Disusun Oleh:
SURAKARTA
2020
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
b. Usia
Resiko terkena kanker meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Kanker
payudara jarang menyerang wanita yang berusia kurang dari 30 tahun. Setelah umur
30 tahun, resiko meningkat secara tetap sepanjang usia, tetapi setelah masa
menopause kurva yang melonjak pada masa sebelum menopause hampir mendatar.
c. Hormon
Pertumbuhan kanker dipengaruhi oleh hormon estrogen yang merangsang
pembentukan faktor pertumbuhan oleh sel kanker di sel epitel normal. Pada epitel
payudara terdapat reseptor estrogen dan progesteron yang mungkin berinteraksi
dengan promotor pertumbuhan, seperti transforming growth factor alfa yang
berkaitan dengan faktor pertumbuhan epitel, platelet–derived growth factor, dan
faktor pertumbuhan fibroblast yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara untuk
menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor.
d. Virus
Pada tikus, terdapat bukti bahwa virus yang menyebabkan tumor ditularkan lewat
air susu ibu atau yang disebut faktor Bittner. Tetapi, hubungan ini masih belum jelas
hubungannya terhadap manusia.
e. Radiasi Pengion
Radiasi pengion ke dada meningkatkan resiko kanker payudara tergantung dari
besar dosis radiasi, waktu sejak pajanan awal, dan usia. Tetapi dosis radiasi rendah
pada penapisan mammografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker payudara.
f. Faktor lain
Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda, menopause diatas umur 50
tahun, tidak menikah, tidak menyusui, dan melahirkan anak pertama diatas 35 tahun .
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting
susu, atau pendarahan puting susu. Umumnya benjolan tidak nyeri dan awalnya kecil, makin
lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau puting susu. Puting susu menjadi tertarik ke dalam
(retracted nipple), kulit oedema hingga tampak seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut,
atau timbul borok (ulcus) pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan dalam sehingga
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Rasa sakit atau
nyeri pada umumnya baru timbul bila tumor sudah besar, timbul borok, atau ada metastasis ke
tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada
lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Suatu tehnik pemeriksaan soft tissue teknik. Untuk melihat tanda primer berupa
fibrosis reaktif, co met sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologik dan adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologik dan
adanya mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vaskularisasi,perubahan posisi papila dan areola. Mammografi ini
dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik
untuk diagnosis dini dan screening.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat membedakan lesi solid dan kistik,pemeriksaan
lain dapat berupa: termografi, xerografi.Pemeriksaan lain seperti:- thoraks foto - bone
screening/born survey - USG abdomen/liver
3. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna
untukklasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
4. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase
F. Penatalaksanaan
1) Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang
dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, tumor,
umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat
tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker
atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan
hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi,hormon
atau kemoterapi.
2) Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel
kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
3) Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat
dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir
4) Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak
dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal
atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine, obat anti kanker
oral yang diakt ivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang
sel kanker saja.5) Terapi ImunologikSekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan
adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien
seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang
HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.
H. Teknik Operasi
1. Posisikan pasien dengan posisi supinasi
2. Dilakukan Sign in sebelum pasien di anestesi
3. Dilakukan general anastesi oleh penata anastesi
4. Team melakukan cuci tangan bedah dan dilanjutkan dengan gowning dan gloving
sesuai prosedur
5. Perawat instrumen menyiapakan instrumen operasi yang akan digunakan sedangkan
asisten melakukan tindakan aseptik menggunakan alkohol 70% dan povidon iodine
6. Setelah itu melakukan penutupan area operasi (drapping) dengan menggunakan dua
duk besar, dua duk kecil, dan duk lubang, lalu difiksasi menggunakan towel clip
7. Perawat Sirkuler melakukan prosedur “Time Out”, bertujuan untuk mengklarifikasi
identitas pasien, benar lokasi pembedahan, benar prosedur pembedahan, serta
mengenalkan team operasi
Diisi pukul:
Asisten 1 :
Asisten 2 :
Asisten Anestesi :
Instrumentator:
Sirkuler :
