Anda di halaman 1dari 31

STATUS OBSTETRIK

Tgl. Masuk RSAM : 14 September 2016

Pukul : 01.42 WIB

A. Anamnesis (Autoanamnesis)

I. Identifikasi

Nama : Ny. YE Suami : Tn. Hen

Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun

Suku : Lampung Suku : Lampung

Agama : Islam Agama : Islam

Pemdidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Honorer

Alamat : Menggala tengah, kabupaten tulang bawang, lampung

II. Keluhan

Utama : Keluar darah dari jalan lahir sejak 3 jam SMRS.

Tambahan : badan lemas

III. Riwayat Haid

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari, teratur

Lamanya : 7 hari

Banyaknya :2x ganti pembalut

Warnanya : Merah terang

1
Baunya : Normal

Dismenore : Tidak ada

HPHT : 06 02 2016

IV. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali : Usia 21 th => lama pernikahan : 9 bulan

V. Riwayat Kehamilan Sekarang.

Sejak 3 jam SMRS, os mengeluh pendarahan berwarna merah segar tanpa rasa nyeri

keluar dari kemaluan sebanyak 4 kali ganti pembalut. Riwayat perut mulas yang

menjalar ke pinggang hilang timbul makin lama makin kuat (-). os lalu ke RSUD

Menggala, dilakukan pemeriksaan USG dikatakan bahwa ari-arinya menutupi jalan

lahir. Os kemudian di rujuk ke RSAM. Riwayat keluar air-air (-), Riwayat keluar

gumpalan seperti jaringan (-), Riwayat keluar gelembung seperti mata ikan (-),

Riwayat perut terasa nyeri (-), Riwayat trauma (-), Riwayat pendarahan berulang (+),

Os mengaku hamil kurang bulan dengan gerakan janin masih dirasakan.

VI. Riwayat Kehamilan-Persalinan-Nifas Terdahulu

Anak ke 1 : hamil ini

VII.Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma

dan kencing manis.

2
VIII.Riwayat Penyakit Keluarga

Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi dan tidak ada yang

menderita penyakit jantung, penyakit ginjal, asma dan kencing manis.

IX. Riwayat Kontrasepsi

Pasien tidak menggunakan KB

X. Riwayat Antenatal

a. Selama hamil diperiksa di dan oleh bidan, sebanyak 1x kunjungan

b. Keluhan : tidak ada keluhan

c. Imunisasi Selama Hamil : tidak ada

B. PEMERIKSAAN FISIK

I. Status Present

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 92 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,1 C

Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan saat ini : 50 kg

Berat Badan sebelum hamil : 45 kg

I.Status Generalis

Kulit : Chloasma gravidarum (-)

3
Kepala : Normocephalic, wajah edema (-), bibir sianosis (-)

Mata : Konjungtiva anemis(+/+), sclera anikterik, palpebra edema (-/-)

Gigi/mulut : Gigi geligi lengkap, karies (-)

Leher : JVP tidak meningkat, pulsasi vena leher tidak terlihat, massa
abnormal (-)

Thoraks

Mammae : Inspeksi membesar dan tegang (+), hiperpigmentasiareolla (+)

Jantung : Inspeksi ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba di ICS

6 linea midclavicularis sinistra, Auskultasi bunyi jantung I-II (+/+)

reguler, murmur (-), gallop (-), kesan : batas jantung normal.

Paru : Inspeksi paru simetris saat statis dan dinamis, palpasi paru fremitus

vokal dantaktil simetris, perkusi paru sonor (+/+), Auskultasi vesikuler

(+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak membesar, striae gravidarum (-), bekas luka


operasi (-).

Palpasi : Nyeri tekan ulu hati (-),hepar dan lien sulit dinilai

Perkusi : Nyeri ketuk (-)

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Kemaluan : vulva warna kemerahan, luka parut tidak ada, fluor albus (-),
varices tidak ada, edema tidak ada, nampak darah dari
kemaluan (+).

