Anda di halaman 1dari 20

232 Gangguan Ginjal Akut

Koinpctcnsi Ill

••
C)
.....
2. Definisi
• Chris Tanto. Ni Made Hustrini

GgGA pada kasus tersebut termasuk dalam GgGA sta-


!!!..
I Pada bab ini akan dibahas mengenai GgGA/ AKI dium 2.
::r: pada orang dewasa, sementara GgGA pada anak diba-
it;·
(I) has pada Bab Acute Kidney Injury (AKI) . Etiologi
~ Menurut Kidney Disease Improving Global Outcome Secara garis besar dapat dibagi menjadi etiologi prere-
(I)
(KDIGO) 2012, GgGA didefinisikan sebagai: nal , renal, dan postrenal.
~
..... Kenaikan kreatinin serum (SCr) ~0.3 mg/ dL dalam l. Prerenal (55%). Pada umumnya, disebabkan oleh
48jam, atau gangguan perfusi ginjal.
632 Kenaikan kreatinin serum~ 1,5 kali nilai dasar dan a. Hipovolemia: perdarahan. muntah-muntah,
diketahui/ dianggap terjadi dalam 7 hari, atau diare, penggunaan diuretik, Iuka bakar, hipo-
Turunnya produksi urin <0.5 cc/KgBB/jam selama albuminemia berat. dehidrasi akibat kurang
lebih dari 6 jam. asupan cairan, diabetes insipidus, dan lain-lain;
b. Gangguan hemodinamik ginjal yang menye-
Klasifikasi babkan hipoperfusi renal, antara lain:
Klasifikasi GgGA ditentukan berdasarkan kadar Penurunan curah jantung: penyakit mio-
kreatinin serum, laju filtrasi glomerolus (LFG) atau kardium, katup jantung, dan perikardium,
produksi urin (Tabel I). Stadium GgGA mengikuti kri- hipertensi pulmonal, gaga! jantung, atau
teria stadium yang lebih tinggi. Contoh: kriteria krea- gangguan aliran balik ke jantung;
tinin serum menunjukkan GgGA stadium I, sementara Vasodilatasi sistemik: sepsis, antihiperten-
kriteria produksi urin menunjukkan stadium 2. Maka, si, anafilaksis;

Tabel I. Klasifikasi Gangguan Ginjal Akut (KDIGO. 2012).

AKIN IHI 11
---------------- Krllt'Jlcl P1oduk..,1 Ur in - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Stc1d 1u 111 Kr itl'r 1,1 SCr St.ulium K111('1 ic1 SC1 .it.iu I H.
Kenaikan SCr 1,5 - 1,9 kali Produksi urin <0.5
Peningkatan kreatinin serum l .5x
nilai dasar. ATAU kenaikan ml/KgBB/jam selama Risk
ATAU penurunan LFG >25%
<>0.3 mg/ dL 6- 12jam
Produksi urin <0.5 ml/
Kenaikan SCr 2 - 2,9 kali nilai Peningkatan kreatinln serum 2x
2 KgBB/jam selama leblh Injury
dasar ATAU penurunan LFG >50%
dari 12jam
Kenaikan SCr >3 kali nilai
dasar, ATAU
Peningkatan kreatinin serum 3x
kenaikan SCr <>4 mg/ dL
ATAU kreatinin serum >4mg/ dl
dengan peningkatan akut ?;0.5 Failure
Produksi urin <0.3 ml/ dengan peningkatan akut ,::0,5 mg/ di
mg/dL,
KgBB /jam selama lebih ATAU penurunan LFG >75%
ATAU
3 dari 24 jam.
dimulainya cerapi pengganti
ATAU
ginjal.
Anuri selama 12 jam Gaga! ginjal akut persisten - fungsi
ATAU Loss
pada pasien <18 tahun. ginjal hilang seluruhnya >4 minggu

