PENDAHULUAN
Meskipun susunan nutrisi oral ada 21 macam diet yang berbeda-beda namun
pada prinsipnya setiap macam diet tetap diusahakan supaya dapat
Pada dasarnya diet diabetes diberikan dengan cara 3 kali makanan utama dan 3
kali makanan antara (kudapan), dengan jarak (interval) antara 3 jam.Hal yang
sama digunakan pada kondisi dimana diabetisi harus menggunakan nutrisi
enteral (diet sonde) dengan menggunakan rumus: El, E2, E3, E4, ES, E6
artinya enteral kesatu, kedua dan seterusnya sampai enteral keenam (Gambar
3).
Untuk kasus-kasus yang kadar glukosa darahnya sulit mendekati nilai normal
(resistensi), olah raga ringan 3 kali sehari pada saat 1-1,5 jam sesudah makan
utama adalah mutlak harus dilaksanakan. Misalnya makan pagi pukul 06.30,
latihan diaadakan pukul 08.00 dan seterusnya. Gerak badan 3 kali sehari ini
juga dianjurkan pada diabetisi rawat inap yang porsinya disesuaikan dengan
kekuatan fisik diabetisi tersebut.
Disamping itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan diet yaitu sebagai berikut :
Harus kumur sesudah makan (tidak boleh ada sisa makanan dimulut, oleh
karena akan menjadi sumber infeksi).
Kalori yang diberikan kepada diabetisi harus cukup untuk bekerja sehari-hari
sesuai dengan jenis pekerjaan dan sesuai untuk menuju ke berat badan normal.
Tentukan dahulu status gizi diabetisi berdasarkan berat badan dan tinggi
badan dengan menggunakan rumus indeks masa tubuh (IMT) atau dengan rumus
berat badan relatif (BBR).
BB
IMT =Indeks MasaTubuh= x 100
( TB )
Keterangan: berat badan (BB) dalam kg, tinggi badan (TB) dalam cm
Normal : 90-110%
1. Berat badan kurang (BBR <90%), kebutuhan kalori sehari: 40-60 kal/kg BB
2. Berat badan normal (BBR 90-100 %), kebutuhan kalori sehari: 30 kal/kg BB
3. Berat badan lebih (BBR >110%), kebutuhan kalori sehari: 20 kal/kg BB
4. Gemuk atau obesitas (BBR >120%), kebutuhan kalori sehari: 10-15 kal/kg BB
Sebagai contoh.
Diabetisi dengan TB: 170 cm; B8: 73 kg, kerja biasa
73.5
BBR = x 100 =105
170100
Kebutuhan kalori sehari = 73 x 30 kal = 2.190 kkal dibulatkan menjadi 2300 kal.
Karena pemberian mulai jam 08.00 maka masih ada kesempatan untuk
mengambil darah guna pemeriksaan
Pemberian insulin (short atau rapit acting) lebih mudah yaitu diberikan
sebelum jarak pemberian setiap 6jam (13,15,16,17).
Selama latihan fisik kebutuhan energi akan meningkat dan ini dipenuhi
dari pemecahan glikogen dan pembongkaran trigliserida, asam lemak bebas dan
jaringan adiposa serta pelepasan glukosa dari hepar Kadar glukosa dipertahan-kan
normal untuk mernenuhi kebutuhan energi otak selama latihan fisik melalui
mekanisme hormonal. Menurunnya hormon insulin dan meningkatnya hormon
glukagon diperlukan untuk meningkatkan produksi glukosa hepar selama latihan
fisik dan pada latihan fisik yang lama akan terjadi peningkatan hormon glukagon
dan katekolamin. Namun pada pasien DM tipe 1 respons hormonal ini hilang,
sebagai dampaknya bila kadar insulin dalam sirkulasi rendah akibat terapi yang
tidak adekuat, pelepasan hormon kontrainsulin yang berlebihan selama latihan
fisik akan meningkatkan kadar glukosa darah yang memang sudah tinggi disertai
dengan terbentuknya benda keton dan ini akan mencetuskan terjadinya
ketoasidosis diabetik. Sebaliknya kadar insulin dalam darah yang tinggi akibat
pemberian insulin eksogen akan menurunkan bahkan mencegah meningkatnya
mobilisasi glukosaatau subtrat lain selama latihan fisik sehingga terjadi
hipoglikemia.
