Anda di halaman 1dari 19

REFRESHING

Ballard Score & Pemeriksaan Fisik Neonatus

Disusun Oleh:
Shella Ayu Friscillia
( 2011730099 )

Pembimbing :
dr. Desiana Darmayani, Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SMF PEDIATRIC RSIJ CEMPAKA PUTIH
2015

BAB I
PENDAHULUAN

Usia kehamilan (usia gestasi) adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai
dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir (mesntrual age of
pregnancy). Kehamilan cukup bulan (term/ aterm adalah usia kehamilan 37 42
minggu (259 294 hari) lengkap. Kehamilan kurang bulan (preterm) adalah masa
gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari). Dan kehamilan lewat waktu (postterm)
adalah masa gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari). Penilaian usia kehamilan adalah
suatu proses yang dilakukan seseorang dalam menentukan usia kehamilan
berdasarkan suatu pertimbangan yang dilakukan antara gestasi 16 dan 20 minggu.
Ballard Score merupakan sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L
Ballard, MD untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. BALLARD SCORE
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk
menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik.

Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut


popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah
kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia.
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular
a. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan (Gambar II.1). Ketika pematangan berlangsung,
berangsur-angsur janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah
sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas.
Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi
bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti
dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor
tidak mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur
menunjukkan perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati
postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi
menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat
dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika
ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi
dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran
seperti posisi kaki kodok.

Gambar II.1. Postur Bayi


b. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan
ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa
meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari
dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari
preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 , 90 , 60 , 45 , 30
, dan 0 (Gambar II.2).

Gambar II.2. Square Window


c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan
mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan.
Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua
tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu
rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan
dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial
140-180 , Skor 2: fleksi parsial 110- 140 , Skor 3: fleksi parsial 90-100 , dan
Skor 4: kembali ke fleksi penuh (Gambar II.3).

Gambar II.3. Arm Recoil


d. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan
menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring
telentang, dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan
lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang
kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi
paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha
belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi. Kaki diekstensikan
sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk
antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus
menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan
ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini
untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor
berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi
(Gambar II.4).

Gambar II.4. Popliteal Angle


e. Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan
mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu
jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin
perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di
permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi
dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat
leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus
xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4) (Gambar
II.5).

Gambar II.5. Scarf Sign


f. Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor
pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari
dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa,
pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki
dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar
kerja). Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil
dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1);
hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis
(4) (Gambar II.6).

Gambar II.6. Heel to Ear

2. Penilaian Maturitas Fisik


a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu
vernix caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput
dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin.
Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing
janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum
perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak
transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya
kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix,
yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos
matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini
dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas,
pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.
b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme
prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh
pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama

di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo mulai
menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi
lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas
terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah
tidak ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing
usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal,
metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes
mempunyai lanugo yang sangat banyak. Pada saaat melakukan skoring
pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo
bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi (Gambar II.7).

Gambar II.7. Lanugo


c. Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan
berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain
kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi
lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas
neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami
penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard
tidak didasarkan atas ras atau etnis tertentu. Bayi very premature dan extremely
immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai
maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai
ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm
diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. Hasil
pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel (Gambar II.8).

Gambar II.8. Permukaan Plantar


d. Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi
esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima
janin. Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintikbintik akibat pertumbuhan papila Montgomery (Gambar II.9). Kemudian
dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan
telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter 9.

Gambar II.9. Payudara Neonatus

e. Mata/Telinga
Daun telinga

pada

fetus

mengalami

penambahan

kartilago

seiring

perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas


palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah
wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya
daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya (Gambar II.10).

Gambar II.10. Pemeriksaan Daun Telinga


Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan.
Pemeriksaan

mata

pada

intinya

menilai

kematangan

berdasarkan

perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan


palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari.
Pada bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain
(Gambar II.11). Dengan bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa
dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada
posisinya. Hasil pemeriksaan kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel.
Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada
individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor
seperti stres intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan
kematangan palpebra.

Gambar II.11. Palpebra Neonatus Prematur


f. Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang
lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan
yakni pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di
canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34
kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan

membentuk rugae (Gambar II.12) . Testis dikatakan telah turun secara penuh
apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature
scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya.
Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya
seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada
cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan
rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan
usia kehamilan yang sama.

Gambar II.12. Pemeriksaan Genitalia Neonatus laki-laki


g. Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus
diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis
horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan
klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya
tertutupi oleh labia majora. Pada neonatus extremely premature labia datar dan
klitoris

sangat

menonjol

dan

menyerupai

penis.

Sejalan

dengan

berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan


labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia
minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang
membesar (Gambar II.13). Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya
bergantung

pada

nutrisi

intrauterin.

