Anda di halaman 1dari 25

1. MASSA REGIO COLLI SUSP.

CARCINOMA NASOPHARYNX
Lakukan Anamnesis dan Pemeriksaan fisik !
Kasus: pasien laki-laki dewasa muda dengan keluhan benjolan di leher kanan ±3 bulan.
Lakukan anamnesis!
- Apa diagnosis dan diagnosis banding pada pasien ini?

No. Prosedur YA/TIDAK


1. Cuci tangan
2. Perkenalkan diri, tanya identitas
3. Menanyakan RPS:
Gejala nasofaring:
- Posisi kanan/kiri, unilat/bilateral
- Sejak kapan
- Ukuran awalnya seberapa? Mendadak besar atau perlahan
membesar?
- Rasanya nyeri?
- Hidung tersumbat? Penciuman berkurang? Sekret campur
darah? Rhinolalia (suara sengau)
- Mimisan?
- Ada nyeri tenggorok, nyeri menelan?
Gejala telinga:
- Tinnitus?
- Rasa tidak nyaman di telinga? Nyeri telinga?
- Penurunan pendengaran?
- Keluar cairan dari telinga? Cairan warna apa? konsistensi?
bau?
Gejala neuro-oftalmologi:
- Pandangan ganda?
- Nyeri wajah
- Oftalmoplegia akibat keterlibatan n kranial III, IV, VI
- Eksoftalmus
- Penurunan penglihatan Gejala umum:
- Nafsu makan turun, BB turun
- Kesulitan buka mulut? Bicara? Mengunyah? Menelan?
(trismus) Demam?

4. Menanyakan RPD:
- Riw ISPA, alergi?
- Trauma
- Keganasan
- Kelainan darah
- Riw operasi tonsilektomi ? mencari abses parafaring
- Riw infeksi gigi, gusi, mulut

1
5. Riw kebiasaan:
- Pekerjaan
- Merokok
- Makan ikan asin/ berpengawet
6. Riw keluarga:
Keganasan pada keluarga
Diagnosis: tumor colli regio dextra ec susp karsinoma nasofaring
DD: tumor kelenjar saliva, limfadenitis colli dextra, abses parafaring dextra, parotitis
dextra

2. CORPUS ALIENUM TELINGA


- Kasus: pasien anak dengan keluhan tertinggal bahan kapas di telinga kanan.
- Lakukan ekstraksi corpus allienum pd pasien tersebut!
- Apa diagnosis pd pasien ini?

No. Prosedur YA/TIDAK


1. Perkenalkan diri
2. Tanya identitas
3. Anamnesis singkat : untuk ketahui benda apa, sejak kapan
4. Informed consent
5. Tutup tirai
6. Cuci tangan
7. Siapkan alat (handschoen, lampu kepala, otoskop, forcep bayonet,
forcep alligator)
8. Pakai handschoen dan lampu kepala  fokuskan cahaya ke telapak
tangan dan kantus medialis
9. Memeriksa telinga yang sakit secara singkat: utk ketahui jenis dan
kedalaman corpal (lihat PF telinga)
10. Masukkan forcep alligator/bayonet ke liang telinga, secara perlahan
jepit corpal
11. Tarik forcep dengan lembut sambil jepit
12. Periksa kembali telinga: jgn sampai ada sisa, adakah perforasi MT,
apakah ada abrasi liang telinga
13. Cuci tangan
14. Menuliskan resep  bila perlu AB tetes telinga
(kloramfenikol tetes 3 dd gtt II)

Kapan rujuk ke THT:


1. trauma kanalis auditorius eksternus +MT
2. benda asing tepi tajam
3. pasien anak yang pada usaha pertama tidak berhasil (meningkatkan resiko
komplikasi)
4. benda asing tidak dapat dijepit forcep, terjepit 2/3 medial kanal, curiga kena MT

2
Catatan:
1. Serangga 🡪 semprot anestesi local xylocain spray + alcohol 70%. Setelah mati baru
angkat dengan forcep alligator
2. Benda asing bulat 🡪 semprot xylocain spray. Hook serumen disematkan di
belakang corpal dan perlahan tarik keluar
3. Jika benda asing besar sehingga tdk ada ruang utk menyisipkan instrument atau
corpal terlalu dekat MT dan pasien kooperatif:
a. semprot xylocain spray, gunakan aplikator kayu dengan ujung aplikator
diberi lem Super Glue. Tempelkan aplikator pada corpal, tunggu 10 detik
hingga lem mengering, tarik perlahan

