Anda di halaman 1dari 26

TUGAS ILMU PENYAKIT DALAM

CASE REPORT
GASTROENTERITIS AKUT

Pembimbing:
dr. Rina Kriswiastiny, Sp.PD

Oleh:
Alfianita Fadila

KEPANITERAAN KLINIK SMF PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
BAB I

IDENTIFIKASI KASUS

I. STATUS PASIEN

A. Identifikasi Pasien
Nama lengkap : Ny. A
Umur : 80 Tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Teluk Betung Selatan
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
MRS : 12 Juni 2016
No. MR : 452640

B. Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis tanggal 14 Juni 2016 pada pukul 07.00 WIB.

Keluhan Utama
Buang air besar encer lima kali sehari warna kehitaman bercampur lendir
yang dirasakan semakin memberat sejak 3 hari yang lalu.

Keluhan Tambahan
Perut terasa kram, lemas, pucat, demam hilang timbul, sesak nafas, batuk
berdahak.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Abdul Moelok Bandar
Lampung dengan keluhan BAB cair berwarna hitam yang dirasakan
semakin hebat sejak 3 hari yang lalu. Kram perut dirasakan pada perut
bagian bawah yang hilang timbul. kanan atas dan tidak menjalar. Pasien
mengaku BAB sebanyak satu gelas. Keluhan ini disertai dengan perut
terasa kencang. Pasien juga mengaku merasa lemas dan tidak bertenaga
beberapa hari belakangan sehingga tidak bisa beraktivitas seperti biasa
sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan yang seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien.
Di keluarga pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang memiliki
keluhan yang sama dengan pasien. Pasien tidak memiliki riwayat maag
sebelumnya, serta tidak memiliki darah tinggi atau kencing manis. Pasien
juga mengaku tidak merokok dan pernah mengkonsumsi alkohol. Sampai
saat ini pasien belum melakukan pengobatan untuk mengurangi keluhan
yang dirasakan.
Saat ini pasien masih dirawat di Ruang Nuri Rumah Sakit Abdul
Moeloek Bandar Lampung. Selama 3 hari dirawat pasien masih
mengeluhkan BAB encer berwarna hitam seperti aspal dan masih merasa
lemas.

Riwayat Penyakit Dahulu


(-) Cacar (-) Malaria (-) Batu Ginjal /Sal.
Kemih
(-) Cacar Air (-) Disentri (-) Burut (Hernia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit Prostat
(-) Batuk Rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skirofula (- ) Diabetes
(+) Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Kholera (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
Darah
(-) Demam Rematik (-) Ulkus Ventrikuli (-) CRF
Akut
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (-) Operasi
(-) Pleuritis (-) Dispepsia (-) Kecelakaan
(-) Tuberkulosis (-) Batu Empedu

C. Riwayat Penyakit Keluarga


Hubungan Umur Jenis Keadaan kesehatan Penyebab
(th) Kelamin Meninggal
Kakek - Meninggal Tidak tahu
Nenek - Meninggal Tidak tahu
Ayah - Meninggal Tidak tahu
Ibu - Meninggal Tidak tahu
Saudara - : Sehat -
Anak 42 Sehat -

Adakah Kerabat yang Menderita


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi
Asma
Tuberkulosa
Artritis
Rematisme
Hipertensi
Jantung
Ginjal
Lambung

D. Anamnesis Sistem
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang
bersangkutan.

Kulit (tidak ada keluhan)


(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Kuning / Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain

Kepala (tidak ada keluhan)


(-) Trauma (-) Sakit kepala (di bagian temporal,
seperti tertusuk-tusuk)
(-) Sinkop (-) Nyeri pada sinus

Mata (tidak ada keluhan)


() Nyeri (di belakang kedua bola (-) Radang keringat malam
mata; terasa panas)
(-) Sekret (-) Gangguan penglihatan
(-) Kuning / Ikterus (-) Ketajaman penglihatan

Telinga (tidak ada keluhan)


(-) Nyeri (-) Tinitus
(-) Sekret (-) Gangguan pendengaran
(-) Kehilangan pendengaran
Hidung (tidak ada keluhan)
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis

Mulut (tidak ada keluhan)


