PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini yaitu:
1. Sebagai pra syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di SMF RSUD
Abdul Moeloek.
2. Menambah ilmu dan wawasan serta membuka pikiran tentang ilmu
kesehatan telinga hidung dan tenggorok.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen
dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada
dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Kanalis auricularis externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada
tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya
jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi
sangat peka. 1-3
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan
daripada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 1
mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan
subkutan merekat dengan perikondrium. Epidermis dari liang telinga
bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal,
skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.3,4
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis,
tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat
dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan
luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani.1-4
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah otot
intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri dari m. aurikularis anterior, m.
aurikularis superior dan m.aurikularis posterior. Otot-otot ini
menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala.
Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada
yang masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun
telinganya ke atas dan ke bawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot
intrinsik terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.
antitragus, m obliqus aurkularis, dan m. transpersus aurikularis. Otot-
otot ini berhubungan bagian-bagian daun telinga.1-4
3
Gambar 1. Bagian-bagian dari auricula telinga luar.4
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh
cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang
dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior telinga.
Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri ini.
Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan
luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri
maksilaris interna vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian
dalam umumnya bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid.
Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis
superficial dan vena aurikularis posterior.1-4
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke
kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke
kelenjar retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar cervicalis
superior. 3-5
Persarafan
4
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-
saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian
ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral
permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga dan
segmen depan membrana timpani.Permukaan posteromedial daun telinga
dan lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus
(N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang-
cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga
dan segmen posterior dan inferior membrana timpani.1-5
5
Gambar 3. Bagian-bagian dari telinga tengah.4
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, yang berfungsi menghubungkan
perilimfa skala timpani denganskala vestibule. 1,2,5
6
dan skala media (ductus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan
skala timpani berisi perilimfa sedangkanskala media berisi endolimfa.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner
Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada
membran initerletak organ corti yang mengandung organel-organel
penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Pada skala media
terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria,
dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti. 3-
5
2.2 Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui
membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini proses
ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. 2,4,5
7
liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Otitis eksterna
difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga
cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang
telinga akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan
stratum korneum kulit sehingga menyumbat saluran folikel. 1,2,4,5
2.3. 2 Etiologi
Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000
orang, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Dijumpai
riwayat paparan terhadap air, trama mekanik, dan benda asing dalam
liang telinga. Bentuk yang paling umum adalah bentuk boil
(furunkulosis) salah satu dari satu kelenjar sebasea 1/3 liang telinga
luar. Pada otitis eksterna difusa, proses patologis membatasi kulit
sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga
penyebabnya idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan
lingkungan. Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat
tetes telinga. Alergen yang paling sering adalah antibiotik, seperti
neomycin, framycetyn, gentamicin, polimixin, anti bakteri (clioquinol)
dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan
khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang
mungkin digunakan untukmengorek telinga. Infeksi merupakan
penyakit yang paling umum dari liang telinga luar sepertiotitis
eksterna difusa akut pada lingkungan yang lembab. 1,2,5,6
8
a. Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam
berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH
menjadi basa (di atas 6.0) akan mempermudah terjadinyaotitis
eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi
menurun.
b. Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan
jamur mudah tumbuh.
c. Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda
tumpul seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi
terjadinya otitis eksterna.
d. Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi
yang sering dari bakteri
2.3. 3 Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang
sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.
Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa
mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit
yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang.
Kulit yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi
oleh bakteri atau jamur.1,2,5,7
9
Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima,
sellulitis, erisipelas
Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa,
otitis eksterna granulosa, perikondritis
Bakteri tahan asam : mikrobakterium TBC
Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen
Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum
kontangiosum, variola dan varicella
Protozoa
Parasit
c. Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis
lokalisata/desiminata, ekskoriasi, neurogenik
d. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik,
erupsi karena obat, dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik
e. Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi
(hematom vesikel dan bulla), trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan
kimiawi)
f. Perubahan senilitas
g. Deskrasia vitamin
h. Diskrasia endokrin
10
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di
liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang
menderita diabetes.1,2,7,8
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel
menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan.
Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga. 2,7,8
11
(musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita
temukan pada kasus otitis media.1,2,8
2.3. 5 Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkanedema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian,
biasanya perlu disisipkan tampon berukuran x 5 cm kedalam liang
telinga mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah
dilumuri obat, tampon kasa disisipkan perlahan-lahan dengan
menggunakan forsep aligator. Penderita harus meneteskan obat tetes
telinga pada kapas tersebut satuhingga dua kali sehari. Dalam 48 jam
tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif
terhadap Pseudomonasdan harus menggunakan vehiculum hidroskopik
seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain,
seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa
diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan
berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering.1,2,6-8
12
Pasien juga harus diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga
dengan cotton bud terlalu sering.1,2,7
2.4.2 Etiologi
Fistula preaurikular merupakan kelainan anomali telinga luar yang
penyebabnya tidak diketahui. Hipotesa yang paling bisa diterima adalah
autosomal dominan yang diturunkan atau bawaan. Fistula preaurikular
ini terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus brakialis
pertama dan kedua dari hillocks of His. Pada usia janin 4 minggu arkus
brakialis tampak di permukaan janin. Setelah minggu ke enam hyoid
dan arkus mandibular menyatu dan melintas di bawah kedudukan
kanalis aurikularis eksterna, lalu kemudian menutup. Daerah penyatuan
terletak di leher pada region sub mandibular. Gangguan penutupan
celah tersebut menyebabkan fistula preaurikular kongenital, sehingga
pada umumnya muara fistula terletak pada crus helicis, sebagian yang
lain meluas dari pinggir bawah heliks ke sudut mulut. Fistula ini juga
bisa terbuka ke atas pada lantai meatus akustikus eksternus dan di
bagian pinggir depan bawah dari otot sternokleidomastoideus pada
daerah belakang sudut rahang bawah.1,2,9
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan infeksi
ini adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus
(31%), Streptococcus viridians (15%), Peptococcus species (15%), dan
Proteus species (8%).9
13
2.4.3 Patofisiologi
Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula) muncul dari arkus brakial
1 dan 2 pada minggu keenam kehamilan. Arkus brakial adalah struktur
mesoderm yang dibungkus oleh ektoderm dan mengelilingi endoderm.
Arkus-arkus ini terpisah satudengan lainnya oleh celah brakial
ektoderm kearah luar dan oleh kantong faringeal endoderm kearah
dalam. Arkus brakial 1 dan 2 brakial masing-masing membetuk
3tonjolan (hillocks); struktur ini disebut hillocks of His. Tiga hillocks
muncul dari tepi bawah arkus brakial 1 dan 3 lagi dari batas atas arkus
brakial kedua. Hillocks ini seharusnya bergabung selama beberapa
minggu kemudian pada masa embriogenesis. Fistula preaurikular terjadi
sebagai akibat dari kegagalan penggabungan tonjolan-tonjolan ini.1,2,9
14
perikondrium dari kartilago daun telinga. Salurannya dapat mengarah
ke kelenjar parotis.9,14
15
Gambar 6. Fistula Preaurikular 9,14
2.4.5 Diagnosis
Anamnesis
Kebanyakan orang dengan kelainan ini biasanya asimptomatik. Hanya
sepertiga orang menyadari adanya kelainan ini. Dalam sebuah studi
terhadap 31 pasien, suatu lesi menjadi jelas, sekitar 9,2 tahun (rata-rata)
sebelum mereka mencari pertolongan medis.1,2,9
Pemeriksaan Fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil dekat tepi
anterior heliks bagian ascending. Jika fistula ini mengalami infeksi yang
aktif dapat ditemukan adanya tanda-tanda radang yang biasanya disertai
16
pengeluaran sekret, dan dapat meninggalkan gejala sisa berupa jaringan
parut (scarring). Pada pemeriksaan fisik dapat pula ditemukan fistula
branchiogenik dan atau penurunan pendengaran. Choi et al, pada tahun
2007, mencatat bahwa apa yang dikenal sebagai fistula preaurikular dapat
terjadi di area postaurikula. Fistula terjadi pada area postaurikula
memperlihatkan angka kekambuhan yang rendah setelah operasi (0%)
daripada area preaurikular (2.2%).2,9
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah kultur pus yang
berasal dari fistula. Pemeriksaan kultur ini digunakan mengetahui jenis
mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran fistula, sehingga dapat
diberikan terapi antibiotik yang sesuai.9
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk mengetahui bentuk dari
saluran fistula. Fistulografi digunakan untuk melihat bentuk dan sejauh
mana saluran fistula ini. Sedangkan ultrasonograpi dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara saluran fistula dengan arteri temporal
superfsial, krus anterior heliks, dan tragus.9
Gambaran Histologis
Pada pemeriksaan makroskopis, fistula preaurikular terdiri dari struktur
tubular yang sederhana atau gambaran melingkar memiliki dinding yang
tipis dan berkilau, atau putih dan menebal. Saluran fistula dapat melingkar
atau dapat berliku-liku, dan lumennya berisi debris. Fistula preaurikular
sering penuh dengan keratin dan dikelilingi oleh jaringan ikat longgar.