4. Prosedur lain
a. Irigasi: bukan benda organik (kacang) (co yang boleh adalah: kapas, kertas,
plastsin), bukan korosif (baterai), bukan sumbatan corpal total dan
diyakini ada perforasi MT
b. Suction: benda organic (kacang/benda yang higroskopis), benda yang
potensial remuk dan mudah berpindah

3. EPISTAKSIS
Kasus: pasien laki-laki 50 th dengan keluhan mimisan dari hidung kanan, terasa asin di
tenggorokan. KU baik, Kes: CM TTC: TD 190/110 mmHg. Nadi: 90x/menit, RR:
18x/menit, PF: tampak darah mengucur dari hidung kanan
- Lakukan pemasangan tampon anterior!
- Apa diagnosis dan diagnosis banding pd pasien ini?
- Apa tatalaksana medikamentosa untuk pasien ini?
No. Prosedur YA/TIDAK
1. Perkenalkan diri
2. Cek ABC
3. Tanya identitas
4. Anamnesis singkat
- Sejak kapan
- Berapa banyak
- Lokasi: unilateral/bilateral
- Mudah dihentikan dengan memencet hidung tidak?
- Riw ISPA
- Riw trauma wajah
- Riw kelaianan darah
- Adanya penyakit sistemik (HT, DHF)
- Memburuk pada perubahan suhu
5. Informed consent
6. Cuci tangan
7. Siapkan alat (handschoen, lampu kepala, speculum hidung, tampon,
bayonet, suction)
8. Pakai lampu kepala🡪 fokuskan cahaya ke telapak tangan dan kantus
medialis

3
9. Pasien dewasa posisi duduk
Pasien anakduduk dipangku org tua, badan dan tangan dipeluk,
kepala dipegangi
10. Bersihkan darah atau bekuan darah yg menempel dengan suction
11. Pasang tampon sementara
Adrenalin 1/5000 – 1/10000 dan lidocain 2% = 1:4
Pasien HT ganti oxymetazoline
12. Angkat setelah 10-15 menit
13. Identifikasi sumber perdarahan (lihat algoritma)
Contoh kasus: sumber perdarahan tidak terlihat jelas dan masih
berdarah
14. Cuci tangan
15. Menuliskan resep , edukasi

Etiologi:
- Kelainan lokal: trauma, kelainan anatomi, kelainan pemb darah, infeksi local,
benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan.
- Kelainan sistemik: penyakit kardiovaskular, kelainan darah, infeksi sistemik,
perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal, kongenital

Sumber perdarahan:
- Epistaksis anterior 🡪 dari pleksus Kiesselbach (a. sfenopalatina, a. ethmoidalis
anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor) atau Little’s area
- Epistaksis posterior🡪 a. sfenopalatina dan a. ethmoidalis posterior (hipertensi,
arteriosclerosis)

Tatalaksana:
- Perbaiki keadaan umum(nadi, pernapasan, TD)
- Cari sumber perdarahan
- Hentikan perdarahan
- Cari faktor penyebab
Edukasi:
- Kontrol 2 hari
- Jika ada kelainan sistemik (HT ,DM) konsul IPD/anak
- Cek lab fungsi hepar, fungsi ginjal, GDS, hemostasis
Diagnosis: epistaksis cavum nasi dextra dengan hipertensi urgensi
Tatalaksana medikamentosa: (Tuliskan resep)
- Captopril 25mg 3dd1
- Amlodipine 10mg 1x1
- As tranexamat 3x500mg
- Vit K 3x1 tab

4
Algoritma Singkat

Awal datang 🡪 ABC 🡪 periksa pasien posisi duduk, sementara menunggu menyiapkan
alat, minta pasien menekan bagian hidung anterior dan menunduk ke depan 🡪 bersihkan
jalan napas 🡪 tampon sementara dengan adrenalin 1/5000 – 1/10.000 dan pantocain
atau lidocaine 2% (1 cc adrenalin : 4 cc lidocaine)🡪 tampon dibiarkan 10-15 menit🡪
evaluasi ulang 🡪 sumber perdarahan jelas/tidak (lanjut bagan)

Algoritma:

5
4. OTITIS MEDIA EFUSI
Kasus: Pasien anak 5 tahun datang dengan keluhan rasa kurang dengar pada telinga
kanan. Riwayat ISPA + Nyeri telinga disangkal, Keluar cairan dari telinga disangkal.
Keadaan umum baik, TTV dbn.

KELUHAN UTAMA TELINGA & ANAMNESIS


GANGGUAN PENDENGARAN
- Sejak kapan
- Sifat : Mendadak / Perlahan
- Lokasi: Unilateral / Bilateral
- Demam: Ya / Tidak
- Riwayat ISPA
- Keluar cairan dari telinga?
- Penyerta: Sakit kepala, nyeri telinga, gatal, mual, muntah, vertigo
- Tinitus : Berdenging (SNHL, tidak bisa low pitch), berdengung (CHL, tidak
bisa high pitch) Trauma : Ya / Tidak
- Alergi obat / Konsumsi obat (Ototoksik: streptomisin,
aminoglikosida) Riwayat pengobatan
KELUAR CAIRAN DARI TELINGA
- Sejak kapan
- Lokasi: Unilateral / Bilateral
- Konsistensi cairan? Warna? Bau? Darah?
- Demam: Ya / Tidak
- Riwayat ISPA
- Nyeri, gatal, sakit kepala, mual, muntah, tinitus, vertigo
- Trauma: Ya / Tidak
- Riwayat pengobatan
TINITUS (ADA SUARA DENGING / DESAU)
- Lokasi: Unilateral / Bilateral
- Menetap / Hilang timbul
- Sejak kapan
- Benrdenging / Berdengung
- Vertigo: Ya / Tidak
- Riwayat Obat
VERTIGO (Rasa pusing berputar)
- Lokasi: gelap / terang
- Posisi / pergerakan kepala
- Pencetus serangan
- Mual, muntah, berkeringat
- Trauma: Ya / Tidak
- Riwayat Obat
NYERI / GATAL TELINGA
- Lokasi: Unilateral / Bilateral
- Sejak kapan
- Pencetus
- Demam Ya/Tidak
- Riwayat ISPA

6
- Riwayat Trauma
- Aktivitas berenang
- Riwayat DM

No Checklist YA/TIDAK
1 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
2 Identifikasi pasien
3 Anamnesis singkat dan terarah
4 Informed consent pemeriksaan
5 Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
kiri atau kanan kaki pasien
6 Pakai lampu kepala (letak lampu di glabela)
7 Inspeksi telinga luar, daerah preaurikuler dan retro aurikuler
Tidak ada kelainan: tidak ada edema, tidak hiperemis, tidak terdapat
hematom, tidak ada sikatriks, tidak mikrotia/anotia, tidak terdapat fistel, tidak
terdapat bejolan, tidak tampak cairan/sekret
8 Palpasi telinga luar, daerah preaurikuler dan retroaurikuler
Tidak ada kelainan: tidak nyeri pada penekanan dan jika daun telinga ditarik,
tidak terdapat nyeri ketok mastoid
9 Pegang daun telinga, tarik kearah posterior dan superior pada orang dewasa
atau tarik kearah posterior pada anak agar liang telinga lurus
AD: tangan kiri
AS: tangan kanan
10 Inspeksi liang telinga
Tidak ada kelainan: liang telinga lapang, tidak terdapat serumen yang
menutup liang telinga, tida terdapat benda asing, tidak ada edema, tidak
terdapat secret, tidak terdapat furunkel, tidak hiperemis
11 Inspeksi membran timpani. Perhatikan maleus, refleks cahaya, dan pars tensa &
pars flaccida membran timpani
Tidak ada kelainan: membran timpani utuh, tidak ada perforasi, tidak
hiperemis, terdapat refleks cahaya (AD=5, AS=7).
12 Pegang otoskop dengan tangan kanan/kiri seperti memegang pensil dan jari
kelingking diletakkan diatas pipi kanan/kiri untuk melihat membran timpani
kanan/kiri lebih jelas.
13 Inspeksi pergerakan membran timpani pada saat pasien meniup dengan
hidung dan mulut tertutup (Perasat Valsava) Membran timpani  bulging

14 Inspeksi pergerakan membran timpani pada saat pasien menelan dengan


hidung dan mulut tertutup (Perasat Toynbee) Membran timpani  retraksi

7
Interpretasi otoskop:
- Tampak MT keruh, refleks cahaya (-), air fluid level (+)

WD/ Otitis Media efusi AD


DD/ OM serosa, OMA,
Otitis eksterna

Terapi
medikamentosa:
- Pseudoefedrin HCL + Loratadine fl No 1 S 3 dd cth 1
- Oxymetazoline spray fl No 1 S 3 dd gtt II

Edukasi:
Jika penyebab kelainan pada hidung anjurkan untuk cuci hidung, kembai kontrol 2
minggu, jika tidak ada perbaikan anjurkan untuk miringotomi dengan pemasangan pipa
ventilasi gromet (dapat dipertahankan selama kurang lebih 1-2 tahun)

8
5. BASIC SURGICAL SKILL
Kasus: Pasien dengan luka terbuka, KU
dan TTV dbn Soal: Lakukan tindakan
penjahitan luka!
N Checklist YA
o /TIDAK
1 Mencuci tangan
2 Memperkenalkan diri
3 Melakukan anamnesis singkat dan terarah (identitas pasien dan keluhan)
4 Cek TTV, Primary survey ABC
5 Cek status generalis
6 Cek status lokalis
7 Informed consent tindakan
8 Mempersiapkan alat
• Set hecting (needle holder, pinset, gunting, benang)
• Sarung tangan
• Duk
• Anestesi (spuit, lidocain)
• Asepsis anti septik (alcohol, povidone iodine)
• Lampu
9 Mencuci tangan

10 Menggunakan sarung tangan steril

9
10

11 Melakukan tindakan asepsis dan antiseptik


12 Melakukan anestesi local dengan teknik infiltrasi, setelah jarum masuk,
aspirasi sedikit apakah terkena pembuluh darah. Pastikan daerah yang akan
dilakukan penjahitan sudah terasa baal / kebas. Pasang doek bolong

13 Melakukan penjahitan luka


Simple interrupted suture

14 Menutup luka
15 Memberikan suntik tetanus jika diperlukan
16 Edukasi pasien

10
6. TES PENALA
Kasus: Pasien laki-laki usia 70 tahun dengan keluhan pendengaran menurun di telinga
kanan dan kiri
Soal: Lakukan pemeriksaan tes penala! Berikan diagnosis dan diagnosis banding!
No Checklist YA/TIDAK
1 Cuci tangan
2 Perkenalkan diri
3 Anamnesis singkat dan terarah
4 Informed consent tindakan
5 Melakukan pemeriksaan telinga
6 Melakukan pemeriksaan penala
Gunakan penala 512Hz (tidak dipengaruhi bising)
A Pemeriksaan Rinne
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki
tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien
- Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus
dilakukan oleh pasien
- Mengambil garpu tala 512 Hz, menggetarkan garpu tala tsb dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
- Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang
diperiksa sampai pasien tidak mendengar bunyi lagi dengan cara
memberikan tanda (mengangkat tangan)
- Meletakkan garpu tala di depan telinga yang diperiksa 2,5cm dari
liang telinga dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi
atau tidak
- Kemudian sebaliknya menggetarkan penala didepan telinga yang
diperiksa 2,5 cm dari liang telinga lebih dahulu. Bila tidak mendengar
bunyi lagi, memberi tanda (dengan mengangkat tangan)
- Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang
diperiksa dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi
atau tidak. Bila masih mendengar bunyi, memberi tanda (dengan
mengangkat tangan)
B Pemeriksaan Weber
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua
kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien
- Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus
dilakukan oleh pasien
- Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari
tangan kiri, kemudian diletakkan di garis tengah kepala (dahi)
- Pasien memberi tanda dengan cara mengangkat tangan atau
memberi tahu bunyi terdengar lebih keras di telinga kiri / kanan atau
bunyi sama kerasnya

11
C Pemeriksaan Schwabach
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki
tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien
- Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus
dilakukan oleh pasien

- Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk


jari tangan kiri
- Garpu tala diletakkan di prosesus mastoideus telinga yang akan
diperiksa sampai pasien tidak mendengar lagi bunyi dengan cara
memberi tanda (mengangkat tangan), tangkai penala segea
dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
sama (pendengaran pemeriksa normal)
- Kemudian penala digetarkan lagi dan diletakkan pada pros.
Mastoideus pemeriksa terlebih dahulu. Bila sudah tidak terdengar
bunyi lagi, tangkai penala segera dipindahkan ke pros. Mastoideus
pasien pada telinga yang sama

Rinne + - +
Weber Tidak terdapat
lateralisasi
Schwabach = pemeiksa Memanjang Memendek
Kesimpulan Normal CHL SNHL

Hasil pemeriksaan penala:


Rinne + pada kedua telinga
Weber sama kanan dan kiri (tidak ada lateralisasi)
Schwabach memendek di kedua telinga
WD/ Sensorineural hearing loss bilateral ec presbiakusis
DD/ NIHL, Meniere’s disease

*Yang bisa dibandingkan antara pemeriksa dan pendengar hanya hantaran tulang saja !

