MEMUASKAN, AAMIIN
DEPARTEMEN UROLOGI
A. KATETERISASI
1. Definisi : memasang saluran tabung kencing ke dalam buli
2. Indikasi :
a. Diagnostik
⮚ Memasukkan kontras; misalnya pada kasus ruptur buli diperlukan cystography
⮚ Mengumpulkan sampel urinalisis
⮚ Mengecek residual urine
b. Terapeutik
⮚ Retensi urine
⮚ Instilasi buli; pada kasus ca buli pro kemoterapi perlu memasukkan obat ke
vesica urinaria lewat kateter
⮚ Mengistirahatkan organ; pada kasus post-op buli, supaya jahitan yang masih
baru tidak membuka
3. Kontraindikasi
a. Mutlak
⮚ Ruptur uretra 🡪 bloody urethral discharge (kalau hematuria disertai urine),
saddle-back injury, butterfly hematome, pada rectal tussae didapatkan floating
prostat
b. Relatif
⮚ Striktur uretra 🡪 dicoba dulu dengan kateter foley yang lebih kecil (18 🡪 16 🡪 14) 🡪
kalau masih tidak bisa lakukan cystosomy / pungsi suprapubik (venflon 16, 2 jari
di atas simfisis pubis, sambungkan ke urine bag)
⮚ Batu uretra
● Posterior 🡪 lubrikasi posterior (semprotkan jelly-cain dalam spuit 50 cc
hingga tahanan menghilang) 🡪 baru pasang kateter
● Anterior 🡪 dorsumsisi pada glans penis, keluarkan batunya
4. Prosedur
Ce Poin Keterangan
k
Memperkenalkan diri ● Perkenalkan, saya dokter muda Andrian
yang hari ini jaga bedah.
● Ini dengan bapak siapa? Usianya berapa?
Informed Consent ● Setelah ini saya akan memeriksa bagian dubur bapak,
untuk mendeteksi kelainan yang berkaitan dengan
keluhan bapak
● Saya akan memasukkan jari telunjuk lewat anus,
memang agak kurang nyaman, namun akan saya beri
jeli supaya mengurangi rasa sakit. Jadi saya harap
bapak untuk rileks saja
Persiapan pasien ● Baik kalau begitu silakan kencing dulu (apabila pasien
tidak bisa kencing didekompresi dulu, retensi urine
menyebabkan false diagnosis terhadap pembesaran
prostat)
● Kalau sudah, sila berbaring di bed, saya akan menutup
tirai untuk menjaga privasi bapak
● Pakaian bawahnya mohon dilepas, dan kakinya agak
ditekuk
Persiapan medis ● Menyiapkan alat dan bahan
- KY Jelly
- Handschoen (tidak perlu steril)
- Kasa
● Mencuci tangan 6 langkah
● Memakai handschoen
Differential diagnosis:
BPH
Kanker
Normal (Benign Prostat Prostatitis
Prostat
Hyperplasia)
Sulcus Cekung Mendatar / Mendatar / Cekung
medianus cembung cembung
Lobus lateral
● Simetrisitas Simetris Simetris Asimetris Simetris
● Nodul - - Keras -
berdungkul-
dungkul
● Nyeri tekan - - - +
C. DIAGNOSIS UROLOGI
1. Diagnosis primer : penyebab utama
2. Diagnosis sekunder : yang tidak berhubungan
3. Diagnosis komplikasi : akibat dari primer
DEPARTEMEN ORTOPEDI
A. PRIMARY SURVEY
1. Tujuan
a. Mendeteksi serta menatalaksana kondisi life-threatening dengan segera dan
simultan
2. Indikasi
a. Semua kasus trauma (termasuk combustio)
3. Komponen
Memakai APD sebelum ke pasien
(minimal handschoen & masker)
A Mengecek Airway
● Patensi jalan napas,
Bila tidak paten:
● Look, listen, feel
B Mengecek Breathing
● Inspeksi: gerakan dinding dada, RR,
regularitas, warna kulit
● Palpasi, Perkusi, Auskultasi
C Mengecek Circulation
● On going bleeding
● Tensi, Nadi, akral, CRT
D Mengecek Disability
● GCS, pupil
E Mengecek Exposure
● Membuka pakaian pasien
Adjunct to primary survei
- Manual manouver
♦ Chin lift
♦ Jaw thrust