penurunan LFG menj~di <35


ml / menit per 1. 73 m End-stage ESRD >3 bulan

Cukup penuhi salah 1 (saw) kriteria (peningkatan kreatinin serum atau penurunan produksi urin) untuk menegakkan diagnosis GgGA.
Pada kriteria AKIN. peningkatan kreatinin serum harus tetjadi <48 jam. Pada kriteria RIFLE. penurunan fungsi ginjal harus bersifat akut
(dalam 1-7 hari} dan bertahan selama >24 jam.
Keterangan: AKIN: Acute kidney injury network: ESRD: End-stage renal disease: LFG: Laju filtrasi glomerulus: RIFLE: Risk. injury. failure.
loss and end-stage: SCr: Kreatinin serum:
Obstruksi renovaskular: aterosklerosis, menyebabkan iskemia ginjal.
trombosis, emboli, vaskulitis; Fase ekstensi. Terjadi jejas iskemik dan infla-
Vasokonstriksi ginjal; masi berkelanjutan. Jejas endotel berperan
Gangguan autoregulasi ginjal; dalam proses ini.
Sindrom hepatorenal (GgGA prerenal yang Fase maintenance. Terjadi 1-2 minggu de-
memperberat keadaan seperti sirosis hati ngan LFG yang bertahan pada angka 5-10 mL/
stadium lanjut atau gaga! hati akut}. menit. Pada fase ini, produksi urin berada pada
Sindrom kardiorenal titik yang paling rendah dan komplikasi ure- ·~
Q)
2. Renal/Intrinsik (40%) mia muncul. Hal ini diperkirakan terjadi kare-
t::Q)
a. Penyakit glomerulus: glomerulonefritis. vas- na vasokonstriksi intrarenal yang persisten,
kulitis, lupus eritematosus sistemik, koagulasi iskemia medula, serta peran mediator inflama- .....p..
intravaskular diseminata, skleroderma; si. Semua mekanisme tersebut turut merusak :r:I
b. Nekrosis tubular akut: iskemia, infeksi, toksin; sel-sel ginjal. iii
c. Nefritis interstisial: reaksi alergi obat, pielone- Fase pemulihan. LFG kembali kepada kondisi '2'
fritis, limfoma, leukemia, sindrom Sjogren; pramorbid. Pada kondisi ini, terjadi perbaikan C3
d. Obstruksi intratubular: asam urat akibat sin- dan regenerasi sel epitel tubulus.
drom lisis tumor, obat-obatan. 3. GgGA postrenal. Terjadi peningkatan tekanan in- 633
3. Postrenal (obstruksi} pada ureter, leher kandung traluminal. Peningkatan tekanan ini akan menye-
kemih, atau uretra (5%). Dapat disebabkan oleh babkan distensi ureter proksimal dan sistem
urolitiasis, bekuan darah, keganasan, kompresi pelviokalises ginjal. Setelah itu terjadi penurunan
ekstrarenal {fibrosis retroperitoneum}, hipertrofi LFG.
prostat, atau striktur.
Manifestasi Klinis
Patofisiologi Manifestasi klinis GgGA bergantung kepada penyebab
1. GgGA prerenal. Terjadi hipoperfusi ke ginjal. yang mendasari {lihat Tabel 2).
Parenkim ginjal tidak mengalami jejas, tetapi hi-
poperfusi yang lama/berat dapat menyebabkan Pemeriksaan Penunjang
iskemia (nekrosis tubular akut}. Hipovolemia Urinalisis: jumlah urin, berat jenis urin, sedimen,
mencetuskan respon seperti aktivasi saraf simpa- elektrolit, hematuria, piuria (lihat Bab Urinalisis} .
tis, sistem renin-angiotensin-aldosteron {RAA} , dan - Sedimen granuler berwarna coklat seperti lum-
pelepasan arginin-vasopresin. Pada hipoperfusi pur merupakan karakteristik nekrosis tubular
ringan, perfusi autoregulasi ke glomerulus dapat akut;
dipertahankan dengan vasodilatasi arteri aferen - Sedimen eritrosit dismorfik menandakan
yang diinduksi oleh refleks miogenik lokal serta adanya jejas pada glomerulus:
prostaglandin. Namun, pada kondisi hipoperfusi - Sedimen leukosit dan tidak berpigmen menun-
berat, kompensasi tidak adekuat sehingga LFG jukkan nefritis interstisial.
menurun dan terjadilah GgGA prerenal. Indeks gangguan ginjal (renal failure indices} un-
2. GgGA renal. Mekanisme jejas tergantung pada tuk membedakan GgGA prerenal dan renal:
penyebab. Sebagai contoh, akan dijelaskan pato- - FEN, (Fraksi Ekskresi Na}= (UN,/P N,Jl(Uc/P cJ
genesis pada nekrosis tubular akut (Acute Tubular (UN, = Na• urin; P N•• =Na plasma; Uc, = kreatinin
Necrosis, ATN}. Pada ATN terdapat 4 fase: urin; Pc,= kreatinin plasma}
Fase inisiasi, Terjadi penurunan LFG yang Hasil < 1% -7 prerenal, akibat zat kontras, atau

Tabel 2. Manifestasi Klinis Ga ngguan Ginjal Akut


P1Pn'11<1I Rt> 11<1l Po~tn•nal

ATN: riwayat hipovolemia. syok


Rasa haus. seperti ingin jatuh;
sepsis, dan operasi besar:
Hipotensi ortostatik. takikardi. Nyeri sup ra pubik:
SLE (demam. arthra lgia. rash
penurunan JVP. turgor kul it l. Nyeri pada perut:
eritematosa):
mukosa kering; Kolik menandakan adanya obstruksi
Nyeri pada pinggang menandakan
Stigmata sirosis hati dan hipertensi pad a ureter:
oklusi arteri/ ve na ginjal:
portal: Nokturia. frekuensi, pembesaran
Oliguria. edema. hiperte nsi,
Tanda-tanda gaga! jantung pada prostat menandakan adanya patologi
hematuria menandakan
pasien gaga! jantung kongestif: pada prostat.
glomerulonefri tis;
Sepsis, dan sebagainya.
Hipertensi maligna
Kecerangan: JVPjugular venous pressure: ATN. acute tubular necrosis; SLE. systemic lupus erythemacosus.
glomerulonefritis; Perdarahan ringan-sedang atau hilangnya
Hasil >2% -7 nekrosis tubular akut. cairan plasma: infus NaCl 0,9%;
Laboratorium: darah perifer lengkap, kreatinin se- Hilangnya cairan saluran kemih dan gas-
rum. elektrolit (Na', K'. fosfat. Ca'-). asam urat, dan trointestinal: infus NaCl 0,45% atau NaCl
kreatinin kinase. Dari hasil serum kreatinin, dapat 0,9%.
dihitung LFG dengan beberapa rumus, antara lain:
- Rumus Cockroft-Gault Pada kondisi gaga! jantung, dapat dipertim-
LFG (mL/min)'= (140 - usia) x Berat badan !Kg] bangkan penggunaan agen inotropik, antiarit-
Serum kreatinin lmg/ dL] x 72 mia, agen penurun afterload a tau preload Oihat
Bab Gagal]antung).
*Hasilnya dikali 0,85 jika pasien berjenis ke-
lamin perempuan. 2. GgGA Renal
Glomerulonefritis atau vaskulitis: kortiko-
- Rumus studi MDRD (Modifkation of Diet in steroid atau plasmaferesis bergantung kepada
Renal Disease) patologi utama ginjal;
Hipertensi maligna: kontrol tekanan darah
634 LFG (mL/min/ 1.73 m 2) = 175 x SCr 11154 1 x Usial secara agresif. Penggunaan penghambat ACE
02031 x (0 .7 42 jika perempuan) x (1.21 jika
dan ARB dihindari pada pasien GgGA (lihat Bab
berkulit hitam) Krisis Hipertensi).