Rectum /anus : Varices (-), hemoroid (-)

4
Extremitas : Edema kedua tangan (-/-), edema kedua tungkai (-/-), Refleks
patella (+/+)

II. Status Obstetri


Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi :
Leopold 1 : TFU 2 jari atas pusat (25 cm), pada palpasi bagian yang
terdapat fundus adalah bagian yang tidak keras sehingga
kesan bokong
Leopold 2 : Letak Memanjang. Pada bagian sinistra teraba bagian
yang memanjang, diperkirakan punggung janin. Pada
bagian dextra terdapat bagian kecil-kecil janin,
diperkirakan ekstremitas.
Leopold 3 : bagian paling bawah teraba keras dan lenting kesan
kepala.
Leopold 4 : Kedua tangan konvergent, kepala janin belum masuk PAP

DJJ : 148 x/menit, reguler


His : (-)

III. Status Ginekologi

Pemeriksaan Luar

Abdomen cembung, tegang, simetris, TFU 2 jari atas pusat, massa (-), ballotement
(+), DJJ (+), nyeri tekan (-)

Periksa Dalam

VT tidak dilakukan

Inspekulo

Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan

5
Portio : Livide

OUE : Tertutup

Flour : (-)

Fluksus : Darah (+) aktif

Erosi/polip/laserasi : Tidak ada

Pemeriksaan Penunjang

1.Pemeriksaan USG

Tanggal 14 September 2016

Tampak janin tunggal hidup presentasi kepala

Ketuban cukup

Plasenta di korpus posterior menutupi seluruh OUI

Biometri janin

BPD dan HC ~28 minggu

AC ~28 minggu

FL ~28 minggu

Kesan : Hamil 28 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala dengan plasenta
previa totalis

2.Laboratorium

Tanggal 14 September 2016

Hematologi

Hb : 8,5 gr/dl

6
Ht : 29%

Leukosit : 18.800/ul

Hitung Jenis : 0/0/0/88/9/3

Trombosit : 243.000/mm3

DIAGNOSIS

G1P1A0 hamil 28 minggu belum inpartu dengan HAP e.c ppt, Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala

J. PENATALAKSANAAN

Inform consent keluarga

Konsul dpjp

K. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Follow Up

Tanggal/Waktu Catatan Instruksi


14/9/2016 S/ Hamil kurang P/
02.00 WIB bulan dengan Rencana ekspektatif
perdarahan Observasi Tanda Vital
O/ Status present Ibu, DJJ, perdarahan dan
Keadaan Umum: tanda inpartu
Tampak sakit IVFD RL gtt xx/menit
sedang Nifedipine 10mg/6 jam

7
Kesadaran: P.O
Compos mentis Inj. Deksametason 6
TD: 110/70 gr/12 jam
mmHg R/ USG Konfirmasi
Nadi: 92 x/menit Cek lab DR
RR: 20 x/menit
Suhu: 36,1 C

Status
Ginekologi

PL
TFU 2 jari atas
pusat (25 cm),
ballotemen (+),
NT (-), massa (-),
DJJ (+)

Inspekulo
Portio livide,
OUE tertutup,
fluor (-), fluxus
(+) aktif, E/L/P
-/-/-

A/ G1P1A0 hamil
28 minggu belum
inpartu dengan
HAP e.c ppt, JTH
Preskep
14/9/2016 S/ perdarahan P/
07.00 WIB masih (+) Observasi Tanda
O/ Status present Vital Ibu, DJJ,
KU : sedang Perdarahan dan
Hasil USG Kes : compos tanda inpartu
Konfirmasi: mentis R/ Terminasi
TD : 110/70 perabdominam
USG konfirmasi: mmHg
Kesan: plasenta di Nadi : 88 x/menit

8
korpus posterior RR : 20 x/menit
menutupi seluruh T : 36,3 oC
OUI Status
Hematologi Ginekologi
Hb : 8,5 gr/dl PL
Ht : 29% TFU 2 jari di atas
Leukosit : pusat (25 cm),
18.800/ul ballotemen (+),
Hitung Jenis : NT (-), massa (-),
0/0/0/88/9/3 DJJ (+)
Trombosit : A/ G1P1A0 hamil
3
243.000/mm 28 minggu belum
inpartu dengan
HAP e.c ppt, JTH
Preskep
15/09/2016 S/ Lahir neonatus M/Sectio caesarea
08.30 hidup perempuan,
BB: 1300 gram,
PB: 38 cm, A/S
4/5 PTAGA