♦ Head tilt 🡪 DIHINDARI, berbahaya pada trauma servikal karena
mengubah sudut leher)
- Alat
♦ OFA = Orofaringeal airway (Mayo) 🡪 merangsang refleks muntah,
untuk GCS ≤ 8
♦ NFA = Nasofaringeal airway, aman untuk GCS > 8, kontraindikasi
untuk fraktur basis cranii (tanda: racoon eye, otorrhea, battle sign,
halo sign)
♦ Cricotyroidotomy needle atau surgical, dengan jet insufflation /
bagging (perbandingan ekspirasi : inspirasi 1 : 4 detik)
● Definitif
Diindikasikan untuk:
- GCS ≤ 8, karena dianggap tidak bisa mempertahankan napas, dan
muntah sewaktu-waktu dapat menimbulkan aspirasi
- Mencegah obstruksi sekunder, misal pada trauma inhalasi yang mana
akan terjadi edema laring 30 – 45 menit setelah trauma
Modalitas:
- Endotracheal Intubation, dengan ETT (endotracheal tube)
- Tracheostomy surgical 🡪 apabila tidak memungkinkan dilakukan per oral,
misal ada massa supraglottis
- Cricotyroidotomy surgical 🡪 jika di perifer tidak ada alat tracheostomy
● Cervical collar 🡪 idealnya dipasang hingga dipastikan tidak ada cervical
trauma (15% kasus ada cervical trauma). Indikasi:
- Trauma inhalasi
- Trauma maksilofasial (jejas, wajah asimetris)
- GCS menurun
b. Breathing
⮚ Evaluasi 🡪 intinya sama kaya pemeriksaan thorax
● Inspeksi :
- simetrisitas dinding dada,
- apakah ada gerakan napas paradoksal
- warna kulit
- jejas
- frekuensi napas
- pelebaran sela iga
- retraksi dinding dada
● Palpasi : chest expansion, stem fremitus, trakhea
● Perkusi : sonoritas
● Auskultasi : suara napas, intensitas, suara napas tambahan
⮚ Pelaporan (N) : napas spontan, RR 20 x/ment reguler
⮚ Curiga ada gangguan breathing pada:
Open Pneumothorax
Tension Pneumothorax HematothoraxFlail Chest + KontusioEfusi Pleura
Pulmonum
● Occlusive dressing
- Tiga sisi, kecuali inferior
- Lapis kasa + lapis plastik baru diplaster
- Ketika inspirasi, paru mengembang, udara di cavum terdorong keluar.
Biar dia ga masuk lagi, harus ada penghalang ketika pasien ekspirasi
● Needle Thoracocentesis
- Tujuan: membuat tension menjadi open pneumothorax, tidak bisa
mengembalikan tekanan negatif cavum pleura
- Teknis: tusuk venflon 14 atau 16 di ICS-2 Mid Clavicular Line
(dekat dengan sisi atas dari costae 3, karena sisi bawah costae 2 ada
sulcus yang berisi arteri, vena, dan nervus)
● Chest Tube
- Memasang drain ke dalam cavum pleura untuk mengevakuasi udara,
cairan, maupun darah
- Tusuk trokar di ICS-5 Anterior Axillary Line
● WSD (Water Sealed Drainage)
- Tujuan: pengembangan paru
EBL = Estimated Blood Loss750 750 – 1500 1500 – 2000 > 2000
(cc)
RR
Kualitas kesadaran
⮚ Terapi
● Hentikan on going bleeding 🡪 bebat tekan, PASG (pneumatic anti shock
garment), ligasi hecting
● IV line 2 jalur
- Pilihan pertama vena perifer dulu (dorsum manus, antebrachii, vena
mediana cubiti, v. dorsum pedis)
- Bila tidak bisa lakukan venous cutdown (venous section) 🡪 pada vena
saphena magna (di dekat maleolus medialis)
- Bila tidak bisa, pasang CVC (central venous catether)
- Alternatif lain pada anak < 6 tahun 🡪 interosseus tibia (pada tuberositas
tibia, bagian proksimal, hanya sementara karena bisa menyebabkan
osteomyelitis dan trauma EGP)
● Pasang kateter, untuk memonitor produksi urine
● Pasang monitor TTV, untuk melihat tekanan darah, nadi, RR.
● Resusitasi dengan prinsip:
- Grade I & II 🡪 RL sebanyak 3 – 4 x EBL
- Grade III & IV 🡪 RL sebanyak 3 – 4 x EBL + x
- Menghitung kebutuhan cairan sesuai volume darah yang hilang:
3 sampai 4 x % EBL x (70 x BB)
● Atau, drip cepat kristaloid (biasanya RL, bisa NS 0,9%) 2000 cc, bisa diulang
2 kali apabila respon kurang memuaskan
⮚ Monitor
● Tensi : target MAP 65 – 70
● Nadi, RR, suhu : sesuai rentang normal masing-masing
● Urine Output : target dewasa > 0,5 cc/kgBB/jam, anak > 1 cc/kgBB/jam
● Akral : hangat, kering
● CRT : < 2 detik
d. Disability
⮚ Evaluasi GCS
⮚ Evaluasi pupil : isokhor, ukuran D et S, refleks pupil
e. Exposure
⮚ Membuka seluruh pakaian dan evaluasi permukaan tubuh dari ancaman jiwa
⮚ Mencegah hipotermi dengan memakaikan selimut
⮚ Memastikan pasien di tempat aman
⮚ Singkirkan benda-benda yang berbahaya dari lingkungan pasien
4. Adjunct to Primary Survei 🡪 tambahan pemeriksaan penunjang
a. Lab 🡪 DL, faal hemostatis, faal hepar, faal ginjal, elektrolit, GDS, BGA
b. Radiologi 🡪 sesuai kecurigaan
⮚ X-ray SCTP (Skull, Cervical, Thorax, Pelvis) AP / Lateral
⮚ FAST (Focused Abdomen Sonography for Trauma) 🡪 USG yang dilakukan pada
kasus TTA (trauma tumpul abdomen] yang curiga
⮚ DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
c. EKG
d. NGT (diagnosis + terapi)
5. Secondary Survei (AMPLE) 🡪 yang dilakukan adalah anamnesis, log-roll, pemeriksaan
head to toe
a. Allergy
b. Medication
c. Past Medical History
d. Last Meal
e. Event / MOI (Mechanism of injury)
C. KASUS TRAUMA
1. Laki-laki 14 tahun, kecelakaan. Pasien mengeluh nyeri dan luka pada tungkai bawah
kanan, pingsan (-), nyeri (-), nyeri pada paha dan lutut kanan, menggerakkan lutut kanan
tidak bisa karena nyeri. Tidak ada jejas dan cidera lain
● Karena primary survei sudah dalam kondisi stabil maka akan dilanjutkan ke secondary
survei
- Exposure 🡪 JANGAN LUPA LOG-ROLL untuk tahu wound di posterior
- Adjunct to : USG FAST, XRAY (servikal, thorax, pelvis) 🡪 KALO MISAL GA
DITANYA GAUSAH BILANG
● Kalo misal disuruh secondary ya AMPLE tanyakan
● Anamnesis
- Perkenalkan diri
- Nama, Alamat, Usia, Status, Pekerjaan
- Jatuhnya kapan? Di mana? Tempat kotor/bersih? Bagaimana jatuhnya
● Pemeriksaan Fisik 🡪 SELALU KANAN DAN KIRI
- Look : closed (Swelling, deformity, contusio), open (wound, bone exposed)
- Feel : tenderness, NV distal
⮚ Ekstremitas bawah
■ Arteri
o a. Dorsalis pedis (di antara extensor halucis dan extensor digitorum 2)
o a. Tibialis posterior (posterosuperior dari maleolus medianus)
o kalau lesi di femur a. Poplitea
■ Nervus
o Motoris
♦ N. Peroneus superfisialis : eversi
♦ N. Peroneus profundus : dorsofleksi (ekstensor)
♦ N. Tibialis : plantarfleksi (flexor)
o Sensoris
♦ Raba, tusuk, suhu
⮚ Ekstremitas atas
- Movement
⮚ Coba angkat kaki, dan tekuk
⮚ Pada pasien didapatkan ROM aktif terbatas pada saat dorsofleksi sudut ...,
● Diagnosis awal 🡪 SUSPEK closed fraktur humer
● Pemeriksaan Radiologi 🡪 AP Lateral gausah kontralateral, baca!
