A. Anamnesis (Autoanamnesis)
I. Identifikasi
II. Keluhan
Menarche : 13 tahun
Lamanya : 7 hari
1
Baunya : Normal
HPHT : 06 02 2016
Sejak 3 jam SMRS, os mengeluh pendarahan berwarna merah segar tanpa rasa nyeri
keluar dari kemaluan sebanyak 4 kali ganti pembalut. Riwayat perut mulas yang
menjalar ke pinggang hilang timbul makin lama makin kuat (-). os lalu ke RSUD
lahir. Os kemudian di rujuk ke RSAM. Riwayat keluar air-air (-), Riwayat keluar
gumpalan seperti jaringan (-), Riwayat keluar gelembung seperti mata ikan (-),
Riwayat perut terasa nyeri (-), Riwayat trauma (-), Riwayat pendarahan berulang (+),
Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma
2
VIII.Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi dan tidak ada yang
X. Riwayat Antenatal
B. PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Present
Nadi : 92 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,1 C
I.Status Generalis
3
Kepala : Normocephalic, wajah edema (-), bibir sianosis (-)
Leher : JVP tidak meningkat, pulsasi vena leher tidak terlihat, massa
abnormal (-)
Thoraks
Jantung : Inspeksi ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba di ICS
Paru : Inspeksi paru simetris saat statis dan dinamis, palpasi paru fremitus
Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan ulu hati (-),hepar dan lien sulit dinilai
Kemaluan : vulva warna kemerahan, luka parut tidak ada, fluor albus (-),
varices tidak ada, edema tidak ada, nampak darah dari
kemaluan (+).
4
Extremitas : Edema kedua tangan (-/-), edema kedua tungkai (-/-), Refleks
patella (+/+)
Pemeriksaan Luar
Abdomen cembung, tegang, simetris, TFU 2 jari atas pusat, massa (-), ballotement
(+), DJJ (+), nyeri tekan (-)
Periksa Dalam
VT tidak dilakukan
Inspekulo
5
Portio : Livide
OUE : Tertutup
Flour : (-)
Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan USG
Ketuban cukup
Biometri janin
AC ~28 minggu
FL ~28 minggu
Kesan : Hamil 28 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala dengan plasenta
previa totalis
2.Laboratorium
Hematologi
Hb : 8,5 gr/dl
6
Ht : 29%
Leukosit : 18.800/ul
Trombosit : 243.000/mm3
DIAGNOSIS
G1P1A0 hamil 28 minggu belum inpartu dengan HAP e.c ppt, Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala
J. PENATALAKSANAAN
Konsul dpjp
K. PROGNOSIS
Follow Up
7
Kesadaran: P.O
Compos mentis Inj. Deksametason 6
TD: 110/70 gr/12 jam
mmHg R/ USG Konfirmasi
Nadi: 92 x/menit Cek lab DR
RR: 20 x/menit
Suhu: 36,1 C
Status
Ginekologi
PL
TFU 2 jari atas
pusat (25 cm),
ballotemen (+),
NT (-), massa (-),
DJJ (+)
Inspekulo
Portio livide,
OUE tertutup,
fluor (-), fluxus
(+) aktif, E/L/P
-/-/-
A/ G1P1A0 hamil
28 minggu belum
inpartu dengan
HAP e.c ppt, JTH
Preskep
14/9/2016 S/ perdarahan P/
07.00 WIB masih (+) Observasi Tanda
O/ Status present Vital Ibu, DJJ,
KU : sedang Perdarahan dan
Hasil USG Kes : compos tanda inpartu
Konfirmasi: mentis R/ Terminasi
TD : 110/70 perabdominam
USG konfirmasi: mmHg
Kesan: plasenta di Nadi : 88 x/menit
8
korpus posterior RR : 20 x/menit
menutupi seluruh T : 36,3 oC
OUI Status
Hematologi Ginekologi
Hb : 8,5 gr/dl PL
Ht : 29% TFU 2 jari di atas
Leukosit : pusat (25 cm),
18.800/ul ballotemen (+),
Hitung Jenis : NT (-), massa (-),
0/0/0/88/9/3 DJJ (+)
Trombosit : A/ G1P1A0 hamil
3
243.000/mm 28 minggu belum
inpartu dengan
HAP e.c ppt, JTH
Preskep
15/09/2016 S/ Lahir neonatus M/Sectio caesarea
08.30 hidup perempuan,
BB: 1300 gram,
PB: 38 cm, A/S