7. RHINOSINUSITIS AKUT
Kasus: Pasien wanita 20 tahun dengan keluhan bersin-bersin di pagi hari, hidung
tersumbat dan berair, disertai nyeri pada pipi kiri.
Lakukan:
a. Pemeriksaan rhinoskopi anterior
b. Interpretasikan hasil rontgen pasien
c. Tuliskan WD dan DD

Anamnesis:
- Memperkenalkan diri
- Riwayat penyakit sekarang:
Riwayat Penyakit Sekarang / Keluhan Hidung

12
- Gejala yang dialami : bersin berulang, rinorea (ingus bening encer), hidung
tersumbat (menetap/berganti-ganti), rasa gatal di
hidung/tenggorok/langit2/telinga
- Konsistensi, warna, dan bau cairan hidung (ingus)
- Kapan gejala muncul? Memburuk saat kapan? Sejak kapan? (pagi atau malam
hari?)
- Lokasi gejala? (unilateral/bilateral)
- Dipengaruhi perubahan posisi/tidak, bila dipengaruhi posisi tidur atau
berpindah- pindah: rhinitis vasomotor, bila menetap pada satu sisi: polip,
septum deviasi
- Hiposmia / anosmia
- Batuk kronik
- Gatal pada kulit
- Mendengkur saat tidur
- Sesak napas/mengi 🡪 Keluhan pada telinga: radang telinga berulang: rasa
penuh, otalgia, otore.Keluhan pada tenggorok: post nasal drip, nyeri menelan,
suara serak, snoring
Keluhan lain:
- Curiga keganasan: diplopia, pembesaran KGB, BB turun
- Demam
- Mimisan
- Apakah mata gatal atau berair atau kemerahan?
- Nyeri kepala, nyeri wajah - Apakah ada fokal infeksi/gigi ?
Riwayat penyakit dahulu:
- Riw ISPA
- Riw alergi obat tetes 🡪 pemicu/pencetus
- Riw trauma
- Riw atopi/alergi
- Riw polip/sinusitis
- RIw operasi
Riwayat penyakit keluarga:
- Riw atopi pada keluarga
- Rinitis pada keluarga
- Riwayat kebiasaan: Merokok ?
- Lingkungan kerja
- Tempat tinggal
- Parfum
- Riw pekerjaan
- Riw kekambuhan 🡪 apakah mengganggu QoL

Informed consent (menjelaskan pemeriksaan)

13
Pemeriksaan fisik:
No. Checklist Ya/Tidak
1. Cuci tangan dan perkenalkan diri
2. Identifikasi pasien
3. Anamnesis singkat dan terarah
4. Informed consent
5. Mempersiapkan alat (lampu kepala, tongue spatel, speculum)
6. Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di
samping kiri atau kanan kaki pasien
7. Pakai lampu kepala (letak lampu di glabela)
8. Pemeriksaan fisik:
- Hidung luar
- Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada deformitas, tidak ada septum
deviasi/saddle nose, tidak hiperemis, tidak edema, tidak ada laserasi
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis, dan
ethmoid, tidak ada nyeri ketok pada sinus maksilaris, frontalis, dan
ethmoid, tidak ada krepitasi
- Vestibulum dan nares anterior
- Inspeksi (menekan tip of nose ke arah atas dengan jempol kiri) 🡪
tidak ada deformitas, tidak hiperemis, tidak edema, tidak ada
laserasi/perdarahan, tidak ada furunkel
- Rongga hidung (dengan rhinoskopi anterior)
- Inspeksi : rongga hidung lapang, konka inferior eutrofi, tidak
hiperemis, tidak edema, tidak livid, tidak ada septum deviasi, pada
meatus tidak ada sekret, tidak ada massa, tidak ada tumor

9. Rhinoskopi anterior

Lakukan inspeksi, mulai dari :


- Cuping hidung (vestibulum nasi)
- Bangunan di rongga hidung
- Meatus nasi inferior : normal/tidak
- Konka inferior : normal/tidak
- Meatus nasi medius : normal/tidak

14
- Konka medius : normal/tidak
- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum
- Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar; ada
- pertumbuhan abnormal: polip, tumor; ada benda asing/ tidak :
berbau/ tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana
deskripsi discharge (banyak/ sedikit, jernih, mucous, purulen,
warna discharge, apakah berbau).

