Penguji :
Dr. Hj. Prasila Darwin, Sp.KJ
Oleh :
Hatfina Izzati (2012730050)
BAB I
STATUS PASIEN
I.
Data Pribadi
Nama
: Tn. A
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir
Usia
: 25 Tahun
Suku Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
: Mahasiswa
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Alamat
Tanggal masuk RS
II.
Keluhan Utama
Pasien memukuli ayahnya sejak 3 hari SMRS.
III.
Keluhan Tambahan
Marah-marah, mendengar suara bisikan, berbicara sendiri, melihat seseorang
yang tidak dapat dilihat orang lain.
IV.
Oni dan ayah pasien menanyakan alamat rumah orang tersebut kepada
pasien. Setelah itu ayah pasien langsung mencoba mencari orang tersebut
dengan mendatangi alamat rumahnya, namun setelah ayah pasien
menemukan alamatnya, ternyata disana tidak ada yang bernama Oni.
Menurut pengakuan ayahnya, semenjak ada suara bisikan tersebut, pasien
mulai berbicara sendiri dan mengatakan bahwa bukan dirinyalah yang
mencuri jemuran ataupun sandal tersebut.
3 hari SMRS, pasien mendengar bisikan lain yang berkata bahwa
ayahnya membicarakan pasien dibelakangnya dan kemudian menyuruh
pasien untuk memukuli ayahnya. Kemudian pasien menghampiri ayahnya
dan langsung memukuli ayahnya tersebut. Saat itu ayah pasien tidak melawan
dan membiarkan anaknya tersebut memukulinya. Setelah selesai memukuli,
kemudian pasien mengatakan kepada ayahnya Enak kan pak dipukuli?
kemudian ayahnya hanya menjawab Iya nak, silahkan pukuli ayah asal kamu
puas dan lega.
2 hari SMRS, pasien mengatakan masih mendengar suara bisikan di
telinganya yang menuduh pasien mencuri jemuran dan menyuruh pasien
kembali memukuli ayahnya tersebut. Pasien merasa semakin terganggu dan
kemudian pasien memukul tembok kamarnya dengan tangannya untuk
melampiaskan kekesalannya tersebut.
1 hari SMRS, menurut ayah pasien, tatapan pasien ke ayahnya sudah
berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Tatapan tersebut seperti tatapan yang
ingin memukul dan menyerang ayahnya. Namun, saat itu pasien tidak sampai
memukuli ayahnya ataupun tembok di rumahnya. Menurut pengakuan pasien,
saat itu pasien masih mendengar bisikan seperti hari-hari sebelumnya namun
sudah tidak pernah melihat sesosok yang tiba-tiba muncul dihadapannya lagi.
2 jam SMRS, setelah pasien sarapan pagi di rumah, pasien tiba-tiba
marah-marah tidak jelas dengan nada yang tinggi dan mengamuk memukuli
tembok rumahnya dan kemudian pasien langsung memukuli ayahnya tersebut
dengan tangannya. Keadaan tersebut berlangsung kurang lebih 1 jam.
Kemudian pasien mengatakan kepada ayahnya bahwa ia memukuli ayahnya
3
dan marah-marah karena ada bisikan seperti hari sebelumnya yang terus
mencul yang memerintahkan pasien untuk memukuli ayahnya tersebut. Lalu
pasien meminta kepada ayahnya agar pasien dirawat di RS saja karena
merasa kasihan dengan ayahnya yang selalu ia pukuli. Lalu ayah pasien
membawa pasien ke RS Jiwa Islam Klender dan kemudian pasien masuk ke
ruang perawatan (bangsal).
Tiga hari setelah dirawat di RS Jiwa Klender, pasien mengatakan
kondisinya sudah membaik. Sudah tidak pernah lagi melihat sesosok yang
tiba-tiba muncul dihadapannya yang orang lain tidak bisa lihat dan sudah
tidak muncul lagi suara bisikan yang menuduhnya mencuri ataupun yang
memerintahkan memukuli ayahnya.
Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di RS Jiwa Islam
Klender, dan ia merasa pantas berada disini untuk menstabilkan kondisinya
dan saat ini pasien sudah merasa tenang. Pasien juga mengatakan dapat tidur
dengan nyenyak dan tidak ada gangguan saat tidur selama ini.
V.
b. Medik
Riwayat operasi (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), kejang (-),
tumor kepala (-), trauma kepala (-).
c. Zat Psikoaktif
Pasien merokok namun sangat jarang sekali (tidak rutin setiap
hari), menurut pengakuan pasien, pasien mulai merokok saat SMA dan
paling banyak 2 batang/hari. Terakhir merokok satu hari yang lalu pada
saat pasien dirawat dibangsal.
Pasien juga mengaku pernah meminum minuman beralkohol pada
tahun 2010 ketika berlibur ke puncak dengan teman-teman SD. Pasien
saat itu menghabiskan 1 botol dan setelah itu pasien tidak pernah
meminum-minuman beralkohol lagi sampai sekarang. Pasien juga
mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang selama ini.
