obatan.
3. Puasa
4. Lavement
 Prosedur
o Posisikan pasien dengan posisi supinasi
o Dilakukan Sign in sebelum pasien di anestesi
o Dilakukan general anastesi oleh penata anastesi
o Team melakukan cuci tangan bedah dan dilanjutkan dengan gowning dan gloving
sesuai prosedur
o Perawat instrumen menyiapakan instrumen operasi yang akan digunakan
sedangkan asisten melakukan tindakan aseptik menggunakan alkohol 70% dan
povidon iodine
o Setelah itu melakukan penutupan area operasi (drapping) dengan menggunakan
dua duk besar, dua duk kecil, dan duk lubang, lalu difiksasi menggunakan towel
clip
o Perawat Sirkuler melakukan prosedur “Time Out”, bertujuan untuk mengklarifikasi
identitas pasien, benar lokasi pembedahan, benar prosedur pembedahan, serta
mengenalkan team operasi
o Sebelum insisi, uji efek anastesi dengan menggunakan pinset chirurgie
o Dilakukan insisi, dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor
dimulai dari tepi payudara bagian luar superior hingga ipsilateral dan lalu pada
bagian tepi payudara luar inferior di insisi hingga bagian ipsilateral menggunakan
pisau bedah No. 10 hingga irisan bertemu di satu titik
o Kontrol perdarahan dengan menggunakan kassa, jepit ujung pembuluh darah yang
terputus dengan menggunakan artery clamp (pean), lalu gunakan ESU untuk
koagulasi
o Jepit subkutis menggunakan artery clamp, kocher. Jepit antara 3-4 bagian untuk
membuka lapang pandang area operasi
o Mastektomi dimulai yaitu dengan cara mendiseksi subkutis – jaringan adipose
menggunakan ESU arah medial – lateral, setelah sampai pada bagian tepi (m.
pektoralis mayor) dengan bantuan hak (langen beck) jaringan mamae dilepaskan
dari (m. pektoralis minor dan serratus anterior). Vena-vena menuju jaringan
mamae diligasi. Selanjutntya mengidentifikasi (thoracalis longus dan thoracalis
dorsalis, serta interkostobrachialis). Setelah semua struktur dapat teridentifikasi,
dilanjutkan dengan melepaskan seluruh jaringan payudara dengan dasarnya
(m.pektoralis)
o Eksplorasi perdarahan, jika ada perdarahan maka lakukan kiat-kiat No. 9 diatas
o Lakukan prosedur drainnase dengan menggunakan kanul NGT No.16 sebagai
evaluasi sisa perdarahan, lalu kanula NGT yang keluar tersebut difiksasi
menggunakan jahitan benang SILK 2/0
o Lakukan prosedur “Sign Out” : jumlah instrument sama dengan jumlah yang
digunakan, perdarahan 165cc (100cc di tabung dan 13 kassa basah dengan darah),
menghitung jumlah kassa yang terpakai 25 buah
o Dan setelah Eksplorasi dirasa cukup, maka jahit Subkutis dengan menggunakan
benang chromic 2/0 dengan teknik terputus
o Terkahir satukan kulit dengan jahitan benang Monosoft 2/0 dengan teknik
continues
o Bersihkan luka dari sisa darah dengan menggunakan cairan NaCl 0,9 % lalu
keringkan. Setelah itu tutup dengan kassa steril yang di fiksasi dengan plaster
menggunakan teknik balut tekan, dan terakhir balut dengan elastis verban.

 Evaluasi

1. Kelengkapan instrument

2. Proses operasi

3. Bahan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
 Robbins S, Cotran R. 2005. Pathologic Basis of Disease.7 edition. International Edition.
Pennsylvania: Elsevier.

 Tjindarbumi. 2000. Deteksi Dini Kanker Payudar a dan Penanggulangannya, Dalam: Deteksi
Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

 Elsevier. Philadelphia. 2011; 185-190

 Ford M, Finlayson CA. Surgical therapy of early breast cancer p185-190 in Jacobs L,
Finlayson CA Eds in Early diagnosis and treatment of Breast cancer.

 Golshan M, Mastectomy in Harris JR etal. Disease of the breast. Lippincott Hunt


KK, Buchholz TA. Breast conserving therapy in in Harris JR etal. Disease of the
breast. Lippincott

 Williams & Wilkins. . Philadelphia. 2010. 507-521 Prier E. 2011. Surgical biopsy in
Jacobs L, Finlayson CA. Eds. in Early diagnosis and treatment of Breast cancer.
Elsevier. Philadelphia. 2011;175-184

Anda mungkin juga menyukai