Plasenta lahir
lengkap

D/ post SSTP a.i


PPT

Pasien dalam
keadaan baik dan
dipindahkan ke
bangsal
kebidanan

9
16/09/2016 S/ Nyeri di luka - Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
06.30 jahitan operasi - Kalnex 1gr/8jam
- Tramadol drip
O/ Kes: CM
KU: TSS
TD: 110/80
RR: 20x/mnt
HR: 88x/mnt
T : 36,3c

Status obstetri:
FUT: 2 jbpst
Kontraksi baik
Pendarahan aktif
(-)
Lokhia rubra

A/ P1 A0 post
sectio caesarea a.i
PPT perawatan
hari pertama

17/09/2016 S/ nyeri jahitan - Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam


06.30 berkurang

O/ Kes: CM
KU: TSS
TD: 120/80
RR: 16x/mnt
HR: 84x/mnt
T : 36,5c

FUT: 2 jbpst
Kontraksi baik
Pendarahan aktif
(-)
Lokhia rubra

10
A/ P1 A0 post
sectio caesarea a.i
PPT perawatan
hari kedua

18/09/2016 S/ tidak ada - Pasien dirawat jalan


06.30 WIB keluhan

O/ Kes: CM
KU: TSS
TD: 120/80
RR: 16x/mnt
HR: 84x/mnt
T : 36,5c

FUT: 2 jbpst
Kontraksi baik
Pendarahan aktif
(-)
Lokhia rubra

A/ P1 A0 post
sectio caesarea a.i
PPT perawatan
hari ketiga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

11
A.Defenisi

Plasenta praevia berasal dari kata prae yang artinya di depan dan vias yang

berarti jalan. Jadi plasenta praevia adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi

yang dimaksud plasenta praevia adalah plasenta yang implantasinya tidak normal,

rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi

plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah

fundus uteri.

Jenis Plasenta Previa

Plasenta praevia dibagi menjadi tiga tingkat:

1. Plasenta praevia totalis


Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
2. Plasenta praevia lateralis
Hanya sebagian dari ostium yang tertutup oleh plasenta
3. Plasenta praevia marginalis
Hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan plasenta

Kadang-kadang dipergunakan istilah plasenta praevia centralis ialah plasenta yang

terletak di tengah terhadap ostium internum. Selain itu juga dikenal plasenta letak

rendah, ialah plasenta yang implantasinya rendah tetapi tidak sampai ke ostium uteri

internum. Penentuan macamnya plasenta praevia tergantung pada besarnya

pembukaan. Misalnya, plasenta praevia marginalis pada pembukaan 2 cm dapat

12
menjadi plasenta pravia lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu pula plasenta praevia

totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi plasenta praevia lateralis pada

pembukaan 5 cm. Maka penentuan jenis plasenta praevia harus disertai dengan

keterangan mengenai besarnya pembukaan.

B. Insidensi

Plasenta praevia cukup sering dijumpai pada tiap pendarahan antepartum,

kemungkinan plasenta praevia harus didahulukan. Plasenta praevia lebih sering

terdapat pada multigravida dan pada umur yang lanjut (diatas 30 tahun) juga lebih

sering pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal, uterus yang cacat juga

mempertinggi angka kejadian. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah

dilaporkan insidennya berkisar 1,7% sampai 2,9%. Di negara maju insidennya lebih

rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan oleh berkurangnya wanita hamil

dengan paritas tinggi.

C. Etiologi dan Faktor Resiko

13
Plasenta praevia mungkin terjadi pada keadaan endometrium yang kurang baik

misalnya karena atrofi endometrium.

Keadaan ini misalnya terdapat pada:

- Multipara terutama bila jarak antara kehamilan pendek


- Mioma uteri
- Kuretase yang berulang

Keadaan endometrium yang kurang baik, menyebabkan bahwa plasenta harus tumbuh

menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya, dapat mendekati

atau menutupi ostium internum. Pada plasenta praevia sering didapati plasenta yang

luas dan tipis, lebih sering terjadi plasenta akreta. Plasenta praevia bisa juga

disebabkan oleh implantasi telur yang rendah.

Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui secara

pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen

bawah rahim tanpa latar beakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan

bahwa salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang kurang memadai

sebagai akibat proses radang dan atrofi. Cacat rahim misalnya bekas bedah caesar,

kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan

kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dipandang sebagai faktor resiko

terjadinya plasenta praevia. Cacat bekas bedah caesar berperan menaikkan insiden

dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta praevia

lebih tinggi dua kali lipat. Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran

rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta

14
yang terlalu besar seperti pada kehmilan ganda daneritroblastosis fetalis bisa

menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga

menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

D. Patofisiologi

Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahimkarena isi rahim lebih cepat

tumbuh akibatnya isthmus tertarik menjadi cavum uteri (segmen bawah rahim). Pada

plasenta praevia terjadi pergeseranantara plasenta dan dinding rahim, pendarahan

tergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada isthmusuteri.

Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan pendarahan tetapi

dalam persalinan his pembukan menyebabkan pendarahan karena bagian plasenta

akan terlepas dari dasarnya. Pendarahan pada plasenta praevia bersifat berulang-

ulang. Setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim maka regangan

dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan

regangan bertambah dan menimbulkan pendarahan baru. Darah terutama berasal dari

ibu ialah ruangan intervillosa, dapat pula berasal dari anak bila jonjot terputus atau

pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka.

E.Diagnosis

Penegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis (pendarahan pervaginam , tanpa nyeri

tanpa sebab yang jelas), pemeriksaan fisik (bagian terbawah belum masuk PAP,

biasanya disertai kelainan letak) dan pemeriksaan penunjang (USG).

Gejala

15
Pendarahan tanpa nyeri

Pendarahan karena plasenta praevia baru timbul setelah bulan ke tujuh. Pendarahan

pada plasenta praevia bersifat berulang-ulang. Pendarahan pertama berlangsung tidak

banyak dan berhenti sendiri. Pendarahan terjadi kembali oleh suatu tanpa suatu sebab

yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Pada setiap pengulangan terjadi

pendarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Hal ini disebabkan karena

pendarahan sebelum bulan ke tujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari

abortus. Pendarahan pada plasenta praevia disebabkan karena pergerakan antara

plasenta dan dinding rahim.

Pada plasenta letak rendah pendarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan,

pendarahan bisa sedikit atau banyak seperti solutio plasenta. Pendarahan diperhebat

karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim.

Dengan demikian pendarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Pendarahan

juga bisa bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta

praevia lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi

pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta

sebagai komplikasi plasenta akreta.

Pemeriksaan Fisik

Kepala anak sangat tinggi


Karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim, kepala tidak dapat

mendekati pintu atas panggul. Berhubung plasenta terletak pada bagian

bawah, maka pada saat palpasi abdomen ditemui bagian terbawah janin masih

16
tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam keadaan memanjang.

Palpasi abdomen tidak membuat ibu merasa nyeri dan perut tidak tegang.
Ukuran panjang rahim berkurang
maka pada plasenta praevia lebih sering terdapat kelainan letak

Pemeriksaan penunjang

Dewasa ini pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah dengan

ultrasonografi, berhubung telah banyak tersediannya alat di rumah sakit.

Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang dikosongkan

akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan yang sangat tiggi

96-98%. Walaupun lebih superior jarang diperlukan transabdominal ultrasonografi

untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum. Di tangan yang tidak ahli

transvaginal ultrasonografi dapat memicu pendarahan lebih banyak. Transperineal

ultrasonografi dapat mendeteksi ostium uteri interum dan segmen bawah rahim, dan

teknik ini dilaporan 90% positive predictive value dan 100% negative predictive

value dalam diagnosis plasenta previa. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga

dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk plasenta

previa. MRI kalah praktis jika dibandingkan dengan USG, terlebih dalam suasana

yang mendesak.

17
Pemeriksaan

Kewajiban dokter umum ialah merujuk pasien ke Rumah Sakit besar tanpa terlebih

dahulu melakukan pemeriksaan dalam. Sebelum tersedia darah dan sebelum kamar

operasi siap tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam, karena pemeriksaan dalam

dapat menyebabkan pendarahan. Sementara boleh dilakukan pemeriksaan fornices

dengan hati-hati. Jika tulang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah,

maka kemungkinan plasenta praevia kecil, sebaliknya jika antara jari-jari kita dan

kepala teraba bantalan (jaringan plasenta) maka kemungkinan plasenta praevia besar

sekali.

Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada letak

sungsang bagian depan lunak hingga sukar membedakannya dengan jaringan lunak.

