oleh :
Farhan Abdallah 2040312070
Annisa Sarah Yolanda 2040312081
Muhammad Fuad Rahmannu 2040312084
Ulfa Inten Waluyani 2040312086
Rizky Meifrina Batubara 2040312079
Yelvi Milla 2040312062
Preseptor:
dr. Mondale Saputra, Sp.OG-K
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Meet The Expert yang berjudul “Tumor Jinak Ginekologi”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
Latar Belakang ............................................................................................................ 4
Tujuan Penulisan......................................................................................................... 5
Manfaat Penulisan....................................................................................................... 5
Metode Penulisan ........................................................................................................ 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
Tumor Jinak Vulva ..................................................................................................... 7
Tumor Jinak Vagina…………………………………………………………………15
Tumor Jinak Uterus………………………………………………………………….17
Tumor Jinak Ovarium……………………………………………………………….24
Tumor Jinak Serviks………………………………………………………………...27
BAB 3 KESIMPULAN...........................................................................................33
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manfaat Penulisan
Metode Penulisan
Penulisan Meet The Expert (MTE) ini ditulis menggunakan metode tinjauan pustaka dan
membuat sebuah ringkasan dengan mengacu literatur terkait.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumor Jinak Vulva
Kista Kelenjar Bartholini
Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau
di suatu tempat di dalam tubuh.1Kista Bartholini merupakan tumor kistik jinak dan ditimbulkan
akibat saluran Bartholini yang mengalami sumbatan. Kelenjar Bartholini bisa tersumbat karena
berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. 2
Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama
lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan.Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila
kista menjadi terinfeksi.3
Anatomi1
Kelenjar Bartholini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar Bartholini
atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar, dan berada di sebelah
dorsal dari bulbus vestibulli. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat
diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan glandula
bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya
untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina di bagian caudal.
Kelenjar Bartholini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus
pudendus dan nervushemoroidal inferior. Kelenjar Bartholini sebagian tersusun dari jaringan
erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan
kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada
kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira- kira 2 cm yang terbuka ke arah orificium vagina
sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar Bartholini tidak teraba pada pemeriksaan palpasi.
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Bartholini
Epidemiologi
Dua persen wanita mengalami kista Bartholini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam
kehidupannya.4 Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista. Salah satu penelitian
kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan hitam yang lebih cenderung untuk mengalami
kista Bartholini atau abses Bartholini daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas
yang tinggi memiliki risiko terendah.5
Kista Bartholini, yang paling umum terjadi pada labia mayora. Involusi bertahap dari kelenjar
Bartholini dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan
lebih seringnya terjadi kista Bartholini dan abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin
diperlukan lebih dini karena massa pada wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker.
Beberapa penelitiantelah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena rendahnya
risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita-tahun).6
Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50
wanita akan mengalami kista Bartholini atau abses di dalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah masalah
yang perlu dicermati. Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20 sampai 30 tahun. Namun,
tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda. 4
Etiologi
Kista Bartholini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartholini tersumbat. Cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan
membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses Bartholini dapat
disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual
seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti
Escherichia coli. Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran
Bartholini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan pembentukan
kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam kelenjar. Kista Bartholini tidak selalu
harus terjadi sebelum abses kelenjar.7
Kelenjar Bartholini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah
mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen yang paling umum.
Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif. Namun, kista saluran Bartholini dan
abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi
vulvovaginal adalah penyebab umum kista dan abses tersebut. 7
Kista Bartholini merupakan tumor kistik jinak. Ditimbulkan akibat saluran kista
Bartholini yang mengalami sumbatan. Sumbatan biasanya disebabkan oleh infeksi.Kuman yang
sering menginfeksi kelenjar Bartholini adalah Neisseria gonorrhoeae.Pada laki laki kuman ini
menyebabkan penyakit kelamin yang disebut kencing nanah atau gonore,tidak sama dengan
sipilis.8
Perjalanannya.Karena kelenjar terus menerus menghasilkan cairan,maka lama kelamaan
sejalan dengan membesarnya kista,tekanan didalam kista semakin besar.Dinding kelenjar/kista
mengalami peregangan dan meradang.Demikian juga akibat peregangan pada dinding
kista,pembuluh darah pada dinding kista terjepit mengakibatkan bagian yang lebih dalam tidak
mendapatkan pasokan darah sehingga jaringan menjadi mati (nekrotik).Dibumbui dengan
kuman,maka terjadilah proses pembusukan,bernanah dan menimbulkan rasa sakit.Karena
letaknya di vagina bagian luar,kista akan terjepit terutama saat duduk dan berdirimenimbulkan
rasa nyeri yang terkadang disertai dengan demam. Pasien berjalan mengegang ibarat menjepit
bisul diselangkangan.8
Manifestasi Klinik
Jika kista duktus Bartholini masih kecil dan belum terjadi inflamasi, penyakit ini bisa
menjadi asimptomatik. Kista biasanya nampak sebagai massa yang menonjol secara medial
dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya berakhir di dalam vestibula. Jika kista
menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses pada kelenjar. Indurasi biasa terjadi pada sekitar
kelenjar, dan aktivitas seperti berjalan, duduk atau melakukan hubungan seksual bisa
menyebabkan rasa nyeri pada vulva.2
Kista duktus Bartholini dan abses glandular harus dibedakan dari massa vulva lainnya.
Karena kelenjar Bartholini biasanya mengecil saat menopause, pertumbuhan vulva pada wanita
postmenopause harus dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya keganasan, khususnya jika massa
irregular, nodular dan indurasi persisten.2
Gambar 5.Marsupiliasi
PenggunaanAntibiotik5,6,9
Antibiotiksesuaidenganbakteripenyebab yang diketahuisecarapastidarihasilpengecatan
gram maupun kultur pus dariabseskelenjarbartholin
InfeksiNeisseria gonorrhoe:
o Ciprofloxacin 500 mg single dose
o Ofloxacin 400 mg single dose
o Cefixime 400 mg oral (amanuntukanak dan bumil)
o Cefritriaxon 200 mg i.m (amanuntukanak dan bumil)
InfeksiChlamidia trachomatis:
o Tetrasiklin 4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po
o Doxycyclin 2 X100 mg/ hari selama 7 hari, po
Infeksi Escherichia coli:
o Ciprofoxacin 500 mg oral single dose
o Ofloxacin 400 mg oral single dose
o Cefixime 400 mg single dose
Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :
o Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari
o Ampisilin 250-500 mg/ dosis 4x/hari, po.
o Amoksisillin 250-500 mg/dosi, 3x/hari po.
Tabel 1
Mekanisme Perdarahan Abnormal pada Mioma
Uteri
1. Peningkatan ukuran permukaan endometrium.
2. Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus.
3. Gangguan kontraktilitas uterus.
4. Ulserasi endometrium pada mioma submukosum.
5. Kompresi pada pleksus venosus didalam
miometrium.
Gejala Klinis
Tanda dan gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 35 – 50% pasien.Gejala yang
disebabkan oleh mioma uteri tergantung pada lokasi, ukuran dan jumlah mioma. Gejala dan
tanda yang paling sering adalah :
1 Perdarahan uterus yang abnormal.
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering
terjadi dan paling penting.Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita
dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan
tidak teratur. Menorrhagia dan atau metrorrhagia sering terjadi pada penderita mioma
uteri.Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
Pada suatu penelitian yang mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau
tanpa perdarahan abnormal, didapat data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal
secara bermakna menderita mioma intramural (58% banding 13%) dan mioma
submukosum (21% banding 1%) dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang
asimptomatik. Patofisiologi perdarahan uterus yang abnormal yang berhubungan dengan
mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti.Beberapa penelitian menerangkan
bahwa adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor yang
mempunyai efek langsung pada fungsi vaskuler dan angiogenesis. Perubahan-perubahan
ini menyebabkan kelainan vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler didalam
uterus.14,18
2 Nyeri panggul
Mioma uteri dapat menimbulkan nyeri panggul yang disebabkan oleh karena
degenerasi akibat oklusi vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun
akibat kontraksi miometrium yang disebabkan mioma subserosum. Tumor yang besar
dapat mengisi rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf
sehingga menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas
posterior.14
3 Penekanan
Pada mioma uteri yang besar dapat menimbulkan penekanan terhadap organ
sekitar.Penekanan mioma uteri dapat menyebabkan gangguan berkemih, defekasi
maupun dispareunia. Tumor yang besar juga dapat menekan pembuluh darah vena pada
pelvik sehingga menyebabkan kongesti dan menimbulkan edema pada ekstremitas
posterior.14
4 Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum
jelas.Dilaporkan sebesar 27 – 40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas.Mioma yang terletak didaerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan
gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral.
Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang
sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma didalam uterus.Perubahan bentuk kavum
uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.Gangguan
implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi
endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor. 19
Tabel 2
Mekanisme Gangguan Fungsi Reproduksi dengan
Mioma Uteri
1. Gangguan transportasi gamet dan embrio.
2. Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus.
3. Perubahan aliran darah vaskuler.
4. Perubahan histologi endometrium.
Diagnosis
Hampir kebanyakan mioma uteri dapat didiagnosa melalui pemeriksaan bimanual rutin
maupun dari palpasi abdomen bila ukuranmioma yang besar. Diagnosa semakin jelas bila pada
pemeriksaan bimanual diraba permukaan uterus yang berbenjol akibat penonjolan massa maupun
adanya pembesaran uterus. Pemeriksaan sonografi pelvik dan magnetic resonance imaging
(MRI) dapat mendeteksi mioma uteri.14
Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2 metode :
1 Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormon (GnRH) agonis memberikan
hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh mioma
uteri.Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma dengan jalan
mengurangi produksi estrogen dari ovarium.Dari suatu penelitian multisenter didapati
data pada pemberian GnRH agonis selama 6 bulan pada pasien dengan mioma uteri
didapati adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%.Efek maksimal pemberian
GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi
pengurangan volume mioma secara bermakna.20
Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan
mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan.
Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan
mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi
ukuran dari mioma.20
2 Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists
(ACOG) dan American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi
pembedahan pada pasien dengan mioma uteri adalah :21
a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
b. Sangkaan adanya keganasan.
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
d. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
g. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi. 15,21,22
a. Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi.Dewasa ini ada beberapa pilihan tindakan
untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan
miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi. 22,23
Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari
uterus.Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas
sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi
dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi
perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien. Disamping
itu masa penyembuhan paska operasi juga lebih lama, sekitar 4 – 6 minggu.14,15
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang
terletak pada kavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini ahli beda memasukkan alat histeroskop
melalui serviks dan mengisi kavum uteri dengan cairan untuk memperluas dinding uterus. Alat
bedah dimasukkan melalui lubang yang terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma
submukosum yang terdapat pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan
paska operasi (2 hari). Komplikasi operasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul
perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.24
Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi.Mioma yang
bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi.Mioma
subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat secara
laparoskopi.Tindakan laparoskopi dilakukan dengan ahli bedah memasukkan alat laparoskop
kedalam abdomen melalui insisi yang kecil pada dinding abdomen.Keunggulan laparoskopi
adalah masa penyembuhan paska operasi yang lebih cepat antara 2 – 7 hari.
Resiko yang terjadi pada pembedahan laparoskopi termasuk perlengketan, trauma
terhadap organ sekitar seperti usus, ovarium, rektum serta perdarahan. Sampai saat ini
miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri
yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.23,24
b. Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara
laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan
histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan
menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar
usia kehamilan 12 – 14 minggu.25
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Pemilihan jenis pembedahan
ini memerlukan keahlian seorang ahli bedah yang bertujuan untuk kepentingan pasien.Masing-
masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Subtotal abdominal
histerektomi dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan
yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih, rektum. Namun dengan melakukan
STAH, kita meninggalkan serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat
terjadi. Dengan meninggalkan serviks, menurut penelitian Kilkku, 1983 didapat data bahwa
terjadinya dyspareunia akan lebih rendah dibanding yang menjalani TAH, sehingga tetap
mempertahankan fungsi seksual.
Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan paska operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH.25 Histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan dari
vagina, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen.Secara umum histerektomi
vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum
yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
diminimalisasi. Oleh karena pendekatan operasi tidak melalui dinding abdomen, maka pada
histerektomi vaginal tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi
kosmetik.25
Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga lebih minimal.Masa
penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih cepat dibanding yang
menjalani histerektomi abdominal.Dengan berkembangnya tehnik dan alat-alat kedokteran, maka
tindakan histerektomi kini dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi.Prosedur operasi
dengan laparoskopi dapat berupa miolisis. Miolisis adalah prosedur operasi invasif yang minimal
dengan jalan menghantarkan sumber energi yang berasal dari laser The neodynium:yttrium
aluminium garnet (Nd:YAG) ke jaringan mioma, dimana akan menyebabkan denaturasi protein
sehingga menimbulkan proses koagulasi dan nekrosis didalam jaringan yang diterapi. Miolisis
perlaparoskopi efektif untuk mengurangi ukuran mioma dan menimbulkan devaskularisasi
mioma akan mengurangi gejala yang terjadi. Miolisis merupakan alternatif terapi prosedur
miomektomi.23
Pengangkatan seluruh uterus dengan mioma juga dapat dilakukan dengan
laparoskopi.Salah satu tujuan melakukan histerektomi laparoskopi adalah untuk mengalihkan
prosedur histerektomi abdominal kepada histerektomi vaginal atau histerektomi laparoskopi
secara keseluruhan.Ada beberapa tehnik histerektomi laparoskopi. Pertama adalah histerektomi
vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted vaginal histerectomy/LAVH).
Pada prosedur ini tindakan laparoskopi dilakukan untuk memisahkan adneksa dari
dinding pelvik dan memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian
bawah.Pemisahan pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina. Kedua, pada tahun 1991 Semm
memperkenalkan tehnik classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy
(CISH) tanpa colpotomy. Prosedur ini merupakan modifikasi dari STAH, dimana lapisan dalam
dari serviks dan uterus direseksi menggunakan morselator.Dengan prosedur ini diharapkan dapat
mempertahankan integritas lantai pelvik dan mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk
mencegah terjadinya prolapsus.
Keunggulan dari CISH adalah mengurangi resiko trauma pada ureter dan kandung kemih,
perdarahan yang lebih minimal, waktu operasi yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih
minimal dan masa penyembuhan yang cepat.23,36
2.4 Tumor Jinak Ovarium
Tumor Jaringan Ovarium
Tumor Kistik
a. Kista Folikel
Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi dan kemudian cairan interafolikel tidak
diabsorbsi kembali.Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik.Ada yang menghubungkan
kista folikel dengan gangguan menstruasi (perpanjangan interval antarmenstruasi atau
pemendekan siklus).Penemuan kista ini biasanya melalui pemeriksaan USG transvaginal. Terapi:
sebagian kista dapat mengalami obliterasi dalam 60 hari tanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat
digunakan untuk mengatur siklus dan atresia kista folikel.Dapat juga dilakukan pungsi langsung
dinding kista dengan laparoskopi.
Diagnosis
Polip serviks sering ditegakkan secara insidental pada pemeriksaan inspekulo rutin.
Kebanyakan pasien asimptomatik, namun ada juga yang mengeluhkan perdarahan pervaginam.
