Anda di halaman 1dari 22

Kelainan Benjolan pada Payudara

Cinthyawati Tunggal Manuain (A1)


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Abstrak :
Kelenjar payudara merupakan modifikasi kelenjar keringat yang berkembang menjadi
susunan yang kompleks pada wanita, tetapi rudimenter pada pria. Pada wanita pertumbuhan
payudara waktu lahir belum selesai, dan pertumbuhan berjalan terus hingga masa pubertas.
Dalam perjalanan perkembangannya payudara dapat mengalami berbagai kelainan yang
menyebabkan keluhan seperti adanya benjolan, nyeri atau mengeluarkan secret. Benjolan pada
payudara perlu diwaspadai karena dapat berupa suatu keganasan. Benjolan yang tidak bersifat
ganas misalnya diakibatkan oleh tumor jinak seperti fibroadenoma dan tumor filoides, ataupun
karena suatu trauma yang menyebabkan nekrosis lemak.
Kata Kunci : kelenjar payudara, tumor jinak, nekrosis lemak.
Abstract :
Glandula mammae are modified sweat glands evolved into a complex arrangement in
women , but rudimentary in men. In women mammae growth time of birth has not been
completed , and the growth continues until puberty. In the course of development of the breast
can experience a variety of disorders that cause complaints such as a lump , pain or issue a
secret . Lump in the breast needs to watch out for can be a malignancy . Lumps are not
malignant , for example caused by benign tumors such as fibroadenomas and tumors filoides , or
because of a trauma that causes fat necrosis .
Keywords: Glandula mammae, benign tumor, fat necrosis.

Pendahuluan
Kelenjar payudara atau kelenjar mamaria adalah kelenjar keringat apokrin yang sangat
berkembang. Kedua kelenjar payudara ini terbentuk secara embriologis di sepanjang dua garis
yang berjalan dari aksila ke lipat paha. Pada manusia, hanya satu kelenjar terbentuk di masingmasing sisi toraks meskipun kadang-kadang dijumpai putting payudara tambahan disertai
jaringan payudara. Payudara terletak dari iga ke 2 hingga ke 6 dan melintang dari tepi lateral
sternum ke garis midaksila.1
Sebagian besar lesi payudara timbul pada wanita dan umumnya berupa nodul yang dapat
diraba dan terkadang nyeri. Bila dibiopsi, kira-kira 40% menunjukkan perubahan fibrokistik,
10% kanker, 7% fibroadenoma, 13% berbagai lesi jinak, dan 30% tanpa atau dengan sedikit
kelainan patologis.2
Makalah ini akan membahas tentang keadaan-keadaan yang bermanifestasi sebagai benjolan
yang timbul di payudara, dilihat dari ciri-ciri keluhan yang ditimbulkan, pemeriksaan yang dapat
dilakukan, hingga penatalaksanaan, komplikasi dan pencegahannya.
Skenario
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan terdapat benjolan
pada payudara yang semakin lama semakin membesar sejak 6 bulan yang lalu.
Anatomi Payudara
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Terdapat jaringan ikat yang
memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, m.pektoralis dan m.seratus anterior. Setiap
payudara terdiri dari 15-20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke puting
(papila mamaria), yang merupakan tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting
mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu duktus laktiferosa.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari a.mamaria interna,
a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris dan beberapa a.interkostalis.Persarafan kulit
payudara diatur oleh cabang plexus servikalis dan n.interkostalis.1,3

Gambar 1. Anatomi payudara


Kedua kelenjar payudara atau kelenjar mamaria adalah kelenjar keringat apokrin yang sangat
berkembang. Keduanya terbentuk secara embriologis di sepanjang dua garis yang berjalan dari

aksila ke lipat paha. Pada manusia, hanya satu kelenjar terbentuk di masing-masing sisi toraks
meskipun kadang-kadang dijumpai putting payudara tambahan disertai jaringan payudara.
Payudara terletak dari iga ke 2 hingga ke 6 dan melintang dari tepi lateral sternum ke garis
midaksila.
Untuk tujuan pemeriksaan, setiap payudara dibagi menjadi 4 kuadran oleh garis horizontal
dan vertical yang berpotongan di putting payudara. Satu perluasan lateral tambahan jaringan
payudara terentang dari kuadran atas luarb menuju aksila.
Masing-masing kelenjar mammae terdiri dari 15-20 lobus yang dipisahkan oleh jaringan
lemak longgar dan dibagi lagi oleh sekat-sekat kolagenosa. Untaian jaringan ikat yang disebut
ligamentum suspensorium payudara (ligamentum Cooper) berjalan antara kulit dan fasia
profunda untuk menopang payudara. Setiap lobus dibagi lagi menjadi lobules-lobulus dengan
jumlah bervariasi yang tersusun oleh kelompok-kelompok kelenjar penghasil susu mirip anggur
yang disebut alveoulus yang mengalirkan isinya melalui duktus laktiferi yang bermuara di puting
payudara. Sel-sel mioepitel mengelilingi alveoulus yang berkontraksi untuk membantu
mendorong susu menuju putting.
Puting dikelilingi oleh suatu daerah bundar berpigmen yang disebut aerola dan banyak
mengandung ujung saraf sensorik. Permukaan daerah ini juga mengandung kelenjar sebasea
Montgomery yang berfungsi melumasi puting payudara.1-3
Histologi dan Fisiologi Payudara
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang terdiri dari 15-20 lobus
yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus ekskretorius
masing-maisng yang akan bermuara pada putting susu, disebut duktus lactiferous yang dilapisi
oleh epitel gepeng berlapis.1
Tiap lobus terdiri atas beberapa lobules, ialah collecting duct yang dikelilingi 10-100 asinus.
Jaringan ikat interlobular (stroma interlobular) mengandung lebih banyak sel daripada jaringan
ikat intralobuler yang terdiri atas jaringan miksomatosa. Lapisan mioepitel melapisi sepanjang
system saluran dan keberadaannya penting untuk membedakan inasif dan karsinoma in situ
seperti juga dari kondisi jinak. Sel-sel mioepitel terikat pada membrane basal dan membentuk
lapisan seperti keranjang lobules payudara sehingga kontraksinya menghasilkan keluarnya isi
lobules (ASI saat laktasi) ke dalam saluran terminal. Sel-sel mioepitel di dalam saluran
membentuk lapisan yang lebih komplit yang hampir memisahkan sel-sel epitel saluran dan
membrane
Sekresi dilakukan oleh kelenjar yang dilapisi oleh membrane basalis, mioepitel dan epitel
kuboid selapis/epitel torak selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel
kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu.
Terdapat 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara wanita, yaitu :