(-) Bibir (-) Lidah
(-) Gusi (-) Gangguan pengecap
(-) Selaput (-) Stomatitis

Tenggorokan (tidak ada keluhan)


(-) Nyeri tenggorokan (-) Perubahan suara

Leher (tidak ada keluhan)


(-) Benjolan (-) Nyeri leher

Jantung / Paru-Paru (tidak ada keluhan)


(-) Nyeri dada (-) Sesak nafas
(-) Berdebar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (+) Batuk

Abdomen (Lambung / Usus)


(-) Rasa kembung (-) Perut membesar
(-) Mual (-) Wasir
(-) Muntah 10 kali/hari (-) Mencret
(-) Muntah darah (-) Tinja berdarah
(-) Sukar menelan (-) Tinja berwarna dempul
(+) Nyeri perut, kolik (+) Tinja berwarna kehitaman
(-) Benjolan

Saluran Kemih / Alat Kelamin (tidak ada keluhan)


(-) Disuria (-) Kencing nanah
(-) Stranguri (-) Kolik
(-) Poliuria (-) Oliguria
(-) Polakisuria (-) Anuria
(-) Hematuria (-) Retensi urin
(-) Kencing batu (-) Kencing menetes
(-) Ngompol (tidak disadari) (-) Penyakit prostat

Katamenis (tidak ada keluhan)


(-) Leukore (-) Perdarahan
() Lain-lain ()

Haid (tidak ada keluhan)


(-) Haid terakhir (-) Jumlah dan lamanya (-) Menarche
(-) Teratur (-) Nyeri (-) Gejala
klimakterium
(-) Gangguan haid (-) Pasca menopause

Saraf dan Otot (tidak ada keluhan)


(-) Anestesi (-) Sukar menggigit
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Otot lemah (-) Hipo/hiper-estesi
(-) Kejang (-) Pingsan
(-) Afasia (-) Kedutan (tick)
(-) Amnesis (-) Pusing (Vertigo)
(-) Lain-lain (-) Gangguan bicara (disartri)

Ekstremitas (tidak ada keluhan)


(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri sendi (-) Sianosis

Berat Badan
Berat badan rata-rata (Kg) : 45 Kg
Tinggi badan (cm) : 155 cm
Berat badan sekarang (Kg) : 43 Kg

(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)


Tetap ( )
Turun ( )
Naik ( )

E. Riwayat Hidup
Tempat lahir : ( ) di rumah () rumah bersalin ( ) RS Bersalin
( ) Lain-lain
Ditolong oleh : ( ) dokter () bidan () dukun
( ) Lain-lain

Riwayat Imunisasi
(-) Hepatitis (-) BCG (-) campak (-) DPT
(-) polio (-) tetanus
Riwayat Imunisasi tidak diketahui pasien

Riwayat Makanan
Frekwensi/hari : 2 kali dalam sehari
Jumlah/hari : 1 porsi/ makan
Variasi/hari : bervariasi
Nafsu makan : menurun

Pendidikan
() SD ( ) SLTP ( ) SLTA ( ) Sekolah Kejuruan
( ) Akademi ( ) Kursus ( ) Tidak Sekolah

Kesulitan
Keuangan : tidak ada
Pekerjaan : tidak ada
Keluarga : tidak ada
Lain-lain :-

F. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum
Tinggi badan : 155 cm
Berat Badan : 43 kg
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 35,58C
Pernafasan : 20 x/menit
Keadaan gizi : 17,9 IMT : under weight
Kesadaran : compos mentis
Sianosis : Tidak ada
Edema umum : Tidak ada
Habitus : Astenikus
Cara berjalan : Normal
Mobilitas : Pasif
Umur taksiran pemeriksa : 80 tahun

Aspek Kejiwaan
Tingkah laku wajar, alam perasan wajar dan proses fikir wajar.
G. Status Generalis
Kulit
Warna : Pucat
Jaringan parut : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Normal
Suhu Raba : Dingin
Keringat : Tidak ada
Lapisan lemak : Tidak ada
Efloresensi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Pembuluh darah : Dalam batas normal
Lembab/ Kering : Kering
Turgor : Berkurang
Ikterus : Tidak ditemukan
Edema : Tidak ditemukan