Anamnesis
Diagnosis pasien dengan polip serviks melalui anamnesis dipisahkan menjadi dua
kelompok, kelompok asimptomatik dan kelompok simptomatik. Kelompok asimptomatik datang
tanpa keluhan dan ditemukan polip pada pemeriksaan skrining rutin menggunakan inspekulo,
misalnya saat menjalani Pap smear. Pada kelompok simptomatik, pasien datang dengan keluhan
perdarahan intermenstrual, post coital, atau perdarahan post menopause. Keluhan tambahan yang
bisa menyertai adalah teraba benjolan pada vagina dan nyeri abdomen. Jika ukuran polip besar
(diameter > 4 cm), dapat muncul gejala perdarahan pervaginam dengan cairan vagina berbau
yang bersifat intermiten. Polip simptomatik lebih sering terjadi pada wanita premenopause,
sedangkan polip asimptomatik sering terjadi pada wanita post menopause. 28,29,33,35
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah dengan inspekulo dan kolposkopi untuk
menilai polip. Polip dapat soliter atau multipel, memiliki bulbus dengan tangkai tipis yang
dasarnya berada di serviks. Umumnya, polip tampak berwarna merah ceri hingga keunguan,
lunak, kenyal, dan rapuh, sehingga dapat terjadi perdarahan jika disentuh. Polip dengan ukuran
>4 cm dapat disebut polip besar.28,29
Diagnosis Banding
Umumnya diagnosis polip serviks cukup jelas, apalagi jika ukuran lesi besar. Walaupun
demikian, diagnosis banding berupa keganasan serviks, klamidia, dan hiperplasia
mikroglandular.
KankerServiks
Kanker serviks biasanya memiliki gejala yang lebih berat dan lesi yang lebih ekstensif.
Pada pemeriksaan histologi, bisa tampak displasia ringan hingga berat, baik berupa
adenokarsinoma ataupun karsinoma sel skuamosa.36
Klamidia
Infeksi klamidia perlu dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan duh vagina
serosanguinosa, perdarahan vagina, dan nyeri pelvis. Keluhan biasanya timbul setelah pasien
berhubungan seksual. Klamidia dapat dibedakan dari polip serviks dengan pemeriksaan gram,
kultur, dan Direct Immunofluoresence Assay.40
Hiperplasia Mikroglandular
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk penegakan diagnosis. Pemeriksaan yang penting
dilakukan adalah histopatologi, disertai radiologi jika perlu.
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada serviks penting untuk dilakukan dan menjadi sumber
diagnosis definitif. Peran pemeriksaan histopatologi pada polip melalui proses biopsi dapat
menentukan luaran tata laksana.
Setelah tindakan polipektomi, sampel diperiksa untuk mengeliminasi kemungkinan keganasan.
Gambaran polip serviks tipikal adalah hiperplasia epitel kolumnar yang tampak seperti
pertumbuhan polipoid dengan epitel mucinous jinak disertai kripta. Beberapa variasi lain berupa
struma longgar disertai edema dengan sel inflamatorik limfosit dominan dan sel plasma. Bisa
juga ditemukan gambaran fibrosis dan inflamatorik.28,29,35,37
Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada polip serviks tidak dilakukan secara rutin. Pemeriksaan ini
mungkin diperlukan untuk mengevaluasi dasar dari polip dan melengkapi hasil pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan radiologi dapat menunjukkan massa multikistik pada pemeriksaan MRI T2-
weighted dan cairan hipointense mengisi kista pada pemeriksaan MRI T1-weighted.29
Penatalaksanaan
Polip serviks yang utama adalah polipektomi. Medikamentosa dapat diberikan untuk
mengobati infeksi yang mendasari inflamasi kronis yang menyebabkan tumbuhnya polip.
Pembedahan
Manajemen polip serviks telah berubah dalam beberapa dekade terakhir. Tren yang ada
mengurangi prosedur yang bersifat invasif dan dulu dilakukan seperti polipektomi dengan
dilatasi dan kuretase di bawah anestesi umum. Prosedur tersebut dilakukan karena dahulu polip
endoserviks diduga mudah berubah menjadi keganasan. Seiring penelitian lanjutan, prosedur
invasif tersebut digantikan dengan tata laksana yang lebih tidak invasif, dan polipektomi bisa
dilakukan secara rawat jalan.31
Edukasi
Terkait polip serviks adalah bahwa lesi ini bersifat jinak, jarang berubah menjadi ganas,
dan dapat ditata laksana dengan mudah menggunakan polipektomi. Sampaikan pada pasien
bahwa penyebab polip serviks adalah multifaktorial. Adanya inflamasi kronis, seperti servisitis
akan meningkatkan risiko munculnya polip, sehingga servisitis perlu diobati adekuat. Selain itu,
polip dapat terlepas dengan sendirinya saat pasien berhubungan seksual atau saat menstruasi.