Pemeriksaan radiologi: USG ginjal merupakan pi- 3. GgGA Postrenal


lihan. CT scan dan MRI juga dapat dilakukan. Tata laksana spesifik GgGA dengan penyebab post-
Biopsi ginjal: untuk diagnosis pasti pasien dengan renal memerlukan kerjasama dengan nefrolog,
kecurigaan GgGA renal. urolog, serta radiolog.
Obstruksi uretra dan leher kandung kemih: pe-
Diagnosis Banding masangan kateter:
Diagnosis banding gangguan ginjal akut adalah Pemasangan stent pada kasus obstruksi ureter.
penyakit ginjal kronik (PGK) dan gangguan akut pada
PGK (acute on chronic kidney disease). Seringkali su- B. Tata Laksana Suportif
lit membedakan antara GgGA dengan keadaan akut Nutrisi: Diet tinggi kalori untuk meminimalisa-
pada PGK. Berikut cara membedakan kedua keadaan si katabolisme protein. Biasanya diberikan
terse but: makanan per enteral;
Anamnesis: riwayat etiologi GgGA dan riwayat eti- • Anemia berat: tranfusi darah. Pada GgGA ja-
ologi PGK; rang diberikan eritropoietin karena resistensi
Data kreatinin serum sebelumnya merupakan sumsum tulang;
data yang sangat bermanfaat. Dalam keadaan akut Koreksi gangguan elektrolit yang terjadi (lihat
pada PGK terjadi peningkatan nilai kreatinin yang Bab Gangguan Elektrolit dan Asam Basa):
mendadak dibandingkan nilai dasar sebelumnya; - Hiponatremia: pembatasan cairan enteral
Adanya anemia, hiperfosfatemia, hipokalse- (<! L/hari). Tata laksana tergantung penye-
mia, hiperparatiroidisme (dalam ha! ini bersifat bab hiponatremia dan hindari infus cairan
sekunder) , dan neuropati mengarahkan diagnosis hipotonik;
PGK; - Hiperkalemia: restriksi kalium (<40 mmol/
Pemeriksaan radiologi: adanya osteodistrofi ginjal hari) . diuretik kuat insulin I 0 U + dekstro-
atau ginjal yang berukuran kecil menunjukkan sa 50% sebanyak 50 cc, kalsium glukonas.
kemungkinan PGK. Pengecualian pada beberapa atau dialisis, inhalasi beta agonis.
kasus PGK seperti nefropati diabetik, amiloidosis, - Hiperfosfatemia: restriksi asupan fosfat,
dan penyakit ginjal polikistik. agen pengikat fosfat. dialisis;
- Hipokalsemia: Ca glukonat atau Ca kar-
Tata Laksana bonat 10% (I 0-20 cc);
Tata laksana gangguan ginjal akut terbagi dalam tata - Hipermagnesemia: hindari pemakaian an-
laksana spesifik dan tata laksana suportif. tasida yang mengandung Mg;
A. Tata Laksana Spesifik • Koreksi hiperurisemia: alopurinol apabila ka-
1. GgGA Prerenal dar asam urat >15 mg/ dL, dialisis.
Apabila penyebab hipovolemia, diperlukan Keluhan gastrointestinal: antagonis reseptor
penggantian cairan. H2 atau penghambat pompa proton;
Perdarahan: tranfusi packed red cell (PRC); Penggantian kateter dan akses intravena serta
alat lain sebagai pencegahan infeksi; Sumber Bacaan:
Pilihan obat yang tidak nefrotoksik. 1. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Acute
Kidney Injury Work Group. KDJGO Clinical Practice Guide-
Indikasi Dialisis Segera line for Acute Kidney Injury. Kidney international. 2012:2
Terdapat lima kondisi dilakukannya dialisis Suppl:l- 138
segera. Perlu diingat bahwa dialisis hanya dilakukan 2. Waikar SS, Bonventre JV. Acute kidney injury. Dalam:
apabila kondisi-kondisi berikut tidak bisa diperbaiki Longo DL. Fauci AS. Kasper DL, Hauser SL, Jameso n JL.
dengan terapi konvensional (Ingat AIUEO!): Loscalzo J. penyunting. Harrison·s principles of internal
Gangguan Asam basa: asidosis berat (pH <7, 1); med icine. Edisi ke-18. New York: McGraw-Hill: 20 12
!ntoksikasi: metanol, litium, salisilat; 3. Lundquist AL. Rhee EP. Bazari H. Acute kidney injury. Da-
.!lremia: perikarditis uremikum, ensefalopati ure- lam: Sabatine MS, penyunting. Pocket medicine. Edisi ke-5.
mikum, perdarahan, azotemia (ureum >200 mg/ Philladelphia: Lippincot Williams & Wilkins: 2013.
dl) 4. Yang L. Bonventre JV. Diagnosis and clinical evaluation of
Gangguanf;lektrolit: hiperkalemia (K· >6,5 mEq/L). acute kidney injury. Dalam: Feehaly J. Floege J. Jonhson RJ.
hiperkalsemia, sindrom lisis tumor. hipernatremia ed. Comprehensive clinical nephrology. St. Laius: Elsevier
berat (Na• > 160 mEq/L). atau hiponatremia berat Saunders. 2010.
(Na• <115 mEq/L); 5. Simerville JA. Maxted WC dan Pahira JJ. Urinalysis: a com-
635
Qverload cairan: edema paru, dan lain-lain; prehensive review. Am Fam Physician. 2005;7 I:1 153-62

