CHRONIC MYELOGENOUS
POSISI
ANATOMI SPLEEN
UKURAN
GAMBARAN
ANATOMI SPLEEN
Fungsi Limpa :
o Organ imun
o Fagositosis eritrosit (+ 20ml eritrosit
tua/hari)
o Sistem pengendalian darah :
Menampung cadangan darah
Makrofag dilepaskan saat tjd perdarahan
o Hematopoietik : pada janinhingga
bulan ke-5 gestasi, saat sumsum
tulang menjadi tempat hematopoiesis
Sel T & makrofag
utama
Sel B
Makrofag
DIAGNOSIS BANDING
BERDASARKAN REGIO PERUT
Jilan Fachirah
170100033
Etiologi Penurunan Berat Badan pada Kanker
- Anoreksia
- Perubahan metabolisme protein
- Berkurangnya asupan nutrisi
- Perubahan kadar neurotransmitter (serotonin) pada SSP
- Peningkatan kadar asam laktat dari metabolisme anaerob
- Stress psikologis
- Perubahan dalam pengecapan (disguesia)
- Meningkatnya kecepatan metabolisme basal
- Meningkatnya glukoneogenesis untuk pemenuhan glukosa dalam metabolisme anaerob
- Penurunan sintesis protein tubuh “Kaheksia kanker”
- Efek samping terapi (opiat, antineoplastik, radioterapi, kemoterapi)
- Penurunan berat badan akibat splenomegali, terjadi penekanan ke arah lambung sehingga
merasa cepat kenyang dan jumlah asupan makanan yang masuk berkurang
Karakterisktik klinis: Moderate malnutrition
Karakterisktik klinis: Severe malnutrition
Perubahan Metabolisme Protein pada Kanker
Asam amino tidak disimpan sehingga terjadi deplesi dari massa otot dan pada sebagian kasus
terjadi atrofi otot yang berat. Kehilangan massa otot merupakan akibat dari peningkatan
degradasi protein dan penurunan sintesis protein karena terpakai untuk pembentukan protein
fase akut dan glukoneogenesis.
Pada kanker juga terjadi ketidakseimbangan antara sitokin pro-inflamasi (TNF-Alfa, IL-2, IL-6,
interferon-gamma) dan sitokin inflamasi (IL-4, IL-12, IL-15) mengaktifasi nuclear transcipsi
faktor NF-B inhibisi sintesis protein otot dan penurunan pro Myelin D (faktor transkripsi
yang berperan dalam modulasi perkembangan otot)
Perubahan Metabolisme Lipid pada Kanker
Terjadi perubahan mobilisasi lipid berupa penurunan lipogenesis, penurunan aktivitas lipoprotein
lipase (LPL), dan peningkatan lipolisis. Peningkatan lipolisis disebabkan oleh peningkatan
hormon efinefrin, glukagon, adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang dimediasi melalui cyclic
adenosine monophosphate (c-AMP). Selanjutnya, c-AMP akan mengaktivasi hormone sensitive
lipase (HSL) yang akan mengkonversi satu molekul trigliserida menjadi tiga molekul asam lemak
bebas dan satu molekul gliserol.
Penurunan aktivitas LPL disebabkan oleh sitokin pro-inflamasi TNF-α, INF-γ, dan IL-1β yang
mencegah penyimpanan asam lemak pada jaringan adiposa dan menyebabkan peningkatan kadar
asam lemak bebas dan gliserol dalam sirkulasi.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS CHRONIC
MYELOGENOUS LEUKEMIA
Anemia dan splenomegaly Penyakit makin progresif Gejala yang menyerupai leukemia akut,seperti :
• kelelahan, • Leukosit makin meningkat, • Pasien sering demam,
• penurunan berat badan, • Perdarahan, • malaise (merasa tidak sehat),
• rasa tidak enak, rasa kenyang,dan • petekie, • pembesaran limpa,
• terasa penuh di kuadran kiri atas • ekimosis • penurunan berat badan, serta keluhan nyeri
• limpa makin membesar. pada tulang
Chronic stable phase Blasts < 10% in peripheral blood and bone marrow
• Blood tests.
• Most people are diagnosed with CML through a blood test called a complete
blood count (CBC) before they have any symptoms. A CBC counts the number
of different kinds of cells in the blood. A CBC is often done as part of a regular
medical checkup. People with CML have high levels of white blood cells.
However, white blood cell levels might also be caused by conditions that are
not leukemia. When the CML is more advanced, there may also be low levels
of red blood cells, a condition called anemia, and either high or low numbers of
platelets
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Molecular testing.
• Your doctor may recommend testing the leukemia cells for specific genes,
proteins, and other factors unique to the leukemia.
