Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS BAB I

HEMOPTOE e.c TB PARU PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan salah satu


masalah kesehatan di masyarakat didunia. TB paru adalah infeksi paru
yang menyerang jaringan parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini tidak hanya menyerang paru
Disusun Oleh : tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB paru merupakan salah
Widya Loviana S.Ked satu penyakit menular yang wajib dilaporkan. Setiap fasilitas kesehatan
FAB 118 027 yang memberikan pelayanan TB wajib mencatat dan melaporkan kasus TB
yang ditemukan atau yang diobati.
Pembimbing : Data yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) tahun
dr. Soetopo, Sp.KFR 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 secara
dr. Tagor Sibarani global. Peningkatan angka insiden TB secara global telah berhasil
dihentikan dan telah menunjukan penurunan presentase yaitu turun 2% per
tahun pada tahun 2012. Angka kematian juga berhasil diturunkan 45% bila
dibandingkan tahun 1990.Berdasakan data dari Departemen Kesehatan
(Depkes) Tahun 2012-2014 menujukan angka penemuan kasus baru TB di
Program Pendidikan Profesi Bagian Rehabilitasi Medik dan Indonesia mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2012
Emergency Medicine presentase menunjukan 61% kasus TB baru dan presentase ini turun
Fakultas Kedokteran UPR/RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya menjadi 60% pada tahun 2013, serta data terakhir menunjukan penurunan
2019 pada tahun 2014 menjadi 46%. Kasus TB yang terjadi antar provinsi pada
tahun 2014 yang terendah di Yogyakarta 74 kasus per 100.000 penduduk,

1
sedangkan Kalimantan Tengah menjadi provinsi dengan urutan ke-9 sehat.Penyebab utama hemoptoe di negara berkembang yang sebagian
terendah kasus TB baru dibandingkan 25 provinsi lainnya dengan kasus besar endemik tuberkulosis masih menjadi penyebab utama yang
116 kasus per 100.000 penduduk. mendasari hemoptoe.
Merujuk pada angka kejadian yang tinggi, Indonesia bekerjasama
dengan WHO menggalang strategi penanggulangan TB di Indonesia yang
kemudian disebut strategi Directly Observed Treatment Short Course
(DOTS). Salah satu programnya adalah melaksanakan pengobatan
tuberculosis dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Salah satu gejala respiratorik yang dapat terjadi pada TB paru adalah
batuk darah (hemaptoe). Tuberkulosis dapat menyebabkan hemoptoe baik
pada penyakit aktif (lesi cavitary, pecahnya aneurisma arteri paru-paru)
atau sebagai sequelae terlambat (pecahnya aneurisma atau sekunder untuk
bronkiektasis). Pecahnya Rassmussens aneurisma bisa terjadi pada
penyakit TB paru aktif atau pada TB paru sekunder. Hal ini terjadi
terdapat bagian ektatik dari arteri paru yang melintasi rongga berdinding
tebal pecah. Penyebab lain terjadinya perdarahan ialah ulserasi pada
dinding kavitas yang baru terbentuk dimana penuh dengan jaringan
granulasi yang kaya dengan pembuluh darah dan juga dapat disebabkan
ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk darah masif dapat merenggut nyawa
penderita oleh karena asfiksia, kehilangan banyak darah dalam waktu
singkat dan penyebaran penyakit ke bagian-bagian paru yang

