CARCINOMA NASOPHARYNX
Lakukan Anamnesis dan Pemeriksaan fisik !
Kasus: pasien laki-laki dewasa muda dengan keluhan benjolan di leher kanan ±3 bulan.
Lakukan anamnesis!
- Apa diagnosis dan diagnosis banding pada pasien ini?
4. Menanyakan RPD:
- Riw ISPA, alergi?
- Trauma
- Keganasan
- Kelainan darah
- Riw operasi tonsilektomi ? mencari abses parafaring
- Riw infeksi gigi, gusi, mulut
1
5. Riw kebiasaan:
- Pekerjaan
- Merokok
- Makan ikan asin/ berpengawet
6. Riw keluarga:
Keganasan pada keluarga
Diagnosis: tumor colli regio dextra ec susp karsinoma nasofaring
DD: tumor kelenjar saliva, limfadenitis colli dextra, abses parafaring dextra, parotitis
dextra
2
Catatan:
1. Serangga 🡪 semprot anestesi local xylocain spray + alcohol 70%. Setelah mati baru
angkat dengan forcep alligator
2. Benda asing bulat 🡪 semprot xylocain spray. Hook serumen disematkan di
belakang corpal dan perlahan tarik keluar
3. Jika benda asing besar sehingga tdk ada ruang utk menyisipkan instrument atau
corpal terlalu dekat MT dan pasien kooperatif:
a. semprot xylocain spray, gunakan aplikator kayu dengan ujung aplikator
diberi lem Super Glue. Tempelkan aplikator pada corpal, tunggu 10 detik
hingga lem mengering, tarik perlahan
4. Prosedur lain
a. Irigasi: bukan benda organik (kacang) (co yang boleh adalah: kapas, kertas,
plastsin), bukan korosif (baterai), bukan sumbatan corpal total dan
diyakini ada perforasi MT
b. Suction: benda organic (kacang/benda yang higroskopis), benda yang
potensial remuk dan mudah berpindah
3. EPISTAKSIS
Kasus: pasien laki-laki 50 th dengan keluhan mimisan dari hidung kanan, terasa asin di
tenggorokan. KU baik, Kes: CM TTC: TD 190/110 mmHg. Nadi: 90x/menit, RR:
18x/menit, PF: tampak darah mengucur dari hidung kanan
- Lakukan pemasangan tampon anterior!
- Apa diagnosis dan diagnosis banding pd pasien ini?
- Apa tatalaksana medikamentosa untuk pasien ini?
No. Prosedur YA/TIDAK
1. Perkenalkan diri
2. Cek ABC
3. Tanya identitas
4. Anamnesis singkat
- Sejak kapan
- Berapa banyak
- Lokasi: unilateral/bilateral
- Mudah dihentikan dengan memencet hidung tidak?
- Riw ISPA
- Riw trauma wajah
- Riw kelaianan darah
- Adanya penyakit sistemik (HT, DHF)
- Memburuk pada perubahan suhu
5. Informed consent
6. Cuci tangan
7. Siapkan alat (handschoen, lampu kepala, speculum hidung, tampon,
bayonet, suction)
8. Pakai lampu kepala🡪 fokuskan cahaya ke telapak tangan dan kantus
medialis
3
9. Pasien dewasa posisi duduk
Pasien anakduduk dipangku org tua, badan dan tangan dipeluk,
kepala dipegangi
10. Bersihkan darah atau bekuan darah yg menempel dengan suction
11. Pasang tampon sementara
Adrenalin 1/5000 – 1/10000 dan lidocain 2% = 1:4
Pasien HT ganti oxymetazoline
12. Angkat setelah 10-15 menit
13. Identifikasi sumber perdarahan (lihat algoritma)
Contoh kasus: sumber perdarahan tidak terlihat jelas dan masih
berdarah
14. Cuci tangan
15. Menuliskan resep , edukasi
Etiologi:
- Kelainan lokal: trauma, kelainan anatomi, kelainan pemb darah, infeksi local,
benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan.