- Layak baca 🡪 bisa dibedakan soft tissue dan tulang, 2 joint, 2 position
● Diagnosis kerja 🡪 closed fracture right radial ulna 1/3 proximal
● Planning:
- Fiksasi dengan BIDAI 🡪 sementara
- Rujuk ke ortopedi untuk dapat terapi definitif
Siapkan anatomical length, apparent, true
UNTUK BIDAI SISAKAN 4 menit
3. Tujuan resusitasi
a. Menjaga sirkulasi efektif
b. Agar perfusi organ primer (otak, jantung) tidak terganggu
c. Mengatasi dehidrasi
4. Macam resusitasi
a. Medical resuscitation 🡪 dengan cairan kristaloid, koloid, atau komponen darah
b. Surgical resuscitation 🡪 apabila medical tidak memungkinkan
5. Yang harus diperhatikan:
a. Jenis cairan
⮚ Rehidrasi : isotonik / hipertonik
⮚ Maintenance : hipotonik (D5NS, D10NS)
b. Jumlah cairan
⮚ Resusitasi I : 20 ml/kgBB 🡪 dapat diulang jika klinis tidak membaik
⮚ Maintenance : sesuai dengan hitung-hitungan estimasi defisit cairan (EDC)
c. Kecepatan pemberian
⮚ Resusitasi I : 20 – 30 menit
⮚ Maintenance : 8 jam pertama menghabiskan 50% dari EDC, 16 jam kedua
menghabiskan 50% sisanya
d. Dipertahankan sampai kapan
6. Maintenance = kebutuhan cairan normal + defisit
a. Holiday Segar, kebutuhan pada kondisi normal
kg sisanya, apabila BB
x 20
> cc x 1 cc 100 cc/hari 5 cc/jam
20 kg
Jumlahkan
1600 cc/hari 65 cc/jam = 1560
cc/hari
n.b.:
Apabila pasien BB-nya 13 kg 🡪 (100 x 10 kg) + (50 x 3 kg)
Apabila pasien BB-nya 3 kg 🡪 (100 x 3 kg)
7. Aplikasi
Bayi laki-laki / 3.000 gram / 2 hari dengan dehidrasi sedang (8%)
● Kebutuhan resusitasi = 8% x 3.000 gram = 240 cc dalam 24 jam dengan RL
● Kebutuhan maintenance = 100 x 3 = 300 cc dalam 24 jam dengan D10½NS
Alur resusitasinya adalah sbb:
8. Restriksi cairan atau memperpanjang resusitasi menjadi > 1 jam, dilakukan pada:
a. Kelainan jantung bawaan
b. Edema paru
c. Kelainan ginjal (nefrotik sindrome)
d. Hiperesponsif pada pasien normal (pasien sesak dalam beberapa menit setelah
resusitasi)
B. OBSTRUKSI – INTUSUSEPSI
obstruksi
(dibatasi ligamentum
treitz)
● VACTERL 🡪 bila ada kelainan kongenital, curigalah bahwa organ lain juga defek / anomali:
- Vertebral
- Anorectal (atresia)
- Cardiac
- Tracheo-(esophagus fistule)
- Esophagus (atresia)
- Renal
- Limb
ANAMNESIS
Memperkenalkan diri, sapa,
empati
Informed consent
Identitas pasien Nama, Usia, Alamat
Berat Badan
Keluhan utama What
(OLDCHART / 5W + 1H) How
● CHaracteristic
When
● Onset
● Duration
● Timing
● Aggravating / Allievating
Where
● Location
● Radiation
Why
● Risk factor & etiology (CINTO)
Status Lokalis Evaluasi anus +/- Rectal Tussae dengan jari kelingking
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Atresia Ani ● Babygram 🡪 foto X-ray AP full body, untuk menentukan
letak obstruksi
● Cross table lateral / knee chest position 🡪 bayi dalam
posisi pronasi, pelvis elevasi (seperti sujud), untuk
melihat udara yang paling distal pada rektum. Kelihatan
pada anorectal malformation tanpa fistula, udara akan
naik ke tempat yang paling tinggi, dapat diukur jarak
antara perineum dengan udara distal tersebut (> 1 cm /
< 1 cm) untuk menentukan tindakan
Hirschsprung ● BOF 🡪 lihat tanda obstruksi (herring bone posisi, step
ladder sign)
● Laterolateral
● Barium enema hirschsprung technique 🡪 pembesaran
segmen aganglionik
Contoh kasus
Seorang bayi laki-laki usia 6 bulan, 9 kg, dibawa ibunya ke IGD karena muntah sejak kemarin.
Riwayat diare 3 hari SMRS, BAB darah ada lendir (+), perut kembung 2 hari SMRS
Pemeriksaan fisik:
Bayi merintih, kehausan, bibir kering, dan ubun-ubun cekung, nadi 180 bpm teraba lemah, suhu
350C, BAK 1 kali, BAB (+) dengan red current jelly stool
1) Anamnesis tambahan, sesuai tabel
2) Usul pemeriksaan penunjang
⮚ Lab : DL, SE, BGA, feses lengkap
⮚ Radiologi :
● USG abdomen (doughnut sign / target sign, saussage sign),
● foto BOF (step ladder, herring bone)
3) Diagnosis: low level bowel obstruction dt susp invagination dengan dehidrasi berat (/sedang?)