VI.
Riwayat Hidup
a. Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan seorang anak yang diharapkan. Pasien
dikandung cukup bulan, dilahirkan secara normal, dan ditolong oleh
bidan, dan tidak ada masalah saat dan sebelum kelahiran.
b. Masa Kanak Awal (0 3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu pasien, dan tidak mendapat Asi Ekslusif
karena saat itu ASI ibu pasien hanya keluar sedikit sehingga pasien
diberikan juga susu formula. Pasien tumbuh dan kembang seperti anak
seusianya. Tidak ada masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan.
yaitu tiba-tiba laptopnya rusak dan sesekali pasien mengeluh dan bercerita
kepada ayahnya mengenai dosen pembimbingnya yang sangat sulit untuk
ditemui sehingga pasien harus menunggu lama untuk meminta
bimbingan.
e. Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah bekerja.
Riwayat Perkawinan
Paien belum pernah menikah.
Agama
Pasien dibesarkan dengan agama Islam dengan latar belakang yang
longgar. Pasien tidak terlalu mendapatkan pendidikan keagamaan di
rumah. Pasien mengatakan mendapat pendidikan agama di sekolahnya
dan kadang mengikuti pengajian (Yasinan) yang ada di dekat
rumahnya. Pasien tidak taat dalam menjalankan shalat lima waktu
(sering tidak shalat) dan jarang mengaji sampai sekarang.
Riwayat Militer
Tidak ada.
Aktivitas Sosial
Pasien memiliki beberapa teman bermain di lingkungan rumahnya dan
terkadang bermain bersama dengan teman-temannya tersebut. Namun,
pasien mengatakan tidak memiliki teman dekat atau sahabat. Pada saat
ibu pasien meninggal, pasien lebih sering melakukan kegiatan di dalam
rumah. Pasien jarang sekali mengikuti kegiatan di lingkungan rumah,
akan tetapi hubungan pasien dengan teman-temannya dan tetangga di
lingkungan rumahnya baik baik saja.
Riwayat Hukum
Pasien menyangkal pernah melakukan tindak kejahatan.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami pubertas seperti remaja pada umumnya. Pasien
memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Pasien tidak pernah
mendapatkan ataupun melakukan pelecehan seksual. Sikap terhadap
sex biasa saja tidak berlebihan.
f. Riwayat Keluarga
karena pasien merasa saat serangan stroke itu terjadi pasien tidak ada di
sampingnya.
g. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-nilai
Mimpi
Fantasi
Nilai-nilai
c.
: Hipotimik
: Menyempit
: Tidak Serasi
3. Pembicaraan
a. Volume
b. Irama
c. Intonasi
d. Artikulasi
: Sedang
: Teratur
: Sedang
: Jelas
4. Persepsi
11
a. Halusinasi
:
Auditorik
jemuran
sandal,
mengatakan
ayahnya
telah
12
5. Gangguan Pikiran
a. Proses dan bentuk pikir
Produktivitas
Kontinuitas
: Cukup Ide
Blocking
: Tidak ada
Asosiasi Longgar : Tidak ada
Inkoherensi
: Tidak ada
Word salad
: Tidak ada
Neologisme
: Tidak ada
Flight of ideas
: Tidak ada
Sirkumstansial : Tidak ada
Tangensial: Tidak ada
b. Isi pikir
a. Preokupasi
: Tidak ada
b. Ide Referensi
: Tidak ada
c. Waham
Waham Bizarre
: Tidak ada
Waham Somatik
: Tidak ada
Waham Kebesaran
: Tidak ada
Waham Kejaran
: Tidak ada
Waham Rujukan
: Tidak ada
Waham Dikendalikan:
: Tidak ada
Waham Cemburu
: Tidak ada
Thought of insertion
: Tidak ada
Thought of broadcasting : Tidak ada
Thought of withdrawal
: Tidak ada
Thought of control
: Tidak ada
Obsesi
: Tidak ada
Fobia
: Tidak ada
13
Waktu
c. Daya Ingat
- Segera
: Baik (menyebutkan 3 benda pewawancara sebutkan).
- Jangka pendek: Baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi
-
pagi).
Jangka sedang: Baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk RS).
8. Daya nilai
ada
kebakaran
dan
kemudian
pasien
segera
menyelamatkan diri).
9. Reality Testing of Ability (RTA)
RTA terganggu.
10. Tilikan
Tilikan derajat 4. Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun
tidak memahami penyebab sakitnya.
11. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya.