Kelenjar Getah Bening


Submandibula : Tidak teraba pembesaran
Supra klavikula : Tidak teraba pembesaran
Lipat paha : Tidak teraba pembesaran
Leher : Tidak teraba pembesaran
Ketiak : Tidak teraba pembesaran

Kepala
Ekspresi wajah : Normal, wajar
Rambut : Putih, lurus, panjang, tidak mudah dicabut,
menyebar merata
Simetris muka : Simetris
Pembuluh darah temporal : Tidak terlihat
Mata
Exopthalmus : Tidak ada
Kelopak : Normal
Konjungtiva : Anemis +/+
Sklera : Normal
Lapang penglihatan : Berkurang
Deviatio konjungtiva : Tidak ada
Enopthalmus : Tidak ada
Lensa : Keruh
Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
Gerak mata : Normal
Tekanan bola mata : Normal
Nistagmus : Tidak ada

Leher
Tekanan JVP : 5 -2 cmH2O
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kelenjar Limfe : Tidak teraba pembesaran

Dada
Bentuk : Simetris, normochest
Pembuluh darah : Normal
Buah dada : Normal

Paru-Paru
Depan Belakang
Inspeksi Hemithoraks simetris kiri dan Hemithoraks simetris kiri dan
kanan; Retraksi (-), kanan; Retraksi (-)
Palpasi Nyeri tekan (-) , fremitus vokal Nyeri tekan (-), fremitus vokal
simetris simetris
Perkusi Kiri sonor pada seluruh sonor pada seluruh lapang paru
lapang paru
Kanan sonor pada seluruh sonor pada seluruh lapang paru
lapang paru
Auskultasi Kiri vesikuler (+) , Ronkhi vesikuler (+) , Ronkhi (+),
(+), Wheezing(-) Wheezing (-).
Kanan vesikuler (+), Ronkhi vesikuler (+), Ronkhi (+),
(+), Wheezing(-) Wheezing (-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : Parastrernal dekstra ICS IV
Batas jantung kiri : Midclavicula sinistra ICS V
Batas atas : Parasternal ICS II
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pembuluh Darah
Arteri temporalis, karotis, brakhialis, radialis, femoralis poplitea, tibialis
posterior teraba.

Abdomen
Inspeksi : Cekung
Palpasi : Dinding perut : Nyeri tekan (-), distensi
(+), asites (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani pekak
Auskultasi : Bising usus (+), 10 x/menit
Refleks dinding perut : Normal

Anggota Gerak
Lengan
Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Eutrofi Eutrofi
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5

Tungkai dan Kaki


Luka : Tidak
Varises : Tidak
Otot (tonus, massa) : Normotonus, eutrofi
Sendi : Normal
Gerakan : Aktif
Kekuatan : 5
Edema : -/-

Refleks
Kanan Kiri
Bisep N (Refleks lengan bawah) N (Refleks lengan bawah)
Trisep N (Kontraksi trisep) N (Kontraksi trisep)
Patela N N
Achiles N (Plantar fleksi ) N (Plantar fleksi)
Kremaster - -
Refleks kulit N N
Refleks patologis Tidak ada Tidak ada

H. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap ( 13 Juni 2016 )


Hemoglobin : 8,3 gr/dL
Leukosit : 8.900/uL
Eritrosit : 4,4 juta/uL
Hematokrit : 25 %
Trombosit : 268.000/ uL
MCV : 70 fL
MCH : 22 pg
MCHC : 31 g/dL
Hitung jenis
- Basofil :0%
- Eosinofil :0%
- Batang : 1%
- Segmen : 80 %
- Limfosit : 13 %
- Monosit : 21 %
Malaria : Tidak Ditemukan Plasmodium

Kimia Darah (25 Maret 2016)