Hasil rhinosinusitis akut


Edema konka berwarna pucat atau livid, secret serosa pada dasar hidung,
ada tidaknya septum deviasi atau kelainan pada meatus medius, meatus
medius edema dan hiperemis

(Normal findings: nose canal is vast, conca: eutrophy, no oedema, no


tlivid, not ischemic, no hyperemic, no secrete on meatus)
10. Pemeriksaan pasase udara 🡪 hembuskan udara dari hidung pada tongue
spatel besi 🡪 bila positif berarti pasase udara baik pada kedua hidung

11. Pada lidah : bercak dengan gambaran pulau-pulau berwarna putih atau
kemerahan dengan batas putih (geographic tongue)

12. Pemeriksaan telinga : efusi telinga tengah (Lihat


pemeriksaan telinga)
13. Pemeriksaan nyeri ketok wajah
14. Menjelaskan hasil pemeriksaan
15. Membereskan alat
16. Cuci tangan

Working diagnosis:
Rhinitis akut dengan sinusitis maksilaris kiri

Differential diagnosis:
- Rhinitis alergi
- Sinusitis maksilaris dentogen

15
Rontgen / Foto polos sinus paranasal 3 posisi

a. Foto Posisi occipito-mental (Waters Position)

Foto Posisi occipito-mental (Waters Position)


Sinus maksila terlihat jelas
Sinus frontal terlihat secara oblik
Sinus ethmoid sedikit kabur, namun
dapat terlihat di sepanjang dinding medial
orbita dan di dalam hidung
Sinus sfenoid terlihat bila mulut
terbuka

Interpretasi:

- Perhatikan
identitas pasien dan no RM
- Perhatikan
tanda R dan L
- Tampak
perselubungan homogen pada rongga sinus
maksilaris kiri
- Tampak rongga
aerasi pada sinus maksilaris kiri berkurang
(akumulai sekret)
- Tampak
penebalan mukosa pada dinding sinus maksilaris
kiri
- Dinding sinus intak
- Tidak tampak hipertrofi konka dan tidak tampak
septum deviasi
- Kesan: sinusitis maksilaris kiri

16
b. Foto Posisi PA (Caldwell position)

- Sinus frontal terlihat jelas


- Sinus ethmoid anterior dapat terlihat
- Dasar dari sinus maksila terlihat
- Dasar dari sella tursika, crista galli, septum nasi, serta konka media
dan inferior dapat terlihat
- Sinus sfenoid tidak begitu jelas terlihat

Interpretasi:

Perhatikan identitas pasien dan no RM


Perhatikan tanda R dan L
Tidak ada kelainan pada rongga sinus frontalis dan
ethmoid
Dinding kedua sinus intak
Tidak tampak hipertrofi konka dan septum deviasi
Kesan: tidak tampak kelainan pada sinus frontalis
dan ethmoid

17
c. Foto kepala lateral

Sinus sfenoid dan sinus


frontal terlihat jelas
Rongga sinus lain
terlihat superimposed
(tumpang tindih)
Jaringan lunak nasofaring
dan adenoid terlihat jelas

Interpretasi:

18
- Perhatikan identitas pasien dan no RM
- Perhatikan tanda R dan L
- Tidak tampak kelainan pada tulang tengkorak,
orbita, dan vertebrae servikal
- Rongga sinus sfenoid dan ethmoid tidak tampak
kelainan
- Mastoid air cells tidak tampak kelainan
- Tidak tampak kelainan pada soft tissue leher

8. TONSILITIS DIPHTERI
Kasus: Pasien anak dengan keluhan nyeri menelan dengan bercak putih di tenggorokan.
Diberi gambar tenggorok dengan bercak keputihan.
Lakukan PF dan swab tenggorok Alat & bahan:
- Lampu kepala
- Spatula lidah Bruening
- Lidi kapas

Anamnesis:
Gejala umum:
- Nyeri tenggorok
- Nyeri menelan
- Demam
- Sakit kepala
- Badan lemah
- Tidak nafsu makan
- Tonsil membengkak hiperemis
- Pada permukaan tonsil terdapat bercak putih kotor membentuk
pseudomembran 🡪 bila diangkat akan mudah berdarah. Membrane bisa
meluas ke palatum mole, uvula, orofaring, nasofaring, hipofaring, laring,
trakea, hingga bronkus 🡪 dapat menyebabkan sumbatan jalan napas
- KGB leher membengkak 🡪 bisa menyerupai bull’s neck