4/5 PTAGA
Plasenta lahir
lengkap
Pasien dalam
keadaan baik dan
dipindahkan ke
bangsal
kebidanan
9
16/09/2016 S/ Nyeri di luka - Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
06.30 jahitan operasi - Kalnex 1gr/8jam
- Tramadol drip
O/ Kes: CM
KU: TSS
TD: 110/80
RR: 20x/mnt
HR: 88x/mnt
T : 36,3c
Status obstetri:
FUT: 2 jbpst
Kontraksi baik
Pendarahan aktif
(-)
Lokhia rubra
A/ P1 A0 post
sectio caesarea a.i
PPT perawatan
hari pertama
O/ Kes: CM
KU: TSS
TD: 120/80
RR: 16x/mnt
HR: 84x/mnt
T : 36,5c
FUT: 2 jbpst
Kontraksi baik
Pendarahan aktif
(-)
Lokhia rubra
10
A/ P1 A0 post
sectio caesarea a.i
PPT perawatan
hari kedua
O/ Kes: CM
KU: TSS
TD: 120/80
RR: 16x/mnt
HR: 84x/mnt
T : 36,5c
FUT: 2 jbpst
Kontraksi baik
Pendarahan aktif
(-)
Lokhia rubra
A/ P1 A0 post
sectio caesarea a.i
PPT perawatan
hari ketiga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
A.Defenisi
Plasenta praevia berasal dari kata prae yang artinya di depan dan vias yang
berarti jalan. Jadi plasenta praevia adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Jadi
yang dimaksud plasenta praevia adalah plasenta yang implantasinya tidak normal,
rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi
plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah
fundus uteri.
terletak di tengah terhadap ostium internum. Selain itu juga dikenal plasenta letak
rendah, ialah plasenta yang implantasinya rendah tetapi tidak sampai ke ostium uteri
12
menjadi plasenta pravia lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu pula plasenta praevia
totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi plasenta praevia lateralis pada
pembukaan 5 cm. Maka penentuan jenis plasenta praevia harus disertai dengan
B. Insidensi
terdapat pada multigravida dan pada umur yang lanjut (diatas 30 tahun) juga lebih
sering pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal, uterus yang cacat juga
dilaporkan insidennya berkisar 1,7% sampai 2,9%. Di negara maju insidennya lebih
rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan oleh berkurangnya wanita hamil
13
Plasenta praevia mungkin terjadi pada keadaan endometrium yang kurang baik
Keadaan endometrium yang kurang baik, menyebabkan bahwa plasenta harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Karena luasnya, dapat mendekati
atau menutupi ostium internum. Pada plasenta praevia sering didapati plasenta yang
luas dan tipis, lebih sering terjadi plasenta akreta. Plasenta praevia bisa juga
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui secara
pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen
bawah rahim tanpa latar beakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan
bahwa salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang kurang memadai
sebagai akibat proses radang dan atrofi. Cacat rahim misalnya bekas bedah caesar,
terjadinya plasenta praevia. Cacat bekas bedah caesar berperan menaikkan insiden
dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta praevia
lebih tinggi dua kali lipat. Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran
14
yang terlalu besar seperti pada kehmilan ganda daneritroblastosis fetalis bisa
D. Patofisiologi
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahimkarena isi rahim lebih cepat
tumbuh akibatnya isthmus tertarik menjadi cavum uteri (segmen bawah rahim). Pada
tergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada isthmusuteri.
Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan pendarahan tetapi
akan terlepas dari dasarnya. Pendarahan pada plasenta praevia bersifat berulang-
ulang. Setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim maka regangan
dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan
regangan bertambah dan menimbulkan pendarahan baru. Darah terutama berasal dari
ibu ialah ruangan intervillosa, dapat pula berasal dari anak bila jonjot terputus atau
E.Diagnosis
tanpa sebab yang jelas), pemeriksaan fisik (bagian terbawah belum masuk PAP,
Gejala
15
Pendarahan tanpa nyeri
Pendarahan karena plasenta praevia baru timbul setelah bulan ke tujuh. Pendarahan
banyak dan berhenti sendiri. Pendarahan terjadi kembali oleh suatu tanpa suatu sebab
yang jelas setelah beberapa waktu kemudian. Pada setiap pengulangan terjadi
pendarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Hal ini disebabkan karena
pendarahan sebelum bulan ke tujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari
Pada plasenta letak rendah pendarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan,
pendarahan bisa sedikit atau banyak seperti solutio plasenta. Pendarahan diperhebat
karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim.
juga bisa bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta
praevia lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi
pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta
Pemeriksaan Fisik
bawah, maka pada saat palpasi abdomen ditemui bagian terbawah janin masih
16
tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam keadaan memanjang.
Palpasi abdomen tidak membuat ibu merasa nyeri dan perut tidak tegang.
Ukuran panjang rahim berkurang
maka pada plasenta praevia lebih sering terdapat kelainan letak
Pemeriksaan penunjang
akan memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan yang sangat tiggi
untuk mendeteksi keadaan ostium uteri internum. Di tangan yang tidak ahli
ultrasonografi dapat mendeteksi ostium uteri interum dan segmen bawah rahim, dan
teknik ini dilaporan 90% positive predictive value dan 100% negative predictive
value dalam diagnosis plasenta previa. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga
previa. MRI kalah praktis jika dibandingkan dengan USG, terlebih dalam suasana
yang mendesak.
17
Pemeriksaan
Kewajiban dokter umum ialah merujuk pasien ke Rumah Sakit besar tanpa terlebih
dahulu melakukan pemeriksaan dalam. Sebelum tersedia darah dan sebelum kamar
operasi siap tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam, karena pemeriksaan dalam
dengan hati-hati. Jika tulang kepala dan sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah,
maka kemungkinan plasenta praevia kecil, sebaliknya jika antara jari-jari kita dan
kepala teraba bantalan (jaringan plasenta) maka kemungkinan plasenta praevia besar
sekali.
Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada presentasi kepala karena pada letak
sungsang bagian depan lunak hingga sukar membedakannya dengan jaringan lunak.
Diagnosa dengan pemeriksaan dalam di kamar operasi bila sudah ada pembukaan.
18
boleh melakukan pemeriksaan dalam dan juga tidak boleh memasang tampon, yang
F. Diagnosis Banding
Solutio plasenta
Ruptur Uteri
G. Terapi
a. Terapi aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi pendarahan yang membawa maut.
1. Cara vaginal yang bertujuan untuk mengadakan tekanan pada plasenta
pada plasenta)
2. sectio secarea
dengan maksud mengosongkan rahim sehingga rahim dapat mengadakan
b. Terapi ekspektatif
Bial janin masih kecil dan kemnunbkinan hidup di dunia luar masih sangat
kecil. Terapi ekspektatif dibenarkan bila keadaan ibu baik dan pendarahan
sudah berhenti atau sedikit sekali. Dulu kehamilan dengan plasenta praevia
19
pada plasenta praevia jarang fatal dan untuk menurunkan angka kematian bayi
karena prematuritas.
Syarat terapi ekspektatif ialah keadaan ibu masih baik (hb normal) dan
pendarahan tidak banyak. Pada terapi ekspektatif rawat pasien hingga berat
intrauterin.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan dan terapi yang tepat untuk
tingkat plaenta praevia yang ringan dan anak yang mati mengarahkan pada
usaha pemecahan ketuban. Pada pendarahan yang sedikt dan anak yang masih
20
Pemecahan ketuban
pemecahan ketuban dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plaenta
praevia marginalis dan plaenta praevia lateralis yang menutup ostium kurang
dari setengah bagian. Bila ada plasenta praevia lateralis, plaenta terletak di
sebelah belakang, maka lebih baik dilakukan sectio caesarea karena dengan
tertahan oleh promomtorium yang dalam hal ini dilapisi oleh jaringan
plasenta.
pecah uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak menekan plasenta dan
plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding
rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim .bila
his tidak ada atau kurang kuat setelah pemecahan ketuban beri infus pitocyn.
bokong. Versi braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati.