4) Diagnosis banding
⮚ Disenteri basiler 🡪 diare berdarah, tennesmus
⮚ Volvulus
⮚ Hernia interna
⮚ Meckel divertikulum
⮚ Prolaps recti 🡪 pada RT ada segmen usus yang kolaps
5) Penatalaksanaan awal
a) Oksigenasi
b) Pasang IV line 2
c) Shock position
d) Resusitasi cairan sesuai derajat dehidrasi 🡪 kadang disuruh menghitung
e) Dekompresi dengan OGT
f) Pasien puasa dulu
g) Kateter
h) Antibiotik broad spectrum 🡪 iv Amoxicillin 10 mg/kgBB
i) Pertahankan suhu tubuh
6) Edukasi dan Komunikasi, penatalaksanaan lanjutan
a) Diagnosis
Ibu, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, saya mendiagnosis
anak ibu dengan sumbatan usus yang dikarenakan intususepsi. Artinya usus yang
sebelah atas masuk ke usus di bawahnya, sehingga menyebabkan sumbatan. Hal ini
seringkali disebabkan karena perubahan makanan dari ASI eksklusif menjadi makanan
pendamping ASI.
b) Terapi
Selain itu anak ibu juga mengalami kembung sehingga perlu puasa, dan dipasang selang lewat
mulut, lalu dehidrasi sedang / berat akibat muntah dan diare sehingga perlu kami
lakukan resusitasi cairan dan pemasangan kateter. Untuk terapi pastinya, saya akan
merujuk ke dokter spesialis bedah anak.
Kemungkinan akan dioperasi, membebaskan sumbatan, dipotong jaringan yang mati,
ataupun dibuatkan jalur baru untuk BAB di perut, sehingga perlu kami rujuk ke
pelayanan kesehatan yang lebih memadai.
c) Komplikasi
Jika tidak segera dirujuk maka jaringan yang mati akan semakin meluas, dan
memperburuk kondisi hingga dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berujung
kematian
d) Prognosis
Kami akan usahakan dulu semaksimal mungkin, agar anak ibu dapat tertangani dengan baik.
Namun tidak dapat menjamin keberhasilan terapinya sampai 100%, karena segala hasil
ada di tangan Tuhan.
Apakah ada yang kurang jelas?
Salam, perkenalkan diri Perkenalkan saya DM Andrian yang hari ini akan memeriksa bapak
Terapi ● Nonfarmakologi
- Banyak minum air
- Banyak makan serat (buah, sayur)
- Kurangi duduk 🡪 banyakin olahraga
- Jangan biasa menahan BAB
● Farmakologis:
- Vegeta (suplemen serat)
- Bisacodyl / DulcolaxTM 2 x 5 mg supp. (pencahar)
- Ardium 2 x 500 mg (golongan bioflavonoid, ),
♦ Isinya Hidrosmin, hidriosmin 🡪 cara kerja
venaskleroting agent
- Simtomatis antinyeri kaltofren supp.
● Operatif:
- Hemoroidektomi pada grade III dan IV
- Hemoroidektomi pada grade I dan II yang nyeri atau
ada komplikasi lain
A. APENDISITIS AKUT
DEPARTEMEN ONKOLOGI
A. TIROID
Salam, memperkenalkan diri
Identitas pasien Nama
Usia
Alamat
Status
Pekerjaan
Informed consent Saya akan menanyakan beberapa hal terkait keluhan
yang ibu rasakan. Lalu nanti juga saya akan memeriksa
ibu untuk menegakkan diagnosis. Tenang saja, privasi
ibu akan saya jaga. Apakah bersedia?
Keluhan utama Benjolan
O: sejak kapan? Membesar tiba-tiba / pelan
L: di mana? Di kanan saja/kiri kanan
D: ada nyeri? Nyerinya terus-terusan?
Ch: nyerinya seperti apa?
A: keluhan memburuk/membaik saat apa?
R: ada di tempat lain? Nyeri menjalar?
T: gejalanya
RPS + review of system ● Pusing?
● Deg degan
● Sering berkeringat
● Badan kurus drastis
● Tremor?
● Nyeri telan
● Serak
● Sesak? Batuk?
● Nyeri perut?
● BAB BAK?
● Menelan ludah!!!