2
BAB II pemasangan akses infus intravena menggunakan
LAPORAN KASUS cairan Asering+ aminopilin 2 amp 16tetes/menit.
2.2. Secondary Survey
2.1. Primary Survey (Tn. H/52 tahun) 2.2.1. Identitas
Vital Sign: Nama : Tn. H
Tekanan Darah : 130/90 mmHg Usia : 52 tahun
Denyut Nadi : 86x/menit (reguler, kuat angkat, dan isi cukup) Jenis Kelamin : Laki-laki
Frekuensi Napas : 24x/menit, torako-abdominal Alamat : Jl. Bali
Suhu : 36,8 º C (Axilla) Tgl Pemeriksaan : 4/10/2019
Airway : Bebas, tidak ada sumbatan jalan napas
Breathing : Spontan, 20 kali/menit, pernapasan abdominal- 2.2.2. Anamnesis
torakal, pergerakan thoraks simetris kiri dan kanan Autoanamnesis
Circulation : Denyut nadi 86 kali/menit, reguler, kuat angkat, Keluhan Utama : Batuk darah
dan isi cukup. CRT < 2 detik Riwayat Penyakit Sekarang:
Disability : GCS (E4M6V5), pupil isokor +/+, diameter Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan batuk darah sejak ±
3mm/3mm 5hari SMRS. Os mengeluh batuk darah bertambah berat sejak 1 hari
Evaluasi masalah : Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini SMRS dengan frekuensi batuk darah 5 kali dalam sehari, darah berwarna
merupakan kasus yang termasuk dalam priority merah segaryang disertai kadang disertai dahak berwarna kuning kental.
sign karena pasien datang dengan keluhan batuk Banyaknya darah yang dibatukkan ± 1 jari gelas air mineral tiap kali
darah dengan diberi label kuning. batuk. Sebelum batuk darah, Os mengatakan 1 bulan SMRSpasien
Tatalaksana awal : Tatalaksana awal pada pasien ini adalah mengeluh batuk berdahak dengan dahak kental berwarna kekuningan. Os
ditempatkan di ruang isolasidan dilakukan juga mengatakan saat batuk mengeluh sulit untuk mengeluarkan dahak dan
3
terasa sesak saat batuk.Sesak yang dirasakan berulang dan hilang  Riwayat Penyakit jantung (-)
timbul.Sesak nafas dirasakan saat batuk dan berubah posisi.Sesak nafas Riwayat Pengobatan :
dirasakan berkurang saat duduk.Os juga mengatakan dada terasa nyeri  Riwayat konsumsi OAT (-)
ketika batuk.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Os juga mengeluhkan sering demam sejak ±3 minggu SMRS yang
Keluhan serupa disangkal.
muncul bersamaan dengan timbulnya batuk. Demam dirasakan hilang
2.2.3. Pemeriksaan Fisik
timbul terutama muncul pada malam hari. Os juga mengatakan sering
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
berkeringat dan mengigil pada malam hari. Demam berkurang saat
Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
diberikan obat penurun panas (parasetamol).OS juga mengeluhkan
Vital sign : Tekanan Darah :130/90 mmHg
merasakan penurunan berat badan sejak 2 bulan terakhir yang dirasakan
Denyut Nadi :86 kali/menit (reguler, kuat
dengan celana yang semakin longgar namun pasien tidak menimbang berat
angkat, danisi cukup)
badan. Os juga sering merasakan mual dan lemas karena karena penurunan
Frekuensi Napas :24 kali/menit, abdominal-
nafsu makan. Muntah (-), nyeri perut (-), nyeri dada (-), pusing (-), nyeri
torakal
sendi (-), gangguan penglihatan (-), gangguan keseimbangan (-), gatal dan
Suhu :36,80C
kemerahan pada kulit (-).BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Kepala
Riwayat Penyakit Dahulu:
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Riwayat TB (-)
Leher
 Riwayat batuk lama (-).
Peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-)
 Riwayat asma (-)
Thoraks
 Riwayat DM (-)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
 Riwayat Hipertensi (-)
retraksi (-)

4
Palpasi : Fremitus vokal normal kanan dan kiri Hematokrit 45,5 % 37-48 %
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Leukosit 13.300/ul 4.500-11.000/ul
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (+/+), wheezing (-/-) Eritrosit 5,5 juta/ul 4-6 juta/ul
Jantung Trombosit 259.000/ul 150.000-400.000/ul
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Kimia Klinik
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Glukosa Sewaktu 97 mg/dl < 200 mg/dl
Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), tunggal, reguler,
Ureum - 6-20 mg/dl
murmur(-), gallop (-)
Creatinin 0,9 mg/dl 0,9-1,3 mg/dl
Abdomen
HbsAg Negatif Negatif
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal 2.2.5 Pemeriksaan X-Ray Foto Thorax PA

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba Foto Thorax PA

membesar, lien tidak teraba membesar, turgor kulit


(+) normal, teraba massa padat (-).
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edem tungkai (-)
2.2.4. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 2.1. Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Pasien Kadar Normal
Hematologi
Hb 13,9 g/dL 11-16 g/dl

5
Kesan :
• TB paru aktif dengan lesi sedang.
• Kardiomegali (LV) tanpa bendungan paru.
2.3 Diagnosis
Hemoptoe e.c Tb Paru