233 •II
Kompetensi !VA Hipertensi
•• Chris Tanto, Ni Made Hustrini

Definisi dan K.lasifikasi Patogenesis Hipertensi Primer


Peningkatan tekanan darah <'.140/90 mmHg se- Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial.
cara kronis. Berdasarkan klasifikasi JNC VII, hiperten- Berbagai mekanisme yang berperan dalam pening-
si dapat dikategorikan menjadi prehipertensi, hiper- katan tekanan darah, antara lain:
tensi derajat 1. dan derajat 2 CTihat Tabel 1). Mekanisme neural: stres. aktivasi simpatis, variasi
Hipertensi sistolik terisolasi: tekanan darah sis- diurnal;
tolik <'.140 mmHg. tetapi tekanan darah diastolik <90 Mekanisme renal: asupan natrium tinggi dengan
mmHg. Kondisi ini biasanya ditemukan pada usia lan- retensi cairan;
jut. Mekanisme vaskular: disfungsi endotel, radikal
bebas, dan remodeling pembuluh darah;
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dikJasifikasikan Mekanisme hormonal: sistem renin, angiotensin,
menjadi: dan aldosteron.
1. Hipertensi primer/esensial (insidens 80-95%): Faktor lainnya seperti genetik, perilaku, dan gaya hi-
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya; dup juga berpengaruh dalam hipertensi.
2. Hipertensi sekunder: akibat suatu penyakit atau
kelainan mendasari, seperti stenosis arteri renalis. Diagnosis Hipertensi
penyakit parenkim ginjal, feokromositoma. hiper- l. Anamnesis. Kebanyakan pasien hipertensi bersifat
aldosteronisme, dan sebagainya. asimtomatik. Beberapa pasien mengalami sakit

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi (JNC VIO.


Kl.is1hk.tsi rl'killldll d.11,\h SIStolik (mmllg) ll'kclll<Hl d.11c1h d1,1stohk (mmltg)

Normal <120 dan <80


Prehipertensi 120- 139 atau 80-89
Hlpertensl derajat I 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ;, 160 Atau ;, 100
kepala, rasa seperti berputar, atau penglihatan steron plasma, renin plasma, CT-scan ab-
kabur. Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke domen, kadar serum Na• i, K• t, pening-
hipertensi sekunder, antara lain penggunaan obat- katan ekskresi K· dalam urin, ditemukan
obatan (kontrasepsi hormonal, kortikosteroid. alkalosis metabolik;
dekongestan, OAINS); sakit kepala paroksismal, iv. Feokromositoma: kadar metanefrin, CT-
berkeringat, atau takikardi (feokromositoma); ri- scan!MRI abdomen;
wayat penyakit ginjal sebelumnya. v. Sindrom Cushing: kadar kortisol urin 24-
Mencari faktor risiko kardiovaskular lainnya: jam;
merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dislipidemia, vi. Hipertensi renovaskular: CT-angiografi ar-
diabetes melitus, mikroalbuminuria, atau laju fil- teri renalis, USG ginjal , Doppler sonografi.
trasi glomerulus (LFG) <60 mL/mnt, usia (laki-laki
>55 th, perempuan >65 th), riwayat keluarga de- Tata Laksana Hipertensi Primer
ngan penyakit kardiovaskular dini (laki-laki <55 th Tata laksana hipertensi dapat dimulai dengan
atau perempuan <65 th). modifikasi gaya hidup, namun terapi antihipertensi
2. Pemeriksaan fisis. Nilai tekanan darah diam- dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 de-
bil dari rerata dua kali pengukuran pada setiap ngan penyerta dan hipertensi derajat 2 (lihat Gambar
636 kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah 1). Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai de-
?: 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan, ngan modifikasi gaya hidup.
hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaan tekanan
darah harus dilakukan dengan alat yang baik, Tata laksana hipertensi meliputi modifikasi gaya hi-
ukuran dan posisi manset yang tepat (setingkat dup dan terapi medikamentosa:
dengan jantung), serta teknik yang benar. 1. Modifikasi gaya hidup
3. Pemeriksaan penunjang Penurunan berat badan. Target indeks masa tu-
a. Memeriksa komplikasi yang telah atau sedang buh dalam rentang normal, untuk orang Asia-Pasi-
terjadi: fik 18,5-22,9 Kg/m 2 .
Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, Diet Dietary Approaches to Stop Hypertension
kadar ureum, kreatinin, gula darah, lemak (DASH). DASH mencakup konsumsi buah-buahan,
darah, elektrolit, kalsium, asam urat, dan sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak
urinalisis; jenuh/ lemak total.
ii. Pemeriksaan lain: pemeriksaan fungsi jan- Penurunan asupan garam. Konsumsi NaCl yang
tung (elektrokardiografi), funduskopi , USG disarankan adalah <6 g/hari.
ginjal, foto toraks, ekokardiografi Aktivitas fisis. Target aktivitas fisis yang disaran-
b. Pemeriksaan penunjang untuk kecurigaan kli- kan minimal 30 menit/hari, dilakukan paling tidak
nis hipertensi sekunder: 3 hari dalam seminggu.
i. Hipertiroidisme/hipotiroidisme: fungsi Pembatasan konsumsi alkohol.
timid (TSH, FT4, FT3);
ii. Hiperparatiroidisme: kadar PTH, Ca 2 • ; 2. Terapi Medikamentosa
iii. Hiperaldosteronisme primer: kadar aldo- Terdapat beberapa panduan dalam penggu-
naan antihipertensi. Menurut National Institute
Semua pasien dengan Kriteria unluk rnemulai for Health and Care Excellence (NICE) 20 13, usia
amihipenensi: pasien < 55 tahun lebih disarankan memulai tera-
hipertensi
l . Pasien hipertensi derajat I pi dengan penghambat ACE atau ARB, sementara
+
Modiflkasl gaya hidup
dengan minimal salah saLU
penyena bPrikul:
usia > 55 tahun dengan CCB (lihat Gambar 2).
Menurut JNC 8, pilihan antihipertensi didasarkan
a. Jejas pada organ target.
pada usia. ras, serta ada atau tidaknya DM dan
+
IKriteria untuk memulai1
b. Riwayat penya kit
kardio vaskular.
penyakit ginjal kronik (PGK) (lihat Gambar 3).
Pada ras kulit hitam, penghambat ACE dan ARB ti-
c. Penyakit giitjaL
antihipertensi dak menjadi pilihan kecuali terdapat PGK, dengan
d. Diabetes melitus,