Pertumbuhan dan involusi

Kelenjar payudara berasal dari penebalan epidermis. Menjelang menarche, maka


pertumbuhan bertambah dengan dibentuknya percabangan duktus dan proliferasi stroma diantara

duktus dan pada pubertas terjadi pertambahan stroma dan duktus terminal yang kecil tumbuh
menjadi alveoulus-alveoulus.
Pada saat menopause, payudara mengecil dan kurang padat. Pada usia inin tampak
pengurangan jumlah dan besarnya lobules serta tampak pertambahan jaringan elastic. Struktur
kelenjar menghilang dan hanya tampak duktus saja, seperti payudara pria.
Perubahan karena siklus haid
Sama dengan endometrium maka payudara juga dipengaruhi oleh siklus haid. Pada masa
proliferasi, setelah haid, pengaruh estrogen yang meningkat mengakibatkan proliferasi duktus
dan epitel alveoulus, duktus melebar dan hipertrofik. Setelah ovulasi, akibat pengaruh
progesterone, stroma menjadi sembap dan bertambah selnya.
Pada masa haid, akibat kadar estrogen dan progesterone yang menurun, terjadi kerusakan sel
epitel, atrofi jairngan ikat, edema jaringan interstisium menghilang, pengecilan duktus kelenjar.
Perubahan karena kehamilan dan laktasi
Beberapa saat setelah konsepsi, akibat kehamilan akan tampak pada payudara. Payudara akan
menjadi penuh dan padat. Kelenjar payudara membesar oleh karena ukuran lobules dan
jumlahnya bertambah.
Jaringan payudara seluruhnya terdiri atas unsure kelenjar, sehingga menyerupai pancreas,
sedangkan stroma hanya sedikit. Kelenjar dilapisi oleh epitel kuboid selapis dan pada trimester
ketiga tampak adanya secret. Vakuol lemak tampak dalam sel, dan segera setelah partus, eksresi
susu terjadi.
Setelah masa laktasi selesai, maka akan terjadi atrofi kelenjar, duktus mengecil dan seluruh
payudara akan mengecil lagi.4
Anamnesis Keluhan Payudara
Pemeriksa harus mulai dengan menetapkan riwayat haid. Pemeriksa perlu juga menentukan
tanggal haid terakhir. Penting dicatat bahwa penyakit yang ada di payudara cenderung muncul
selama paruh ke-2 daur haid. Benjolan sering membesar atau lebih mudah dipalpasi.1
Keluhan yang sering dialami adalah nyeri payudara, secret dari putting payudara, dan
benjolan di payudara.
a) Nyeri Payudara (mastalgia)
Seperti nyeri di tempat lain, anda perlu memastikan letak, penyebaran, karakter, lama,
keparahan, faktor pemberat, faktor pereda, dan gejala terkait. Dapat ditanyakan apakah nyeri
bersifat unilateral atau bilateral, apakah timbul rasa panas atau kemerahan di tempat nyeri,
apakah ada perubahan kulit yang terihat, apakah nyeri bersifat siklis atau menetap? Dan apakah
berkaitan dengan haid, pakah ada riwayat keluhan serupa sebelumnya, apakah pasien sedang
menyusui, apakah pasien sedang mendapat terapi hormone (khususnya HRT, terapi sulih
hormone). Penyebab tersering mastalgia pada wanita premenopause adalah perubahan hormone.

Penyebab jinak lainnya adalah mastitis dan abses. Sekitar 1/100 kanker payudara bermanifestasi
sebagai mastalgia sebagai satu-satunya gejala.1
b) Sekreta/Duh dari puting payudara
Penyebab terpenting pengeluaran cairan dari payudara meliputi patologi duktus seperti ektasia
duktus, papiloma, dan karsinoma. Dapat ditanyakan apakah cairan seperti susu atau bahan lain,
warna duh (mis jernih, putih, kuning, tercemar darah), duh keluar spontan atau tidak, adanya
pengeluaran cairan unilateral atau bilateral, adanya perubahan dalam penampilan putting atau
aerola, mastalgia, benjolan di payudara, abses perioaerola atau fistula yang menunjukan mastitis
periduktus. Pada wanita muda abses periaerola berkaitan erat dengan merokok. Mastitis
periduktus juga berkaitan dengan hidradenitis supurativa. Tanyakan tentang abses di tempat lain,
misalnya ketiak dan lipat paha. Gejalanya sering berulang.1
Setelah usia subur, sebagian wanita terus mengeluarkan sejumlah kecil cairan susu
(galaktorea). Namun, pada kasus-kasus yang jarang, hal ini dapat merupakan gejala awal
adenoma hipofisis penghasil prolaktin. Pada kasus galaktorea bilateral sejati, sehingga perlu
bertanya tentang nyeri kepala dan gangguan penglihatan.
c) Benjolan di payudara
Suatu keluhan utama yang sangat penting dengan sejumlah penyebab, yang terpenting
diantaranya adalah kanker. Dapat ditanyakan beberapa hal berikut kapan benjolan pertama kali
disadari, apakah ukuran benjolan tetap sama atau membesar, apakah ukuran benjolan berubahubah sesuai siklus haid, apakah terasa nyeri, adakah kelainan kulit local, adakah riwayat benjolan
payudara (tanyakan tentang riwayat biopsy, diagnosis, dan operasi). Anamnesis system lengkap
harus mencakup gejala lain yang mungkin menandakan suatu penyakit neoplastik (penurunan
berat, berkurangnya nafsu makan, lesu) dan penyebaran metastatic ke system organ lain (sesak
napas, nyeri tulang).1,5
Suatu petunjuk penting untk mengarahkan diagnosis suatu benjolan adalah usia pasien, yaitu
fibroadenoma sering dijumpai pada usia antara 20-30 tahun, kista sering pada usia anatar 30-50
tahun, kanker sangat jarang pada usia <30 tahun tetapi sering pada usia >50 tahun.
Faktor-Faktor risiko kanker payudara pada wanita adalah usia lanjut, kanker payudara pada
anggota keluarga dekat, gen BRCA, riwayat kanker di payudara lain, menarke dini (<12 tahun),
menopause lambat (>55 tahun), nuliparitas (tidak pernah hamil), tidak pernah menyusui, riwayat
radioterapi misalnya mantle radiotherapy untuk penyakit Hodgkin, pil Kontrasepsi oral atau HRT
(terapi sulih hormone/Hormon Replacement Therapy).1,5
Pemeriksaan Fisik Payudara

Inspeksi Payudara

Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi payudara. Sebelum memulai pemeriksaan harus
diingat bahwa dalam memeriksa payudara wanita, pemeriksa harus memiliki pendamping,
idealnya adalah seorang wanita. Pasien harus membuka seluruh pakaiannya hingga ke pinggang
dan duduk di tepi kursi dengan kedua lengan disamping. Pemeriksa harus mampu melihat leher,
payudara, dinding dada dan lengan.1
Pada inspkesi umum, pemeriksa berdiri di depan pasien dan mengamati kedua payudara, baik
ukuran, simetri, kontur, warna, jaringan parut, pola vena di kulit, adanya cekungan atau
perlekatan kulit, ulkus, dan tekstur kulit, misalnya apakah terlihat nodularitas atau tidak.
Suatu temuan yang tak lazim jangan sampai terlewatkan, misalnya gambran kulit jeruk akibat
edema local yang dapat dijumpai pada karsinoma payudara dan sesudah radioterapi payudara.
Selanjutnya perhatikan pada puting payudara apakah simetris, mengalami eversi, datar, atau
inverse. Putingnya berskuama (mungkin menunjukan eksim atau penyakit Paget di payudara).
Apakah putingnya mengeluarkan cairan, yang dapat berupa:

