I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Suku/Etnis : Sasak
Bangsa : Indonesia
sejak tanggal 16 September 2014 sampai dengan 11 Oktober 2014 oleh Bagian
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
posisi berbaring di atas kasur no 18 ruang Mawar, dengan tangan kiri terpasang
infus, mengenakan baju kaos berwarna putih, celana pendek. Pasien berperawakan
kurus, warna kulit putih dengan tinggi sekitar 150 cm dan berat badan sekitar 45
kg. Pasien berambut agak lurus, jarang-jarang, panjang sebahu, berwarna hitam
Autoanamnesis :
Pada awal dilakukan wawancara dengan pasien, terlihat raut wajah lemas,
yang berdiri di sebelahnya, begitu juga perihal dimana berada sekarang dan
kenapa dibawa ke RSUP Sanglah oleh ibunya. Selama wawancara pasien lebih
tetapi masih mengerti dengan pertanyaan yang diberikan. Beberapa kali pasien
memanggil ibunya agar mau mendekat ke arahnya, dan begitu ibunya memegang
2
dengan menguap beberapa kali, selanjutnya pasien memejamkan matanya, dan
sama seperti hari sebelumnya. Begitupun saat berkomunikasi pasien bisa mengerti
dengan pertanyaan yang diberikan, tetapi jawaban yang diberikan kadang melalui
dilakukan satu arah. Saat disinggung perihal perasaan yang dirasakan sekarang
pasien mengatakan sakit kepalanya yang tidak hilang-hilang sampai tidak bisa
tidur tadi malam. Sakit kepala yang dirasakan hampir di seluruh kepala, dan saat
keluhan sakit itu muncul, pasien sering melampiaskan dengan teriak atau
menangis. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2 tahun terakhir, awalnya ringan
hilang timbul. Namun keluhan nyeri kepala bertambah berat sejak 2 bulan
terakhir. Sejak 2 tahun terakhir ini, pasien mengatakan kondisinya mulai gampang
sakit, pada waktu itu pasien sering mengeluh badan lemas, nyeri-nyeri seluruh
sehingga beberapa kali pasien harus dirawat di Rumah Sakit Mataram. Akhirnya 3
bulan yang lalu, pasien baru mengetahui dirinya menderita penyakit SLE setelah
mendapatkan pengobatan dari rumah sakit dengan minum obat secara teratur, dan
3
semenjak itu keluhan sakit dikatakan berkurang, tetapi keluhan sakit kepalanya
masih sering dirasakan oleh pasien. Terakhir 2 bulan yang lalu pasien sempat
akibat nyeri kepalanya yang semakin keras, dan setelah dirawat 1 minggu,
keluhan sakit kepalanya tidaklah berkurang, akhirnya pasien dirujuk agar dirawat
di Bali.
Keluhan lain yang sering dipikirkan pasien adalah anak perempuan satu-
satunya, semenjak dirawat di Bali, sama sekali tidak pernah melihat anaknya
tersebut, selama ini anaknya tersebut ikut dengan ayahnya di Lombok, dan hanya
beberapa kali mendengar suara anaknya lewat suara dari HP, tetapi itu tidak cukup
membuat pasien puas, dan berkeinginan agar anaknya ikut diajak ke Bali sehingga
bisa melihat setiap hari. Keinginan pasien tersebut tidak mendapat persetujuan
dari suaminya, dan itu membuat pasien sedih, dan juga sering tidak bisa tidur bila
ingat dengan anaknya. Hal lain yang juga sering dipikirkan oleh pasien adalah
perilaku suaminya yang selama menikah selama 4 tahun selalu di isi dengan
pertengkaran, dimana suaminya mempunyai sifat yang keras, kasar, dan tidak
lagi dengan dukungan dari orang tua suaminya atas perilaku yang yang dilakukan
anaknya. Mertua pasien sering menyalahkan pasien bila suaminya marah. Topik
pertengkaran. Bila sudah tidak tahan dengan suaminya, pasien akan memilih
pulang ke rumah ibunya. Selama ini pasien jarang mau bercerita dengan ibunya
4
perihal prahara rumah tangganya. Tetapi ibunya kadang mengetahui kalau
anaknya sedang ada masalah dengan suaminya melalui perubahan sikapnya. Sikap
yang sering di perlihatkan menangis sendiri di dalam kamar, lebih banyak diam,
atau bila diajak berbicara sering marah tanpa sebab. Pasien bercerita tentang
kehidupan masa kecilnya, yang tidak pernah meihat sosok seorang ayah sejak
lintas, saat ibunya mengandung dirinya. Walaupun dari kecil hanya dasuh oleh
ibunya, tetapi pasien merasa mendapatkan kasih sayang yang cukup dari ibunya.