Untuk kepastian diagnosis, diperlukan ekstraksi polip dan dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Polip yang terlepas cenderung tidak tumbuh kembali di tempat yang sama, namun dapat tumbuh
polip lain di sekitarnya.41
Prognosis
Polip serviks cukup baik karena sebagian besar kasus bersifat jinak dan risiko
berkembang menjadi keganasan cukup kecil.
Komplikasi
Polip serviks jarang menimbulkan komplikasi yang berat. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah servisitis dan penyakit radang panggul akibat inflamasi kronis. Polip serviks juga
dapat bertambah besar. Risiko polip serviks berkembang menjadi keganasan dilaporkan kurang
dari 2%.
BAB 3
KESIMPULAN
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secaraotonom,
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari selnormal dalam bentuk
dan strukturnya.Tumor ganas pada alat reproduksi wanita dijumpai pada semua umur (18 ±
80tahun) dengan rat-rata puncaknya pada usia 50 tahun. .Dari berbagai penyakit yang mengenai
wanita, tumor ovarium dan intra-abdominal adalah yang paling sulit didiagnosis dan diobati.
Dengan demikian kasus-kasus biasanya ditemukan secara "pasif" di rumah sakit-rumah sakit,
sedangkan penemuan kasus dini di masyarakat masih menemukan kesulitan. Ovarium
merupakan tempat dimana lesi neoplastik dan non-neoplastik yang sering terjadi dan kelainan
yang paling penting adalah tumor.
Kista Bartholini merupakan tumor kistik jinak dan ditimbulkan akibat saluran Bartholini
yang mengalami sumbatan. Kelenjar Bartholini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti
infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi
maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya
sumbatan.Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan
kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Metode penanganan kista bartholini yaitu
insersi word catheter untuk kista dan abses kelenjar bartholini dan marsupialization untuk kista
kelenjar bartholini.
Kista Gartner dengan nama lain kista duktus Gartner atau kista Gartnerian adalah tumor
kistik vagina yang bersifat jinak, berasal dari sisa duktus Gartner (duktus epoophoron
longitudinalis) atau the embryonic mesonephros maupun sistim duktus Wolffian. Tumor ini
biasanya terdapat pada dinding vagina dan jarang terjadi terjadi pada daerah labia minora,
klitoris atau himen.11 Lokasi umum kista Gartner adalah bagian anterolateral puncak vagina.
Pada perabaan kista inibersifat kistik, dilapisi oleh dinding translusen tipis yang tersusun dari
epitel kuboid atau kolumner, baik dengan atau tanpa silia dan kadang-kadang tersusun dalam
beberapa lapisan ( stratified ). Tanda karakteristik kista ini terletak pada vulva bagian lateral dan
biasanya biasanya soliter serta berdinding tipis yang mengandung mengandung cairan jernih,
jernih, secara mikroskopis didapatkan epitel kuboid.
Cyst of the Canal of Nuck merupakan kista pada vulva yang jarang ditemukan, kista
tersebut timbul akibat dilatasi labia mayora dan labia minora serta akibat meluasnya kantung
peritoneal dari saluran inguinal ke dalam vulva, cairan peritoneal dapat terakumulasi pada
kantung peritoneal tersebut. Tatalaksana Penanganan yang dapat dilakukan dengan insisi dinding
anterolateral vagina dan eksisi untuk mengeluarkan kista dari sisa kanalis Wolfii.
Kista Nabothi (Kista Retansi) Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner
tinggi yang rentan terhadap infeksi.
Polip Serviks Merupakan penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks
dengan variasi eksternal atau region vaginal serviks.Polip ini bervariasi, dari tunggal hingga
multiple, berwarna merah terang, rapuh dan strukturnya menyerupai spons. Polip simptomatik
lebih sering terjadi pada wanita premenopause, sedangkan polip asimptomatik sering terjadi pada
wanita post menopause.