SGOT : 166 (Normal : 6-30)
SGPT : 99 (Normal 6-45)
Gula Darah sewaktu : 82

I. Ringkasan
Pasien datang dengan keluhan BAB encer berwarna hitam seperti
aspal yang dirasakan semakin hebat sejak 3 hari yang lalu bersamaan
dengan rasa kaku di perut bagian bawah. Semenjak pasien merasakan
BAB cair pasien juga mengeluhkan badan terasa lemas. Keluhan baru
pertama kali dirasakan oleh pasien. Kelurga atau tetangga dekat tidak ada
yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis,
tekanan darah 80/60 mmHg, nadi 100 x/menit, suhu aksila 35,8oC,
pernapasan 20 x/menit. Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva
anemis +/+. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan bentuk dada normal,
ekspansi dada sama, fremitus vokal sama, sonor/sonor, vesikuler +/+,
ronki +/+, wheezing -/-. Pada pemeriksaan fisik jantung didapatkan batas
kanan, kiri, atas jantung dalam batas normal, bunyi jantung I-II reguler.
Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan perut tampak cekung, hepar
tidak teraba, timpani, bising usus meningkat.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap
didapatkan hemoglobin 8,3 gr/dL, hematokrit 25 %.
J. Diagnosis Kerja dan Dasar Diagnosis
Diagnosis Kerja
Gastroenteritis Akut
Dasar Diagnosis
- Gejala Klinik
- BAB hitam encer seperti aspal
- lemas
- Mata anemis
- Batuk berdahak
- Sesak nafas

Pemeriksaan Fisik

- Perut cekung
- Konjungtiva anemis +/+

- Pemeriksaan Penunjang

- Hb : 8,3

Diagnosis Banding
Tukak peptikum
Tukak duodenum
Melena
Dasar Diagnosis
BAB hitam seperti aspal, konjungtiva anemis +/+, lemas, perut kram
K. Rencana Pengelola
a. Non Farmakologi
- Diet lunak
- Tirah baring
- Edukasi
b. Farmakologi
- Infus kristaloid untuk memenuhi kebutuhan cairan per hari Ringer
Laktat 20 tetes per menit
- ranitidin ampul 2 ml, 3x1
- Omeprazole ampul 2 ml, 3x1
L. Pencegahan
a. Mencegah komplikasi
- Batasi asupan makanan asam dan pedas

M. Prognosis
Quo at vitam : ad bonam
Quo at functionam : ad bonam
Quo at sanationam : ad Malam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Etiologi

Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada


lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih.
Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat
atau tanpa lender dan darah. Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya
bakteri, virus, parasit ( jamur, parasit, protozoa) yang menyebabkan
inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang di tandai
dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit.
Gastroenteritis dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natrium
dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic dapat juga
terjadi cairan atau dehidrasi.
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi
(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor
fisiologis. Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari
makanan/minuman yang masuk kedalam tubuh. Bakteri tertelan masuk
sampai lambung yang kemudian sebagianakteri mati oleh asam lambung
Namun ada beberapa yang lolos sampai ke duodenum dan berkembang
biak. Di dalam usus tersebut bakteri memproduksi enzim yang akan
mencairkan lapisan mukosa yang menutupi permukaan usus, sehingga
bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang cairan usus bagian kripta
villi dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat dari keadaan ini
volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan
dinding usus menggembung dan tenaga dan sebagian dinding usus akan
mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan
cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan melebihi kapasitas absorbsi
usus maka terjadilah diare.

Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan


menyebabkan zat makanan tidak dapat diserap dan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit. Isi
rongga usus yang belebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
feses sehingga timbul diare.
Tertelannnya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan
diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus
menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan. Sebaliknya jika perstaltik
menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan yang juga akan
menimbulkan diare.

Pada kasus ini kemungkinan penyebab sirosis pada pasien adalah


infeksi dan malabsorbsi. Hal ini didapatkan dari status pasien yang sudah
berumur 80 tahun dengan umur seperti ini menyebabkan sistem imun
tubuh yang menurun dan makan pasien yang tidak diawasi oleh keluarga.
anamnesis pasien yang mengaku bahwa pernah mengalami diare
sebelumnya. Sehingga kemungkinan terbesar etiologi sirosis hati pada
pasien ini adalah penyakit hati bawaan.

2.2 Manifestasi Klinis


Pada kasus ini manifestasi klinis yang ditimbulkan adalah
Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering,
Muntah (umumnya tidak lama), Demam (mungkin ada, mungkin tidak),
Kram abdomen, tenesmus. Membrane mukosa kering, Fontanel cekung
(bayi), Berat badan menurun, Malaise.