- Kelainan sistemik: penyakit kardiovaskular, kelainan darah, infeksi sistemik,
perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal, kongenital
Sumber perdarahan:
- Epistaksis anterior 🡪 dari pleksus Kiesselbach (a. sfenopalatina, a. ethmoidalis
anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor) atau Little’s area
- Epistaksis posterior🡪 a. sfenopalatina dan a. ethmoidalis posterior (hipertensi,
arteriosclerosis)
Tatalaksana:
- Perbaiki keadaan umum(nadi, pernapasan, TD)
- Cari sumber perdarahan
- Hentikan perdarahan
- Cari faktor penyebab
Edukasi:
- Kontrol 2 hari
- Jika ada kelainan sistemik (HT ,DM) konsul IPD/anak
- Cek lab fungsi hepar, fungsi ginjal, GDS, hemostasis
Diagnosis: epistaksis cavum nasi dextra dengan hipertensi urgensi
Tatalaksana medikamentosa: (Tuliskan resep)
- Captopril 25mg 3dd1
- Amlodipine 10mg 1x1
- As tranexamat 3x500mg
- Vit K 3x1 tab
4
Algoritma Singkat
Awal datang 🡪 ABC 🡪 periksa pasien posisi duduk, sementara menunggu menyiapkan
alat, minta pasien menekan bagian hidung anterior dan menunduk ke depan 🡪 bersihkan
jalan napas 🡪 tampon sementara dengan adrenalin 1/5000 – 1/10.000 dan pantocain
atau lidocaine 2% (1 cc adrenalin : 4 cc lidocaine)🡪 tampon dibiarkan 10-15 menit🡪
evaluasi ulang 🡪 sumber perdarahan jelas/tidak (lanjut bagan)
Algoritma:
5
4. OTITIS MEDIA EFUSI
Kasus: Pasien anak 5 tahun datang dengan keluhan rasa kurang dengar pada telinga
kanan. Riwayat ISPA + Nyeri telinga disangkal, Keluar cairan dari telinga disangkal.
Keadaan umum baik, TTV dbn.
6
- Riwayat Trauma
- Aktivitas berenang
- Riwayat DM
No Checklist YA/TIDAK
1 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2 Identifikasi pasien
3 Anamnesis singkat dan terarah
4 Informed consent pemeriksaan
5 Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
kiri atau kanan kaki pasien
6 Pakai lampu kepala (letak lampu di glabela)
7 Inspeksi telinga luar, daerah preaurikuler dan retro aurikuler
Tidak ada kelainan: tidak ada edema, tidak hiperemis, tidak terdapat
hematom, tidak ada sikatriks, tidak mikrotia/anotia, tidak terdapat fistel, tidak
terdapat bejolan, tidak tampak cairan/sekret
8 Palpasi telinga luar, daerah preaurikuler dan retroaurikuler
Tidak ada kelainan: tidak nyeri pada penekanan dan jika daun telinga ditarik,
tidak terdapat nyeri ketok mastoid
9 Pegang daun telinga, tarik kearah posterior dan superior pada orang dewasa
atau tarik kearah posterior pada anak agar liang telinga lurus
AD: tangan kiri
AS: tangan kanan
10 Inspeksi liang telinga
Tidak ada kelainan: liang telinga lapang, tidak terdapat serumen yang
menutup liang telinga, tida terdapat benda asing, tidak ada edema, tidak
terdapat secret, tidak terdapat furunkel, tidak hiperemis
11 Inspeksi membran timpani. Perhatikan maleus, refleks cahaya, dan pars tensa &
pars flaccida membran timpani
Tidak ada kelainan: membran timpani utuh, tidak ada perforasi, tidak
hiperemis, terdapat refleks cahaya (AD=5, AS=7).
12 Pegang otoskop dengan tangan kanan/kiri seperti memegang pensil dan jari
kelingking diletakkan diatas pipi kanan/kiri untuk melihat membran timpani
kanan/kiri lebih jelas.
13 Inspeksi pergerakan membran timpani pada saat pasien meniup dengan
hidung dan mulut tertutup (Perasat Valsava) Membran timpani bulging
7
Interpretasi otoskop:
- Tampak MT keruh, refleks cahaya (-), air fluid level (+)
Terapi
medikamentosa:
- Pseudoefedrin HCL + Loratadine fl No 1 S 3 dd cth 1
- Oxymetazoline spray fl No 1 S 3 dd gtt II
Edukasi:
Jika penyebab kelainan pada hidung anjurkan untuk cuci hidung, kembai kontrol 2
minggu, jika tidak ada perbaikan anjurkan untuk miringotomi dengan pemasangan pipa
ventilasi gromet (dapat dipertahankan selama kurang lebih 1-2 tahun)
8
5. BASIC SURGICAL SKILL
Kasus: Pasien dengan luka terbuka, KU
dan TTV dbn Soal: Lakukan tindakan
penjahitan luka!
N Checklist YA
o /TIDAK
1 Mencuci tangan
2 Memperkenalkan diri
3 Melakukan anamnesis singkat dan terarah (identitas pasien dan keluhan)
4 Cek TTV, Primary survey ABC
5 Cek status generalis
6 Cek status lokalis
7 Informed consent tindakan
8 Mempersiapkan alat
• Set hecting (needle holder, pinset, gunting, benang)
• Sarung tangan
• Duk
• Anestesi (spuit, lidocain)
• Asepsis anti septik (alcohol, povidone iodine)
• Lampu
9 Mencuci tangan
9
10
14 Menutup luka
15 Memberikan suntik tetanus jika diperlukan
16 Edukasi pasien
10
6. TES PENALA
Kasus: Pasien laki-laki usia 70 tahun dengan keluhan pendengaran menurun di telinga
kanan dan kiri
Soal: Lakukan pemeriksaan tes penala! Berikan diagnosis dan diagnosis banding!
No Checklist YA/TIDAK
1 Cuci tangan
2 Perkenalkan diri
3 Anamnesis singkat dan terarah
4 Informed consent tindakan
5 Melakukan pemeriksaan telinga
6 Melakukan pemeriksaan penala
Gunakan penala 512Hz (tidak dipengaruhi bising)
A Pemeriksaan Rinne
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki
tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien
- Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus
dilakukan oleh pasien
- Mengambil garpu tala 512 Hz, menggetarkan garpu tala tsb dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
- Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang
diperiksa sampai pasien tidak mendengar bunyi lagi dengan cara
memberikan tanda (mengangkat tangan)
- Meletakkan garpu tala di depan telinga yang diperiksa 2,5cm dari
liang telinga dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi
atau tidak
- Kemudian sebaliknya menggetarkan penala didepan telinga yang
diperiksa 2,5 cm dari liang telinga lebih dahulu. Bila tidak mendengar
bunyi lagi, memberi tanda (dengan mengangkat tangan)
- Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang
diperiksa dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi
atau tidak. Bila masih mendengar bunyi, memberi tanda (dengan
mengangkat tangan)
B Pemeriksaan Weber
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua
kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien
- Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus
dilakukan oleh pasien
- Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari
tangan kiri, kemudian diletakkan di garis tengah kepala (dahi)
- Pasien memberi tanda dengan cara mengangkat tangan atau
memberi tahu bunyi terdengar lebih keras di telinga kiri / kanan atau
bunyi sama kerasnya
11
C Pemeriksaan Schwabach
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki
tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien
- Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus
dilakukan oleh pasien
Rinne + - +
Weber Tidak terdapat
lateralisasi
Schwabach = pemeiksa Memanjang Memendek
Kesimpulan Normal CHL SNHL
*Yang bisa dibandingkan antara pemeriksa dan pendengar hanya hantaran tulang saja !
7. RHINOSINUSITIS AKUT
Kasus: Pasien wanita 20 tahun dengan keluhan bersin-bersin di pagi hari, hidung
tersumbat dan berair, disertai nyeri pada pipi kiri.
Lakukan:
a. Pemeriksaan rhinoskopi anterior
b. Interpretasikan hasil rontgen pasien
c. Tuliskan WD dan DD
Anamnesis:
- Memperkenalkan diri
- Riwayat penyakit sekarang:
Riwayat Penyakit Sekarang / Keluhan Hidung
12
- Gejala yang dialami : bersin berulang, rinorea (ingus bening encer), hidung
tersumbat (menetap/berganti-ganti), rasa gatal di
hidung/tenggorok/langit2/telinga
- Konsistensi, warna, dan bau cairan hidung (ingus)
- Kapan gejala muncul? Memburuk saat kapan? Sejak kapan? (pagi atau malam
hari?)
- Lokasi gejala? (unilateral/bilateral)
- Dipengaruhi perubahan posisi/tidak, bila dipengaruhi posisi tidur atau
berpindah- pindah: rhinitis vasomotor, bila menetap pada satu sisi: polip,
septum deviasi
- Hiposmia / anosmia
- Batuk kronik
- Gatal pada kulit
- Mendengkur saat tidur
- Sesak napas/mengi 🡪 Keluhan pada telinga: radang telinga berulang: rasa
penuh, otalgia, otore.Keluhan pada tenggorok: post nasal drip, nyeri menelan,
suara serak, snoring
Keluhan lain:
- Curiga keganasan: diplopia, pembesaran KGB, BB turun
- Demam
- Mimisan
- Apakah mata gatal atau berair atau kemerahan?
- Nyeri kepala, nyeri wajah - Apakah ada fokal infeksi/gigi ?