Mioma Serviks , dikarenakan otot polos di serviks jarang, sehingga tumor ini jarang
terjadi. Biasanya tumor ini bersifat soliter namun dapat tumbuh hingga ukuran besar sehingga
dapat memenuhi rongga pelvik dan menekan kandung kemih, rectum dan ureter.
Kejadian mioma uteri sebesar 20 – 40% pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun. Mioma
uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik maka patogenesa
mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor.Faktor-faktor yang menginisiasi
pertumbuhan mioma uteri masih belum diketahui dengan pasti. Patologi Mioma uteri umumnya
bersifat multiple, berlobus yang tidak teratur maupun berbentuk sferis.Mioma uteri biasanya
berbatas jelas dengan miometrium sekitarnya, sehingga pada tindakan enukleasi mioma dapat
dilepaskan dengan mudah dari jaringan miometrium disekitarnya.
Ovarium Polikistik (stein-Leventhal Syndrom) Ditandai dengan pertumbuhan polikistik
ovarium kedua ovarium, amenore sekunder atau oligomenorea dan infertilitas.Diagnosis didasari
dnegan anamnesis dan pemfis.Riwayat menarke dan haid yang normal kemudian berubah
menjadi episode amenore yang semakin lama.Pemeriksaan yang dapat diandalakan adalah USG
dan laparoskopi.FSH biasnya normal, LH tinggi, rasio LH > FSH > 2.E tinggi/normal.Prolactin
normal atau tinggi.
Kistadenoma Ovarii Serosum Mencangkup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak
ovarium.12-50% terjadi pada kedua ovarium.Ukuran kista antara 5-15 cm dan lebih kecil dari
rata-rata kistadenoma musinosum.Kista berisi cairan serosa, jernih kekuningan. Tumor ini
bilateral pada 5-7% kasus.Tumor ini merupakan tumor ukuran terbesar dari tumor dalam tubuh
manusia.Tumor ini asimtomatik dan sebagian besar pasien hanya merasakan penambahan berat
badan atau rasa penuh di perut.Cairan musin dapat mengalir ke kavum pelvik atau abdomen
melalui stroma ovarium sehingga terjadi akumulasi cairan musin intraperitoneal dan hal ini
dikenal sebagai pseudomiksoma peritonii.
Kista Dermoid Merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor ovarium) yang berasal
dari sel germinativum.Kista ini jarang mencapai ukuran besar, kista ini memiliki dinding
berwarna putih dan relative tebal berisi cairan kental dan berminyak karena dinding tumor
menganndung banyak kelenjar sebasea dan derivate ectodermal.Rasa penuh dan berat di perut
terjadi bila ukuran kista cukup besar.
Fibroma Tumor ini dikenal terkait dengan sindroma Meig’s.Mekanisme sindroma ini
belum diketahui secara pasti.Tidak seperti namanya, tumor ini tidak sepenuhnya berasal dari
jaringan ikat karena terdapat unsur germinal, tekoma dan transformasi kearah ganas seperti
tumor.Konsistensi tumor adalah kenyal, padat dengan permukaan yang halus dan rata.Dapat
disertai asites dan hidrotoraks yang merupakan paket sindrom Meig’s dan tanpa kedua gejala
tersebut maka tumor ini disebut fibroma ovarii.
Tumor Sel Granulosa Dikaitan dengan adanya produksi hormone estrogen dan dapat
menyebabkan pubertas prekok pada gadis muda dan menyebabkan hyperplasia adenomatosa dan
pendarahan pervaginam pada perempuan pasca menopous.
Tumor Endometroid Tumor ini sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro uterine
dan rotundum, septum rektovaginalis, tunika serosa (uterus, tuba, rectum, sigmoid dan kandung
kemih) dll.Bentuk paling sering ditemukan adalah penonjolan berwarna merah kehitaman,
terutama pada ovarium dan bagian belakang dinding uterus.
DAFTAR PUSTAKA