Pada kasus ini berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan,


didapatkan gejala-gejala yang mengarah pada gastroenteritis akut yaitu
BAB encer berwarna hitam disetai darah dan lendir, lemas, mual, demam,
penurunan nafsu makan dan berat badan disertai dengan mata anemis.
Selain itu ditemukan pula gejala yang terkait penurunan jumlah hb karena
diare yang bercampur darah.

Klasifikasi gastroenteritis

Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :

1). Berdasarkan lama waktu :

a. Akut : berlangsung < 5 hari

b. Persisten : berlangsung 15-30 hari

c. Kronik : berlangsung > 30 hari

2). Berdasarkan mekanisme patofisiologik

a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer

b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

c. Lainnya

3). Berdasarkan derajatnya

a. Diare tanpa dihindrasi

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

c. Diare dengan dehidrasi berat

4). Berdasarkan penyebab infeksi

a. Infektif
b. Non infeksif

5). Berdasarkan penyebab organik

a. Organik

b. Fungsional

Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat


cairan intraseluler dan ekstraseluler menurun selain itu cairan tubuh juga
akan kehilangan ion Na dan k sehingga terjadi penurunan kadar natrium
dan kalium dalam darah. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan penderita
yang tampak pucat dan lemas serta mengeluh frekuensi BAB encer hitam
yang sering serta rasa mual. Terlihat juga tanda tanda anemis pada kedua
konjungtiva mat serta turgor kulit yang berkurang. Pada daerah abdomen
perut tampak cekung dan bisisng usus meningkat.

2.3 Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperiksa tes darah lengkap
yang menunjukan kadar hemoglobin menurun yang menybabkan pasien
tampak pucat dan konjungtiva anemis, selain itu Ht meningkat, leukosit
menurun. Hitung darah lengkap menunjukan hasil neutrofil segmen
mengalami kenaikan dan limfosit mengalami penurunan. Pada
pemeriksaan LED dalam batas normal, peningkatan LED terjadi pada
penyakit Chron dan kolitis. Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di
jumpai pula hipokalsemia, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali
dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penurunan jumlah
serum albumin terjadi pada pasien dengan penyakit chron. Pada
pemeriksaan elektrolit ditemukan kadar natrium dan kalium yang rendah
sehingga menyebabkan pasien merasa lemas. Belum dilakukan
pemeriksaan feses untuk mengidentifikasi volume, konsistensi, warna
serta adanya darah dan pus diperlukan untuk mengetahui adanya bakteri
ataupun parasit yang mungkin menginfeksi pasien.
Konsentrasi natrium serum akan menurun karena dehidrasi yang
dialami oleh pasien dimana hal ini dikaitkan dengan ketidakmampuan
ekskresi air bebas. Selain itu pemeriksaan hematologi juga biasanya akan
ditemukan kelainan seperti anemia, dengan berbagai macam penyebab,
dan gambaran apusan darah yang bervariasi, baik anemia normokrom
normositer, hipokrommikrositer, maupun hipokrom makrositer. Selain
anemia biasanya akan ditemukan pula trombositopenia, leukopenia, dan
neutropenia Pada kasus ini, pada pemeriksaan serum darah ditemukan
peningkatan kadar natrium dan kalium pada serum pasien dengan
penurunan natrium leih rendah dari kalium. Pemeriksaan hematologi pada
pasien ini menunjukkan penurunan kadar hemoglobin dengan nilai MCV
dan MCHC yang masih dalam batas normal. Dimana hal ini menunjukkan
adanya anemia ringan normositik normositer, yang kemungkinan
disebabkan oleh adanya perdarahan pada saluran cerna.

2.4 Diagnosis
Diagnosis gastroenteritis berdasarkan gejala klinik harus memadai
dan cukup untuk kepentingan terapi hal ini karena diare yang disebabkan
oleh infeksi dan karena toleransi makanan mencakup sebagian besar kasus
diare. Langkah-langkah diagnosis gastroenteritis adalah sebagai berikut:
a. Anamnesis, meliputi: umur, jenis kelamin, frekuensi diare,
lamanya diare, informasi tentang tinja maupun darah.
b. Pemeriksaan fisik
c. Laboratorium, meliputi: Feses, kultur feses maupun darah dan
serologi.
d. Endoskopi.