pendidikannya pasien hanya bisa mengikuti pendidikan sampai kelas 3 SD, hal ini
karena pasien merasa tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah. Keputusan berhenti
sekolah awalnya tidak disetujui oleh ibunya, tetapi akhirnya ibunya bisa mengerti
pasien, selalu diisi dengan pertengkaran dengan suaminya. Ditambah lagi pasien
ibunya, dan semenjak itulah kondisi kesehatan pasien mulai menurun. Tidak
hanya keluhan fisik yang sering dirasakan oleh pasien yang sampai mengharuskan
5
pasien harus dirawat di rumah sakit. Tetapi perasaannya sedih karena harus
berpisah dengan suami dan anaknya, hampir setiap hari pasien selalu berusaha
bertemu dengan anaknya, pasien kelihatan bahagia tetapi bila tidak diijinkan
bertemu, perasaannya akan sedih, hingga tidak ada keinginan untuk melakukan
apapun, malas makan, malas mandi, lebih sering mengurung diri di dalam kamar
sambil menangis. Tetapi sejak 3 bulan yang lalu, sikap suaminya dikatakan jauh
Sembilan hari sebelum masuk rumah sakit di Mataram 2 bulan yang lalu,
pagi hari setelah mandi, tiba-tiba pasien menjerit memanggil ibunya dan
mangatakan ingin meminta air namun suara yang terdengar oleh ibunya tidak
jelas. Pasien juga sulit untuk menyebutkan nama benda, misalnya ingin
menyebutkan lampu namun kata “lampu” tersebut tidak dapat terucap. Saat itu
pasien kembali hanya menjawab “mamak sayang”. Pasien masih dapat mengenali
ibunya, namun pasien tidak mengenali anaknya dan pamannya yang datang
menjenguk. Kemudian sore harinya kondisi pasien belum membaik sehingga ibu
sakit selama 2 hari pasien tidak mengenali orang disekitarnya, bicara juga masih
diseluruh area kepala. Pasien tampak tidak tenang saat tidur, kadang berteriak-
teriak sendiri namun pasien tidak sampai mencabut infusnya. Setelah dua hari
6
perawatan, kondisi pasien mulai membaik, pasien mulai nyambung ketika diajak
bicara. Saat ditanya kejadian sebelumnya pasien tidak dapat mengingat penuh
kejadian 2 hari sebelumnya, hanya beberapa saja yang dia ingat. Kondisi pasien
mulai membaik namun pada hari perawatan ke tujuh di rumah sakit pasien
berbayang, mual muntah, kelemahan kedua tungkai, lemah separuh tubuh, bibir
Selama dua tahun itu dikatakan mengalami gangguan jantung, namun sejak 3
bulan terakhir baru diketahui penyakitnya adalah lupus. Pasien sejak dua tahun
tersebut memang mengalami sulit tidur dan nyeri-nyeri di punggung. Kaki, wajah,
dan badannya sering mengalami bengkak. Kondisi pasien tampak lemah, makan
harus disuapi dan aktifitas sehai-hari harus dibantu. Sejak diketahui menderita
lupus dan mendapat terapi lupus 3 bulan terakhir, kondisi pasien dikatakan mulai
Pasien sudah tidak merawat anaknya sendiri sejak mengalami sakit ini.