+ e. Hisiko kardiovaskular dalam


I 0 lahun ;,20%;
atau tanpa DM. Beberapa contoh jenis dan dosis
obat antihipertensi dapat dilihat pada Tabel 2.
Sekali terapi antihipertensi dimulai, pasien
2. Semua pasien hipertensi
harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan
derajat 2.
dosis setiap bulan sampai target tekanan darah
Monitoring dan
tercapai. Pantau tekanan darah, LFG dan elektrolit.
~~~~
evaluasi
~~~ .... Frekuensi kontrol untuk hipertensi derajat 2 disa-
Gambar I. Algoritme Tata Laksana Hipertensi (NICE, 2013) rankan untuk lebih sering. Setelah tekanan darah
mencapai target dan stabil, frekuensi kunjungan


dapat diturunkan hingga menjadi 3-6 bulan sekali.
Namun jika belum tercapai, diperlukan evaluasi
terhadap pengobatan dan gaya hidup, serta per- Usia < 55 tahun
timbangan terapi kombinasi {lihat Gambar 2 dan
Gambar 3).
Setelah tekanan darah tercapai, pengobatan harus Langkah I Langkah 1
....en
s::QJ
dilanjutkan dengan tetap memperhatikan efek
samping dan komplikasi hipertensi. Pasien perlu
Penghambat ACE atau ARB ---- ______. CCB
t:
diedukasi bahwa terapi antihipertensi ini bersifat
jangka panjang (seumur hidup) dan terus dievalu-
asi secara berkala. Pemberian penghambat ACE

Langkah 2
Penghambat ACE/ARB + CCB
QJ
....~
:::0I
sebaiknya dihentikan jika terdapat penurunan LFG ~
-~
>30% dari nilai dasar dalam 4 bulan atau kadar
kalium :::5,5 mEq/ L.
+
Langkah 3
a
Khusus pada kasus kehamilan, antihipertensi yang
direkomendasikan ialah metildopa (250-1000 mg Penghambat ACE/ARB + CCB + tiazid
637
per oral), labetalol (I 00-200 mg) , atau nifedipin
oros (30-60 mg) . Tata laksana hipertensi pada ke-
hamilan dapat dilihat pada Bab Hipertensi pada Langkah 4
Kehamilan. Penghambat ACE/ARB+ CCB + tiazid +
diuretik lain/ a -bloker/ (3-bloker
Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ. an-
tara lain:
+
Monitoring dan evaluasi
Serebrovaskular: stroke, transient ischemic at-
tacks, demensia vaskular; Gambar 2. Pengobatan Hipertensi dengan Antihipertensi
Mata: retinopati hipertensif: (NlCE, 2013); Kecerangan: ACE, angiocensin converting enzyme:
Kardiovaskular: penyakit jantung hipertensif, dis- ARB, angiocensin receptor blocker: CCR, calcium channel block-
fungsi atau hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jan- er.
tung koroner;
Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penya-
kit ginjal kronis;
Arteri perifer: klaudikasio intermiten.

Sumber Bacaan
1. James PA. Oparil S. Carte r BL. Cushman WC. Denni- 5. Tobe S. Poirier L. 2012 CHEP recomme ndations for man-

son-Himmelfarb C. Handler J, dkk. 20 14 Evidence-based agement of hypertension. Markham: Hypertension Canada;

guidelines for the management of high blood pressure in 2012.


adu lts: Report from the panel members appointed to the 6. Barton M. Aging and endothelin: determinatns of disease.

Eight Joint National Committee (JNC8). JAMA. 2013 Life Sci. 20 l 4:S0024-3205(14):758-9.
2. Kotche n TA. Hypertensive vascular disease. Dalam: Longo 7. Neupane D. Mclachlan CS, Sharma R, Gyawali B. Khanal V.
DL, Fauci AS, Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL, Loscalzo Mishra SR, Christensen B, Kallestrup P. Prevalence of hy-

J, penyunting. Harrison's principles of internal medicine. pertension in member cou ntries of South Asian Association

Edisi ke-18. New York: McGraw-Hill: 2012 for Regional Cooperation (SAARC): Systematic review and
3. Kap lan NM. Victor RG. Kaplan' s clinical hyperte nsion. Edisi meta-analysis. Medicine (Baltimore). 2014 Sep;93(13):e7 4.
ke- 10. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins: 2010. 8. Mancia G. Fagard R. Na rkiewicz K. Redon J. Zanchetti A.
4. Newcastle Guideline Development and Research Unit. Hy- Bohm M, dkk. 2013 ESH/ ESC Guidelines for the manage-

pertension: clinical management of primary hypertension ment of arterial hypertension. Journal of Hypertension

in adults. London: National Institute for Health and Clinical 2013. 3 1:1281 - 357.

Excellence; 2013.
Paslen hipertensi :<: 18 tahun

lntervensi gaya hidup

....C')
. ::s

Populasi umum (tanpa DM clan PGK)

Tetapkan target tekanan darah dan mulal antihipertensl berdasarkan usia, ada Udaknya DM serta PGK
Populasi dengan DM atau PGK
e!..
I

::r: Usia Usia Semua usia Semua usia, PGK.