2.5 Komplikasi

Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita


gastroenteritis bila gejala tidak segera ditangani adalah dehidrasi, renyatan
hiporomelik, kejang, bakterikimia, malnutrisi, hipoglikimia, intoleransi
sekunder akibat kerusakan mukosa usus. .
- Dehidrasi ringan ditandai dengan kehilangan cairan 2 5% dari BB
dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita
belum jatuh pada keadaan syok.

- Dehidrasi sedang ditandai dengan kehilangan 5 8% dari BB dengan


gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok
nadi cepat dan dalam.

- Dehidrasi berat ditandai dengan kehilangan cairan 8 10% dari BB


dengan gambaran klinik seperti tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku sampai sianosis.

2.6 Penatalaksanaan Kasus


1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1).Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah
muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL
(Normal Water Losses).
2).Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses).

Ada 2 jenis cairan yaitu:


1). Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan
oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333
mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a).Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3
dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b). Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-
komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan
yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2). Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat
sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian
cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a). Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b). Perubahan tanda-tanda dehidrasi
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3
hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di
indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan
jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin
500mg oral (2x sehari, 3 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x
sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal),
Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14
hari, 7-14 hari oral atauIV).

3. Obat Anti Diare


Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari,
loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil 5mg 3 4 x sehari.
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan
dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%.
2.7 Prognosis

Prognosis gastroenteritis akut sangat bervariasi dan dipengaruhi


oleh sejumlah faktor, diantaranya etiologi, beratnya gejala, komplikasi,
dan penyakit yang menyertai. Bila dehidrasi dapat ditanggulangi dengan
cepat peluang hidup pasien gastrienteritis besar tetapi apabila dehidrasi
berat hingga mencapai shock maka peluangnya kecil.
BAB III
KESIMPULAN

Sirosis hepatis merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan


fibrosis jaringan parenkim hati tahap akhir, yang ditandai dengan pembentukan
nodul regeneratif yang dapat mengganggu fungsi hati dan aliran darah hati. Sirosis
adalah konsekuensi dari respon penyembuhan luka yang terjadi terus - menerus
dari penyakit hati kronis yang diakibatkan oleh berbagai sebab. Akibat dari sirosis
hati, maka akan terjadi 2 kelainan yang fundamental yaitu kegagalan fungsi hati
dan hipertensi porta. Manifestasi dari gejala dan tanda - tanda klinis ini pada
penderita sirosis hati ditentukan oleh seberapa berat kelainan fundamental tersebut
Kegagalan fungsi hati akan ditemukan dikarenakan terjadinya perubahan
pada jaringan parenkim hati menjadi jaringan fibrotik dan penurunan perfusi
jaringan hati sehingga mengakibatkan nekrosis pada hati. Hipertensi porta
merupakan gabungan hasil peningkatan r esistensi vaskular intra hepatik dan
peningkatan aliran darah melalui sistem porta .Pemeriksaan penunjang yang dapat
mendukung kecurigaan diagnosis sirosis hepatis terdiri dari pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
Untuk penanganan pada pasie n ini prinsipnya adalah mengurangi
progesifitaspenyakit, menghindarkan dari bahan- bahan yang dapat merusak hati,
pencegahan, serta penanganan komplikasi. Pengobatan pada sirosis hati
dekompensata diberikan sesuai dengan komplikasi yang terjadi.
Prognosis sirosis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
diantaranya etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit yang
menyertai.Beberapa tahun terakhir, metode prognostik yang paling umum dipakai
pada pasien dengan sirosis adalah si stem klasifikasi Child Turcotte - Pugh, yang
dapat dipakai memprediksi angka kelangsungan hidup pasien dengan sirosis tahap
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Siti Nurdjanah. Sirosis Hepatis. in: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata
MK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia;2009. p.
668-673.

Price et al., Gangguan Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas.In: Price et al.,
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit 6th ed. Jakarta: EGC.
p. 493 501.

Fauci, Anthony SB, Eugene K, Dennis LK, Stephen L. Harrisons Principle of


Internal Medicine. 17th Ed. Ney York: The McGraw-HillCompanies.
2008.
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia [Internet]. Jakarta: Perhimpunan Peneliti
Hati Indonesia: 2010[cited 2014 August 15]. Available from:http://pphi-
online.org

Anda mungkin juga menyukai