Anak pasien lebih sering dirawat oleh mertuanya, namun kadang-kadang anak
pasien datang dibawa ke rumah pasien beberapa hari. Pasien menikah dengan
suaminya sudah 4 tahun, namun kurang lebih 2 tahun terakhir kondisi rumah
tangganya mulai renggang dan pisah rumah pasien tinggal bersama ibunya
pasien sering melakukan tindak kekerasan pada pasien, sering memukul dan
7
mengucapkan kata-kata keras. Pasien dan suaminya dikatakan sering bertengkar
mengenai hal-hal kecil karena sifat watak keduanya yang sama-sama keras.
Pasien kadang mau bercerita mengenai masalah rumah tangganya ini kepada
ibunya dan sahabatnya. Terkadang pasien juga tampak termenung dan menangis
dialaminya, membuat pasien sulit tidur dalam dua tahun terakhir. Pasien masih
dapat memulai tidur dengan baik namun saat malam hari kadang terbangun karena
Pasien dikatakan sakit jantung sejak 2 tahun terakhir namun baru diketahui
Menurut ibunya, pasien mempunyai sifat keras dan cepat marah. Namun
pasien adalah anak yang penurut pada ibunya. Pasien cukup mudah
bergaul, namun teman dekatnya cukup terbatas hanya 1-2 orang, hal ini
8
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
Pasien lahir spontan, normal, cukup bulan, berat badan lahir 2500 gram,
ditolong bidan dan tidak ada komplikasi selama proses kelahiran. Selama
kehamilan, ibu pasien tidak pernah sakit berat dan tidak pernah minum
bulan ayah pasien meninggal dunia, ibu pasien sempat putus asa, makan
berkurang dan sulit tidur. Namun sejak kelahiran pasien kondisi ibunya
Riwayat tumbuh kembang pasien dalam batas normal. Minum ASI sampai
Pasien masuk sekolah SD pada usia enam tahun, selama sekolah pasien
dapat membaca, kemudian naik kelas 2 pasien juga masih sulit mengikuti
pergaulan.
9
Pasien lebih dekat dengan ibunya dan lebih sering bercerita masalah
pribadi dengan ibunya. Pasien tidak terlalu dimanjakan oleh kedua orang
a. Riwayat pendidikan
b. Riwayat Agama
c. Riwayat Psikoseksual
mulai tertarik dengan lawan jenis dan sempat berpacaran 3 kali sebelum
kurang baik sehingga harus dilakukan operasi Caesar saat itu, dan
10
masih dekat dengan rumah mertuanya. Untuk aktifitas dalam rumah
ibunya.
g. Riwayat Hukum
dan teman disekitar rumahnya. Sejak sakit ini, aktifitas pasien lebih
j. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak tunggal. Tidak ada menderita penyakit lupus seperti
yang dialami pasien. Ayah pasien sudah meninggal saat pasien masih
Riwayat sakit mental dalam keluarga (+) yaitu tante pasien yang
11
Genogram Keluarga Pasien:
Keterangan : (pasien)
, (meninggal)
ingin kembali kumpul dengan anak dan suaminya, memiliki suami yang
pasien.
2014 )
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
dengan tinggi sekitar 150 cm dan berat badan sekitar 45 kg, berambut agak
12
lurus, jarang-jarang, panjang sebahu, berwarna hitam kecoklatan, tidak
Cukup kooperatif
1. Mood :disforik
2. Afek : inadekuat
C. Gangguan Persepsi
D. Pembicaraan
Pasien bicara lambat dan pelan lebih banyak diam saat ditanya.
E. Proses Pikir
F. Dorongan instingtual
13
G. Sensorium & kognitif
2.Orientasi
sakit.
dilakukan.
3. Daya ingat
a. Daya ingat jangka segera: baik, pasien dapat mengulang tiga buah
b. Daya ingat jangka pendek: baik, pasien ingat menu sarapan pagi dan
makan siang.
sekolahnya.
5. Perhatian : baik
14
Pasien dapat memahami pembicaraannya
pendidikannya.