Diagnosa dengan pemeriksaan dalam di kamar operasi bila sudah ada pembukaan.

Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak menimbulkan

pendarahan. Telah ditemukan bahwa pasien dengan pendarahan antepartum tidak

18
boleh melakukan pemeriksaan dalam dan juga tidak boleh memasang tampon, yang

sebaiknya ialah pengiriman pasien ke Rumah Sakit besar.

F. Diagnosis Banding

Solutio plasenta

Ruptur Uteri

G. Terapi

Pengobatan plasenta praevia dapat dibagi menjadi 2 golongan:

a. Terapi aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi pendarahan yang membawa maut.
1. Cara vaginal yang bertujuan untuk mengadakan tekanan pada plasenta

dengan menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade

pada plasenta)
2. sectio secarea
dengan maksud mengosongkan rahim sehingga rahim dapat mengadakan

retraksi dan menghentikan pendarahan. Sectio caesarea juga mencegah

terjadinya robekan serviks.

b. Terapi ekspektatif
Bial janin masih kecil dan kemnunbkinan hidup di dunia luar masih sangat

kecil. Terapi ekspektatif dibenarkan bila keadaan ibu baik dan pendarahan

sudah berhenti atau sedikit sekali. Dulu kehamilan dengan plasenta praevia

harus segera diakhiri untuk menghindari pendarahan yang fatal tetapi

sekarang terapi menunggu dibenarkan dengan alasan pendarahan pertama

19
pada plasenta praevia jarang fatal dan untuk menurunkan angka kematian bayi

karena prematuritas.

Syarat terapi ekspektatif ialah keadaan ibu masih baik (hb normal) dan

pendarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif rawat pasien hingga berat

bayi 2500 gr atau kehamilan sudah mencapai 37 minggu. Selama terapi

ekspektatif diusahakan menentukan lokasi plasenta dengan radioisotop atau

ultrasound. Bila kehamilan telah mencapai 37 minggu sebaiknya diahkiri.

Kemudian, pasien dengan plasenta praevia diberkan antibiotik karena

kemungkinan besar terjadinya infeksi karena pendarahan dan tindakan

intrauterin.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan dan terapi yang tepat untuk

plasenta previa diantaranya adalah:


1. Pendarahan banyak atau sedikit
2. Keadaan ibu dan anak
3. Besarnya pembukaan
4. Tingkat plasenta praevia
5. paritas

Pendarahan yang banyak, pembukaan kecil, nullipara, dan tingkat plasenta

praevia yang berat mendorong untuk melakukan sectio caesarea.sebaliknya

pendarahan yang sedang, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan

tingkat plaenta praevia yang ringan dan anak yang mati mengarahkan pada

usaha pemecahan ketuban. Pada pendarahan yang sedikt dan anak yang masih

kecil dipertimbangkan terapi ekspektatif.

Cara vaginal terdiri dari:


1. pemecahan ketuban
2. versi braxton hicks
3. cunam willet

20
Pemecahan ketuban
pemecahan ketuban dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plaenta

praevia marginalis dan plaenta praevia lateralis yang menutup ostium kurang

dari setengah bagian. Bila ada plasenta praevia lateralis, plaenta terletak di

sebelah belakang, maka lebih baik dilakukan sectio caesarea karena dengan

pemecahan ketuban kepala kurang menekan pada plasenta, karena kepala

tertahan oleh promomtorium yang dalam hal ini dilapisi oleh jaringan

plasenta.

Pemecahan ketuban dapat menghentikan pendarahan karena setelah ketuban

pecah uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak menekan plasenta dan

plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding

rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim .bila

his tidak ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban beri infus pitocyn.

Bila pendarahan tetap ada lakukan sectio caesarea.

Versi braxton Hicks


Parasat braxton hicks yang dimaksud ialah tamponade plasenta dengan

bokong. Versi braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati.

Mengingat bahaya robekan serviks dan pada segmen bawah rahim, parasat ini

sudah tidak dipakai di Rumah Sakit besar tetapi dalam keadaan yang

mendesak misalnya bila pasien pendarahan banyak, anak sudah mati, dan

kesulitan dalam memperoleh darah atau kamar operasi maka parasat ini boleh

dipertimbangkan. Sebaliknyabila di daerah dimana tidak ada kemungkinan

untuk melakukan sectio caesarea cara braxton hicks menggantikan sectio

21
caesarea bila pemecahan ketuban tidak memungkinkan (plasenta praevia

totalis) atau tidak menghentikan pendarahan, walaupun anak masih hidup.