Duh dari satu duktus dapat menandakan suatu papiloma atau kanker

Duh dari banyak duktus di putting payudara menandakan ektasia duktus


Jika terdapat kelainan maka pastikan menanyakan hal tersebut baru atau sudah lama terjadi.
Selanjutnya memeriksa aksila dengan cara meminta pasien untuk meletakkan kedua tangan
mereka di kepala dan ulangi proses inspeksi. Beri perhatian khusus pada setiap asimetri atau
cekungan kulut yang terlihat. Periksa aksila untuk melihat massa atau perubahan warna.
Cekungan atau fiksasi dapat diperjelas dengan meminta pasien melakukan pasien melakukan
perasat seperti miringkan badan ke depan selagi duduk, letakkan kedua tangan dipinggang, dan
tekan tangan ke pinggang (perasat kontraksi pektoralis).1

Palpasi Payudara

Palpasi payudara harus dilakukan dengan pasien berbaring terlentang. Pada awalnya pasien
meletakan kedua tangannya di sisi badan. Pemeriksaan kuadran luar atas paling baik dilakukan
dengan tangan di sisi yang akan diperiksa diletakkan di belakang kepala.
Tanyakan kepada pasien apakah ada nyeri spontan atau nyeri tekan, dan periksa daerah
tersebut terakhir. Minta apsien untuk memberitahu jika terasa nyeri selama pemeriksaan.
Pemeriksa sewajarnya memulai pemeriksaan dari sisi asimptomatik sehingga pertama kali dapat
menentukan tekstur payudara normal. Minta pasien untuk menunjukan bagian yang nyeri ndan
tekan bagian ini paling akhir.1
Palpasi harus dilakukan dengan mempertahankan tangan tetap datar dan secara lembut
melakukan gerakan memutar jaringan payudara sembari menekannya ke dinding dada. Sebagian
besar jaringan payudara akan terasa berbenjol jika dipencet/dijepit.
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis untuk memastikan bahwa sleuruh bagian diperiksa.
Ada dua metode yang bisa digunakan :

Mulai dari bawah aerola dan lanjutkan ke arah luar dalam pola melingkar untuk memastikan
bahwa semua kuadran diperiksa.
Periksa payudara dalam dua bagian dengan memeriksa secara sistematis dari atas ke bawah.

Pemeriksaan Benjolan Payudara


Jika pemeriksa meraba suatu benjolan maka uraikan benjolan tersebut dengan secara khusus
memperhatikan posisi, warna, bentuk, ukuran, permukaan, sifat kulit sekitar, nyeri tekan,
konsistensi, suhu, dan mobilitas. Kemudian pastikan hubungannya dengan kulit diatasnya dan
otot di bawahnya. Pemeriksa perlu memutuskan apakah meraba suatu benjolan di daerah
berbenjol.1,5

Penambatan ke kulit

Benjolan dapat dilaporkan tertambat ke kulit jika benjolan tersebut dapat digerakkan
independen terhadap kulit untuk jarak terbatas tetapi akan menarik kulit jika digerakkan lebih
jauh.
Penambatan ini menandakan bahwa lesi tersebut telah menginfiltrasi ligamentum Cooper
yang berjalan dari kulit melalui lemak subkutis. Penambatan dapat disebabkan oleh adanya
kanker atau abses.
Saat inspeksi dalam keadaan istirahat, mungkin tampak pengeriputan permukaan kulit
(seolah-olah tertarik dari dalam) atau tidak terlihat adanya kelainan.
Untuk membuktikan benjolan tertambat di kulit pemeriksa menggerakkan benjolan dari sisi ke
sisi dan perhatikan adanya cekungan kulit pada ujung gerakan, lalu meminta pasien untuk duduk
miring ke depan dan minta pasien untuk mengangkat kedua lengan di atas kepala.1,5

Fiksasi kulit

Fiksasi kulit disebabkan oleh infiltrasi kontinu kulit secara langsung oleh penyakit di
bawahnya.benjolan dan kulit diatasnya tidak dapat digerakan secara independen. Fiksasi kulit
merupakan suatu kelanjutan dari penambatan kulit. Hal ini mungkin disertai oleh perubahan pada
tekstur kulit. 1,5

Hubungan Benjolan dengan otot

Benjolan mungkin tertambat atau melekat ke otot di bawahnya (misalnya pektoralis mayor)
Benjolan yang melekat ke otot di bawahnya sedikit banyak dapat digerakan jika otot melemas
tapi menjdi kurang dapat digerakkan ketika otot tegang.
Minta pasien untuk meletakkan tangan mereka pada pinggang dengan melemas.

Pegang benjolan diantara jempol dan telunjuk anda dan perikrakan mobilitasnya dengan
menggerakannya dalam 2 bidang yang tegak lurus satu sama lain. (misalnya naik turun
atau kiri kanan).
Minta pasien untuk menekan tangan mereka ke pinggang sehingga terjadi kontraksi
pektoralis mayor.ulangi pemeriksaan mobilitas diatas.

Benjolan yang tidak dapat digerakkan

Jika suatu benjolan tidak dapat digerakkan dalam situasi apapun maka benjolan tersebut
mungkin sudah menyebar ke tulang dinding dada, misalnya di separuh atas payudara atau
aksila.1,5
Pemeriksaan Penunjang Payudara
Semua benjolan di payudara harus diuji dengan triple test yang terdiri dari pemeriksaan fisik,
mamografi , dan biopsi. Karena fasilitas mamografi tidak ada di semua daerah dan USG relatif
lebih mudah, maka sebagai alternatif dapat digunakan USG payudara.
1. Pemeriksaan mamografi
Pemeriksaan mammografi adalah pemeriksaan yang sensitif untuk mendeteksi lesi yang tidak
teraba, sehingga baik untuk diagnosis dini dan screening. Mamografi dilakukan pada wanita
dengan gejala kanker payudara. Namun pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada wanita dengan
usia dibawah 30 tahun. Lesi ganas memperlihatkan gambaran stelata dan batas irreguler. Lesi
jinak mempunyai batas tegas dan bulat, bila ada kalsifikasi berbentuk bulat dan jarang
berkelompok.
Sedapat mungkin dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, terutama pada usia di atas 30
tahun. Walaupun mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka harus
dimamografi ulang. Pada mamografi , lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah satu
atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi ireguler atau
ber-spikula, terdapat peningkatan densitas dibandingkan sekitarnya.5
Mammogram adalah x-ray payudara. Mammogram digunakan untuk mencari penyakit
payudara pada wanita yang tidak memiliki tanda-tanda atau gejala dari masalah payudara.
Pengambilan mammogram biasanya mengambil 2 sudut (gambar x-ray diambil dari sudut yang
berbeda) dari masing-masing payudara. Untuk mammogram, payudara ditekan antara 2 pelat
untuk meratakan dan menyebarkan jaringan. Hal ini mungkin tidak nyaman untuk sesaat, tetapi
diperlukan untuk menghasilkan hasil yang baik, dan mudah dibaca oleh Mammogram dan
kompresi ini hanya berlangsung beberapa detik.6
2. Pemeriksaan patologi anatomi
Pemeriksaan patologi merupakan standar emas untuk diagnosis kanker termasuk mengetahui
etiologi, patogenesis, dan penentuan prognostik. Benjolan payudara dapat menjadi masalah