11. Kemampuan menolong diri sendiri: masih dibantu orang tuanya untuk
4. Tilikan : derajat 5
Suhu : 36,0oC
15
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 45 kg
Dada :
Abdomen : suppel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), bising
16
Vegetatif : dalam batas normal
Depresi :
The Hamilton Rating Scale for Depresson : skor < 24 (depresi berat)
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium :
Darah Lengkap :
pH : 7,57
pCO2 : 28
pO2 : 191
BE : 3,7
HCO3 : 25,7
SO2 : 100
LED I/ II : 2 / 40
17
Natrium / Kalium : 125 / 4,1
Kimia Darah
Darah Lengkap
WBC : 11.400/uL
Neu/Lym/Mono/Eos/Baso : 10,9 / 0,262/ 0,213 / 0,00/ 0,022
RBC : 4,56 106/uL
Hb : 11,9
HCT : 39,7
MCV / MCH / MCHC : 86,4 / 25,8 / 29,9
PLT : 230
Urine Lengkap
18
Lain-lain : tubulus cell (+) /lp Tes Kehamilan : negatif
Bacteria (+)
Analisis Cairan Serebrospinal (Tanggal 7 Oktober 2014)
Makros :
Warna : jernih
Bekuan : negatif
Darah : negatif
Nonne/Pandy : +2 / +2
Jumlah sel : 7 lekosit/mm (Mono : 70% dan Poly : 30%)
Glukosa Likuor : 62 units
M-TP : 278,75 mg/dL
2. Radiologi :
Foto Thoraks AP :
- Reticulo-granullar pattern di kedua lapang paru, susp dd/ interstitial
pneumonia dd/ TB miliar
Foto BOF :
- Tak tampak batu opaque sepanjang traktus urinarius
- Tulang tulang tak tampak kelainan
MSCT Scan kepala irisan axial tanpa kontras: (17 September 2014)
- Saat ini tidak tampak tanda-tanda perdarahan, infark, dan SOL
intraserebral maupun intraserebellar
- Struktur intrakranial kesan tidak tampak kelainan
19
MSCT Scan kepala irisan axial tanpa kontras: (25 September 2014)
- Infark di kapsula interna kanan
sakit karena bicara tidak nyambung dan nyeri kepala yang dialami sejak
sekitar 2 bulan yang lalu, setelah sebelumnya sempat dirawat selama 9 hari di
20
akhirnya di rujuk ke RSUP Sanglah. Sakit sudah dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu, berulangkali harus dirawat di Rumah Sakit, dan sejak 3 bulan yang lalu
sesak, dan keluhan yang paling berat adalah sakit kepala yang tidak
anaknya dan suaminya. Anaknya saat ini tinggal bersama suaminya dan
berpisah kondisi kesehatan jauh menurun, ditambah lagi jarang bisa bertemu
dengan anaknya sehingga itu membuat pasien sering sedih, malas makan,
dalam batas normal. Status lokalis kardiologi dalam batas normal. Klinis
Foto Thoraks AP: Reticulo-granullar pattern di kedua lapang paru, susp dd/
umum penampilan wajar, kontak verbal dan visual kurang, tampak kesakitan,
pikir logis realis, arus pikir miskin bicara/perlambatan, isi pikir preokupasi
terhadap sakit kepalanya, pencerapan: halusinasi dan ilusi tidak ada, dorongan
21
instingtual : insomnia ada, hipobulia ada, raptus tidak ada, psikomotor:
Erythematosus
dari pemeriksaan serologis serum didapatkan ANA test yang positif. Gejala,
tanda, serta penanda laboratorium tersebut tipikal untuk suatu gangguan autoimun
jiwa yang sangat mungkin disebabkan oleh SLE yang berimplikasi secara
22
multiorgan termasuk mengenai susunan saraf pusat sehingga gangguan jiwa yang
terjadi dapat digolongkan sebagai suatu Gangguan mental lain YDK akibat
putus zat dan intoksikasi sehingga diagnosis Gangguan Mental Akibat Zat
Pada pasien ini ditemukan adanya suatu keadaan yang mudah lelah, malas
melakukan aktifitas, ditambah tidur yang terganggu, malas makan, malas merawat
diri, pesimis dengan kesembuhan sakitnya. Dimana keluhan ini mulai muncul
sejak 2 tahun yang lalu saat pasien mulai sakit dan berpisah dengan anak dan
suaminya sehingga terdapat hendaya fisik dan psikologis yang menunjang untuk
Pada pasien ini ditemukan kondisi medis umum yang secara langsung
berhubungan dengan gangguan jiwa yang dialami pasien saat ini sehingga untuk
Sebagai aksis IV, pada pasien ini ditemukan masalah dengan penyakitnya
akan tetapi memiliki masalah juga dengan primary support group. Ibunya
mengabaikan pasien.