Riwayat penyakit dahulu:
- Riw ISPA
- Riw alergi obat tetes 🡪 pemicu/pencetus
- Riw trauma
- Riw atopi/alergi
- Riw polip/sinusitis
- RIw operasi
Riwayat penyakit keluarga:
- Riw atopi pada keluarga
- Rinitis pada keluarga
- Riwayat kebiasaan: Merokok ?
- Lingkungan kerja
- Tempat tinggal
- Parfum
- Riw pekerjaan
- Riw kekambuhan 🡪 apakah mengganggu QoL
13
Pemeriksaan fisik:
No. Checklist Ya/Tidak
1. Cuci tangan dan perkenalkan diri
2. Identifikasi pasien
3. Anamnesis singkat dan terarah
4. Informed consent
5. Mempersiapkan alat (lampu kepala, tongue spatel, speculum)
6. Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di
samping kiri atau kanan kaki pasien
7. Pakai lampu kepala (letak lampu di glabela)
8. Pemeriksaan fisik:
- Hidung luar
- Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada deformitas, tidak ada septum
deviasi/saddle nose, tidak hiperemis, tidak edema, tidak ada laserasi
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis, dan
ethmoid, tidak ada nyeri ketok pada sinus maksilaris, frontalis, dan
ethmoid, tidak ada krepitasi
- Vestibulum dan nares anterior
- Inspeksi (menekan tip of nose ke arah atas dengan jempol kiri) 🡪
tidak ada deformitas, tidak hiperemis, tidak edema, tidak ada
laserasi/perdarahan, tidak ada furunkel
- Rongga hidung (dengan rhinoskopi anterior)
- Inspeksi : rongga hidung lapang, konka inferior eutrofi, tidak
hiperemis, tidak edema, tidak livid, tidak ada septum deviasi, pada
meatus tidak ada sekret, tidak ada massa, tidak ada tumor
9. Rhinoskopi anterior
14
- Konka medius : normal/tidak
- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum
- Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar; ada
- pertumbuhan abnormal: polip, tumor; ada benda asing/ tidak :
berbau/ tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana
deskripsi discharge (banyak/ sedikit, jernih, mucous, purulen,
warna discharge, apakah berbau).
11. Pada lidah : bercak dengan gambaran pulau-pulau berwarna putih atau
kemerahan dengan batas putih (geographic tongue)
Working diagnosis:
Rhinitis akut dengan sinusitis maksilaris kiri
Differential diagnosis:
- Rhinitis alergi
- Sinusitis maksilaris dentogen
15
Rontgen / Foto polos sinus paranasal 3 posisi
Interpretasi:
- Perhatikan
identitas pasien dan no RM
- Perhatikan
tanda R dan L
- Tampak
perselubungan homogen pada rongga sinus
maksilaris kiri
- Tampak rongga
aerasi pada sinus maksilaris kiri berkurang
(akumulai sekret)
- Tampak
penebalan mukosa pada dinding sinus maksilaris
kiri
- Dinding sinus intak
- Tidak tampak hipertrofi konka dan tidak tampak
septum deviasi
- Kesan: sinusitis maksilaris kiri
16
b. Foto Posisi PA (Caldwell position)
Interpretasi:
17
c. Foto kepala lateral
Interpretasi:
18
- Perhatikan identitas pasien dan no RM
- Perhatikan tanda R dan L
- Tidak tampak kelainan pada tulang tengkorak,
orbita, dan vertebrae servikal
- Rongga sinus sfenoid dan ethmoid tidak tampak
kelainan
- Mastoid air cells tidak tampak kelainan
- Tidak tampak kelainan pada soft tissue leher
8. TONSILITIS DIPHTERI
Kasus: Pasien anak dengan keluhan nyeri menelan dengan bercak putih di tenggorokan.
Diberi gambar tenggorok dengan bercak keputihan.
Lakukan PF dan swab tenggorok Alat & bahan:
- Lampu kepala
- Spatula lidah Bruening
- Lidi kapas
Anamnesis:
Gejala umum:
- Nyeri tenggorok
- Nyeri menelan
- Demam
- Sakit kepala
- Badan lemah
- Tidak nafsu makan
- Tonsil membengkak hiperemis
- Pada permukaan tonsil terdapat bercak putih kotor membentuk
pseudomembran 🡪 bila diangkat akan mudah berdarah. Membrane bisa
meluas ke palatum mole, uvula, orofaring, nasofaring, hipofaring, laring,
trakea, hingga bronkus 🡪 dapat menyebabkan sumbatan jalan napas
- KGB leher membengkak 🡪 bisa menyerupai bull’s neck
19
9. Inspeksi:
20
- Dinding posterior faring tidak hiperemis, tidak ada PND, tidak ada
penebalan jar limfoid, ada/tidaknya massa, ulserasi (minta pasien
mengatakan ‘aaaaaa’ untuk melihat elevasi palatum mole)
10. Palpasi:
- Dasar mulut dilakukan dengan palpasi bimanual (meletakkan satu jari di
bawah lidah dan jari lain di bawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan
atau massa. Pemeriksa harus memegang kedua pipi pasien.