diagnostik sehari-harinya. Sebelumnya, biopsi eksisi merupakan pilihan dalam memastikan


benjolan tersebut, Saat ini dengan berkembangnya radioimaging, maka kombinasi dengan biopsi
aspirasi jarum halus (BAJH) memungkinkan untuk mengurangi eksisi bedah yang tidak perlu
pada lesi jinak. 3 Pemeriksaan BAJH dan radioimaging (mammografi, USG) melengkapi
pemeriksaan fisik merupakan Triple Diagnostic untuk nodul payudara. BAJH dapat
menggantikan open biopsy dan potong beku terutama pada lesi jinak. BAJH merupakan tehnik
yang sederhana yang dapat dilakukan di pada unit rawat jalan tanpa anestesi. BAJH sangat
membantu dalam mengenali lesi yang kecil dan fleksibel hampir tanpa komplikasi. BAJH
merupakan prosedur berbiaya rendah dengan sensitifitas yang masih dapat dipertahankan. Sangat
sulit untuk memastikan lesi ganas sebagai insitu atau invasif, padahal pembedaan ini sangat
penting untuk penatalaksanaan pasien. Selain itu BAJH perlu dilakuka oleh orang yang sudah
berpengalaman. Sitopatolog yang berpengalaman memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang lebih
tinggi.7
Untuk mengatasi keterbatasan BAJH, maka pada banyak negara maju menggantinya dengan
prosedur diagnostik berbasiskan jaringan seperti halnya CNB. Jaringan yang didapat dari
prosedur CNB memungkinkan untuk pemeriksaaan histologik. Dengan CNB diagnosis defenitif
pada beberapa lesi lebih dapat ditegakkan dibandingkan dengan BAJH, serta memungkinkan
juga untuk pemeriksaan penanda tumor seperti halnya spesimen yang didapat dari pembedahan.
Meskipun dibandingkan BAJH, CNB lebih invasif, memakan waktu lebih lama dan lebih mahal
namun CNB lebih kurang invasif, relatif hemat biaya, lebih mudah dilakukan dengan parut yang
minimal dibandingkan dengan open surgicalbiopsy.
Tindakan CNB bisa menjadi pilihan diagnostik lini kedua untuk lesi dimana pemeriksaan
BAJH gagal untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Core needle biopsy dianjurkan pada
diagnostik untuk membedakan karsinoma insitu dengan karsinoma invasif, atau diperlukannya
penentuan subtipe tumor. Hal ini biasanya pada kasus yang baru teridentifikasi secara klinis atau
radiologis sebagai karsinoma primer payudara terutama pada pasien yang menjadi kandidat
untuk diberikan kemoterapi adjuvan.8

3. Pemeriksaan usg payudara


Ultrasonografi adalah alat diagnostik yang berguna untuk membedakan tumor jinak dari
massa ganas payudara. Hal ini sangat berguna dimana metode diagnostik nyaman dan aman.
Ultrasonografi atau pemeriksaan USG menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi
untuk mendeteksi perubahan densitas jaringan yang sulit atau tidak mungkin dinilai dengan
pemeriksaan radiologi atau endoskopi. USG akan membantu membedakan kista dengan tumor
yang padat.9. Ultrasonografi dapat melengkapi untuk mendiagnosis kanker payudara. Berikut
adalah contoh hasil USG yang menunjukkan adanya fibroadenoma, tampak massa hipoechoic
dengan batas tegas.

Gambar 7. Gambaran USG FAM


Beberapa penyebab benjolan di payudara adalah tumor payudara, nekrosis lemak, kista.
1. Tumor Payudara
Tumor merupakan kelainan yang terpenting diantara semua kelainan pada payudara. Tumor
atau neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan berlebihan
dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun
rangsangan pertumbuhan telah berhenti. Sel-sel tersebut terus aktif membelah diri mengalahkan
pertumbuhan sel normal.
Tumor sendiri dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas sendiri
sering dikenal dalam masyarakat dengan sebutan kanker. Tumor jinak memiliki pertumbuhan
yang lamban dimana tumor ini tidak mempunyai kemampuan untuk menginfiltrasi jaringan di
sekitar, dan tidak bermetastasis ke organ lain. Berbeda dengan tumor ganas, sel tumor ganas atau
sel kanker cenderung lebih anaplastik. Biasanya memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat,
dan tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi, hingga metastasis ke jaringan sekitar. Hal ini
dapat memungkinkan timbulnya kematian, namun tidak semua tumor ganas mempunyai
kemampuan metastasis yang sama.2

Fibroadenoma

Tumor jinak payudara yang paling sering ditemukan adalah fibroadenoma. Sesuai dengan
namanya, merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat. Sering
ditemukan pada masa reproduksi, tetapi paling sering pada usia 30 tahun.
Penyebabnya mungkin senstivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen,
sehingga kelainan ini juga kadang-kadang digolongkan dalam mammary dysplasia. Pada
mammary dysplasia sering ditemukan bagian-bagian yang menyerupai fibroadenoma dan antara
kedua kelainan ini tidak ada batas jelas. Kelainan ini dinamai fibroadenomatosis.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobul berbatas jelas,
mudah digerakkan dari jaringan disekitarnya.
Secara makroskopik tampak suatu tumor yang bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada
penampang tampak jaringan ikat yang berwarna putih, kenyal serta tampak bagian-bagian yang
menonjol ke permukaan berwarna kekuning-kuningan jernih, merupakan komponen kelenjar.
Besarnya 2-6 cm.