B. CA MAMMA
Salam, perkenalkan diri Selamat siang bu, perkenalkan saya DM Andrian yang jaga
hari ini
Inspeksi ● Simetrisitas
● Benjolan yang terlihat
● Warna kulit
● Retraksi, ulkus
● Venektasi
● Discharge dari puting
● Pasien tarik napas, angkat tangannya tinggi-
tinggi, dan kacak pinggang 🡪 lihat mobilitas tumor
terhadap dinding dada
● Konsistensi
● Lokasi
● Mobilitas
● Nyeri tekan
Palpasi KGB (regional) ● Silakan duduk lagi bu, saya akan memeriksa
kelenjar getah bening
● Tangan kanan pasien ditopang oleh tangan
kanan pemeriksa, tangan kiri pemeriksa
melakukan palpasi, dan vice versa.
● Lokasi:
- Aksila
♦ Sentral
♦ Lateral
♦ Pektoral (medial)
♦ Subklavikular (atas)
♦ Infraklavikular (bawah)
- Mamaria interna
- Supraklavikula
1. Staging Ca Mamma
a. Klasifikasi TNM
T2 Diameter terbesar 2 – 5 cm
N3
M0 Tidak didapatkan
metastasis
M1 Ada metastasis HARUS DITULIS METASTASE
KE MANA, (vertebrae,
mamma kontralateral,
tulang, paru, hepar, otak)
CONTOH KASUS
1. Subjektif
a. Wanita, 45 tahun, ...
2. Objektif
3. Assessment
Tumor mamma S suspek ganas T4bN2Mx
4. KIE
a. Dari hasil pemeriksaan saya, ibu menderita tumor yang kemungkinan ganas,
sehingga perlu kami lakukan pemeriksaan penunjang berupa
⮚ Diagnostic 🡪 open biopsy
⮚ Staging 🡪 DL, OT/PT, Ur/Cr, Thorax, USG mammae kontralateral, USG axilla,
USG liver (Paru, liver; kalo tiroid paru)
b. Kemungkinan besar akan dilakukan neoadjuvant dulu sampai mengecil baru
diangkat, kemudian nantinya juga perlu diradioterapi.
⮚ Kemoterapi terapeutik
● Neoadjuvant 🡪 untuk down sizing, down staging 🡪 MRM (diambil dengan free
margin 2 cm preservasi m. Pectoralis minor, a/v torakodorsalis, n. Torakalis
longus
● Adjuvant
⮚ Kemoterapi paliatif 🡪 untuk yang M1
c. EKG
10. Trauma listrik
a. Grade minimal 3
b. Tentukan luka masuk luka keluar
c. Penanganan awal 🡪 eskarotomi
d. Pemeriksaan penunjang
e. trauma listrik (UL, EKG)
f.
11.
DEPARTEMEN BTKV
A. LESI VASKULER
Primary survei bener-bener dilakukan
1. Pastikan diri kita aman sebelum menolong (APD)
2. Primary survei pada pasien trauma, ABCD biasanya aman, E status lokalis + cegah
hipotermia
a. C 🡪 apabila ada syok 🡪 cari perdarahan eksternal dulu baru internal (thorax, abdomen,
pelvis, tulang panjang, retroperitoneal)
b. Adjunctive paling penting foto X-ray
3. Secondary survei
a. Head to toe
4. Suspek lesi vaskuler apabila:
a. HARD sign : tanda pasti adanya vascular injury
⮚ Absense pulse pada distal (bukan lemah, tapi tidak ada, saturasi 0%)
⮚ Audible bruit
⮚ Palpable thrill pada proksimal (bising di atas tempat injury)
⮚ Active / pulsating bleeding (open wound)
⮚ Expanding hematome (closed wound)
⮚ Sign of limb ischemic (5P)
● Pulseless
● Parestesi
● Paralized
● Pale
● Pain
KALAU HARD SIGN (+) salah satu saja 🡪 langsung naik OK eksplorasi
b. SOFT sign : tanda tidak pasti
⮚ Ada injury yang dekat dengan vasa
⮚ Pulsasi lemah (saturasi < 90%)
KALAU SOFT SIGN (+) 🡪 pastikan dulu diagnostiknya dengan:
- arteriografi manual,
- CT angiografi,
- bila pasien sudah direncanakan explorasi sekalian pas explorasi
KALAU SOFT SIGN (-) 🡪
- bisa dianggap tidak ada
- atau cek modified ABI (yang cidera dibagi dengan sistole yang tidak) < 9 🡪 dianggap
lesi vaskuler
5. Tipe lesi vaskuler
a. Tipe Laserasi
⮚ simpel 🡪 dapat tertutup klot 🡪 hard sign proksimal tidak muncul jelas