2.4 Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di IGD
 IVFD asering + aminopilin 2 amp  16 tpm
 Inj. Kalnex 500 mg
 Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
 Po: Codein 3 x 10 mg
Paru :
 Obh syr 3 x 1
• Tampak bercak infiltrat dengan multiple lesi lusen rongga cavitas
berdinding tipis , diameter 3,8 cm di lapang atas apical kanan. 2.5 Prognosis
• Corakan bronkovaskular meningkat. - Quo ad vitam : Bonam
• Sinus costofrenikus tajam, diafragma kanan lenting & diafragma - Quo ad functionam : Bonam
kiri normal - Quo ad sanationam : Bonam
• Jaringan lunak dan tulang dinding dada tidak tampak kelainan.
Cor : 2.6 Saran
• Tampak membesar ke lateral kiri CTR 55%, aorta normal, trachea Usulan pemeriksaan : Cek BTA
di tengah.

6
BAB III  Lain-lain: malformasi arterivenous pulmonal, bronkial
PEMBAHASAN telangiectasia, pneumoconiosis.
Patogenesis Hemoptoe
Hemaptoe (batuk darah) adalah ekspektorasi darah atau dahak yang Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan
berasal dari saluran pernafasan bagian bawah. hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan
Hemaptoe adalah gejala pernafasan non-spesifik dan memiliki untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru, juga bila terjadi kegagalan
hubungan yang signifikan dengan TB paru.Etiologi hemaptoe antara lain: arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas.
 Infeksi: penyakit paru inflamasi kronis (bronkhitis akut/ kronis, Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut:
bronchiectasis (fibrosis cystic), abses paru, aspergilloma,  Radang mukosa
tuberkulosis. Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya
 Neoplasma: karsinoma bronchogenik, metastase pulmonal, pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun
adenoma bronkial, sarcoma. sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah.
 Benda asing/ trauma: aspirasi benda asing, fistula trakeovaskular,  Infark paru
trauma dada, broncholith. Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme
 Pembuluh darah pulmonal/ cardiac: gagal ventrikel kiri, stenosis pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
katup mitral, infark/emboli pulmonal, perforasi arteri pulmonal  Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
(komplikasi dari kateter arteri pulmonal). Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah
 Alveolar hemoragik: sindrom Goodpasteur, vasculitide sistemik/ intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral
penyakit vaskular kolagen, obat-obatan (nitrofurantoin, isocyanate, stenosis.
trimellitic anhydrid, D-penicillamine, kokain), koagulopati.  Kelainan membran alveolokapiler
 Iatrogenik: post biopsi paru, rupturnya arteri pulmonal dari kateter Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada
Swan-Ganz Goodpasture’s syndrome.
7
 Perdarahan kavitas tuberkulosa  Sakit dada, substernal atau pleuritic
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang  Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi
dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini badan dan batuk
berasal dari cabang pembuluh darah bronkial.Perdarahan pada  Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.
bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang  Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk darah
bronkial.Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh  Perokok berat dan telah berlangsung lama
darah bronkial dan pulmonal.Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat  Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada
menimbulkan hemoptisis masif.
 Hematuria yang disertai dengan batuk darah.
 Invasi tumor ganas
Periksa vital sign, dan tanda-tanda manisfestasi perdarahan. Pada
 Cedera dada pemeriksaan fisik untuk mengetahui perkiraan penyebab, jika demam
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami merupakan tanda adanya peradangan. Pada auskultasi kemungkinan
transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk menonjolkan lokasi, ronchi menetap, whezing lokal, kemungkinan
darah. penyumbatan oleh: Ca, bekuan darah, Friction Rub : emboli paru atau
Gambaran Klinis infark paru
Hemoptoe bukan merupakan diagnosis melainkan tanda dan gejala Pemeriksaan Penunjang
dari suatu penyakit, dimana jika terjadi hemoptoe hal yang harus Pemeriksaan laboratorium dapat berupa pemerikaan Darah
ditanyakan dan diketahui yaitu: lengkap, faal hemostasis, hapusan dahak BTA / gram / jamur,
 Jumlah dan warna darah sitologi.Pemeriksaan foto toraks dalam posisi PA dan lateral dapat
 Lamanya perdarahan dilakukan pada setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran opasitas
 Batuknya produktif atau tidak dapat menunjukkan tempat perdarahan dan pada pasien Tb paru dapat
 Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan ditemukan gambaran cavitas. Selain pemeriksaan foto thoraks dapat