Pada DM tipe2 yang mendapatkan terapi insulin atau golongan
sulfonilurea terjadi hipoglikemi selama latihan fisik tidak terlalu menimbulkan
masalah, bahwa latihan fisik pada DM tipe 2 akan memperbaiki sensitivitas
insulin dan membantu menurunkan kadar glukosa darah.
Sebelum melakukan program latihan fisik yang lebih intensif dari jalan
cepat, bagi diabetisi sebaiknya dilakukan evaluasi kemungkinan risiko
kardiovaskular dan kondisi Pada lain yang bisa menyebabkan cidera sebagai
dampak latihan fisik seperti neuropati autonomik yang berat, neuropati yang
berat, retinopati pre-pnoliferatif atau proliferatif. Umur dan aktivitas fisik
sebelumnya juga harus menjadi pertimbangan untuk menentukan jenis dan
intensitas latihan fisik.
LATIHAN FISIK PADA KENDALI GLUKOSA DARAH YANG TIDAK
OPTIMAL
Hiperglikemi
Pada DM tipe 1 yang tidak mendapatkan insulin dalam waktu 12-48 jam
dan adanya ketosis, latihan fisik justru akan memperburuk hiperglikimi dan
ketosis. ADA (American Diabetes Association) exercise position satement, latihan
fisik harus dihindari bila kadar glukosa darah puasa > 250 mg/dl dan disertai
dengan adanya ketosis, bila kadar glukosa darah > 300 mg/dl walaupun tidak
didapatkan ketosis maka latihan fisik harus dilakukan dengan hati-hati bahkan ada
yang menyarankan tetap tidak melakukan latihan fisik. Pada pasien DM tipe 2 bila
tidak ada defenisi insulin yang sangat berat, latihan fisik dengan intensitas ringan
atau sedang akan menurunkan glukosa darah, bila diabetisi dalam kondisi baik,
asupan cairan cukup, keton urin maupun darah negatif.
Hipoglikemi
Retinopati
Pada retinopati proliferatif atau retinopati nonproliferatif yang berat,
latihan fisik aerobik yang berat merupakan kontra indikasi karena meningkatkan
resiko terjadinya perdarahan vitreus atau ablisio retina.
Neuropati Perifer
Neuropati Autonomik
Latihan fisik bisa meningkatkan eksresi protein secara mendadak, hal ini
terkait dengan meningkatnya tekanan darah secara mendadak. Para ahli
menyarankan pada diabetisi dengan komplikasi nefropati diabetikum (diabetic
kidney disease) latihan fisik dilakukan dengan intensitas ringan-sedang, asal
tekanan darah tidak meningkat >200 mmHg selama latihan fisik.
Hindari latihan fisik bila glukosa darah puasa >250 mg/dl dan didapatkan
ketosis, namun bilaglukosa darah >300 mg/dl dan tidak didapatkan ketosis
maka latihan fisik harus dilakukan dengan hati-hati
3. Asupan makanan
REFERENSI
August 2005A
June 2006A
6 February 2007A
February 2010A
Tjokroprawiro A. Garis Besar Diet Oral-Enteral, dan Par Ental pada Diabetes (21
29:1433-1438
Sri murtiwi. The 21 Diabetic Diets Available at Dr. Soetomo Hospital Surabaya
(From the B Diet to B1-L Diet) In Joint Symposium : Surabaya Diabetes
Update XVIII (SDU- XVIII)- Metabolic Cardiovascular Disease
Surabaya Update-3 (MECARSU-3), Editors : Askandar Tjokroprawiro,
Ari Sutjahjo, Agung Pranoto, Sri Murtiwi, Soebagijo Adi, Sony
Wibisono. JW Marriott Hotel 13-14 December 2008:112-124
Sri Murtiwi. 21 Macam Diet Oral Diabetes Di RS Dr. Soetomo. Workhsop Nutrisi
Para Ahli Gizi. Pusat Diabetes Dan Nutrisi Surabaya (PDNS), GDC Lt7. 6
Maret 2010 C