15
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
Tensi
: 130/80 mmHg
Nadi
: 85 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 oC
Kepala
: Normocephal
Mata
Thorax
Paru
Jantung
Abdomen
: Supel, BU +
Ekstremitas
BB : 95 kg
TB : 175 cm
IMT = 31
STATUS NEUROLOGI
Gangguan Rangsang Meningeal : tidak ada
Mata
Gerakan
Visus
: baik
Bentuk Pupil
: bulat, isokor
Rangsang Cahaya
: +/+
Motorik
Tonus
Kekuatan
Koordinasi
Refleks
semakin
berkurang,
pasien
memutuskan
untuk
cuti
dari
perkuliahannya selama 6 bulan. Selanjutnya pasien kembali masuk dan pada awal
November 2016 pasien disibukkan dengan revisian skripsinya dan beberapa minggu
kemudian pasien mulai merasakan adanya suara bisikan yang menuduhnya mencuri
dan memerintahkan memukul ayahnya serta melihat seseorang yang tidak dapat
dilihat orang lain.
Hubungan pasien dengan kakanya sangat longgar dan kakanya tersebut tidak
pernah memperhatikan pasien dan ayahnya sampai saat ini bahkan tidak pernah
membantu atau mengirimi uang kepada mereka padahal kakanya sudah lama bekerja
17
sehingga kehidupan pasien dan ayahnya saat ini pas-pasan sekali hanya
mengandalkan tunjangan dana pensiunan ayahnya. Hal-hal tersebut membuat pasien
merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk memperbaiki kehidupannya
bersama ayahnya tersebut. Pasien merupakan seorang yang cenderung pendiam dan
hanya memiliki beberapa teman serta tidak mudah bergaul.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan, mood hipotimik, afek
menyempit, keserasian tidak serasi, gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
(+), visual (+), ilusi (+), RTA terganggu, pengendalian impuls pasien kurang baik,
tilikan derajat 4. Dan pada pemeriksaan status fisik didapatkan kedudukan bola mata
tidak simetris.
FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan psikologis
yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (impairment/ disability) dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang biasa, dan fungsi pekerjaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien
ini menderita gangguan jiwa.
AKSIS I
Pada pasien didapatkan :
Gejala gejala psikotik yang nyata terjadi secara kronis dan mengganggu. aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari hari.
Adanya stress yaitu masalah keluarga, ekonomi dan pendidikan.
Tidak ada penyebab kelainan organik.
Adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik (+), visual (+), ilusi (+)
sehingga pasien ini memenuhi kriteria diagnosis F20.0 Skizofrenia Paranoid
AKSIS II
Pada pasien didapatkan hanya memiliki beberapa orang teman namun tidak
terlalu akrab. Pasien jarang bergaul dan cenderung menjadi pendiam. Pasien tidak
terlalu ingin bergaul dengan lingkungan sehingga pasien ini mempunyai F60.1
Gangguan Kepribadian Skizoid.
18
AKSIS III
Pada Aksis III terdapat masalah penyakit Q10-Q18 Malformasi Kongenital
Mata yaitu Strabismus Kongenital dengan bentuk bola mata yang tidak simetris dan
E00-G90 Penyakit Endokrin, Nutrisi dan Metabolik dengan IMT 30,1
(Overweight).
AKSIS IV
Berkaitan dengan keluarga (ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit
pasien), ekonomi (sumber keuangan pasien dan ayahnya pas-pasan hanya
mengandalkan gaji pensiunan ayahnya sehingga pasien merasa bertanggungjawab
besar untuk memperbaiki perekonomian keluarganya), pendidikan (mengalami
hambatan atau kesulitan dalam mengerjakan revisi skripsi).
AKSIS V
GAF saat diperiksa
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I
AKSIS II
AKSIS III
AKSIS IV
AKSIS V
: 61 70
: 51 60
DAFTAR MASALAH
1.
2.
3.
19
RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
Risperidon tab 2 mg/12 jam
2. Non-psikofarmaka
Terapi Suportif : Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya
akan hilang dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara
teratur, menjelaskan pentingnya kontrol ke dokter setelah pulang dari RS
dan akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat. Pasien juga
didukung mengenai perkuliahannya, disarankan untuk sering berdiskusi
dengan teman apabila ada kesulitan yang sedang dihadapi seperti revisi.
Memberitahu kepadanya untuk selalu bersemangat dan tidak mudah
menyerah karena semua masalah yang dihadapinya merupakan suatu
proses yang akan membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih kuat dan
sukses. Dan bersosialisasi dengan teman-temannya serta tetangga sekitar
rumahnya.
Terapi Berorientasi Keluarga : Menjelaskan kepada keluarga pasien
mengenai kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi,
dan agar dapat mendukung kesembuhan pasien dengan mengingatkan
untuk minum obat. Keluarga yaitu kakaknya disarankan untuk memberi
perhatian dan dukungan kepada adiknya dan ayahnya disarankan agar
terus sabar, dan lebih mengerti kondisi anaknya. Dan disarankan kepada
ayahnya untuk mengingatkan pasien mengkontrol porsi makannya dan
juga mengingatkan ataupun mengajaknya untuk berolahraga apabila
20
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam
: Dubia ad Bonam
Quo ad Santionam
: Dubia ad Bonam
21