Gambaran histologik menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi


kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel. Jaringan ikat dapat menunjukkan gambaran
miksomatosa.
Menurut gambaran histologiknya, fibroadenoma dibagi atas :
1) Fibroadenoma pericanaliculare
Kelenjar berbentuk bulat atau lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2) Fibroadenoma intracanaliculare
Jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak, sehingga kelenjar berbentuk panjangpanjang atau tidak teratur dengan lumen yang sempit atau menghilang. Kadang-kadang hampir
tidak ditemukan stroma yang berproliferasi, yang tampak hanya kelenjar-kelenjar yang saling
berdesakan. Gambaran tersebut sering ditemukan pada mamma lactans dan disebut lactating
adenoma.
Pemisahan yang tajam antara fibroadenoma peri dan intrakanlikuler kadang-kadang sukar,
berhubung ditemukannya jenis campuran. Menjelang haid tampak pembesaran sedikit dan
kehamilan jelas merangsang pertumbuhan. Pada menopause terjadi sebaliknya yaitu regresi.
Ekstirpasi perlu dilakukan untuk membuat diagnosis mikroskopik mengenai ganas tidaknya
kelainan yang ditemukan.
Penyakit bermanifestasi sebagai masa yang tak nyeri, solid, dapat digerakkan, berbatas
tegas, dan bulat dengan permukaan licin serta konsistensi seperit karet.
Fibroadenoma mamae bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namun
insiden kasus tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, estrogen dan usia
permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi merupakan
pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat
menyebabkan proliferasi sel dan hyperplasia yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang
membentuk lobus - lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang
menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan
estrogen fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat hal ini terlihat saat menstruasi
dan hamil. Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan tempat pertumbuhan
fibroadenoma mamae.
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik, dengan
mammografi atau ultrasound, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada
pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah
tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah benjolan tersebut dapat digerakkan atau tidak,
kenyal atau keras, ukurannya berapa cm, dan terdapat nyeri tekan atau tidak. Mammografi
digunakan untuk membantu diagnosis, mammografi sangat berguna untuk mendiagnosis wanita
dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan
mammografi, sebagai gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita
muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammografi.

Gambar 8. Fibroadenoma Mammae


Sebagai penatalaksanaannya, hanya diberikan jika pasien mengeluh gejala-gejala
simptomatik, seperti demam diberikan antipiretik, analgesic untuk nyeri. Bila dipengaruhi oleh
peningkatan kadar hormon estrogen, bisa diberikan Anti-Estrogen untuk menurunkan kadar
estrogen yang berlebihan. Sebagai terapi non medikamentosa dapat dilakukan biopsi
eksisi/eksterpasi/lumpectomy, yaitu suatu tindakan pembedahan dengan anestesi umum, yang
bertujuan untuk mengangkat seluruh jaringan tumor pada mammae beserta sedikit jaringan sehat.
Setelah dilakukan tindakan ini akan meninggalkan bekas jaringan parut, namun lama-kelamanan
akan menjadi jaringan normal kembali.Tindakan ini bertujuan sebagai diagnostik dan terapi pada
pasien Fibroadenoma.Sedangkan biopsi insisi merupakan suatu tindakan pembedahan yang
dilakukan dengan cara pengangkatan sebagian kecil jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat.
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menegakan diagnosis pasien, untuk memperkecil
penyebaran tumor, dan untuk mengetahui sifat tumor melalui pemeriksaan PA. Tindakan
mastectomy atau pengangkatan mammae tidak perlu dilakukan pada pasien Fibroadenoma
mammae karena merupakan tumor jinak.Tindakan mastectomy dilakukan jika ukuran dan lokasi
tumor menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien.
Fibroadenoma mammae mempunyai risiko yang sangat rendah untuk menjadi tumor ganas.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah pembesaran pada tumor tersebut yang bisa
menyebabkan terjadinya deformitas bentuk payudara penderita, dan sangat jarang penderita
fibroadenoma akan berubah menjadi kanker.
Prognosis fibroadenoma adalah baik disebabkan risiko menjadi ganas yang sangat rendah,
namun diperlukan pemeriksaan yang rutin.1-3
Tumor Filoides
Secara makroskopis membentuk tumor-tumor berbatas jelas, sangat besar, berlobulasi yang
menyebabkan pembesaran massif dari payudara. Ulserasi dari kulit dapat terjadi dengan nekrosis
tekanan, akibat pertumbuhan yang cepat. Pada sayatan tampak padat, pucat dan berlobulasi,
tetapi seringkali dapat dilihat adanya daerah-daerah kistik atau perubahan miksomatosa dan
pembentukan celah.
Secara mikroskopis terlihat struktur yang sama dengan fibroadenoma dengan pola
intrakanalikular, tetapi stroma seluler, kadang-kadang sangat selular, dengan keadaan inti yang

atipik dan banyak mitosis. Celah-celah ini dilapisi dengan sel-sel epithelial dengan gambaran
teratur, dan tidak jarang ditemukan kelainan inti.
Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan berasal dari stroma
intralobulus.Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3 4 cm, tetapi sebagian tumbuh dan membesar
sehingga menyebabkan payudara membesar dan berkembang dengan cepat.Tumor ini terdapat
pada semua usia, namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis
(mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas. Hampir mirip
dengan fibroadenoma mammae, akan tetapi yang membedakan pada saat di biopsy akan
memperlihatkan celah mirip daun, sehingga tumor ini disebut tumor filoides.1-3,10

Gambar 9. Pemeriksaan Histopatologi Tumor Filoides

Karsinoma Payudara

Tumor ganas atau kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran
basal (noninvasif) dan yang sudah menembus membran basal dan yang sudah menembus
membran basal. Bentuk utama tumor ganas payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Noninvasif
Terdapat dua tipe karsinoma payudara yang noninvasif yaitu: karsinoma duktus in situ (DCIS)
dan karsinoma lobulus in situ (LCIS). Penelitian morfologik memperlihatkan bahwa keduanya
biasanya berasal dari unit lobulus duktus terminal. DCIS cenderung mengisi, mendistorsi dan
membuka lobulus yang terkena sehingga tampaknya melibatkan rongga mirip duktus. Sebaliknya
LCIS biasanya meluas, tetapi tidak mengubah arsitektur dasar lobulus. Keduanya dibatasi oleh
membran basal dan tidak menginvasi stroma atau saluran limfovaskular.
1. Karsinoma Duktus in situ (DCIS)
DCIS menunjukkan gambaran histologik yang beragam. Pola arsitekturnya, antara lain tipe
solid, kribiformis, papilaris, mikopapilaris, dan clinging. Secara makroskopis, DCIS dapat
menghasilkan suatu massa keras yang terdiri atas struktur-struktur seperti tali dan massa
nekrotik. Kalsifikasi adalah gambaran yang biasanya dijumpai.
Berdasarkan histologinya DCIS terbagi atas lima subtipe: komedokarsinoma, solid,
kribriform, papilari, dan mikropapilari. Beberapa kasus menunjukkan hanya mempunyai satu

gambaran subtipe, tetapi mayoritas kasus menunjukkan campuran dari kelima tipe ini.
Sebelumnya DCIS terbagi atas dua bagian yaitu yang highgrade dengan karakteristik sel-sel
besar dan plemorfis serta dijumpai adanya nekrosis (comedokarsinoma). Sedangkan yang lowgrade terdiri atas sel-sel kecil yang uniform serta tidak dijumpaiadanya nekrosis (solid,
kribiform, mikropapilari).
Sekarang ini DCIS terbagi atas tiga grade berdasarkan atas kriteria sitologi. Yang termasuk
grade 3 adalah komedokarsinoma yang klasik, solid klasik/kribiform/mikropapilari termasuk ke
dalam grade 1 DCIS, dan sedangkan gambaran diantara kedua kriteria di atas dimasukkan
kedalam grade 2 DCIS.7
2. Karsinoma Lobulus in situ (LCIS)
LCIS cenderung bersifat multifokal dan bilateral. LCIS tidak menghasilkan lesi yang dapat
diraba dan tidak terlihat pada mammografi. Kondisi ini biasanya merupakan temuan patologik
insidental. Sel-sel pada DCIS dan LCIS kehilangan ekspresi e-cadherin, suatu protein
transmembran yang bertanggung jawab atas adhesi sel-sel epitelial. Pada keadaan ini ditemukan
loss of heterozygocitypada 16q posisi gen e-cadherin.7
b. Invasif
1. Karsinoma Duktus Invasif
Secara makroskopis tumor berupa massa infiltratif berwarna putih-keabuan yang teraba keras
seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan merupakan ciri khas karsinoma ini dan
dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik (elastosis) di sekitar duktus di daerah yang terkena.
Fibrosis dapat luas (desmoplasia) dan menghasilkan suatu karsinoma tipe keras (scirrhous).Pada
beberapa kanker, secara jelas mengekspresikan reseptor hormon dan tidak overekspresi terhadap
HER2/neu. Pada tumor yanglain dijumpai sel-sel pleomorfik yang tersusun secara anastomosis,
lebih sedikit mengekspresikan reseptor hormon dan lebih banyak mengekspresikan HER2/neu.7
2. Karsinoma Lobulus Invasif
Tipe kanker payudara ini biasanya tampak sebagai penebalan di kuadran luar atas dari
payudara. Tumor ini berespon baik terhadap terapi hormon. Terjadi sebanyak 5% dari kasus
kanker payudara. Karsinoma lobular invasif biasanya tampak seperti karsinoma duktal insitu
yaitu massa yang dapat teraba dan densitas pada mammografi. Sekitar kasus adalah bentuk
difus dari invasif tanpa desmoplasia yang menonjol dan adanya daerah penebalan dari payudara
atau perubahan arsitektur pada mammografi. Metastasis sulit dideteksi berdasarkan klinis dan
radiologis pada tipe invasif. Karsinoma lobular dilaporkan paling banyak dijumpai bilateral.
Insiden dari karsinoma lobular dilaporkan meningkat pada wanita yang postmenopause. Diduga
ada hubungan dengan terapi hormon pengganti pada wanita yang postmenopause.
Secara mikroskopis menunjukkan gambaran klasik dengan kecenderungan populasi sel yang
sedikit. Sel-sel tersebar tunggal atau membentuk kelompokan kecil dengan karakteristik

gambaransingle file, sitoplasma sedikit, banyak dijumpainaked cell, inti irregular, hiperkromatik
dan ukuran inti uniform. Ukuran sel sedikit lebih besar dari limfosit, inti bulat oval, ukuran inti
11,8 m, tepi ireguler, kadang-kadang tampak nukleoli dan indentasi pada tepi inti, kadangkadang inti eksentrik, sitoplasma banyak dan mengandung musin. Pada karsinoma lobular secara
umum dapat dijumpai dua jenis sel yaitu, sel-sel kecil yang tersebar merata biasanya dijumpai
pada wanita postmenopause dan sel-sel yang tersusun dalam kelompokan pleomorfik,
membentuk gambaran tiga dimensi, ukuran sel lebih besar sedikit dari sel-sel darah merah.
Kadang-kadang dapat dijumpailumina intrasitoplasmik, vakuol musin atausignet ring cel. Stroma
banyak, terdiri dari jaringan ikat atau desmoplastik. Sel-sel neoplastik tidak begitu erat melekat
ke stroma dan pada sediaan hapus menunjukkan populasi yang sedikit. Pada beberapa karsinoma
lobular dijumpai kondensasi droplet musin pada sentralbulls eye inclusion) tetapi keadaan ini
bukan suatu karakteristik.7
3. Karsinoma Medularis
Secara makroskopis berbentuk bulat dengan ukuran yang berbeda-beda, dengan diameter 2
-2,9 cm, dengan batas yang tegas dan konsisten lunak. Berwarna coklat sampai abu-abu. Sering
dijumpai daerah nekrosis dan perdarahan-perdarahan.Secara histopatologi karsinoma terdiri dari
sel-sel yang berdiferensiasi buruk yang tersusun pada lembaran-lembaran besar, dengan tidak
dijumpai struktur kelenjar, dengan stroma yang sedikit dan infiltrasi limphoplasmasitik yang
menonjol.
Ada lima bentuk karakteristik yaitu bentuk sinsitial, tidak dijumpai bentuk glandular atau
tubular, infiltrasi limphoplasmasitik pada stroma yang diffuse, selselnya biasanya bulat dengan
sitoplasma yang banyak dan anak inti vesikuler mengandung satu atau beberapa anak inti. Inti
plemorfis dengan ukuran sedang. Mitotis sering dijumpai. Dapat dijumpai sel-sel besar yang
atipik, sel- sel yang berfoliferasi dibatasi oleh jaringan ikat fibrous.
4.

Karsinoma Koloid (Karsinoma Musinosa)


Insiden karsinoma musinosum juga lebih tinggi pada wanita yang mengalami mutasi gen
BRCA1. Mirip dengan yang diamati pada karsinoma medullari, hypermetilasi dan promoter
BRCA1 juga terdapat pada 55% dari karsinoma musinosum yang tidak berhubungan dengan
mutasi germline BRCA1.
Secara makroskopis konsistensi tumor sangat lunak seperti gelatin dan berwarna pucat biru
keabuan. Sel tumor tampak berkelompok dan memiliki pulau-pulau sel yang kecil dalam sel
musin yang besar yang mendorong ke stroma terdekat.
Secara sitologi sel-sel kanker dengan bentuk atipik, membentuk agregat kecil yang solid dan
ada juga yang tersebar membentuk files tunggal, inti membesar, pleomorfik, moderate atipia,
dengan sitoplasma yang banyak. Latar belakang sediaan hapus didominasi oleh musin yang

sangat menonjol dan secara makroskopis dapat terlihat. Pada pewarnaan MGG, musin
memperlihatkan warna biru dan pada pewarnaan Hemaktosilin dan Eosin serta Pap memberikan
warna pucat. Pada beberapa kasus dapat dijumpai musin intrasitoplasmik dansignet ring cell,
seperti pada karsinoma lobular invasif. Selain itu juga dapat dijumpai gambaran chicken wire
yang berasal dari pembuluh darah dan sangat prominen. Keadaan ini mendukung suatu
karsinoma musinosum walaupun pada fibroadenoma mamma juga kadang-kadang dapat
dijumpai. Pada sediaan hapus tidak dijumpai massa nekrotik.
5. Karsinoma Tubulus
Gambaran mikroskopisnya tumor ini terdiri dariwell formed tubules dan terkadang sulit
dibedakan dengan lesi sklerotik yang jinak. Namun demikian tumor ini tidak memiliki lapisan sel
myoepitel dan sel-sel tumor ini berkontak langsung dengan stroma. Hampir semua karsinoma
tubulus mengekspresikan reseptor hormon, dansangat jarang mengekspresikan ERBB2 secara
berlebihan.
2.1.2