8
dilakukan pemeriksaan dengan bronkoskopi. Bronkoskopi dilakukan untuk kesebelah dari mana diduga asal perdarahan, dan sedikit Trendelenburg
menentukan sumber perdarahan dan sekaligus untuk penghisapan darah untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.Jika perlu dapat
yang keluar, supaya tidak terjadi penyumbatan.Sebaiknya dilakukan dipasang tube endotrakeal.
sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan Untuk memperbaiki keadaan umum penderitadapat dilakukan:
dapat diketahui.Adapun indikasi bronkoskopi pada hemamptoeadalah :  Pemberian oksigen dengan kanul atau masker bila jalan napasbebas
 Bila radiologik tidak didapatkan kelainan hambatan/sumbatan.
 Batuk darah yang berulang  Pemasangan infus dilakukan untuk penggantian cairan maupunjalur
 Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik pemberian obat parenteral dan tranfusi bila diperlukan.
Tatalaksana  Pemberian obat hemostatik pada penderita batuk darah yangtidak
Tujuan pokok terapi ialah: disertai kelainan faal hemostatik masih terdapat perbedaanpendapat.
 Mencegah asfiksia.  Obat dengan efek sedasi ringan dapat diberikan jika penderita
 Menghentikan perdarahan. gelisah.Obat antitusif ringan bila batuk berlebihan dan merangsang

 Mengobati penyebab utama perdarahan. timbulnyaperdarahan lebih banyak. Obat supresi refleks batuk seperti

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah: kodein danmorfin sebaiknya dihindari.

1. Terapi konservatif  Transfusi darah diberikan jika hematokrit < 25‐30% atau Hb < 10

Untuk mencegah penyumbatan saluran nafas, penderita yang masih gr/dLsedangkan perdarahan masih berlangsung.

mempunyai refleks batuk baik dapat diletakkan dalam posisi duduk, atau Untuk menghentikan perdarahan dan mengatasi penyebab

setengah duduk (Trendelenburg) dan disuruh membatukkan darah yang perdarahan tatalaksana yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

terasa menyumbat saluran nafas. Dapat dibantu dengan alat pengisap darah  Vasopresin intravena
dari jalan nafas dan jangan menahan batuk.Penderita yang tidak  Asam traneksamat (antifibrinolitik)
mempunyai refleks batuk yang baik, diletakkan dalam posisi tidur miring  Vitamin k

9
 Vitamin c Untuk menghentikan perdarahan/batuk darah pada kasus ini
 Kortikosteroid sistemik  pada autoimunGonadotropin releasing diberikan Vasopresin intravena, Asam traneksamat (antifibrinolitik),
hormon agonist (GnRH) atau danazol  hemoptisis katamenial Vitamin k, Vitamin c, Kortikosteroid sistemik, antitusif kontra indikasi,
 Antitusif kontra indikasi antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik.Pada kasus ini, pasien

 Antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik diberikan Asam traneksamat 3x500 mg yang merupakan obat golongan

2. Terapi pembedahan antifibrinolitik yang digunakan untuk mengurangi atau menghentikan

Pembedahan merupakan terapi definitif pada penderita batuk darah perdarahan.