Secara mikroskopis, duktus dari fistula dikelilingi oleh epitel squamous
berlapis dan mengandung banyak kista sepanjang salurannya. Jaringan ikat
yang mengelilingi duktus dapat mengandung folikel rambut; kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat; dan jaringan inflamasi, diantaranya limfosit,
sel plasma dan leukosit polimorfonuklear.9
2.4.6 Penatalaksanaan
17
Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital ini tidak diperlukan
kecuali pencegahan terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan
membersihkan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik
lainnya secara rutin. Pada kasus dengan infeksi biasanya dapat diberikan
antibiotik dan kompres hangat.1,9
Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula
dan salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena
sulitnya mengeluarkan fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan
disebabkan oleh adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk
menentukan luas keseluruhan saluran tersebut. Selama eksisi pembedahan,
harus diingat bahwa salurannya dapat berkelok-kelok dengan cabang-
cabangnya di subkutaneus. Diseksi sampai ke periosteum dari tulang
temporal biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari salurannya
harus diangkat untuk mencegah infeksi yang berulang. Pengangkatan yang
tidak lengkap menimbulkan sinus yang mengeluarkan cairan sehingga
membutuhkan pengangkatan yang lebih sulit dan lebih radikal. Untuk
membantu pembedahan dapat disuntikkan larutan methylen blue ke dalam
saluran sebelum operasi sehingga jaringan yang berwarna bisa digunakan
sebagai petunjuk panjang dan luasnya fistula. Harus diketahui bahwa zat
warna tersebut mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabang yang
lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian selama diseksi untuk mencari
saluran-saluran kecil yang tidak berwarna.9
2.5 Perikondritis
2.5.1 Definisi
Perikondritis adalah infeksi perikondrium pada pinna dimana pus
terkumpul diantara kartilago telinga luar dan perikondrium. Hal ini
diakibatkan peradangan, terjadi efusi serum dan pus ke dalam lapisan
perikondrium dan tulang rawan dari telinga luar.1,2,10
2.5.2 Etiologi
Perikondritis atau kondritis dapat disebabkan oleh: 10,11
18
- Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis
eksterna akut
- Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematoma daun
telinga)
- Mikroorganisme penyebab paling sering Pseudomonas aeruginosa
- Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma
- Infeksi superfisial meatus akustikus
- Luka bakar atau frostbite
- Penusukan anting anting pada tulang rawan (high ear piercing),
dapat terjadi septikemia bakteri stertococcus hemoliticus
Gambar 5. Perikondritis 11
2.5.3 Patofisiologi
Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar
lebih ke dalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini,
daun telinga (pinna) merah dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses
subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang rawan kekurangan blood
supply, lama kelamaan terjadi nekrose tulang rawan sehingga dapat
terjadi deformitas pada daun telinga yang disebut dengan cauliflower
ear.10,11,13
19
Gambar 6. Cauliflower ear 10
20
Suatu hematom daun telinga akibat rudapaksa yang menyebabkan
timbulnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago.
Mekanisme biasanya melibatkan gangguan traumatis pembuluh
darah perichondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang
subperikondrial dalam pemisahan perikondrium dari tulang rawan.
Penanganan dengan cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan
memakai gips sebagai fiksasi.
Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya
kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang
rawan telinga. Biasanya pasien datang ke dokter, karena ada benjolan
di daun telinga yang tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.
Polikondritis Berulang
Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan
secara generalisata, terutama telinga, hidung, dan
laringotracheobranchial. Tampak deformitas aurikula menyerupai
perikondritis akut (cauliflower ear). Biasanya terdapat serangan
tunggal atau berulang. Untuk pengobatan dapat diberikan pada fase
akut dengan salisilat dan steroid.
2.5.8 Penatalaksanaan
Pengobatan dengan antibiotik sering gagal karena bakteri pseudomonas
aeruginosa, sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk
21
pengobatan dapat diberikan antipseudomonas yaitu golongan
aminoglikosida (gentamicin), fluorkinolon (quinolon) seperti
siprofloksasin. 1,2,10,11
22
BAB III
KESIMPULAN
Otitis eksterna disebut juga swimmers ear atau singapores ear. Otitis
eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh
kuman maupun jamur (otomikosis) dengan tanda tanda khas yaitu rasa
tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dan
kecenderungan untuk kambuhan..
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso
K: editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi
6. Jakarta: EGC. 1997.78-84.
2. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Luar. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-6. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2010. Hal 58-61
3. Bull. Tony R. Color Atlas Of ENT Diagnosis. Thieme Stuttgart. New York.
2003. Hal 25-30.
4. Ballenger, JJ. Otitis Eksterna Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
dan Leher. Jilid 2. Edisi 16. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Hal 236-238.
5. Dhirngra PC. Diseases Of Ear, Nose and Throat. Elsevier. 2001. Hal 50-55.
6. Roland, N.J. Key Topics in Otolaryngology. Second Edition. Mc Combe
7. McKeason. Otitis Eksterna. Clinical reference system. Available from
http://mdconsult.com.2004.
8. Colman Bernat. Disease of the Nose, Throat and era, and Head and Neck A
Handbook far student and practitioners. Fourteenth Edition. ELBS.
Edinburgh. 1992. Hal 209-216.
9. Mardhiah A. Fistula Preaurikular Kongenital. Majalah kedokteran
nusantara (serial online).2005. Desember. (cited 2016 July 16th): volume
38/hal.328-332.
24
14. Liston SL. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam : Boies, Buku
Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed 6. Alih Bahasa Dr.
Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta., 1994: 27 - 33.
25