Prosedur: Mastectomy
I. Komplikasi Operasi
komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
B. Instrumen penunjang
o Meja Operasi : 1
o Mesin Suction : 1
o Sambungan Kabel : 1
o Tempat Sampah : 1
o Meja Mayo : 1
o Meja Instrument : 1
o Lampu Operasi : 2
Set linen
o Alas meja operasi : 1
o Sarung meja mayo : 1
o Duk besar : 3
o Duk sedang : 4
o Duk kecil : 4
o Baju operasi : 6
o Handuk/ lap : 6
Persiapan pasien
1. Persetujuan operasi.
2. Alat-alat dan obat-obatan.
3. Puasa
4. Lavement
Prosedur
o Posisikan pasien dengan posisi supinasi
o Dilakukan Sign in sebelum pasien di anestesi
o Dilakukan general anastesi oleh penata anastesi
o Team melakukan cuci tangan bedah dan dilanjutkan dengan gowning dan gloving
sesuai prosedur
o Perawat instrumen menyiapakan instrumen operasi yang akan digunakan
sedangkan asisten melakukan tindakan aseptik menggunakan alkohol 70% dan
povidon iodine
o Setelah itu melakukan penutupan area operasi (drapping) dengan menggunakan
dua duk besar, dua duk kecil, dan duk lubang, lalu difiksasi menggunakan towel
clip
o Perawat Sirkuler melakukan prosedur “Time Out”, bertujuan untuk mengklarifikasi
identitas pasien, benar lokasi pembedahan, benar prosedur pembedahan, serta
mengenalkan team operasi
o Sebelum insisi, uji efek anastesi dengan menggunakan pinset chirurgie
o Dilakukan insisi, dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor
dimulai dari tepi payudara bagian luar superior hingga ipsilateral dan lalu pada
bagian tepi payudara luar inferior di insisi hingga bagian ipsilateral menggunakan
pisau bedah No. 10 hingga irisan bertemu di satu titik
o Kontrol perdarahan dengan menggunakan kassa, jepit ujung pembuluh darah yang
terputus dengan menggunakan artery clamp (pean), lalu gunakan ESU untuk
koagulasi
o Jepit subkutis menggunakan artery clamp, kocher. Jepit antara 3-4 bagian untuk
membuka lapang pandang area operasi
o Mastektomi dimulai yaitu dengan cara mendiseksi subkutis – jaringan adipose
menggunakan ESU arah medial – lateral, setelah sampai pada bagian tepi (m.
pektoralis mayor) dengan bantuan hak (langen beck) jaringan mamae dilepaskan
dari (m. pektoralis minor dan serratus anterior). Vena-vena menuju jaringan
mamae diligasi. Selanjutntya mengidentifikasi (thoracalis longus dan thoracalis
dorsalis, serta interkostobrachialis). Setelah semua struktur dapat teridentifikasi,
dilanjutkan dengan melepaskan seluruh jaringan payudara dengan dasarnya
(m.pektoralis)
o Eksplorasi perdarahan, jika ada perdarahan maka lakukan kiat-kiat No. 9 diatas
o Lakukan prosedur drainnase dengan menggunakan kanul NGT No.16 sebagai
evaluasi sisa perdarahan, lalu kanula NGT yang keluar tersebut difiksasi
menggunakan jahitan benang SILK 2/0
o Lakukan prosedur “Sign Out” : jumlah instrument sama dengan jumlah yang
digunakan, perdarahan 165cc (100cc di tabung dan 13 kassa basah dengan darah),
menghitung jumlah kassa yang terpakai 25 buah
o Dan setelah Eksplorasi dirasa cukup, maka jahit Subkutis dengan menggunakan
benang chromic 2/0 dengan teknik terputus
o Terkahir satukan kulit dengan jahitan benang Monosoft 2/0 dengan teknik
continues
o Bersihkan luka dari sisa darah dengan menggunakan cairan NaCl 0,9 % lalu
keringkan. Setelah itu tutup dengan kassa steril yang di fiksasi dengan plaster
menggunakan teknik balut tekan, dan terakhir balut dengan elastis verban.
Evaluasi
1. Kelengkapan instrument
2. Proses operasi
3. Bahan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
Robbins S, Cotran R. 2005. Pathologic Basis of Disease.7 edition. International Edition.
Pennsylvania: Elsevier.
Tjindarbumi. 2000. Deteksi Dini Kanker Payudar a dan Penanggulangannya, Dalam: Deteksi
Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Ford M, Finlayson CA. Surgical therapy of early breast cancer p185-190 in Jacobs L,
Finlayson CA Eds in Early diagnosis and treatment of Breast cancer.
Williams & Wilkins. . Philadelphia. 2010. 507-521 Prier E. 2011. Surgical biopsy in
Jacobs L, Finlayson CA. Eds. in Early diagnosis and treatment of Breast cancer.
Elsevier. Philadelphia. 2011;175-184