• For most people with CML, the Philadelphia (Ph+) chromosome and
the BCR-ABL fusion gene an be found through testing, which confirms the
diagnosis.
• For a small number of patients, increased blood cell counts may suggest
CML, but the Philadelphia chromosome cannot be found on the usual tests
even though the BCR-ABL fusion gene is there. Treatment for these patients
is the same and works as well as it does for patients with a detectable
Philadelphia chromosome.
ALUR
DIAGNOSIS CML
DD CML, Leukositosis,
Hiperleukositosis, Leukostasis
Galih Dwi Shinta
170100037
Leukosit adalah sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan
tubuh, mengandung inti.
Leukositosis adalah
peningkatan jumlah sel
darah putih dalam sirkulasi.
Leukositosis adalah suatu respon normal
terhadap infeksi atau peradangan. Keadaan ini
juga dapat dijumpai setelah gangguan emosi, setelah anestesia atau
berolahraga, dan selama kehamilan.
HIPER
LEUKOSITOSIS
Peningkatan berlebihan sel leukosit ini terjadi akibat gangguan pengaturan pelepasan sel
leukosit dari sumsum tulang sehingga leukosit yang beredar dalam sirkulasi berlebihan
Selain itu ukuran sel blast yang lebih besar dibanding sel leukosit matur, serta
tidak mudah berubah bentuk menyebabkan sel blast akan mudah terperangkap dan
menimbulkan oklusi pada mikrosirkulasi.
Diagnosa Banding CML
Pada keadaan klinis yang tidak khas menunjukan CML, maka perlu dipikirkan beberapa keadaan yang
menimbulkan lekositosis atau splenomegali
a. Reaksi leukemoid, biasanya jumlah sel darah putih, kurang dari 50 × 10^9/L, toksik vakuolaasi
granulositik, Döhle bodies dalam granulosit, tidak adanya basofilia, dan kadar LAP normal atau
meningkat.
b. Sindrom myeloproliferative atau myelodysplastic lainnya. Metaplasia myeloid agnogenik dengan
atau tanpa myelofibrosis sering mengalami splenomegali, neutrofilia, dan trombositosis.
c. Polisitemia vera. Pasien tersebut biasanya terjadi splenomegali dengan skor LAP normal atau
meningkat, jumlah WBC kurang dari 25×10^9/L, dan tidak ada kromosom Ph.
d. CML kromosom Ph negatif atau chronic myelomonocytic leukemia (CMML). Dalam beberapa kasus,
gen hibrid BCR-ABL1 dapat diperlihatkan meskipun ada pola sitogenetik yang normal atau atipikal.
Pasien yang Ph-negatif dan BCR-ABL1 negatif cukup jarang. Pada jenis ini terjadi hiperplasia
myeloid yang melibatkan hampir secara eksklusif garis keturunan sel neutrofil, eosinofil, atau
basofil. Pasien-pasien ini digambarkan memiliki leukemia neutrofilik, eosinofilik, atau basofilik
kronis dan tidak memiliki bukti kromosom Ph atau gen BCR-ABL1.
e. Hiperplasia megakaryocytic isolated, pada kasus ini didapatkan pada trombositemia esensial,
dengan trombositosis dan splenomegali yang nyata. Beberapa pasien datang dengan karakteristik
klinis trombositemia esensial.
DIAGNOSA DEFINITIVE CML
Gen fusi (gen yang bersatu) ini akan mentranskripsikan chimeric RNA sehingga terbentuk
chimeric protein (protein 210 kd). Timbulnya protein baru ini akan memengaruhi transduksi
sinyal terutama melalui tyrosine kinase ke inti sel sehingga terjadi kelebihan dorongan
proliferasi pada sel-sel mieloid dan menurunnya apoptosis. Hal ini menyebabkan proliferasi
pada seri mieloid
• SUMBER :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/fc8d421631d27f2177ec01
0036de2ac0.pdf
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat.
Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur
sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel
tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang
membahayakan(proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat
terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik,
maupun herediter.
Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan
limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus,
tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit,
disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan
sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel
darah putih yang berlebihan dan imatur.
Pada kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini
neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh
sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula.
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain
tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi
granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di
sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang.
Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat
pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat
leukemia meningeal.
EDUKASI DAN RUJUKAN PADA
CML
Wilson Leo Widjaya (170100101)
EDUKASI
Pemeriksaan Terapi
yang akan
dilakukan
Definisi/Pengertian • Menjelaskan tindakan pengobatan
yang dapat dilakukan
• Manfaat dari pengobatan/terapi
Faktor • membantu
Risiko menegakkan
diagnosis penyakit
RUJUKAN