masif yang sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menular dan menyerang
paru adekuat, tidak ada kontraindikasi bedah.sumber perdarahannya telah
jaringan parenkim paru, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
diketahui dengan pasti, ada kontraindikasi dilakukan embolisasi arteri, ada
tuberculosis.
kecurigaan perforasi arteri pulmoner dan rupturemisetoma dengan
Etiologi
kolateral arteri yang banyak, Batuk drh profus, sulit dihentikan konservatif
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau
dan batuk drh berulang masif. Tindakan bedah yang dapat dilakukan
sedikitmelengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini
berupa Terapi kolaps, Embolisasi arterial dan reseksi paru.
berukuran lebar 0,3 – 0,6 μm dan panjang 1 – 4 μm. Dinding
Untuk pasien dengan hemoptoe tatalaksana yang dilakukan
M.tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi
bertujuan untuk mencegah asfiksia, menghentikan perdarahan dan
(60%). Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat,
mengobati penyebab utama perdarahan. Untuk mencegah penyumbatan
lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut “cord
saluran nafas, penderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat
factor”, dan mycobacteria lsulfolipids yang berperan dalam virulensi.
diletakkan dalam posisi duduk, atau setengah duduk (Trendelenburg) dan
Asam mikolatmerupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang
disuruh membatukkan darah yang terasa menyumbat saluran nafas dan
dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan
jika disertai sesak dapat diberikan terapi Oksigen serta melakukan
peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada
pemasangan infus untuk mengganti cairan yang hilang.
10
diniding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya. Salah satu contoh adalah
dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan
menyebebkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang
sekali diwarnai, tahan terhadap membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol. bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan
Patofisiologi menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang
A. Tuberkulosis Primer atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis
Bakteri tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
bersarang di jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke
pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer paru sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus
ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini
reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh basil. Sarang yangditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan
pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek tetapibila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaranini akan
primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai menimbulkan keadaan cukup gawat sepertituberkulosis milier,
kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib meningitis tuberkulosa,typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini
sebagai berikut : juga dapatmenimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad lainnya,misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dansebagainya.
integrum) Komplikasi dan penyebaran ini mungkinberakhir dengan :
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, • Sembuh dengan meninggalkan sekuele(misalnya pertumbuhan
garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus). terbelakang pada anaksetelah mendapat
3. Menyebar dengan cara : ensefalomeningitis,tuberkuloma ) atau
11
• MeninggalSemua kejadian diatas adalah perjalanan 3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
tuberkulosisprimer. kaseosa). Kaviti akan muncul dengandibatukkannya jaringan keju
B. Tuberkulosis Post-Primer keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis • Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik
post primer mempunyai nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan seperti
bentuk dewasa, localizedtuberculosis, tuberkulosis menahun, dan yang disebutkan diatas
sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem • Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan
kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
post-primer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen menyembuh, tapimungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan
apikal dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya menjadi kaviti lagi
berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini akan • Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
mengikuti salah satu jalan sebagai berikut : healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri,
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan akhirnya mengecil.Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang
cacat terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi prosespenyembuhan (stellate shaped).
dengan penyebukan jaringan fibrosis.Selanjutnya akan membungkus Klasifikasi Tuberkulosis
diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam A. Tuberkulosis Paru
bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
kembali, membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringanparu, tidak termasuk pleura (selaput paru)
jaringan keju dibatukkan keluar. 1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi dalam :
12
a. Tuberkulosis Paru BTA (+) b. Kasus kambuh (relaps)
• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA Kasus kambuh adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya
positif pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
kelainan pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa
biakan positif kemungkinan :
b. Tuberkulosis Paru BTA (-) • Infeksi sekunder
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran • Infeksi jamur
klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak • TB paru kambuh
respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas c. Kasus pindahan (Transfer In)
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan Kasus pindahan adalah penderita yang sedang
M.tuberculosis positif mendapatkanpengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah berobat
• Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebutharus membawa surat
2.Berdasarkan Tipe Penderita rujukan/pindah
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat d. Kasus lalai berobat
pengobatansebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu : Kasus lalai berobat adalah penderita yang sudah berobat paling
a. Kasus baru kurang 1
Kasus baru adalah penderita yang belum pernah mendapat bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali
pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan
satu bulan (30 dosis harian) dahak BTA positif.
13
e. Kasus Gagal Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,tulang
• Penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhirpengobatan) 2.TB diluar paru berat
• Penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis,pleuritis
BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan
radiologik ulang hasilnya perburukan alat kelamin.
f. Kasus kronik
Kasus Kronik adalah penderita dengan hasil pemeriksaan
dahakBTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2
dengan pengawasan yang baik
g. Kasus bekas TB
• Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif
dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih
gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung
• Pada kasus dengan gambaran radiologikmeragukan lesi TB aktif, namun
setelah
mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan
gambaran radiologik.
B. Tuberkulosis Ekstra Paru
TB di luar paru dibagi berdasarkanpada tingkat keparahan penyakit, yaitu:
1.TB di luar paru ringan Gambar 1. Klasifikasi Tuberkulosis
14
terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus
Gambaran klinis Tb paru inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik. penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosa,
a. Gejala respiratorik kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga
• batuk ≥ 3 minggu pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang
• batuk darah melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada
• sesak napas limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
• nyeri dada tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor),
kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat
b. Gejala sistemik menjadi “cold abscess”.
• Demam Pemeriksaan laboratorium
• malaise a. Bahan pemeriksaan
• keringat malam Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kumantuberkulosis
• anoreksia mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
• berat badan menurun untuk pemeriksaanbakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan
Pemeriksaan fisik pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturutturut atau
