Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

RESUME KEPERAWATAN PASIEN CA MAMMAE


DI RUANG POLI BEDAH RSU RAJAWALI CITRA

OLEH
ORPIAN LESLI PREMAWOLI
PN.200860

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Ca Mamae


A. Pengertian
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini
menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak
dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada
bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah
bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit
(Erik T, 2011, hal : 39-40). Kanker payudara adalah pertumbuhan yang
tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas
(Buku ajar KMB, brunner dan Suddarth, edisi 8, 2012)

B. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh
yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang
a. pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun).
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama
dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar
pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker
payudara.
8. Usia: resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
9. Riwayat meastrual:
 early menarche (sebelum 12 thun)
 Late menopouse (setelah 50 th)
10. Riwayat kesehatan: Pernah mengalami/ sedang menderita otipical
hiperplasia atau benign proliverative yang lain pada biopsy payudara,
Ca. endometrial.
11. Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun,
menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan therapy
estrogen
12. Terapi radiasi; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen
13. Life style: diet tinggi lemak, mengkomsumsi alcohol (minum 2x
sehari), obesitas, trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi,
merokok.

C. Patofisiologi
Untuk dapat menegakkan dignosa kanker dengan baik, terutama
untuk melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang
proses terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor/neoplasma
merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri : proliferasi yang
berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menggangu fungsi
jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut
telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:

1. Fase induksi 15 – 30 tahun


Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-
tahun sampai dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor
ganas.
2. Fase insitu: 5 – 10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit
dn akhirnya juga di payudara.
3. Fase invasi: 1 – 5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui
membran sel ke jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah sera
limfa
4. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain

D. Gejala Klinik
Gejala-gejala kanker payudara antara lain
1. Terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri
2. Keluar cairan dari puting
3. Ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya
luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama
4. Rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting
5. Pembengkakan lokal (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu
Tanggal 29-8-2013, Harianto, dkk).
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan
padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar
payudara (Erik T, 2005, hal : 42).

E. Manifestasi Klinis
Penemuan dini kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan
ditemukan jika sudah teraba oleh pasien, Tanda-Tanda nya:
1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian
dalam, dibawah ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae
4. Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan
spontan, kadang disertai darah
7. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

Penentuan Ukuran Tumor, Penyebaran Berdasarkan Kategori T, N, M


TUMOR SIZE ( T )
1. Tx: Tak ada tumor
2. To: Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
3. T1: Tumor dengan diameter , kurang dari 2 cm
4. T2: Tumor dengan diameter 2 – 5 cm
5. T3: Tumor dengan diameter lebih dari 5
6. T4: Tumor tanpa memandang ukurannya telah
menunjukkan perluasan secara langsung ke dinding thorak atau
kulit

REGIONAL LIMPHO NODUS ( N )


1. Nx Kelenjar ketiak tak teraba
2. No: Tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral
3. N1: Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi
masih bisa digerakkan
4. N2: Metastase ke kelenjar ketiak homolateral,
melekat terfiksasi satu sama lain atau jaringan sekitrnya
5. N3: Metastase ke kelenjar homolateral
suprklavikuler/ infraklavikuler atau odem lengan
METASTASE JAUH ( M )
1. Mo: Tak ada metastase jauh
2. M1: Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit
di luar payudara

F. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini
terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi
umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem
limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih
fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan
didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit
selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah
perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya
pembengkakan yang menyulitkan (Buku ajar KMB, brunner dan Suddarth,
edisi 8, 2014, hal 1589).

G. Klasifikasi Kanker Payudara


1. Tumor primer (T)
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
a. T1a : Tumor < 0,5 cm
b. T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
c. T1c : Tumor 1 – 2 cm
T2 : Tumor 2 – 5 cm
T3 : Tumor diatas 5 cm
T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke
dinding thorax atau kulit.
a. T4a : Melekat pada dinding dada
b. T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
c. T4c : T4a dan T4b
d. T4d : Mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar axila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak
melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu
sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastas jauh (M)
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula.

H. Stadium Kanker Payudara


1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN)
atau penyebaran luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada
penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor
lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN.
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.
semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh.
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding
dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau
keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2013, hal : 285).
I. Pathway

Benjolan / massa, keluar


cairan

Timbul kelainan kulit

Pembesaran kelenjar getah bening/tanda metastasis


jauh

Kanker payudara

Mayoritas terjadi pada Nyeri tekan terjadi pada saat


kuadran atas terluar menstruan

Umumnya terjadi pada Metastasis ke kulit


payudara sebelah kiri

Lesi Ulserasi dan berjamur

Tidak terasa nyeri

Operasi
Terfiksasi, keras, batas tidak
teratur

Post Operasi

Kerusakan Gangguan Nyeri Kurang Disfungsi seks


Integritas kulit Citra Tubuh perawatan
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labortorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. LED
c. Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
d. Pemeriksaan sitologis
2. Test diagnostik lain:
a. Non invasive
1) Mamografi
2) Ro thorak
3) USG
4) MRI
5) PET
b. Invasif
1) Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2
macam tindakan pembedahan
2) Aspirasi biopsy (FNAB)
3) Dengn aspirasi jarum halus , sifat massa dibedakan antar kistik
atau padat
4) True cut / Care biopsy
5) Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi
untuk memandu jarum pada massa
6) Incisi biopsy
7) Eksisi biopsy
Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan
histologik secara froxen section.

K. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) dan
pembuluh dara kapiler (penyebaran limfogen dan hematogeno dapat
mengenai hati, paru-paru, pleura, tulang, sum-sum tulang, otak dan syaraf.
G. Penatalaksanaan Medis
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non
pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan
secara mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal,
tergantung dari luas, besar dan penyebaran kanker. Penanganan non
pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi hormonal.

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1. Data biografi/biodata
2. Riwayat keluhan utama
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak,
nyeri.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
4. Pengkajian fisik, meliputi:
a. Keadaan umum
b. Tingkah laku
c. BB dan TB
d. Pengkajian head to toe
5. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit
meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan
kreatinin.
b. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin
meningkat.
c. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma
mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi,
diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
6. Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan
sesudah masuk RS.
7. Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan
sesudah masuk RS.
8. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah
sakit.
9. Personal hygiene
a. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari.
b. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu.
c. Dikaji sebelum dan pada saat di RS
10. Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual
a. Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap
cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri,
mekanisme koping yang negatif.
b. Status sosial
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan
masyarakat lain.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake
tidak adekuat.
C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan
massa tumor ditandai dengan :
a. DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri
menjalar ke kanan.
b. DO :
1) Klien nampak meringis
2) Klien nampak sesak
3) Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri.
c. Tujuan : Nyeri teratasi.
d. Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
2) Nyeri tekan tidak ada.
3) Ekspresi wajah tenang.
4) Luka sembuh dengan baik.
e. Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa
nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
2) Beri posisi yang menyenangkan
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk
rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri
dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
4) Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan
adanya peningkatan nyeri
5) Penatalaksanaan pemberian analgetik.
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri
sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
lengan/bahu.
a. DS :Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan. badan terasa
lemah,tidak mau banyak bergerak.
b. DO : klien tampak takut bergerak.
c. Tujuan : Klien dapat beraktivitas
d. Kriteria hasil:
1) Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
2) Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
e. Intervensi :
1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat
berlanjut pada keterbatasan gerak.
2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan
3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan
keterbatasan dalam gerakan dan postur.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
a. DS :Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.Ekspresi wajah
tampak murung.Tidak mau melihat tubuhnya.
b. DO : klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.
c. Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
d. Kriteria :
1) Klien tampak tenang
2) Mau berpartisipasi dalam program terapi
e. Intervensi :
1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan
penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk
masa depannya.
2) Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan
dapat dikenali dan diukur.
3) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau
pemakaian prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang
lengkap, mendekati normal.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah.
a. DS : Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
b. DO : Klien jarang bicara dengan pasien lain, nampak murung.
c. Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya.
d. Kriteria hasil:
1) Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
2) Klien dapat menerima efek pembedahan.
e. Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien
terhadap penyakitnya.
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk
memulai proses pemecahan masalah.
2) Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien
memulai proses adaptasi.
3) Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang
memperhatikannya.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
a. DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.
b. DO : Adanya balutan pada luka operasi.Terpasang drainase, Warna
drainase merah muda
c. Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
d. Kriteria hasil:
1) Tidak ada tanda – tanda infeksi.
2) Luka dapat sembuh dengan sempurna.
e. Intervensi :
1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda
infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur
tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab
infeksi.
3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman
penyebab infeksi.
4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak
terjadi proses infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
a. DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
b. DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
c. Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
d. Kriteria hasil:
1) Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
2) Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan
pengobatannya.
e. Intervensi :
1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan
harapan yang akan datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat
berpartisipasi dalam program terapi.
2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan
dan pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan
mempertahankan volume sirkulasi untuk mengingatkan
regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas
yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan
penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.
4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh
dengan minyak.
Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas
kulit, dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan
rasa pantom payudara.
5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara
yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang
mengindikasikan terjadinya/berulangnya tumor baru.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake
tidak adekuat.
a. DS : Klien mengeluh nafsu makan menurun,mengeluh lemah.
b. DO : Setengah porsi makan tidak dihabiskan, Klien nampak lemah,
Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit,Hb 10,7 gr %.
c. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
d. Kriteria :
1) Nafsu makan meningkat.
2) Klien tidak lemah.
3) Hb normal (12 – 14 gr/dl).
e. Intervensi :
1) Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan
merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya.
2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi
kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.
3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung
zat besi penambah tenaga.
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien.
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan
nutrisi untuk kebutuhan energi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8 volume 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Black, Joyce M (2009). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for
Continuity of Care. 5th edition, 3 rd volume. Philadelphia. W.B Saunders
Company.
Carpenito, Lynda Jual (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek
Klinis. Edisi keenam, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doengoes, Marilynn. E (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hidayat, A. A. dan M.Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, edisi
2. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H. dan H. Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose Medis & Nanda, Nic-Noc, Edisi Revisi. Jilid 1. Yogyakarta:
Mediction Publishing.
Price, Sylvia. A (2011). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4 buku 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Barbara, CL., 2008. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses
keperawatan), Bandung.
Smeltzer, Suzannec. C. Bare, Brenda G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah. Edisi 8 Vo. 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai