Anda di halaman 1dari 11

Anatomi fisiologi

Anatomi payudara
Jaringan payudara terentang dari sekitar iga kedua sampai keenam. Perluasan kauda
(ekor ) jaringan ke dalam aksila dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada masa lemak
dan nifas dini saat jaringan tersebut membengkak. Konstituen utama payudara adalah sel
kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan jaringan ikat dalam jumlah
bervariasi. Payudara dibagi menjadi bagian atau lobus oleh septum fibrosa,yang berjalan
dari belakang puting payudara kearah otot pektoralis. Septum ini penting untuk
melokalisasi infeksi, yang sering terlihat sebagai meradang di permukaan payudara.
(dunstall, 2007)
Secara anatomi fisologi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang
lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang
sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.setiap
payudara terdiri dari 15-20 lobulus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobulus tidak
berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobulus terbuat dari ribuan kelenjar kecil
yang disebut alveoli. Kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan,mirip
buah anggur yang merambat. Alveoli (alveoli dan acinus singular) menghasilkan susu
dan subtansi lainnya selama menyusui . Setiap bola memberikan makanan ke dalam
pembuluh darah tunggal lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui putting susu.
Sebagai hasilnya terdapat 15-20 saluran putting susu, mengakibatkan banyak lubang
pada putting susu. Di belakang putting susu pembuluh lactiferous agak membesar
sampai membentuk penyimpangan kecil yang di sebut lubang-lubang lactiferous
(lactiferous sinuses). Lemak dan jaringan penghubung mengelingi bola-bola jaringan
kelenjar.
Gambar 1 lobulus dan duktus Payudara

( Zuiedema, 1999)

Keterangan:
A. Duktus pembesaran
B. Lobulus A. sel-sel normal
C. Bagian duktus yang di latasi untuk menahan susu B. membrane sel
D. putting susu C. lumen
E. Jaringan lemak
F. Otot pektoralis mayor
G. Dinding dada
Sejumlah jaringan lemak tergantung pada banyaknya faktor termasuk usia,persentase
lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang cooper menghubungkan dinding dada pada
kulit payudara dan memberikan bentuk payudara dan keelatisannya.( Long, 2000 )
Gambar 2 payudara

( Zuidema, 1999)
Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang
dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur
menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadangkadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama
palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak
berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya
berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,
dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat, 2004)

C. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko
pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara (Erik, 2005) yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur
genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Usia
Usia dibawah 20 tahun jarang dijumpai kanker payudara, angka kejadiannya meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia
3. Wanita yang belum mempunyai anak
Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan hormone estrogen
relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
4. Ibu yang menyusui
Ibu yang menyusui dapat mengurangi bahaya terkena kanker payudara karena semakin
lama ibu menyusui anaknya semakin kecil terkena kanker payudara, saat menyusui
terdapat perubahan hormonal salah satunya yaitu penurunan esterogen.
5. Kelamin
Kelamin laki-laki hanya 1 % angka kejadian kanker payudara.
6. Faktor genetik
Faktor genetik kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih besar pada
wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. Dan secara
umum juga riwayat keluarga sangat berperan dalam terjadinya kanker payudara
D. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas,
radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker

payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi
pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel
atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kirakira berdiameter 1 cm ). Pada
ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan
dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua
yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara,
dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolanbenjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006)
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira 1-2%
wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut.
Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan
jaringan limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang ( Price, 2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan sekitarnya,
dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan stress
karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa
nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman operatif dibagi dalam tiga tahap yaitu
preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh
dan memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang
bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat
atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak
beban dan syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan
terjadinya syock.
Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk
memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di
pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi
kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi
yang optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang

deket maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis
dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ
pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal.
(Mansjoer , 2000)
E. Manifestasi Klinik
Pada stadium awal tadak ada keluhan sama sekali hanya seperti fribroadenoma atau
penyakit fribrokistik yang kecil saja,bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan
tidak rata, konsistensi pada keras. Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja
dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian
besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah
kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak
teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada
saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Namun nyeri
yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada
kasus yang lebih lanjut. Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak
wanitayang mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita wanita ini bisa
saja tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan yang dapat diraba, tetapi
lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi. Banyak wanita dengan
penyakit lanjut mencari bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang dirasakan,
sebagai contoh mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak dimpling pada kulit
payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfotik pada dinding
dada dapat juga merupakan bukti. Metastasis di kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi
yang mengalami ulserasi dan berjamur. Tanda tanda dan gejala klasik ini jelas
mencirikan adanya kanker payudara pada tahap lanjut. Namun indek kecurigaan yang
tinggi harus dipertahankan pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus
dilakukan.
( Smeltzer & Bare, 2002 )
Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai berikut :
1. Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase)
pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan penyembuhan
secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian
tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
2. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah
bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 %
tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan
operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan
setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker
yang tertinggal.
3. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan
kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada
artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi
(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan
operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk
menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan
penderitaan penderita semaksimal mungkin.
( Smeltzer &Bare,2002 )
Dan klasifikasi penyebaran TNM menurut Price, 2006 adalah :
T

: tumor primer

TX

: tumor primer tidak dapat di tentukan

T0

: tidak ada bukti adanya tumor primer

T1

: tumor < 2 cm

T2

: tumor 2-5 cm

T3

: tumor > 5 cm

T4

: tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan


tanda udema,

: kelenjar getah bening regional

NX

: kelenjar regional tidak dapat di tentukan

N0

: tidak teraba kelenjar aksila

N1

: teraba kelenjar aksila

N2

: teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat
pada jaringan sekitarnya

N3

: terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

: metastase jauh

MX

: tidak dapat di tentukan metastasis jauh

M0

: tidak ada metastasis jauh

M1

: terdapat metastasis jauh

PROGNOSIS DAN TINGKAT PENYEBARAN TUMOR


Tingkat penyebaran secara klinik

T1 N0 M0

Ketahanan hidup lima tahun ( % )

85

(kecil terbatas pada mamma)


11

T2 N1 M0

65

(tumor lebih besar,kelenjar


terhinggapi tetapi bebas dari
sekitarnya)
111 T0 2 N2 M0

40

T3 N1 2 M0
(kanker lanjut dan penyebaran ke
kelenjar lanjut, tetapi semuanya
terbatas di lokoregional )
IV

T (semua) N (semua) M1

10

Lokoregional di maksudkan untuk daerah yang meliputi struktur dan


organ tumor primer, serta pembuluh limfe, daetrah saluran limfe dan
kelenjar limfe dari struktur atau organ yang bersangkutan.

F. Penatalaksanaan
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker payudara adalah
1. Pengobatan lokal kanker payudara
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal:
a. Mastektomi radiasi yang modifikasi.
b. Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah : mastektomi, limfektomi
(pengangkatan jaringan kanker dan sejumlah kecil jaringan sekitarnya dengan kulit
lapisan atas tetap di tempatnya).
1. Mastektomi
Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh payudara dan beberapa nodus
limfe Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor payudara dengan membuang
payudara dan jaringan yang mendasari.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi Biasanya di lakukan sel infuse massa tumor untuk mengurangi
kecenderungan kambuh dan menyingkirkan kanker resudial.

3. Rekontruksi / pembedahan
Rekontruksi/ pembedahan ini dilakukan tindakan pembedahan tergantung pada
stadium 1 dan 11 lakukan mastektomi radikal, bila ada metastasis dilanjutkan dengan
radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat juga dilakukan mastektomi simplek
yang harus di ikuti radisi tumor bed. Untuk setiap tumor yang terletak pada kuadran
sentral.
4. Terapi Hormonal dan Endokrin
Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menekan sekresi hormon esterogen. Kanker
yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
5. Tranplantasi sumsum tulang
Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini prosedur yang di lakukan adalah
pengangkatan sumsum tulang dan memberikan kemoterapi dosis tinggi, sumsum
tulang pasien yang dipisahkan dari efek samping kemoterapi, kemudian infuskan
ke IV.
6. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker
lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.

7. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

G. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
H. Pengkajian Fokus

Data fokus yang perlu dikaji menurut Doenges, (1999) adalah :


3. Data Penunjang
a. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi
histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya
massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa
dengan mammografi
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista dan
pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari mammografi.
e. Mammografi
Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk mendeteksi kanker
yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.
( Doenges, 1999 )

Anda mungkin juga menyukai