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior dengan cara:
15
• Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan) (khususnya untuk screening)
• Dahak Pagi ( keesokan harinya ) lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali
• Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) pemeriksaan ialah bila :
Bahan pemeriksaan spesimen yang berbentuk 2 kali positif, 1 kali negatif → Mikroskopik positif
cairandikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, 1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali , kemudian
berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudahpecah bila 1 kali positif, 2 kali negatif → Mikroskopik positif
dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat bila 3 kali negatf → Mikroskopik negatif
sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala
laboratorium.Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus bronkhorst atau IUATLD
kering di gelas objek atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi Pemeriksaan Radiologik
dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium. Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain fotolateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahanlain Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran
(cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, bermacam-macam bentuk (multiform).
kurasan bronkoalveolar (BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
BJH) dapat dilakukan dengan cara • Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posteriorlobus atas
• Mikroskopik paru dan segmen superior lobus bawah
• biakan • Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayanganopak berawan
Pemeriksaan mikroskopik: atau nodular
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen • Bayangan bercak milier
pewarnaan Kinyoun Gabbett • Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
16
• Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah
• Kalsifikasi atau fibrotik lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis
• Kompleks ranke secara konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru
• Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat yaitu
Luluh Paru (Destroyed Lung ) : Polymerase chain reaction (PCR), Enzym linked immunosorbent assay
• Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang (ELISA), Mycodot, Pemeriksaan BACTEC, Pemeriksaan Cairan Pleura,
berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologik luluh Pemeriksaan histopatologi jaringan, Pemeriksaan darah, Uji tuberkulin.
paru terdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit Penatalaksanaan
untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif
radiologik tersebut. (2-3bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
• Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
proses penyakit A. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentinganpengobatan Obat yang dipakai:
dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif) : 1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
• Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru • Rifampisin
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas • INH
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari • Pirazinamid
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak • Streptomisin
dijumpai kaviti. • Etambutol
• Lesi luas 2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap
Bila proses lebih luas dari lesi minimal. ini terdiri dari :
Pemeriksaan Penunjang
17
• Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaiturifampisin 150 BB 40-60 kg : 1 000 mg
mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg BB < 40 kg : 750 mg
• Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 • Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB,
mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg 30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) BB >60kg : 1500 mg
• Kanamisin BB 40 -60 kg : 1000 mg
• Kuinolon BB < 40 kg : 750 mg
• Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,amoksilin + asam Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
klavulanat • Streptomisin:15mg/kgBB atau
• Derivat rifampisin dan INH BB >60kg : 1000mg
Dosis OAT BB 40 - 60 kg : 750 mg
• Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ mingguatau BB < 40 kg : sesuai BB
BB > 60 kg : 600 mg • Kombinasi dosis tetap
BB 40-60 kg : 450 mg Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,penderita
BB < 40 kg : 300 mg hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase
Dosis intermiten 600 mg / kali lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis
• INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman
mg/kg BB 2 X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : pengobatan. Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap
600 mg / kali tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujukke rumah sakit /
• Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, fasiliti yang mampu menanganinya.
50 mg /kg BB 2 X semingggu atau : B. Paduan Obat Anti Tuberkulosis
BB > 60 kg : 1500 mg Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
18
• TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas • TB paru kasus kambuh
Paduan obat yang diberikan : 2 RHZE / 4 RH Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4macam OAT
Alternatf : 2 RHZE / 4R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE/ 6HE pada fase intensif selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat
Paduan ini dianjurkan untuk diberikan obat sesuai hasil uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6
a. TB paru BTA (+), kasus baru bulan atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya, sehingga paduan obat
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas yang diberikan : 3 RHZE / 6 RH
(termasuk luluh paru) Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, makaalternatif
c. TB di luar paru kasus berat diberikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5R3H3E3 (Program P2TB)
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikanselama 7 • TB Paru kasus gagal pengobatan
bulan, dengan paduan 2RHZE / 7 RH, Alternatif 2RHZE/ 7R3H3, seperti Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi,dengan
pada keadaan: minimal menggunakan 4 -5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih
a. TB dengan lesi luas sensitif ( seandainya H resisten, tetap diberikan). Dengan lama pengobatan
b. Disertai penyakit komorbid (Diabetes Melitus, Pemakaian obat minimal selama 1 – 2 tahun. Menunggu hasil uji resistensi dapat diberikan
imunosupresi / kortikosteroid) dahulu 2 RHZES , untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji resistensi.
c. TB kasus berat (milier, dll) -Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, makaalternatif diberikan
Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan paduan obat : 2 RHZES/1 RHZE/5H3R3E3 (Program P2TB)
dengan hasil uji resistensi. - Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil
• TB Paru (kasus baru), BTA negatif yang optimal
Paduan obat yang diberikan :2 RHZ / 4 RH, alternatif : 2 RHZ/ - Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke ahli paru
4R3H3 atau6 RHE.Paduan ini dianjurkan untuk : • TB Paru kasus lalai berobat
a. TB paru BTA negatif dengan gambaran radiologik lesi minimal Penderita TB paru kasus lalai berobat, akan dimulaipengobatan
b. TB di luar paru kasus ringan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
19
- Penderita yang menghentikan pengobatannya < 2 minggu, pengobatan - Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan
OAT dilanjutkan sesuai jadual penyembuhan
- Penderita menghentikan pengobatannya ≥ 2 minggu - Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke ahli paru
1) Berobat ≥ 4 bulan , BTA negatif dan klinik, radiologik negatif, Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
pengobatan OAT STOP radiologi diagnosis pada pasien ini adalah Hemoptoe et causa
2) Berobat > 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan Tuberkulosis Paru. Diagnosis tersebut didasarkan pada gejala respiratorik
paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih yang didapatkan pada pasien yaitu berupa batuk berdahak 1bulan dengan
lama dahak berwarna kuning kental, batuk darah (+) dan disertai sesak nafas.
3) Berobat < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan Pada pasien juga didapatkan gejala sistemik berupa demam, sering
paduan obat yang sama berkeringat pada malam hari, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
4) Berobat < 4 bulan , berhenti berobat > 1 bulan , BTA negatif, akan badan serta badan terasa lemas.
tetapi klinik dan atau radiologik. Positif : pengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang sama Pada Pasien Teori
5) Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2-4 minggu Anamnesis Batuk darah ± 5 hari Hemoptoe dapat terjadi