SWAB TENGGOROK
No. Checklist Ya/Tidak
1. Cuci tangan
2. Identifikasi pasien
3. Informed consent
4. Mempersiapkan alat (lampu kepala, kassa, sarung tangan, spatula lidah, lidi
kapas) dan cuci tangan
5. Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
kiri atau kanan kaki pasien
6. Pakai lampu kepala (letak lampu di glabela)
7. Minta pasien membuka mulut
8. Spatula lidah diletakkan di 2/3 anterior lidah (pegang spatula di 2/3 posterior
dengan tangan kiri
21
9. Masukkan lidi kapas steril perlahan hingga menyentuh dinding posterior faring
dengan tangan kanan
10. Minta pasien mengucapkan ‘aaaaaaa’ agar uvula tertarik dan mengurangi reflex
muntah
11. Lidi kapas diusapkan pada kedua tonsil, dan digerakkan ke depan dan
belakang dinding posterior faring
12. Lidi kapas dikeluarkan dari rongga mulut tanpa menyentuh uvula, mukosa pipi,
lidah, dan bibir
13. Cara penampungan:
- Masukkan lidi kapas ke media dalam media transport Stuart atau tabung
steril yang diisi dengan sedikit larutan garam fisiologis/akuadest steril
supaya specimen tidak kering
- Beri label identitas pasien secara lengkap
14. Cara pengiriman:
- Segera kirim ke lab mikrobiologi dengan surat permintaan pemeriksaan
Diagnosis kerja:
Tonsilitis difteri
DD:
- Angina plaut Vincent (acute necrotizing ulcerative gingivitis)
- Tonsillitis lakunaris
- Mononucleosis infeksiosa
Tatalaksana:
- Anti-difteri serum (ADS) segera tanpa menunggu hasil kultur 🡪 dosis 20.000
hingga 100.000 unit berdasarkan umur dan berat (uptodate: pediatrics: 20,000
to 40,000 units for pharyngeal/laryngeal disease of <48 hours duration, 40,000
to 60,000 units for nasopharyngeal disease, and 80,000 to 120,000 units for >3
days of illness or diffuse neck swelling ("bull neck"). The dose should be
administered intravenously over 60 minutes in order to inactivate toxin rapidly.
- AB procaine penicillin G (300.000 unit setiap 12 jam untuk pasien 10kg dan
600.000 unit setiap 12 jam untuk pasien >10kg IM hingga pasien dapat minum
22
AB oral. Kemudian diikuti dengan golongan penisilin V oral dosis 25-50
mg/kgBB per hari dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari (uptodate 250 mg four
times daily). Bila alergi penisilin bisa diganti dengan gol. Makrolid (eritromisin
500mg, 4x/hari selama 14 hari)
- Kortikosteroid dosis 1,2 mg/kgBB per hari
- Antipiretik/analgetik
Edukasi:
- Pasien diedukasi untuk rawat inap untuk pemantauan kondisi lebih lanjut, terdapat
ancaman gangguan jalan napas sehingga dapat membutuhkan intervensi lain.
- Rawat Bersama dengan sejawat bidang lain jika dibutuhkan
10. AUDIOMETRI
Laki-laki 24 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan penurunan pendengaran mendadak sejak
pagi tadi, Riwayat keluhan sebelumnya disangkal, Riwayat hipertensi disangkal.
23
*Yang dilingkari merah adalah ambang dengar masing-masing telinga
Kaidah Pembacaan Audiometri
Notasi Audiogram
- Telinga kiri warna biru
- Telinga kanan warna merah
- Tanda Segitiga dan Kotak 🡪 masking
- Tanda “<” telinga kanan
- Tanda “>” telinga kiri
- Air conduction 🡪 garis penuh / garis tegas
- Bone conduction 🡪 garis putus-putus
24
Rumus perhitungan ambang dengar (AD)
Derajat tuli:
0 – 25db : normal
>25 – 40dB : Tuli tingan
>40 – 55dB : tuli sedang
>55 – 70dB : tuli sedang berat
>70 – 90dB : tuli berat
>90dB : tuli sangat berat
25