'6"

• •
<60 tahun


dengan atau tanpa DM


l'D :?60 tahun dengan OM, tanpa PGK
~
l'D
::s
....
(I) Target tekanan darah
sistolik <150mmHg
Target tekanan darah
sistolik <l 40mmHg
Target tekanan darah
sistolik < l 40mmHg
Target tekanan darah
sistolik <l 40mmHg
diastol <90mmHg diastol <90mmHg diastol <90mmHg diastol <90mmHg
638
,+semua ras
Bukan ras kuli t hicarn Ras kulit hitam
Penghambat ACE atau
Dluretik golongan tiazid atau ARB. tunggal arau
penghambat ACE atau ARB atau CCB. Diuretik golongan tiazid atau CCB.
kombinasi dengan obat
tunggal atau kombinasi tunggal atau kombinasl
kelas lain

Pllih strategl titrasi obat:


A. Maksimalkan dosis obat pertama sebelum menambahkan obat kedua
B. Tambahkan obat kedua sebelum obat pertama mencapal dosis maksimal
C. Mulai dengan 2 obat beda kelas atau dalam bentuk obat kombinasl

Ya
Tekanan darah sesual target?
. Tidak

Kembali tekankan modifikasl gaya hidup dan pengobatan


Tambahkan titrasi Uazid, penghambat ACE. ARB, atau CCB
(gunakan obat dari kelas yang belum digunakan dan hindari komblnasi ACE ARB)

Ya
Tekanan darah sesuai target?
• Tidak

Kembali tekankan modifikasi gaya hidup dan pengobatan


Untuk strategi A dan B. tambahkan titrasi tiazid. penghambat ACE. ARB. atau CCB
(gunakan obat dari kelas yang belum digunakan dan hindari kombinasi ACE ARB)


Untuk strategi C. titrasl dosis obat sampai maksimal

Ya
Tekanan darah sesual target?
• Tidak

Kembali tekankan modiOkasi gaya hidup dan pengobatan


Tambahkan obat dari kelas baru (misal beta bloker. agonis aldosteron. atau yang lain)
dan/atau rujuk ke dokter spesialis

'-------------- •
Tidak Tekanan darah sesuai target? _Y_a _ _ ___. Lanjutkan pengobatan

Gambar 3. Algoritma Tata laksana Hipertensi (J NC 8. 20 14).


dan kontrol
Tabel 2. Beberapa Jenis Anti hipertens i Oral
[)o..,I'\ h.n 1
Krl.1"1 Oh,11 Suhkl' l,1\ ( 011toh Oh.ti 0 11 kUt 11\1 do'l' I kk S.1111p111g
li.111.111)

Hidroklortiazid Hipokalemia. hiperurise mia.


Diurelik Tiazid 12,5-50 mg (I)
(HCT) hipoglikemia, peningkatan

Loop diuretic
Klortalidon
Furosemid
12.5-25 mg (I)
20-80 mg (2)
kolesterol dan trigliserid
Hipokalemia, hi perurisemia
....en
i:::
Diuretik hemat kalium Am ilo rid 5-10 mg (1-2) Hiperkalemia. ginekomastia <I>
Penye kat{3 Propanolol 40-160 mg (2) Bronkospasme, bradikardla, blok t:
<I>
Atenolol 25-100 mg (l) jantung, rasa lelah, peningkatan
Blsoprolol 2,5-10 mg (l) trigliserid
-~
Penghambat ::i::I
Captopril 25- 100 mg (2)
ACE Batuk-batuk. hiperkalemia, ~
Ramipril
Lisinopril
2,5-20 mg (I)
10-40 mg (I)
azotemia. angioedema
....(,J'E'
ARB Valsartan 80-320 mg (1-2)
lrbesartan 150-300 mg (l) Hiperkalemia, azotemia
Losartan 25-100 mg {l -2) 639
CCB No ndih idropiridin Ve rapam il 120-360 mg (I)
Edema. konstipasi
Diltiazem 120-540 mg (I)
Dihidropiridin Am lodipin 2,5- 10 mg (I)
Edema. konstipasi, bradikardia. blok
Nifedipin
30-60 mg (I) jantung
(lepas lambat)
Agonis a Mulut kerlng, puslng. sedasl ringan ..
Klonidin 0,1·0.8 mg (2)
sentra1 kelelahan. depresi. edema
Angina, bradikardia, slnkop, pusing.
Reserpln 0.1 -0.25 mg (1) depresl, mimpi buruk. diskinesia
tard if, letargl
Anta go nis Hiperkalemia. ginekomastia.
Spironolakton 25-50 mg (I)
aldosterone hiponatremia. ruam
Keterangan: ACE, angiocensin converting enzyme; ARB. angiocensin recepcor blocker: CCB. calcium channel blocker.

Tabel 3. Tabel Kontraindikasi Pendesak dan Dapat Dipertimbangkan da lam Penggunaan Antihipertensi.
ft'lll' oh.11 ~fr1Hk\.tk P1•11 1111IM11gk.111

Sindrom metabolik
lntoleransi g lukosa
Diuretik (tiazid) Gout Ke ham ii an
Hiperkalsemia
Hipokalemia

Sindrom metabolik
Asma lntoleransi glukosa
Penyekat{3
Blok Nodus AV (Derajat 2 atau 3) Pasien aktif secara fisik atau atlet
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
-
Antago nis kalsium (goiongan Tak iar itmia
dihidropiridin) Gagai jantung
Blok nodus AV (derajat 2 atau 3, blok
Antagonls kalsium (verapamil, trifasikular)
diltiazen1) Disfungsi ventrikel kiri berat
Gaga! jantung
Keharnilan
Edema angioneurotik
Penghambat ACE Perempuan usia subur
Hiperkaiemia
Stenosis arteri renalis bilateral
Keharnilan
ARB Hiperkalemia Perempuan usia subur
Stenosis aoterl renaliS bilateral
Antagonis reseptor Gagai g injal akut atau berat
mineralokortikoid Hiperkaiemia
234 •
Kompetensi IVA Infeksi Saluran Kemih
11
•• Chris Tanto, Ni Made Hustrini