Mengingat bahaya robekan serviks dan pada segmen bawah rahim, parasat ini
sudah tidak dipakai di Rumah Sakit besar tetapi dalam keadaan yang
mendesak misalnya bila pasien pendarahan banyak, anak sudah mati, dan
kesulitan dalam memperoleh darah atau kamar operasi maka parasat ini boleh
21
caesarea bila pemecahan ketuban tidak memungkinkan (plasenta praevia
Syarat untuk melakukan versi braxton hicks adalah pembukaan harus dapat
Teknik:
Setelah ketuban dipecahkan atau setelah palsenta ditembus, maka tangan yang
searah dengan bagian-bagian kecil masuk. Setelah labia dilewati , satu tangan
masuk secara obstetri dan 2 jari (telunjuk dan tengah) masuk ke dalam cavum
arah punggung anak. Tangan luar mendekatkan bokong kepada jar untuk
mencari kaki. Setelah kaki didapatkan oleh tangan dalam, maka tangan luar
menolak kepala anak ke fundus dan kaki dibawa ke luar. Pada kaki ini
22
Cunam willett
Cunam willett yang dimaksud ialah tamponade plasenta dengan kepala. Kulit
kepala anak dijepit degan cunam willett dan dibebani dengan timbangan 5000
Robekan mudah terjadi karena serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta
plasenta praevia totalis dan pada plasenta praevia lainnya bila pendarahan
hebat. Sectio caesarea juga mengurangi resiko kematian bayi atau untuk
kepentingan ibu.
H. Komplikasi
23
1. Anemia-syok
Kerena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik, maka
semakin banyak, dan pendarahan yang terjadi tidak dapat dicegah sehingga
plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi villinya masih belum
maternal plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dnegan demikina
terjadi retensio plassenta dan pada bagian yang sudah lepas timbullah
pendarahan pada kala 3. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang
sangat potensial untuk robek disertai oleh pendarahan yang banyak. Oleh
karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manualdi tempat ini
misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah
plasenta. Apabila salah satu sebab terjadi pendarahan banyak yang tidak
bawah rahim, ligasi arteri uterina, ligasi arteri ovarica, pemasangan tampon
24
atau ligasi arteri hipogastrika, maka pada keadaan yang sangat gawat ini jalan
antisipasi.
6. Solutio plasenta
Pada plasenta praevia beresiko untuk terjadinya solutio plasenta (resiko relatif
13,8%),
7. Infeksi-sepsis
8. Emboli udara (jarang)
9. Hipoksia janin
I. Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta praevia dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini karena diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan
usg dismping kesediaan tranfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir setip
rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berpera terutama bagi
kasus melahirkan dengan sectio caesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas
kesehatan. Penurunan jumpah ibu hamil dengan paritas tinggi berkat sosialisasi
progra keluarga berencana menurunkan inside plasenta previa. Namun, nasib janin
25
masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan
maupun dengan sectio caesarea. Karenanya kelahiran prematur belum dapat dihindari
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Permasalahan
tepat?
Anamnesis
26
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sudah tepat, yaitu dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Obstetri
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung
Palpasi :
Leopold 1 : TFU 2 jari atas pusat (25 cm), pada palpasi bagian yang
terdapat fundus adalah bagian yang tidak keras sehingga
kesan bokong
Leopold 2 : Letak Memanjang. Pada bagian sinistra teraba bagian
yang memanjang, diperkirakan punggung janin. Pada
bagian dextra terdapat bagian kecil-kecil janin,
diperkirakan ekstremitas.
Leopold 3 : bagian paling bawah teraba keras dan lenting kesan
kepala.