Syarat untuk melakukan versi braxton hicks adalah pembukaan harus dapat

dilalui oleh 2 jari.

Teknik:
Setelah ketuban dipecahkan atau setelah palsenta ditembus, maka tangan yang

searah dengan bagian-bagian kecil masuk. Setelah labia dilewati , satu tangan

masuk secara obstetri dan 2 jari (telunjuk dan tengah) masuk ke dalam cavum

uteri. Tangan satunya menahan fundus. Kepala anak di tolak ke samping ke

arah punggung anak. Tangan luar mendekatkan bokong kepada jar untuk

mencari kaki. Setelah kaki didapatkan oleh tangan dalam, maka tangan luar

menolak kepala anak ke fundus dan kaki dibawa ke luar. Pada kaki ini

digantungan timbanagn seringan-ringannya tetapi cukup berat untuk

menghilangkan pendarahan. Bila beratnya berlebihan bisa terjadi robekan

serviks. Selanjutnya tunggu hingga anak lahir sendiri. Hindari ekstraks

walaupun pembukaan sudah lengkap, karena mudah terjadi robekan pada

serviks dan segmen bawah rahim.

22
Cunam willett
Cunam willett yang dimaksud ialah tamponade plasenta dengan kepala. Kulit

kepala anak dijepit degan cunam willett dan dibebani dengan timbangan 5000

gr. Saat ini teknik ini sudah jarang dilakukan.


Sectio caesarea
Tujuan sectio caesarea adalah untuk mempersingkat pendarahan dan

mencegah terjadinya robekan serviks dan robekan segmen bawah rahim.

Robekan mudah terjadi karena serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta

praevia banyak mengandung pembuluh darah. Sectio caesarea dilakukan pada

plasenta praevia totalis dan pada plasenta praevia lainnya bila pendarahan

hebat. Sectio caesarea juga mengurangi resiko kematian bayi atau untuk

kepentingan ibu.

H. Komplikasi

23
1. Anemia-syok
Kerena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik, maka

pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan

semakin banyak, dan pendarahan yang terjadi tidak dapat dicegah sehingga

penderita menjadi anemia bahkan syok.


2. Retensio plasenta
Karena plasenta yang berimplantasi pada segman bawah rahim dan sifat

segmen yang tipis memudahkan jaringan trofoblas menginvasi dan menerobos

ke dalam miometrium bahkan sampai perimetrium dan menjadi penyebab

terjadinya plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah

plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi villinya masih belum

masuk ke dalam miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan

maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dnegan demikina

terjadi retensio plassenta dan pada bagian yang sudah lepas timbullah

pendarahan pada kala 3. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang

pernah mengalami sectio caesarea.


3. Pendarahan
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah

sangat potensial untuk robek disertai oleh pendarahan yang banyak. Oleh

karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manualdi tempat ini

misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah

rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio

plasenta. Apabila salah satu sebab terjadi pendarahan banyak yang tidak

terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen

bawah rahim, ligasi arteri uterina, ligasi arteri ovarica, pemasangan tampon

24
atau ligasi arteri hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat ini jalan

kelarnya adalah histerektomi total.


4. Kelainan letak anak
Kelainan letak anak pada plasenta praevia lebih sering terjadi. Hal ini memaka

lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.


5. Kelahiran prematur dan gawat janin
Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian karena

tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan

belum aterm. Pada kehamilan kurang dari 37 minggu dapat dilakukan

amniosintesis untuk mengetahui kematangan paru janin dan pemberian

kortikosteroid untuk mempercepat pematangan parujanin dalam upaya

antisipasi.
6. Solutio plasenta
Pada plasenta praevia beresiko untuk terjadinya solutio plasenta (resiko relatif

13,8%),
7. Infeksi-sepsis
8. Emboli udara (jarang)
9. Hipoksia janin

I. Prognosis

Prognosis ibu dan anak pada plasenta praevia dewasa ini lebih baik jika dibandingkan

dengan masa lalu. Hal ini karena diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan

usg dismping kesediaan tranfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir setip

rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berpera terutama bagi

kasus melahirkan dengan sectio caesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas

kesehatan. Penurunan jumpah ibu hamil dengan paritas tinggi berkat sosialisasi

progra keluarga berencana menurunkan inside plasenta previa. Namun, nasib janin

25
masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan

maupun dengan sectio caesarea. Karenanya kelahiran prematur belum dapat dihindari

walaupun tindakan konservatif dilakukan.