pengobatan diteruskan kembali sesuai jadual. SMRS dan memberat karena pecahnya

• TB Paru kasus kronik 1 hari SMRS. pembuluh darah

- Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasiluji dinding kavitas

resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan tuberkulosis yang

dengan hasil uji resistensi (minimal terdapat 2 macam OAT yang masih dikenal dengan

sensitif dengan H tetap diberikan walaupun resisten) ditambah dengan aneurisma Rasmussen.
Frekuensi batuk darah Hemoptisis ringan
obat lain seperti kuinolon, betalaktam, makrolid
5 kali dalam sehari, volume batuk darah
- Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup
20
darah berwarna merah < 30 ml/hari - Sesak napas
segar Banyaknya Hemoptisis sedang  - Nyeri dada
darah yang volume batuk darah 30
Os juga mengeluhkan Demam merupakan
dibatukkan ± 1 jari – 150 ml/hari
sering demam sejak gejala sistemik dari
gelas air mineral tiap Hemoptisis berat 
±3 minggu SMRS penyakit Tb paru.
kali batuk. volume batuk darah >
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan fisik
150 ml/hari,tetapi tidak
ditemukan sonor dan pasien dengan Tb paru
memenuhi kriteria
pada auskultasi dapat ditemukan antara
hemoptisis masif.
rhonki +/+ di kedua lain suara napas
- Hemoptisis massif:
lapang paru. bronkial, amforik,
>600 ml/24 jam.
suara napas melemah,
ronki basah, retraksi
Nafsu makan Gejala sistemik dari
diafragma &
berkurang penyakit Tb paru.
Batuk darah diawali Pada pasien Tb paru mediastinum.
dengan batuk dapat ditemukan batuk
berdahak sejak 3 non produktif (batuk
Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan Pemeriksaan foto
minggu SMRS kering) namun dalam
(Radiologi) radiologi didapatkan toraks dalam posisi PA
dengan dahak kental beberapa hari menjadi
gambaran foto thoraks dan lateral dapat
berwarna kekuningan batuk berdahak dengan
dengan bercak infiltrat dilakukan pada setiap
dan disertai dengan bau yang khas dalam
dan cavitas di lapang penderita hemoptisis
sesak napas serta kurun waktu batuk ≥ 3
paru kanan atas. masif. Gambaran
nyeri dada saat batuk. minggu
21
opasitas dapat me aktivitas &
menunjukkan tempat bicara.
perdarahan dan pada • Bila perlu koagulan
pasien Tb paru dapat • Antibiotik
ditemukan gambaran • Obati penyakit
cavitas. dasar
Penatalaksanaan  IVFD asering + Terapi Konservatif:
• Untuk
aminopilin 2 amp • Posisi
menghentikan
 16 tpm Trendelenburg dan
perdarahan/batuk
 Inj. Kalnex 500 miring ke sisi yg
darah dapat
mg sakitKeluarkan
diberikan Vasopresin
 Inj. Ranitidin 50 bekuan darah
intravena, Asam
mg/12 jam • Pasang IVFD (RL /
traneksamat
 Po: Codein 3 x 10 PZ), O2 nasal 2-4
(antifibrinolitik),
mg l/m, transfusi darah
Vitamin k, Vitamin
 Obh syr 3 x 1 (Hb < 10 g% atau
c.
Konsul Paru Hct < 30% &
perdrhan (+)) Untuk membedakan batuk darah dan muntah darah pada kasus ini
• Menenangkan sebagai berikut :
pasien, tdk menahan
Batuk Darah Muntah Darah
batuk, batuk tdk
boleh terlalu keras,

