Anda di halaman 1dari 18

ASKEP CA MAMAE / KANKER PAYUDARA 1.

Pengertian Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak


normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada
akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika
benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel
kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh
lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe)
ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker
bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah
kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40) Kanker payudara adalah
pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas.

2. Etiologi Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan


pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga
berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu : 1. Tinggi melebihi 170 cm Wanita yang tingginya 170
cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat
adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh
yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

2. Masa reproduksi yang relatif panjang.


1. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
2. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60
tahun)
3. Wanita yang belum mempunyai anak Lebih lama terpapar
dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan
wanita yang sudah punya anak.
4. Kehamilan dan menyusui Berkaitan erat dengan perubahan
sel kelenjar payudara saat menyusui.
5. Wanita gemuk Dengan menurunkan berat badan, level
estrogen tubuh akan turun pula.
6. Preparat hormon estrogen Penggunaan preparat selama atau
lebih dari 5 tahun.
7. Faktor genetik Kemungkinan untuk menderita kanker
payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau
saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T,
2005, hal : 43-46)

3. Anatomi fisiologi

1. Anatomi payudara Secara fisiologi anatomi payudara terdiri


dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori
pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara
kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar
parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan
ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.

2. Fisiologi payudara Payudara mengalami tiga perubahan


yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari
masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas
pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium
dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah
perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai,
semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil
dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar
karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,
dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari
hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh
sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-
535)

4. Insiden Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan


bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru,
kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan
kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di
Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah
kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening,
kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004). Angka
kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada
wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat
kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2
tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.

5. Patofisiologi Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit


tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena,
ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit
payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit
payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause).
Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan
berbagai penyakit berbahaya lainnya. Beberapa tumor yang
dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor
yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan
pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak
manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan
dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay
(ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker
payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan
respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy,
oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal
: 1589)

6. Gejala klinik Gejala-gejala kanker payudara antara lain,


terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri,
keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada
kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu
yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting,
pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com
.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk) Gejala
lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras
dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran
kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada
penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005,
hal : 42)

7. Klasifikasi kanker payudara


1. Tumor primer (T) 1. Tx : Tumor primer tidak dapat
ditentukan
2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba
tumor
4. T1 : Tumor < 2 cm T1a : Tumor < 0,5 cm T1b : Tumor 0,5
– 1 cm T1c : Tumor 1 – 2 cm
5. T2 : Tumor 2 – 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran
langsung ke dinding thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
T4c : T4a dan T4b T4d : Mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang
tidak melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang
melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastas jauh (M)
1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
2. M0 : Tidak ada metastase jauh
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar
subklavikula

8. Stadium kanker payudara :


1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus
terkena (LN) atau penyebaran luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan
LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm
dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan
LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan
keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada
penyebaran jauh
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung
ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada
tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh. (Setio
W, 2000, hal : 285)
9. Pemeriksaan diagnostik
1) Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat
struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini
tumor atau kanker.
2) Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan
tumor sulit dengan kista.
3) CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis
carsinoma payudara pada organ lain
4) Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
5) Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan
menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan
sendimental dan sentrifugis darah. (Michael D, dkk, 2005,
hal : 15-66)

10. Pencegahan Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10


wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk
pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi.
Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga
menyulitkan pemeriksaan.

Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada


kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama,
putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama.
Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu
tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan
atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan
kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah,
dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di
belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri.
Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.
Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian
periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada
ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada
umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari
tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada
tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan
(tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada
sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke
dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna.
6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
(www.vision.com
jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)

11. Penanganan Pembedahan


1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran).
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh
payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi Seluruh payudara,
semua atau sebagian besar jaringan aksial
1) Mastektomi radikal Seluruh payudara, otot pektoralis
mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
2) Mastektomi radikal yang diperluas Sama seperti
mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
Non pembedahan
1. Penyinaran Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang
tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase
tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
2. Kemoterapi Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif
pada penyakit yang lanjut.
3. Terapi hormon dan endokrin Kanker yang telah menyebar,
memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596
- 1600) KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan
melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan,
pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik,
serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah
pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber
data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
Pengumpulan data Adalah bagian dari pengkajian
keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan.
Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan
untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan
keperawatan . Sumber data Data dapat diperoleh melalui klien
sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik
secara wawancara maupun observasi. Data yang disimpulkan
meliputi : Data biografi /biodata Meliputi identitas klien dan
identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Riwayat keluhan
utama. Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak, nyeri. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit
yang sama . Pengkajian fisik meliputi : Keadaan umumØ
Tingkah lakuØ BB dan TBØ Pengkajian head to toeØ
Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah hemoglobin
biasanya menurun, leukosit meningkat,Ø trombosit meningkat
jika ada penyebaran ureum dan kreatinin. Pemeriksaan urine,
diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.Ø Tes
diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma
mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi,
diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon. Pengkajian
pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi : Nutrisi Kebiasaan
makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat
sebelum dan sesudah masuk RS. Eliminasi Kebiasaan BAB /
BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah
masuk RS. Istirahat dan tidur Kebiasaan tidur, lamanya tidur
dalam sehari sebelum dan sesudah sakit. Personal hygiene 1.
Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari 2.
Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu 3. Dikaji sebelum
dan pada saat di RS Identifikasi masalah psikologis, sosial dan
spritual : Status psikologisØ Emosi biasanya cepat
tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh,
merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme
koping yang negatif. Status socialØ Merasa terasing dengan
akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
Kegiatan keagamaanØ Klien mengatakan kegiatan shalat 5
waktu berkurang. Klasifikasi Data Data pengkajian : Data
subyektif Data yang diperoleh langsung dari klien dan
keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut : klien
mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu
makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat
tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah,
riwayat keluarga. Data obyektif Data yang dilihat langsung
atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi :
asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara,
hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah,
pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat pada
klien.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa
tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi
lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran
tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan intake tidak adekuat.