Nutrisi

yang

berlebihan

dapat

menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi
yang kurang menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada usia

kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih
menonjol.

Gambar II.13. Penilaian Genitalia Neonatus Wanita

3. Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun fisik
disesuaikan dengan skor di dalam tabel (Tabel II.2) dan dijumlahkan hasilnya.
Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor.
Tabel The New Ballard Score

B. Pemeriksaan Fisik Neonatus


1. Pengukuran Anthopometri
a. Penimbangan berat badan
- Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol
sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan
pembungkus bayi
b. Pengukuran panjang badan
- Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai
tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan
yang tidak lentur.
c. Ukur lingkar kepala
- Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi
ke dahi.
d. Ukur lingkar dada
- Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
- Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.
Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun
mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior
harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika
fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial,
sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
-

adanya trisomi 21.


Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal

hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.


Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali,

kraniotabes dan sebagainya


b. Wajah
- Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas
seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan
wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.

c. Mata
- Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
- Periksa jumlah, posisi atau letak mata
- Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
- Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
-

pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea


Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci

(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina


Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus

dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan


Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami

sindrom down
d. Hidung
- Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
-

dari 2,5 cm.


Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral,

fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring


Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini

kemungkinan adanya sifilis kongenital


Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang

menunjukkan adanya gangguan pernapasan ( Depkes RI,2010 )


e. Mulut
- Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan

simetris.

Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil


-

menunjukkan mikrognatia
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang

berasal dari dasar mulut)


Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum

keras dan lunak


Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi

akibat v Episteins pearl atau gigi


Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema
otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk

(tanda foote)
f. Telinga
- Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
- Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang

Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas

dibagian atas
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set

ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)


Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan

dengan abnormalitas ginjal


g. Leher
- Leher bayibiasanya pendek
Pergerakannya

harus

baik.

dan

harus

Jika

terdapat

diperiksa

kesimetrisannya.

keterbatasan

pergerakan

kemungkinan ada kelainan tulang leher


Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad

fleksus brakhialis
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa

adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis


Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan

adanya kemungkinan trisomi 21.


h. Klavikula
- Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi
yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa
kemungkinan adanya fraktur

i. Tangan
- Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua
-

lengan ke bawah
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan

adanya kerusakan neurologis atau fraktur


Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah

berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21


Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut

sehingga menimbulkan luka dan perdarahan


j. Dada
- Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan

Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan

tampak simetris
- Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
k. Abdomen
- Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
-

gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan


Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau

tumor lainnya
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel

atau ductus omfaloentriskus persisten


l. Genetalia
- Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. Periksa posisi
lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan
-

fimosis
Periksa adanya hipospadia dan epispadia
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini

disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding)


m. Anus dan rectum
- Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya Mekonium secara umum
keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan
adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan
n. Tungkai
- Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
-

meluruskan keduanya dan bandingkan


Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan

dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.


- Periksa adanya polidaktili atau sidaktili pada jari kaki
o. Spinal
- Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil
berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis
atau kolumna vertebra
p. Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi.
- Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
- Periksa adanya pembekakan
- Perhatinan adanya vernik kaseosa

Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang
bulan

DAFTAR PUSTAKA

Ballard JL Novak KK Driver M. A simplified score for assessment of fetal

maturation of newly born infants. J Pediatr. 2011; 95: 769-774.


Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al: New Ballard Score, expanded to include
extremely

premature

infants. J

Pediatrics 2013;

119:417-423.

-------

http://www.ballardscore.com
Matondang, Wahidiyat, Sastroasmoro. 2013. Diagnosis fisis pada anak. Edisi ke2. Jakarta : CV Sagung seto.
DEPKES RI. 2010. Manajemen terpadu bayi muda. DEPKES RI
Youtube
- https://www.youtube.com/watch?v=
-

Q0tpBHkY7M&list=PLCRcJB3IeYUDMJ4JDV3Lx9EW4-RbKmntf
https://www.youtube.com/watch?
v=H5iNDcDgnkM&index=2&list=PLCRcJB3IeYUDMJ4JDV3Lx9EW4-

RbKmntf
https://www.youtube.com/watch?
v=m6Xn05PnC1Y&index=3&list=PLCRcJB3IeYUDMJ4JDV3Lx9EW4-

RbKmntf
https://www.youtube.com/watch?
v=lSmyv8xy2mA&list=PLCRcJB3IeYUDMJ4JDV3Lx9EW4-

RbKmntf&index=4
https://www.youtube.com/watch?
v=kf2Z7_5dBlY&index=5&list=PLCRcJB3IeYUDMJ4JDV3Lx9EW4-

RbKmntf
https://www.youtube.com/watch?v=hW3n9seV4SY

Anda mungkin juga menyukai