Leopold 4 : Kedua tangan konvergent, kepala janin belum masuk PAP
Pemeriksaan Luar
Abdomen cembung, tegang, simetris, TFU 2 jari atas pusat (25 cm), massa (-),
27
Pemeriksaan dalam
Inspekulo
Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Livide
OUE : Tertutup
Flour : (-)
Fluksus : Darah (+) aktif
Erosi/polip/laserasi : Tidak ada
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah pemeriksaan hematologi
Pada USG didapatkan hasil: Uterus sesuai usia kehamilan, tampak gambaran
28
menegakkan diagnosis G1P0A0 hamil 28 minggu belum inpartu dengan HAP
e.c plasenta previa totalis, janin tunggal hidup presentasi kepala.
a. Pada anamnesis didapatkan bahwa saat ini pasien sedang dalam kehamilan
yang pertama, sebelumnya belum pernah melahirkan G1P0A0
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan USG melalui pengukuran biometri janin
dan dari hasil pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan rumus
McDonald, usia kehamilan pasien ini adalah 28 minggu.
c. Dari anamnesis, pasien mengaku belum merasakan perut mules menjalar
ke punggung yang terasa semakin sering dan kuat, belum ada keluar air-
air, dan dari pemeriksaan inspekulo didapatkan OUE masih tertutup
belum inpartu.
d. Keluhan pasien dalam anamnesis yaitu adanya perdarahan yang keluar
dari kemaluan. Darah berwarna merah segar dan tanpa disertai rasa nyeri,
sebanyak 4x ganti pembalut. Pasien memiliki riwayat kuretase 1 x, serta
hamil ini merupakan kehamilan yang ketiga (multigravida). Hasil
pemeriksaan USG ditemukan implantasi plasenta terletak di corpus
belakang meluas ke bawah sampai menutupi seluruh OUI. Gejala yang
dirasakan pasien serta hasil pemeriksaan mendukung diagnosis
Hemoragik Antepartum e.c Plasenta Previa Totalis.
e. Janin tunggal hidup presentasi kepala karena pada pemeriksaan leopold
dirasakan hanya terdapat 1 sisi bagian besar janin dan sisi yang lain
merupakan bagian kecil. Kemudian pada palpasi bagian yang terdapat
fundus adalah bagian yang tidak keras sehingga kesan bokong, kemudian
letak bayi memanjang dan bagian paling bawah teraba keras dan lenting
kesan kepala. Kemudian denyut jantung janin masih terdengar dengan
menggunakan Doppler di daerah bawah pusat ibu sebelah kanan Janin
Tunggal Hidup Presentasi Kepala.
f. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah ibu normal 110/70
mmHg, nadi 92x/menit, pernafasan 20x/menit, dan suhu 36,1C, abdomen
cembung, tegang, nyeri tekan (-).
29
3. Apakah penatalaksanaan dari kasus ini sudah tepat?
a. Rencana ekspektatif
Yaitu dengan upaya mempertahankan kehamilan sampai janin se-aterm mungkin.
Sikap ekspektatif ini dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan
sudah berhenti atau sedikit sekali. Upaya ini dilakukan dengan perawatan
sampai berat anak mencapai 2500 gram atau usia kehamilan mencapai 37
minggu.
b. Observasi TVI, DJJ, perdarahan dan tanda inpartu
Observasi dilakukan untuk memantau keadaan ibu dan janin sehingga dapat
menentukan apakah upaya ekspektatif yang dilakukan berhasil atau justru terjadi
perburukan keadaan sehingga terminasi kehamilan harus segera dilakukan. Pada
kasus ini karena keadaan ibu kurang baik dan perdarahan banyak dan masih terus
berlangsung. Rencana sectio caesarea dengan maksud mengosongkan rahim agar
dapat mengadakan retraksi dan menghentikan pendarahan.
c. Kortikosteroid
Terapi ini diberikan dengan tujuan untuk pematangan paru janin, yang dalam
kasus ini, pasien memiliki risiko untuk persalinan preterm. Terapi pematangan
paru ini dilakukan untuk mengurangi insidens respiratory distress syndrome pada
bayi. Injeksi dexamethasone ini diberikan dalam dosis 6 mg/12 jam IV selama 2
hari.
d. Tokolitik
Diberikan nifedipin dengan dosis 10 mg/6 jam PO sebagai tokolitik, yaitu untuk
mensupresi kontraksi uterus.
30
Tatalaksana pada kasus sudah tepat yaitu sebagai berikut:
R/ USG Konfirmasi
Rencana Penanganan:
a) USG konfirmasi
b)Awasi tanda vital dan perdarahan
c) Sectio caesarea.
31