BAB III

ANALISIS KASUS

A. Permasalahan

1 Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada kasus

ini sudah tepat?

2 Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?

3 Apakah penatalaksanaan sudah tepat?

1. Apakah anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang sudah

tepat?

Anamnesis

1. Berdasarkan hasil anamnesis pasien mengeluh adanya perdarahan yang keluar


dari kemaluan. Darah berwarna merah segar dan tanpa disertai rasa nyeri,
sebanyak 4x ganti pembalut. Pasien hamil ini merupakan kehamilan yang
pertama (primigravida). Hasil pemeriksaan USG ditemukan implantasi
plasenta terletak di corpus belakang meluas ke bawah sampai menutupi
seluruh OUI. Gejala yang dirasakan pasien serta hasil pemeriksaan
mendukung diagnosis Hemoragik Antepartum e.c Plasenta Previa Totalis.

26
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sudah tepat, yaitu dilakukan pemeriksaan

fisik head-toe, kemudian di titik beratkan pada pemeriksaan obstetri dan

ginekologik yang dilakukan untuk penegakkan diagnosis. Pemeriksaan

ginekologi yang dilakukan mencakup pemeriksaan luar dan inspekulo.

Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi :
Leopold 1 : TFU 2 jari atas pusat (25 cm), pada palpasi bagian yang
terdapat fundus adalah bagian yang tidak keras sehingga
kesan bokong
Leopold 2 : Letak Memanjang. Pada bagian sinistra teraba bagian
yang memanjang, diperkirakan punggung janin. Pada
bagian dextra terdapat bagian kecil-kecil janin,
diperkirakan ekstremitas.
Leopold 3 : bagian paling bawah teraba keras dan lenting kesan
kepala.
Leopold 4 : Kedua tangan konvergent, kepala janin belum masuk PAP

DJJ : 148 x/menit, reguler


His : (-)

Dari pemeriksaan fisik ginekologi didapatkan

Pemeriksaan Luar

Abdomen cembung, tegang, simetris, TFU 2 jari atas pusat (25 cm), massa (-),

ballotement (+), DJJ (+) 148x/menit, nyeri tekan (-).

27
Pemeriksaan dalam

Inspekulo
Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Livide
OUE : Tertutup
Flour : (-)
Fluksus : Darah (+) aktif
Erosi/polip/laserasi : Tidak ada

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan hematologi

(hemoglobin, ht, Trombosit, Leukosit), dan pemeriksaan USG penting dilakukan

untuk menegakkan diagnosis pasti plasenta previa dan kemungkinan komplikasi

yang dapat timbul.

Pada USG didapatkan hasil: Uterus sesuai usia kehamilan, tampak gambaran

plasenta di korpus posterior menutupi seluruh ostium uteri internum. Yang

merupakan gambaran pada kasus plasenta previa.


Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan Hb: 8,5 gr/dl yang menandakan

terjadi anemia, pada pasien plasenta previa dimungkinkan terjadi anemia

dikarenakan pada pasien plasenta previa mengalami perdarahan.

2. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?

2. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan obstetrik, dan


pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, sudah lengkap dan tepat untuk