Definisi !SK perioperatif dan pascaoperasi,


Infeksi saluran kemih adaJah invasi mikroor- Insufisiensi dan transplantasi ginjal, diabetes
ganisme (biasanya bakteri) pada saluran kemih, mulai melitus, dan imunodefisiensi.
dari uretra hingga ginjal. Berbagai istilah pada infeksi 6. Bakteriuria asimtomatik, apabila:
saluran kemih dan definisinya: a. Dua kultur urin berturutan ;:>, I 0 5 CFU/ ml pada
1. Pielonefritis : infeksi pada ginjal; perempuan tanpa gejala;
2. Ureteritis : infeksi pada ureter; b. Satu kultur urin ;:>,I 0 5 CFU/ ml pada laki-laki
3. Sistitis : infeksi pada kandung kemih/buli; atau kateter.
640 4. Uretritis : infeksi pada uretra.
Etiologi
KJasifikasi Berbagai mikroorganisme dapat menginfeksi traktus
Infeksi saluran kemih OSK) secara anatomis dapat urinarius, antara lain:
dibagi menjadi dua kategori: Bakteri Gram negatif (80%): Escherichia coli, Pro-
1. !SK atas : pielonefritis, prostatitis, abses intra- teus sp.. Klebsiella sp. , Enterobacter sp.;
renal, dan abses perinefrik; Bakteri Gram positif (10-15%): Enterococcus sp.,
2. !SK bawah : sistitis dan uretritis. Staphylococcus aureus, Staphylococcus epider-
midis, Staphylococcus aureus;
Berdasarkan gambaran k.Jinis, !SK dikJasifikasikan Lain-lain: Pseudomonas sp. dan Serratia pada
menjadi: pasien yang menjalani prosedur urologi atau
1. Sistitis akut nonkomplikata pada perempuan; obstruksi saluran kemih; Ureaplasma urealy ticum,
2. Sistitis akut rekurens pada perempuan. Apabila Mycoplasma sp., Candida. Adenovirus.
terdapat tiga episode !SK pada I tahun terakhir
atau dua episode pada 6 bulan terakhir; Patogenesis
3. Pielonefritis akut nonkomplikata pada perem- Secara fisiologis, bakteri pada kandung kemih
puan; dapat dibersihkan dengan cepat melalui mekanisme
4. Sistitis akut non komplikata pada dewasa. Dapat aliran urin, pelarutan, serta sifat antibakteri dari urin
disertai kondisi yang mengindikasikan keterli- dan mukosa kandung kemih. Selain itu, kandungan
batan ginjaJ/ prostat tanpa disertai bukti faktor urea serta osmolaritas urin yang tinggi juga meng-
komplikasi lain; antara lain: hambat pertumbuhan bakteri. Se! epitel kandung
a. Jenis kelamin lak.i-laki kemih mensekresikan sitokin dan kemokin OL-6 dan
b. Usia lanjut IL-8) yang menyebabkan sel polimorfonuk.Jear masuk
c. Kehamilan ke epitel kandung kemih dan urin pada saat terjadi in-
d. Diabetes melitus feksi. Sel-sel ini akan berinteraksi membunuh bakteri.
e. Instrumentasi pada traktus urinarius Introitus vagina dan uretra distal memiliki flora
f. Infeksi saluran kemih pada anak normal yaitu basil Gram negatif yang tidak menye-
g. Gejala > 7 hari babkan !SK. Namun, terdapat beberapa faktor risiko
5. ISK komplikata. Infeksi saluran kemih pada pa- yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap kolo-
sien dengan kelainan struktural atau fungsional nisasi mikroorganisme penyebab !SK. antara lain je-
yang dapat menurunkan efikasi terapi antibiotik, nis kelamin (perempuan lebih rentan dibandingkan
antara lain: laki-Jaki) , aktivitas seksual, kehamilan, obstruksi, dan
Pemakaian kateter atau adanya stent pada penggunaan antibiotik. Saluran kemih merupakan
saluran kemih, unit anatomis yang berawal dari saluran uretra hing-
Urin residu setelah berkemih >I 00 mL, ga ginjal. Pada umumnya, port d'entree bakteri dan
Uropati obstruktif {batu, tumor, atau neurogen- mikroorganisme lain berasal dari uretra dan kemu-
ic bladder). dian terjadi infeksi asendens menuju kandung kemih
Refluks vesikoureter atau abnormalitas fung - hingga parenkim ginjal.
sional lainnya,
• Jejas kimia atau radiasi pada uroepitel,
Diagnosis Pada perempuan hamil dan pasien yang
1. Tanda dan Gejala menjalani operasi urologi selalu curiga
Tanda dan gejala bergantung kepada organ apa kemungkinan adanya !SK asimtomatik.
dari saluran kemih yang terkena.
Pielonefritis akut Tata Laksana
- Demam, mual dan muntah, nyeri abdomen, Terapi Farmakologis
dan diare. Dapat ditemukan gejala sistitis; l. Sisti tis akut nonkomplikata. Pilihan antibiotik per
- Nyeri tekan dan kemerahan pada sudut oral, antara Jain:
kostovertebra atau palpasi abdomen da- a. Kotrimoksazol 2 x 960 mg selama 3 hari;
lam; b. Siprofloksasin 2 x 250 mg selama 3 hari;
- Urinalisis: ditemukan silinder leukosit. c. Nitrofurantoin 2 x I 00 mg selama 7 hari;
Prostatitis d. Co -amoxiclav 2 x 625 mg selama 7 hari.
- Akut: nyeri pada perineum, demam, dan 2. Sistitis akut rekurens pada perempuan, diperlu-
prostat yang membengkak pada pemerik- kan antibiotik profilaksis untuk pencegahan:
saan; a. Nitrofurantoin 50 mg/ hari;
Kronis: gejala serupa sistitis, pancaran urin b. Kotrimoksazol 240 mg/hari atau tiga kali sem-
lemah, sulit mulai buang air kecil. inggu; 641
Sisti tis c. Apabila terjadi infeksi ditengah masa profilak-
- Gejala saluran kemih bawah (LUTS) iritatif sis, dapat diberikan siprofloksasin 125 mg/
(Jihat Bab Pembesaran prostakjinak) hari.
Trias: disuria, frekuensi, urgensi; 3. Pielonefritis akut nonkomplikata:
Nyeri suprapubik atau dapat bermanifesta- a. lndikasi rawat: adanya tanda-tanda toksisitas
si sebagai nyeri pinggang bawah; sistemik, tidak mampu minum antibiotik oral.
Urin keruh dan berbau tidak sedap. Urin Antibiotik parenteral pilihan: seftriakson I x 1
dapat berdarah pada 30% kasus; gram atau levofloksasin 4 x 500 mg a tau sipro-
Kemerahan pada uretra atau area supra- floksasin 2 x 400 mg selama 7-14 hari;
pubik. b. Gejala ringan: siprofloksasin 2 x 250 mg sela-
Uretritis ma 7 hari;
- LUTS iritatif c. Gejala berat: siprofloksasin 2 x 250 mg selama
- Disuria, frekuensi, dan piuria. 14 hari.
4. !SK pada laki-laki:
2. Pemeriksaan Penujang a. Kotrimoksazol atau siprofloksasin selama 7
Urinalisis: piuria, bakteriuria, hematuria, nitrit hari.
(+), Jeukosit >5/LPB; 5. Bakteriuria asimtomatik:
Kultur urin (dari urin porsi tengah atau sampel a. Tata Jaksana hanya diberikan pada perempuan
diambil langsung dari kateter) dapat menegak- hamil , sebelum tindakan bedah urologi, dan
kan diagnosis definitifISK apabila: setelah transplantasi ginjal.
- Jumlah koloni ~10 5 /mL dari jenis sampel 6. !SK pada perempuan hamil:
apapun. Apabila didapatkan jumlah kolo- a. Co-amoxiclav, nitrofurantoin, sefalosporin oral,
ni >105/ mL tetapi banyak spesies bakteri atau fosfomisin dosis tunggal;
ditemukan, kemungkinan sampel mengala- b. Pielonefritis: antibiotik IV sampai pasien afe-
mi kontaminasi; bris selama 24 jam diikuti terapi oral 10-14
- Pada pasien simtomatik, jumlah koloni hari;
102-10 4/mL mungkin mengindikasikan c. Antibiotik kontraindikasi: sulfonamid dan
infeksi; quinolon.
- Urin berasal dari pungsi suprapubik: bera- 7. !SK pada pasien diabetes diobati dengan medika-
papun jumlah koloni; mentosa atau terapi pembedahan.
- Urin berasal dari kateter: jumlah koloni
102 -10 4 /mL. Terapi Nonfarmakologis
Kultur darah untuk pasien yang demam tinggi Asupan cairan yang banyak;
atau dicurigai mengalami komplikasi; Penggantian kateter yang teratur pada pasien
Pada pasien yang dicurigai prostatitis, spesi- yang menggunakannya;
men yang diambil: urin pertama kali pagi hari, Pencegahan rekurensi !SK: menjaga kebersihan
porsi tengah, dan urin setelah masase prostat; dan higiene daerah uretra dan sekitarnya.
Pencitraan: USG ginjal, CT scan abdomen, sis-
tografi;
Sumber Bacaan 4. Hooton T. Urinary tract infection in adults. Dalam: Fee-
1. Gupta K dan Trautner BW. Urinary tract infections. py- halyJ. Floege J, Jonhson RJ. penyunting. Comprehensive
elonephritis. and prostatitis. Dalam: Longo DL. Fauci AS. clinical nephrology. St. Laius: Elsevier-Saunders. 2010.
Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Loscalzo J. penyunting. 5. Grabe M. Bishop MC, Bjerklund-Johansen TE. Botto H. Cek
Harrison's principles of internal medicine. Edisi ke-18. New M . Naber KG. dkk. Guidelines on urological infecti ons. Eu-
York: McGraw-Hill: 2012 ropean Associat ion on Urology. 2009.