PERENCANAAN
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari
pencatatan perencanaan perawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien yang telah diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil,
intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
adanya penekanan massa tumor Ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara
sebelah kiri menjalar ke kanan.
DO : - Klien nampak meringis - Klien nampak sesak -
Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria Hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang atau
hilangØ Nyeri tekan tidak adaØ Ekspresi wajah tenangØ
Luka sembuh dengan baikØ Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi
dan penyebaran. Rasional : Untuk mengetahui
sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan
oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
intervensi selanjutnya.
2) Beri posisi yang menyenangkan. Rasional : Dapat
mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat
secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam. Rasional :
Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
4) Ukur tanda-tanda vital Rasional : Peningkatan tanda-
tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan
nyeri.
5) Penatalaksanaan pemberian analgetik Rasional :
Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga
dapat nyeri tidak dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


imobilisasi lengan/bahu.
Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.Ø
Klien mengeluh badan terasa lemah.Ø Klien tidak mau
banyak bergerak.Ø
DO : Klien tampak takut bergerak.Ø
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria Hasil : Klien dapat beraktivitas sehari – hari.Ø
Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.Ø Intervensi
: 1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat
berlanjut pada keterbatasan gerak.
2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah
kelelahan.
3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan
keterbatasan dalam gerakan dan postur.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran


tubuh. Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.Ø
Ekspresi wajah tampak murung.Ø Tidak mau melihat
tubuhnya.Ø
DO : Klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.Ø
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria Hasil : Klien tampak tenangØ Mau berpartisipasi
dalam program terapiØ Intervensi :
1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan
penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana
untuk masa depannya.
2) Diskusikan tanda dan gejala depresi. Rasional : Reaksi
umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat
dikenali dan diukur.
3) Diskusikan tanda dan gejala depresi Rasional :
Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan
gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi
pasangan terhadap perubahan tubuh.
4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi
atau pemakaian prostetik. Rasional : Rekonstruksi
memberikan sedikit penampilan yang lengkap,
mendekati normal.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan


bedah Ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinyaØ
DO : Klien jarang bicara dengan pasien lainØ Klien
nampak murung.Ø
Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.
Kriteria Hasil : Klien tidak malu dengan keadaan
dirinya.Ø Klien dapat menerima efek pembedahan.Ø
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon
klien terhadap penyakitnya. Rasional : membantu dalam
memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan
masalah
2) Tinjau ulang efek pembedahan Rasional : bimbingan
antisipasi dapat membantu pasien memulai proses
adaptasi.
3) Berikan dukungan emosi klien. Rasional : klien bisa
menerima keadaan dirinya.
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi
klien. Rasional : klien dapat merasa masih ada orang
yang memperhatikannya.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.Ø
DO : Adanya balutan pada luka operasi.Ø Terpasang
drainaseØ Warna drainase merah mudaØ
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil : Tidak ada tanda – tanda infeksi.Ø Luka
dapat sembuh dengan sempurna.Ø
Intervensi :
1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi. Rasional : Untuk
mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi
sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah
prosedur tindakan. Rasional : Menghindari resiko
penyebaran kuman penyebab infeksi.
3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan
antiseptik. Rasional : Untuk menghindari kontaminasi
dengan kuman penyebab infeksi.
4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik. Rasional :
Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak
terjadi proses infeksi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan


serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi. Ditandai dengan :
DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : Klien tidak menanyakan tentang
penyakitnya.Ø Klien dapat memahami tentang proses
penyakitnya dan pengobatannya.Ø

Intervensi :
1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur
pembedahan dan harapan yang akan datang. Rasional :
Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat
berpartisipasi dalam program terapi.
2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi,
makanan dan pemasukan cairan yang adekuat. Rasional :
Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan
volume sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan
atau proses penyembuhan.
3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi
aktifitas yang berat. Rasional : Mencegah membatasi
kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan
meningkatkan perasaan sehat.
4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang
sembuh dengan minyak. Rasional : Merangsang
sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan
ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom
payudara.
5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada
payudara yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara
yang mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor
baru.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat Ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nafsu makan menurunØ Klien
mengeluh lemah.Ø
DO : Setengah porsi makan tidak dihabiskanØ Klien
nampak lemah.Ø Nampak terpasang cairan infus 32
tetes/menit.Ø Hb 10,7 gr %.Ø
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil :
Nafsu makan meningkatØ Klien tidak lemahØ Hb
normal (12 – 14 gr/dl)Ø
Intervensi :
1) Kaji pola makan klien Rasional : Untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam
tindakan selanjutnya.
2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi
sering Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan
memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.
3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan
gigi. Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu
makan.
4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna
hijau. Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak
mengandung zat besi penambah tenaga.
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan
nutrisi untuk kebutuhan energi. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan :
melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat
tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama
harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia
perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan
menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi
rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan
berikutnya Evaluasi Tahapan evaluasi menentukan
kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan
intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses
keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien
ke arah pencapaian hasil.

Anda mungkin juga menyukai