28
menegakkan diagnosis G1P0A0 hamil 28 minggu belum inpartu dengan HAP
e.c plasenta previa totalis, janin tunggal hidup presentasi kepala.
a. Pada anamnesis didapatkan bahwa saat ini pasien sedang dalam kehamilan
yang pertama, sebelumnya belum pernah melahirkan G1P0A0
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG melalui pengukuran biometri janin
dan dari hasil pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan rumus
McDonald, usia kehamilan pasien ini adalah 28 minggu.
c. Dari anamnesis, pasien mengaku belum merasakan perut mules menjalar
ke punggung yang terasa semakin sering dan kuat, belum ada keluar air-
air, dan dari pemeriksaan inspekulo didapatkan OUE masih tertutup
belum inpartu.
d. Keluhan pasien dalam anamnesis yaitu adanya perdarahan yang keluar
dari kemaluan. Darah berwarna merah segar dan tanpa disertai rasa nyeri,
sebanyak 4x ganti pembalut. Pasien memiliki riwayat kuretase 1 x, serta
hamil ini merupakan kehamilan yang ketiga (multigravida). Hasil
pemeriksaan USG ditemukan implantasi plasenta terletak di corpus
belakang meluas ke bawah sampai menutupi seluruh OUI. Gejala yang
dirasakan pasien serta hasil pemeriksaan mendukung diagnosis
Hemoragik Antepartum e.c Plasenta Previa Totalis.
e. Janin tunggal hidup presentasi kepala karena pada pemeriksaan leopold
dirasakan hanya terdapat 1 sisi bagian besar janin dan sisi yang lain
merupakan bagian kecil. Kemudian pada palpasi bagian yang terdapat
fundus adalah bagian yang tidak keras sehingga kesan bokong, kemudian
letak bayi memanjang dan bagian paling bawah teraba keras dan lenting
kesan kepala. Kemudian denyut jantung janin masih terdengar dengan
menggunakan Doppler di daerah bawah pusat ibu sebelah kanan Janin
Tunggal Hidup Presentasi Kepala.
f. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu normal 110/70
mmHg, nadi 92x/menit, pernafasan 20x/menit, dan suhu 36,1C, abdomen
cembung, tegang, nyeri tekan (-).

29
3. Apakah penatalaksanaan dari kasus ini sudah tepat?
a. Rencana ekspektatif
Yaitu dengan upaya mempertahankan kehamilan sampai janin se-aterm mungkin.
Sikap ekspektatif ini dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan
sudah berhenti atau sedikit sekali. Upaya ini dilakukan dengan perawatan
sampai berat anak mencapai 2500 gram atau usia kehamilan mencapai 37
minggu.
b. Observasi TVI, DJJ, perdarahan dan tanda inpartu
Observasi dilakukan untuk memantau keadaan ibu dan janin sehingga dapat
menentukan apakah upaya ekspektatif yang dilakukan berhasil atau justru terjadi
perburukan keadaan sehingga terminasi kehamilan harus segera dilakukan. Pada
kasus ini karena keadaan ibu kurang baik dan perdarahan banyak dan masih terus
berlangsung. Rencana sectio caesarea dengan maksud mengosongkan rahim agar
dapat mengadakan retraksi dan menghentikan pendarahan.
c. Kortikosteroid
Terapi ini diberikan dengan tujuan untuk pematangan paru janin, yang dalam
kasus ini, pasien memiliki risiko untuk persalinan preterm. Terapi pematangan
paru ini dilakukan untuk mengurangi insidens respiratory distress syndrome pada
bayi. Injeksi dexamethasone ini diberikan dalam dosis 6 mg/12 jam IV selama 2
hari.
d. Tokolitik
Diberikan nifedipin dengan dosis 10 mg/6 jam PO sebagai tokolitik, yaitu untuk
mensupresi kontraksi uterus.

Terminasi kehamilan dengan upaya seksio sesaria dilakukan dengan


memperhatikan beberapa faktor, diantaranya jumlah perdarahan, keadaan ibu dan
janin, tingkat placenta previa dan besarnya pembukaan.
Dalam kasus ini, upaya ekspektatif gagal yaitu ditemukan perburukan keadaan
ibu dan janin dan terjadi profuse bleeding maka terminasi kehamilan harus segera
dilakukan. Tindakan terminasi dengan seksio sesaria ini bertujuan untuk
mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks
dan segmen bawah rahim.

30
Tatalaksana pada kasus sudah tepat yaitu sebagai berikut:

Observasi Tanda Vital Ibu dan perdarahan

IVFD RL gtt xx/menit

Inj.ceftriaxone 1 gr/12 jam

Inj. Deksametason 6 gr/12 jam

R/ USG Konfirmasi

Cek lab DR,UR

Rencana Penanganan:

a) USG konfirmasi
b)Awasi tanda vital dan perdarahan
c) Sectio caesarea.

31

Anda mungkin juga menyukai