⮚ inkomplet transection 🡪 terjadi bleeding
⮚ komplet transection 🡪 muncul hard sign di distal
b. Tipe Oklusi
⮚ Karena menyempit
⮚ Etiologi:
● tekanan dari luar pembuluh (misal fragmen tulang menekan),
● kontusio pembuluh darah
● spasme
c. Tipe melebar
⮚ Pseuodaneurisma
⮚ Aneurisma
d. Tipe intima
⮚ Trombus karena luka intima (faktor ekstrinsik)
⮚ HARD SIGN mungkin tidak muncul
⮚ Jika trauma tajam 🡪 langsung sambung
⮚ Trauma tumpul 🡪 luka intima 🡪 graft dari vena saphena magna
6. Perdarahan eksternal
a. Bebat tekan 🡪 kasa banyak tempel langsung digulung 🡪 kalo merembes terus pakai jari
ditutup 🡪 klem, tapi dapat merusak pembuluh darah, kalau tidak bisa torniket saja
b. Torniket tidak boleh dilakukan kecuali jika ada indikasi amputasi
Primary survey
A : paten
B : 32x/menit 🡪 karena nyeri dan gelisah
C : T: 90/60, N: 120 x/menit, akral, 🡪 bebat tekan di eksternal, pasang double IV line 2000 cc
dalam 15 menit kristaloid, lalu koloid grojog
D : GCS, lateralisasi, pupil
E : luka terbuka di femur 🡪 cek AVN Distal
Adjunct to PS
● Xray cervical, thorax,
● FAST abdomen (cairan bebas intraabdomen dan cavum thorax),
● Xray pelvis
● usul foto X-ray femur S 🡪 Open fracture femur S 1/3 tengah grade IIIC) 🡪 rujuk,
analgesik, antibiotik, antitetanus
Status lokalis
● Open wound ukuran ... sedalam ...
● Atau pakai Look, (false movement, lesi) Feel, Movement
C. TRAUMA THORAX
Perempuan 27 tahun naik sepeda jatuh sendiri dada terbentur stang
● APD
● Primary Survei
- A + cervical collar
i. jika GCS 456 🡪 pasien suruh noleh kanan, kalau tidak nyeri, palpasi, noleh kiri
ii. Jika GCS < 456 🡪 dengan foto servikal
- B : 28x/menit, simetris, suara napas tambahan (-), deviasi trakea, JVP tidak
meningkat, perkusi dullness kanan kiri, auskultasi suara napas menjauh
-
● Foto yang boleh saat primary survei 🡪 cervical, thorax, pelvis,
- A : pergeseran trakhea
- B : dinding dada (fraktur costae), diafragma (tidak dapat dievaluasi), parenkim paru
(perselubungan, mediastinum bergeser )
- C : widening mediastinum
Multiple fractur costae I – III D posterior (posterolateral / lateral) + hemothorax kanan kiri
Terapi
● Jika trias beck (+) 🡪 pericardiocentesis pakai venflon terbesar yang dipunyai tusuk di
subscapula dengan ujung tip scapula mengarah ke kiri 🡪 sampai ada darah di aspirasi 🡪
pasang 3-way 🡪 drainase
Pasien ruptur aorta:
● Resusitasi cairan 🡪 HIPOTENSIF RESUSITASI (MAP cukup untuk end distal organ, sistol
90 sudah cukup), dikasi obat biar perdarahan tidak ongoing dan diharapkan clot
● RUJUK
● Tidak ada jejas tetapi in between trauma (dada di antara 2 lokasi trauma yang signifikan,
misal CKB dengan trauma femur)
● Tidak ada jejas, tetapi pemeriksaan radiologi menunjang ke trauma dada
Diagnosis Obs TTA juga sama, tinggal ganti dada ke perut saja
Sindroma reperfusi
● Pasien tidak boleh hipoperfusi terlalu lama karena akan terjadi anaerob metabolism yang
menyebabkan adanya asam laktat dan kerusakan sel. Kerusakan sel 🡪 debris masuk ke
vasa dan intersisial 🡪 ketika terjadi reperfusi dari tim medis 🡪 debris digelontor ke arah organ
🡪 bikin organ failure
Pada trauma thorax 🡪 paru tidak mengembang 🡪 oksigen tidak masuk dengan sempurna 🡪
ventilasi dan difusi osmosis di alveolus tidak maksimal 🡪 darah kotor ke paru tidak bisa