Staging tumor
Untuk menentukan suatu perjalanan tumor, pengklasifikasian tumor payudara berdasarkan
staging-nya dengan benaradalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Tidak hanya untuk
memberi prognosis, tetapi juga berguna untuk memilih terapi yang tepat. Sehingga tidak ada
kesalahpahaman yang terjadi dengan pasien. Saat ini, stadium kanker payudara dinilai
berdasarkan sistemTNM (Primary Tumor, Regional Lymph Nodes, Distant Metastasis)
menurutAmerican Joint Committee on Cancer.T pada sistem TNM merupakan kategori untuk
tumor primer, N kategori untuknodul regional ataupun yang bermetastase ke kelenjar limfe
regional, dan Mmerupakan kategori untuk metastase jauh.

Tabel 2.2. Staging Tumor Payudara Sistem TNM


Primary Tumor (T)
TO
Tidak ditemukan adanya tumor payudara
TIS
Karsinoma In Situ, belum invasif
T1
Tumor berukuran 2 cm atau kurang
T1a
Ukuran tumor 0,1 - 0,5 cm dan tidak ditemukan adanya
perlekatan ke fasia pektoralis
T1b
T1c
T2

Ukuran tumor 0,1 - 0,5 cm dan ditemukan adanya perlekatan


ke fasia pektoralis
Tumor berukuran 1 cm 2 cm
Tumor berukuran 2 cm 5 cm

T3
T4

Tumor berukuran lebih besar dari 5 cm


Tumor dengan infiltrasi ke dinding toraks, inflamasi terbentuk
ulserasi

Regional Lymph Nodes (N)


N0
Belum ada terjadi metastasi ke kelenjar limfe
N1a
Metastasis 1-3 nodul ke kelenjar limfe aksila
N1b
Metastasis 1-3 nodul ke internal mammary
N1c
Metastasis 1-3 nodul ke kelenjar limfe aksila dan limfe internal
mammary dengan kelainan secara mikroskopis tapi tidak kelihatan
gejala kilnis
N2
Metastasis 4-9 nodul ke kelanjar limfe aksila atau nodul padainternal
mammary terlihat secara klinis tanpa nodul di aksila
N3
Metastasis lebih dari 10 nodul di limfe infraklavikula dengan atau
tanpa metastasis kelenjar limfa aksila, atau kelihatannya nodul di limfa
internal mammary
Distant Metastasis (M)
M0
Tak terjadi metastasis yang jauh
M1
Metastasis jauh (termasuk metastasis ke supraklavikula
ipsilateral)
(Sumber: AJCC Cancer Staging Manual Sixth Edition, 2002)
Selanjutnya berdasarkan ukuran tumor, nodul dan metastasis yang telah didapati, penentuan
staging dilakukan berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 2.3. Stage Grouping Tumor Payudara Berdasarkan Sistem TNM32
Staging
Stage 0
Stage I
Stage IIA
Stage IIB
Stage IIIA

Stage IIIB

T
TIS
T1
T0
T1
T2
T1
T3

N
N0
N0
N1
N0
N0
N0
N0

M
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0

T0
T1
T2
T3
T4

N2
N2
N2
N1,N2
Any N

M0
M0
M0
M0
M0

Stage IIIC
Any T
N3
Stage IV
Any T
Any N
(Sumber: AJCC Cancer Staging Manual Sixth Edition, 2002)

M0
M1

Diagnosis Dini
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan untuk menurunkan angka mortalitas
kanker payudara dengan penemuan kanker payudara sedini mungkin dan pengobatan saat ukuran
masih kecil sebelum kanker tersebut bermetastasis. Penemuan kanker payudara sedini mungkin
yang didiagnosis dan diobati secara benar akan menambah harapan hidup penderita kanker
payudara. Berikut adalah langkah-langkah melakukan SADARI:5
1. Berdiri didepan cermin, lalu perhatikan bentuknya, simetris atau tidak, ada tidaknya kemerahan
di payudara. Perhatikan pula puting susu dan sekitarnya, adakah luka atau puting tertarik ke
dalam.
2. Lalu angkat kedua lengan ke atas dengan telapak tangan diletakkan di daerah belakang kepala,
sedikit di atas leher. Dengan gerakan ini, seharusnya payudara akan terangkat ke atas secara
simetris. Perhatikan ada tidaknya daerah yang tertarik ke dalam. Perhatikan adakah kelainan
pada kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk.
3. Turunkan salah satu lengan, lalu raba dengan telapak jari-jari tangan seperti tampak pada.
Berhenti sebentar, lalu raba dengan gerakan memutar dengan sedikit penekanan pada payudara.
Lalu geser ke daerah lain, berhenti lagi sambil diraba dengan gerakan memutar. Lakukan hal ini
berulang-ulang sampai seluruh bagian payudara selesai diperiksa.
4. Lakukan pemeriksaan pada daerah ketiak dengan gerakan memutar seperti saat memeriksa
payudara. Perhatikan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
5. Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar payudara ke arah puting, lalu beri
sedikit penekanan di puting susu terus ke depan. Tidak perlu khawatir bila dengan gerakan ini
keluar beberapa tetes cairan jernih.5
2. Abses Payudara
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi
rongga tersebut.11
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah

didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.11
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah
diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian
mastitis berlanjut menjadi abses. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala
yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat
dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau
syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
o Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
o Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
karena kulit diatasnya menipis. Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
o Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
o Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
o Gatal
Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul
abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan
kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Secara mikroskopis terlihat jaringan payudasra
laktasi aktif dengan peradangan supuratif akut dan pembentukan abses. Jika keadaan ini
dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis.
Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul ataupun tidak . Pus dapat diaspirasi denagn spuit
dan jarum berlubang besar. Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum
ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu
menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang
rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
Keadaan ini ditemukan pada wanita perokok.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali
sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak
sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara. Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul.Cairan ini dapat
dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi,
bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial.

Abses berkaitan dengan infeksi yang terjadi pada saat menyusui. Beberapa ibu memiliki
puting susu yang rata dan menyulitkan untuk menyusui. Sebagai pencegahan dapat dilakukan hal
berikut, oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan dengan
arah jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik horizontal.
Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali.
Jika latihan ini dilakukan beberapa kali per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu.
Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra
pada saat kehamilan.

Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D
Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara

Dengan pengobatan yang baik akan menghasilkan prognosis yang baik.11,12


3. Nekrosis Lemak Traumatis
Nekrosis lemak adalah nekrosis fokal pada jaringan lemak payudara, yang diikuti reaksi
radang, merupakan kelainan yang ditemukan sebagai lesi yang berbatas jelas. Akibat jaringan
parut yang terbentuk maka terdapat daerah yang konsistensinya padat. Penyebab nekrosis lemak
dianggap adalah trauma.
Walaupun kurang dari separuh pasien mempunyai suatu riwayat cedera tertentu, terdapat bukti
yang baik, bahwa lesi yang timbul akibat trauma terhadap suatu daerah jaringan adipose, cukup
untuk menyebabkan pecahnya sel-sel lemak dan memungkinkan lepasnya globules lemak ke
dalam jaringan sekitar.
Mula-mula terjadi perdarahan dan nekrosis yang mencair dikelilingi jaringan yang lebih
padat. Kemudian timbul daerah dengan batas jelas berwarna kelabu, ditengahnya terdapat sisasisa perdarahan. Akhirnya daerah tersebut diganti dengan jaringan parut dan ditengahnya
terdapat daerah nekrotik dengan pigmen-pigmen dan perkapuran.
Secara makroskopik ditemukan sebagai massa yang padat dalam payudara, kadang-kadang
dengan fiksasi setempat dan kulit yang terikat. Pada sayatan, terdapat nodul pucat, padat, fibrosa
yang berisi sejumlah fosi kuning yang multiple, yang mengandung bahan lemak cair.
Secara mirkoskopik tampak sel-sel lemak yang pecah, melepaskan isi lemak yang
menyebabkan reaksi sel datia benda asing. Karena itu terdapat daerah yang terdiri dari ruangruang lemak, sel busa fagositik, sel-sel datia benda asing, sel-sel peradangan dan akhirnya
jaringan fibrosa padat. Kepadatan dari lesi ini dan reaksi fibrosa yang dapat menimbulkan fiksasi
terhadap jaringan sekitar, menimbulkan kemiripan klinik yang sangat dengan karsinoma.1-3
4. Kelainan Kistik
Merupakan jenis mammary dysplasia dengan cirri-ciri hiperplasi epitel dan stroma serta
pembentukan kista. Biasanya multifocal dan bilateral, pada wanita menjelang menopause (45-55

tahun). Pada tiap siklus haid terjadi hiperplasi abnormal epitel duktus disertai dilatasi duktus.
Tetapi karena tidak terjadi regresi atau atrofi duktus, maka terjadi dilatasi duktus.
Secara makroskopik dapat terlihat kista-kista yang berukuran mikroskopik hingga bergaris
tengah 4 sampai 5 cm, dari luar berwarna cokelat biru. Kista berisi cairan jernih atau keruh.
Secara mikroskopik tampak pelebaran kistik dari duktus. Pada kista berukuran besar,
epitel menipis dan kadang-kadang atrofik. Pada kista yang kecil, epitelnya kuboid sampai torak
dan sering bertumpuk-tumpuk, sehingga menimbulkan penonjolan papiler. Kadang-kadang
terdapat kista yang dilapisi oleh sel-sel yang besar, polygonal, mengandug sitoplasma yang
granuler, eosinofilik, dengan inti yang bulat kecil dan hiperkromatik, disebut epitel apokrin.
Stroma terdiri dari jarinan ikat padat dan pada jaringan sekitar kista sering terdapat
limfosit. Limfosit sering merupakan komponen payudara yang normal dan bukan radang. Kista
payudara dapat menyebabkan nyeri pada payudara.Kista payudara biasanya teraba licin, dapat
digerakkan, dan berbatas tegas.Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau oval yang
berbatas tegas dengan densitas lebih terang disbanding dengan parenkim payudara.1-3

Gambar 11. Gambaran mammografi kista payudara


Kesimpulan
Keluhan benjolan pada payudara dapat disebabkan oleh berbagai keadaan baik pada
keganasan maupun non kanker. Benjolan nonkanker seperti pada fibrosisadenoma, kista, tumor
filoides, nekrosis lemak traumatis, dan abses payudara. Kanker terjadi ketika sel-sel dalam
payudara mulai tumbuh secara tidak normal. Tumor jinak payudara adalah massa atau benjolan
pada payudara yang memiliki pertumbuhan yang lamban dimana tumor ini tidak mempunyai
kemampuan untuk menginfiltrasi jaringan di sekitar, dan tidak bermetastasis ke organ lain.
Sedangkan kanker atau tumor ganas payudara adalah massa atau benjolan pada payudara yang
memiliki laju pertumbuhan lebih cepat, dan tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi,
hingga metastasis ke jaringan sekitar yang dapat memungkinkan timbulnya kematian.
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin. Hal ini dapat meningkatkan
sensitivitas seseorang terhadap perubahan pada payudara. Ketika ada benjolan kecil sekalipun,
dapat langsung mengetahuinya karena terbiasa memeriksa dan mengetahui bagaimana payudara
pada kondisi normal. Bila menemukan benjolan pada payudara, sebaiknya segera dipastikan
merupakan kanker atau bukan.

Daftar Pustaka

1. Thomas J, Monaghan T. Payudara wanita. Dalam: Buku saku Oxford pemeriksaan fisik
dan keterampilan klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. Hal.369-83.
2. Robbins, Cotran, Kumar. Traktus Genitalia Wanita dan Payudara. Dalam: Buku saku
Robbins daftar patologi penyakit. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;1999.
Hal. 619-52.
3. Crum Christoper P, Lester Susan C, Cotran Ramzi S. Sistem genitalia perempuan dan
payudara. Dalam: Buku ajar patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.Hal.793-4.

4. Thomson A.D, Cotton R.E. Payudara. Dalam: Catatan kuliah patologi. Edisi III. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;1997. Hal.252-63.
5. Fadjari H. Pendekatan diagnosis benjolan di payudara. 2012. Subbagian HematologiOnkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Hasan Sadikin Bandung. Diunduh
dari www.kalbemed.com, 20 April 2016.
6. American Cancer Society (ACS). Breast cancer. Atlanta: American Cancer
Society,Inc. Diunduh dari www.cancer.org. 2012 pada 22 April 2016.
7. Hilbertina N. Peranan patologi dalam diagnostik tumor payudara. 2015. Bagian Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Diunduh dari
jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/download/263/226, 29 Maret 2016.
8. Juan, Rosai. Ackermans Surgical Pathology. Volume I. 9th edition. Mosby. 2004: 52-3.
2098-9.
9. Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC; 2014.h. 25-39.
10. Eisenberg Ronald L. In: Clinical imaging an atlas of differential diagnosis. Fifth Edition.
Piladelphia: 2010.Hal.1392-5.
11. Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu bedah
Sjamsuhidajat-de jong. Ed.3. Jakarta: EGC; 2010.h. 473-5.
12. Sabiston DC. Buku ajar bedah: sabistons essentials surgery. Jakarta: EGC; 1992. h. 37383.

Anda mungkin juga menyukai