22
Darah keluar saat batuk Darah keluar saat muntah (mual) Tn. H 52 tahun, berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik

Berbuih bercampur udara & Bercampur sisa makanan, buih dan pemeriksaan radiologi diagnosis pada pasien ini adalah Hemoptoe et

dahak (-) causa Tuberkulosis Paru. Dimana pada pasien ini didapatkan gejala

Berwarna merah segar Berwarna kehitaman (~ kopi) respiratorik tuberkulosis berupa batuk darah (hemaptoe). Hemaptoe dapat

Bersifat basa/alkalis Bersifat asam terjadi karena pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang

Anemia (±) Melena (±), anemia lbh sering dikenal dengan aneurisma Rasmussen. Hal tersebut terjadi disebabkan

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal atau proses

radiologi diagnosis pada pasien ini adalah Hemoptoe et causa erosif pada arteri bronkialis.tatalaksana hemaptoe pada kasus ini bertujuan

Tuberkulosis Paru. Diagnosis tersebut didasarkan pada gejala respiratorik untuk mencegah asfiksia, menghentikan perdarahan dan mengobati

yang didapatkan pada pasien yaitu berupa batuk berdahak 1bulan dengan penyebab utama perdarahan.

dahak berwarna kuning kental, batuk darah (+) dan disertai sesak nafas.
Pada pasien juga didapatkan gejala sistemik berupa demam, sering
berkeringat pada malam hari, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan serta badan terasa lemas.

BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

23
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 8. Pedoman Penatalaksanaan TB. Konsensus available in TB
Penatalaksanaan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam: Panduan Praktis .klikpdpi.com /konsensus/Xship/Tb.pdf. Akses 28 April 2018
Klini. Jakarta: Interna Publishing, 2015. 9. DEPKES. Pedoman Penanggulangan Nasional TBC. Jakarta:
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal DEPKES RI. 2015.
Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan. Pedoman Nasional 10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riset
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta, 2014. Kesehatan Dasar. Jakarta : Pusat Penelitian Pengembangan Kesehatan.
3. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
Tuberkulosis. Infodatin, 2015.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing.
2010. Hal.2323.
5. Swidarmoko B. Batuk darah (Hemoptisis). Dalam: Swidarmoko B,
Susanto AD, editor (penyunting). Pulmonologi Intervensi dan Gawat
Darurat Napas. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Respirasi
FK UI; 2010. hlm. 28-53.
6. Wibisono MJ, Alsagaff H. Batuk darah. Dalam: Wibisono MJ,
Winariani, Hariadi S editor (penyunting). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Paru 2010.Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR-
RSUD Dr. Soetomo; 2010. hlm. 74-87.
7. Alwi I, Salim S, Hidayat R,dkk. Penatalaksanaan Di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam. Panduan Praktik Klinis. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Interna Publishing. 2016. Hal. 800-794.
24

Anda mungkin juga menyukai