mendapat oksigen 🡪 hiperkarbia 🡪 hal ini tidak bisa diterapi dengan oksigenasi, karena intake
oksigen normal. Maka kembangkan paru dulu
Kontusio paru: ada darah pada parenkim paru 🡪 difusi osmosis terganggu 🡪 chest fisioterapi 🡪
darah dikeluarkan
Edema paru: ada cairan pada parenkim paru 🡪 restriksi cairan intravena (euvolemik) 🡪
brokodilator +/- mukolitik, diuresis 🡪 alveoli dan pembuluh darah akan kembali berdekatan
sehingga memungkinkan difusi osmosis
UJIAN BISMILLAH
1. PRIMARY SURVEI TRAUMA NS
● APD, tanpa tanya nama dan perkenalan
● A 🡪 evaluasi obstruksi jalan napas + hard collar brace
● B 🡪 I: gerak dada, jejas; PPA
● C 🡪 T, N, akral, CRT 🡪 pasang IV line terbesar, sampel darah, NGT + kateter
● D 🡪 GCS, pupil isokor, refleks cahaya, lateralisasi
● E 🡪 logroll
● Manitol
● Adjunc to 🡪 kalo ditanyakan saja
● ISI REKAM MEDIS
2. PS TRAUMA TKV (vaskulernya) 🡪 bahasa inggris, Di soal akan muncul = akral dingin
● APD
● A + cervical collar
● B
● C
● D
● E
● Adjunc to
● Secondary survei
- Anamnesis singkat
- Pemfis head to toe
- Lokalis 🡪 Gambaran kaki ada luka, akral dingin 🡪 Susp. Ruptur arteri femoralis Cek
pulsasi a. Femoralis, a. Poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis
● Dx awal: Open fracture 1/3 middle third femur S susp ruptur arteri femoralis
● PDx 🡪 foto femur S AP lateral
● Dx akhir 🡪 open fracture 1/3 middle third femur S grade IIIC
● KIE WAJIB
- Jadi pak ini bapak ada jejas pembuluh darah, harus dioperasi
- Risiko kalau tidak dioperasi: amputasi
- Namun operasi belum tentu berjalan baik, tidak menjanjikan 100%
● Usul ke Orto dan BTKV (BUKAN RUJUK karena RS tipe B)
- Orto 🡪 reposisi 🡪 cek NVD 🡪 debridema + skin traction 🡪 eksternal fixation
- BTKV 🡪 jika saturasi setelah reposisi 0 🡪 eksplorasi pembuluh darah pada luka
⮚ Ruptur total a. Superfisial
⮚ Jika ruptur gap > 5 cm 🡪 graft dari v. saphena magna 🡪 anastomosis end to end
● Terapi
- Analgetik
- Antibiotik
- Antitetanus
● PENULISAN REKAM MEDIS
3. PS TRAUMA ORTO 🡪
● APD
● A + cervical
● B
● C
● D
● E + log roll
● Karena primary survei clear, lanjut ke secondary suvey
● A
● M
● P
● L
● E
● Anamnesis singkat:
● Head to toe
● L : inspeksi
● F : tenderness NVD (arteri, nervus motorik, nervus sensorik)
● M : ROM
● Dx awal : open fracture tibia fibula D derajat 3B
● Pem penunjang AP Lateral
● Dx akhir : open fraktur 1/3 proximal tibia D + open fraktur 1/3 middle fibula D
● Tatalaksana :
- Bidai 🡪 definitif ke sejawat ortopedi
- Analgesik, antibiotik, antitetanus
● CATAT REKAM MEDIS
4. Hemorroid
Laki 62 th, ke IGD bejolan keluar masuk sejak 3 bulan yll.
a. Jabat tangan
b. Sambil nyatat di rekam medis
c. Keluhan utama : benjolan keluar masuk, darah merah segar
d. Faktor risiko & Riwayat penyakit dahulu
⮚ BPH,
⮚ batuk kronis,
⮚ makanan kurang serat,
⮚ aktivitas sering duduk,
⮚ riwayat seksual
⮚ Konstipasi
a. Keganasan
⮚ Penurunan BB,
⮚ BAB mringkil,
⮚ change of bowel habit,
⮚ keluarga
a. Dx banding : polip recti, keganasan, prolaps recti,
b. Grade!!!
⮚ Handschoon steril
⮚ Demarkasi / antisepsis povidone iodin
⮚ Doek steril
⮚ Infiltrasi lidokain
⮚ Cek anestesi
⮚ Needle holder 🡪 ambil benang 🡪 AWAS DANCING!
⮚ Jahit interuptus 🡪 jarum diresting position 🡪 knotting manual (3x mono, 6x multi)
⮚ Jahit matras 🡪 idem
⮚ JARUM DIBUANG di tempat safety box
⮚ Benang di tempat bulat