No. Checklist Ya/Tidak


1. Cuci tangan dan perkenalkan diri
2. Identifikasi pasien
3. Anamnesis singkat dan terarah
4. Informed consent
5. Mempersiapkan alat (lampu kepala, kassa, sarung tangan, spatula lidah) dan cuci
tangan
6. Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
kiri atau kanan kaki pasien
7. Pakai lampu kepala (letak lampu di glabela)
8. Minta pasien buka mulut untuk cek ada trismus / tidak

19
9. Inspeksi:

- Bibir/mulut : tidak ada laserasi/ulkus/sianosis


- Mukosa pipi & gusi: perubahan warna, trauma, ada ulserasi/tidak, lesi putih
tidak nyeri (liken planus) pada mukosa pipi

- Gusi: membengkak, tanda radang, tanda perdarahan


- Gigi: karies, maloklusi
- Palatum durum, palatum mole: ada ulserasi/tidak, ada massa/tidak,
pembengkakan, tanda peradangan, uvula di tengah/tidak
- Dasar mulut (minta lidah diangkat ke atas): ada edema/tidak
- Lidah: warna, ada massa/tidak, ada lesi/tidak
- Nervus kranialis XII: pasien menjulurkan lidah, apakah deviasi ke satu sisi
- Tonsil: spatula lidah diletakkan di 2/3 anterior lidah (pegang spatula di 2/3
posterior), lidah ditekan ke bawah dan dibawa ke depan, arkus faring
simetris/tidak, ukuran tonsil, ada kripta/tidak, ada detritus/tidak, apakah ada
membran diatas tonsil

20
- Dinding posterior faring  tidak hiperemis, tidak ada PND, tidak ada
penebalan jar limfoid, ada/tidaknya massa, ulserasi (minta pasien
mengatakan ‘aaaaaa’ untuk melihat elevasi palatum mole)
10. Palpasi:
- Dasar mulut dilakukan dengan palpasi bimanual (meletakkan satu jari di
bawah lidah dan jari lain di bawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan
atau massa. Pemeriksa harus memegang kedua pipi pasien.

- Lidah  minta pasien menjulurkan lidah, pemeriksa memegang dengan


kassa dengan tangan kiri pemeriksa, kemudian palpasi dengan tangan kanan.
Palpasi tepi lateral lidah ada lesi putih/tidak, tanda indurasi/pengerasan,
ulserasi

11. Menjelaskan hasil pemeriksaan


12. Bereskan alat
13. Cuci tangan

SWAB TENGGOROK
No. Checklist Ya/Tidak
1. Cuci tangan
2. Identifikasi pasien
3. Informed consent
4. Mempersiapkan alat (lampu kepala, kassa, sarung tangan, spatula lidah, lidi
kapas) dan cuci tangan
5. Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping
kiri atau kanan kaki pasien
6. Pakai lampu kepala (letak lampu di glabela)
7. Minta pasien membuka mulut
8. Spatula lidah diletakkan di 2/3 anterior lidah (pegang spatula di 2/3 posterior
dengan tangan kiri

21
9. Masukkan lidi kapas steril perlahan hingga menyentuh dinding posterior faring
dengan tangan kanan
10. Minta pasien mengucapkan ‘aaaaaaa’ agar uvula tertarik dan mengurangi reflex
muntah
11. Lidi kapas diusapkan pada kedua tonsil, dan digerakkan ke depan dan
belakang dinding posterior faring

12. Lidi kapas dikeluarkan dari rongga mulut tanpa menyentuh uvula, mukosa pipi,
lidah, dan bibir
13. Cara penampungan:
- Masukkan lidi kapas ke media dalam media transport Stuart atau tabung
steril yang diisi dengan sedikit larutan garam fisiologis/akuadest steril
supaya specimen tidak kering
- Beri label identitas pasien secara lengkap
14. Cara pengiriman:
- Segera kirim ke lab mikrobiologi dengan surat permintaan pemeriksaan

15. Membereskan alat dan membuang sampah


16. Cuci tangan

Diagnosis kerja:
Tonsilitis difteri
DD:
- Angina plaut Vincent (acute necrotizing ulcerative gingivitis)
- Tonsillitis lakunaris
- Mononucleosis infeksiosa

Tatalaksana:
- Anti-difteri serum (ADS) segera tanpa menunggu hasil kultur 🡪 dosis 20.000
hingga 100.000 unit berdasarkan umur dan berat (uptodate: pediatrics: 20,000
to 40,000 units for pharyngeal/laryngeal disease of <48 hours duration, 40,000
to 60,000 units for nasopharyngeal disease, and 80,000 to 120,000 units for >3
days of illness or diffuse neck swelling ("bull neck"). The dose should be
administered intravenously over 60 minutes in order to inactivate toxin rapidly.
- AB procaine penicillin G (300.000 unit setiap 12 jam untuk pasien 10kg dan
600.000 unit setiap 12 jam untuk pasien >10kg IM hingga pasien dapat minum

22
AB oral. Kemudian diikuti dengan golongan penisilin V oral dosis 25-50
mg/kgBB per hari dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari (uptodate 250 mg four
times daily). Bila alergi penisilin bisa diganti dengan gol. Makrolid (eritromisin
500mg, 4x/hari selama 14 hari)
- Kortikosteroid dosis 1,2 mg/kgBB per hari
- Antipiretik/analgetik

Edukasi:
- Pasien diedukasi untuk rawat inap untuk pemantauan kondisi lebih lanjut, terdapat
ancaman gangguan jalan napas sehingga dapat membutuhkan intervensi lain.
- Rawat Bersama dengan sejawat bidang lain jika dibutuhkan

9. EDUKASI CUCI HIDUNG


Siapkan Alat dan Bahan:
1. Spuit 10 cc
2. Transofix
3. Cairan NaCL 0.9% 1 botol
4. Cangkir / wadah bersih
Cara cuci hidung:
1. Buka segel cairan NaCl 0.9% dan masukan / tusuk dengan transofix pada ujungnya
2. Tuangkan cairan NaCl ke dalam wadah bersih atau cangkir
3. Ambil cairan NaCl 10cc dengan spuit 10cc yang sudah dicopot jarumnya
4. Tundukkan dan miringkan kepala 45 derajat ke kiri sehingga hidung kanan lebih tinggi
5. Masukan NaCl 10cc ke dalam lunag hidung kanan dan bernapas melalui mulut (3x)
6. Lakukan hal yang sama pada lubang hidung kiri (3x)
7. Bersihkan area hidung menggunakan tissue / kain bersih
*Tiap hidung dibilas dengan NaCl 0.9% sebanyak 30ml

10. AUDIOMETRI
Laki-laki 24 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan penurunan pendengaran mendadak sejak
pagi tadi, Riwayat keluhan sebelumnya disangkal, Riwayat hipertensi disangkal.

a. Interpretasikan hasil audiometri berikut


b. Diagnosis kerja pada pasien ?
c. Diagnosis banding pasien ?

23
*Yang dilingkari merah adalah ambang dengar masing-masing telinga
Kaidah Pembacaan Audiometri

Notasi Audiogram
- Telinga kiri warna biru
- Telinga kanan warna merah
- Tanda Segitiga dan Kotak 🡪 masking
- Tanda “<” telinga kanan
- Tanda “>” telinga kiri
- Air conduction 🡪 garis penuh / garis tegas
- Bone conduction 🡪 garis putus-putus

24
Rumus perhitungan ambang dengar (AD)

Derajat tuli:
0 – 25db : normal
>25 – 40dB : Tuli tingan
>40 – 55dB : tuli sedang
>55 – 70dB : tuli sedang berat
>70 – 90dB : tuli berat
>90dB : tuli sangat berat

a. Cara interpretasi soal tadi:


“Telinga kanan terdapat gangguan pendengaran tipe sensorineural dengan ambang dengar
56 dB, derajat tuli sedang-berat. Telinga kiri normal dengan ambang dengar 16 dB”
b. Diagnosis kerja pasien:
Tuli sensorineuroal telinga kanan dengan derajat sedang-berat susp. Sudden deafness
c. Diagnosis banding
- Meniere disease 🡪 gejala sangat berat pada kejadian pertama kali, berkurang pada
gejala-gejala selanjutnya. Trias Meniere disease: episodic vertigo, tinnitus and SN
hearing loss)
- Vestibular neuronitis
- Trauma
- Ototoxicity (?)

25

Anda mungkin juga menyukai