Untuk aksis V, menurut skala GAF saat diperiksa adalah 40-31 yaitu
berat dalam beberapa fungsi sehingga tidak dapat beraktivitas secara normal
23
VIII. Formulasi Psikodinamika
Pasien adalah anak semata wayang, tidak memiliki saudara, karena sejak
masih dalam kandungan ibunya, ayah pasien meninggal dalam kecelakaan. Saat
mengandung pasien, ibunya dikatakan sehat walafiat, tidak ada kelainan dalam
kandungan, rutin periksa ke bidan desa, dan saat melahirkan ditolong oleh bidan
desa dengan cukup bulan dan tidak ada kelainan pada bayinya, begitu juga perihal
pemberian ASI eksklusif diberikan sampai lebih dari 2 tahun. Semenjak kecil
sampai dewasa pasien diasuh langsung oleh ibunya dengan kasih sayang, bahkan
ibunya tidaklah besar. Mengenai pergaulan dikatakan masih dalam batas wajar
untuk anak seusianya, bahkan pasien memiliki beberapa sahabat dekat yang biasa
karena pasien tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah. Masalah mulai muncul saat
pasien usia 19 tahun dan memutuskan untuk menikah. Selama ini pasien jarang
mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya, tetapi setelah menikah, pasien sering
terlibat pertengkaran dengan suaminya karena suaminya malas bekerja dan masih
tergantung dengan orang tuanya, tidak jarang pasien mendapatkan perlakuan kasar
secara fisik dari suaminya, dan puncaknya 2 tahun yang lalu pasien berpisah
dengan suami dan anaknya. Semenjak itu pasien jarang melihat anaknya, karena
pasien kembali ke rumah ibunya. Setelah berpisah kondisi kesehatan pasien mulai
tubuh, berdebar-debar, sesak dan sakit kepala. Karena keluhan ini sejak 2 tahun
lalu pasien berulang kali masuk rumah sakit untuk berobat, dan sejak 3 bulan yang
lalu pasien baru mengetahui dirinya menderita sakit SLE. Keluhan yang paling
24
mengganggu pasien adalah sakit kepala yang sering tidak ditahan oleh pasien.
Keluhan lain adalah pasien sering merasa sedih, tidur terganggu, malas makan,
bila teringat dengan anaknya. Semenjak sakit pasien jarang bertemu dengan
anaknya.
Dalam keluarga tidak ada yang menderita keluhan yang sama dengan
pasien tetapi tante pasien dikatakan sempat mengalami gangguan jiwa dan dirawat
Pasien adalah anak tunggal selama ini pasien dikatakan terkadang mau
bercerita dengan ibu dan sahabatnya bila memiliki masalah sehingga tidak jarang
pasien lebih sering menyimpan masalahnya sendiri tanpa diketahui oleh orang
lain. Sedangkan mengenai sifat lain dari pasien dikatakan keras kepala, segala
Aksis I : Gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfungsi otak
X. PROGNOSIS
25
Quo ad sanationam : dubia ad malam
- Umur muda
yang berat
maupun psikis
XI.USULAN TERAPI
A. Farmakologi:
TS.Interna :
- Pulse dose Metil prednisolon 1000 mg intravena dalam NaCl 0,9% 100
TS. Psikiatri :
26
- Pendampingan atau psikoedukasi keluarga
TS. Neurologi :
B. Psikoterapi
Kepada Pasien
- Psikoterapi suportif
Kepada Keluarga
kesembuhan pasien.
27
Follow up Pasien selama dirawat di RSUP Sanglah
28