C) 2. Lundquist AL. Rhee EP. Bazari H. Urinary tract infections. 6. Stamm WE. Urinary tract infections. pyelonephritis. and
..... Dalam: Sabatine MS. penyunting. Pocket medicine. Edisi ke- prostatitis. Dalam: Longo DL. Fauci AS. Kasper DL. Hauser
.2. 5. Philladelphia: Lippincot Wi lliams & W il kins: 20 13. SL, Jameson JL. Loscalzo J. peny unting. Harrison's prin-
!!!.
I 3. Singh K. Kumar S. Vi llareal R. Lerma EV. Urina1y tract infec- ciples of internal medicine. Edisi ke-18. New York: Mc-

.....
:::i:: tion. Dalam: Lerma EV. Berns JS. Nissenson AR. penyunting . Graw-Hi ll: 2012
"O CURRENT diagnosis & treatment nephrology & hy perten-
in
~ sion. New York: McGraw-Hill: 2009.
in
::s
.....
(/)

642 235 Krisis Hipertensi


••
Kompetensl lllA

Definisi dan Klasifikasi


• Chris Tanto, Ni Made Hustrini

yang berkelanjutan sehingga disfungsi organ target


Krisis hipertensi merupakan sebuah kegawatdaru- bersifat progresi f (semakin berat).
ratan yang memerlukan penurunan tekanan darah
segera. Krisis hipertensi terdiri dari: Diagnosis
1. Hipertensi urgensi, apabila tekanan darah sistolik 1. Anamnesis
>180 mmHg ATAU diastolik >120 mmHg tanpa Riwayat hipertensi dan pengobatan hipertensi
disertai jejas organ target. sebelumnya. Riwayat konsumsi agen-agen vaso-
2. Hipertensi emergensi, apabila tekanan darah sis- pressor seperti simpatomimetik. Gejala organ tar-
tolik >180 mmHg ATAU diastolik >120 mmHg get yang dirasakan (serebrovaskular, jantung. dan
disertai jejas organ target yang progresif. Bebera- fungsi penglihatan).
pa organ target pada hipertensi krisis yang harus 2. Pemeriksaan Fisis
diwaspadai, antara lain: a. Tekanan darah: tekanan darah sistolik > l 80
Neurologi: ensefalopati hipertensi, stroke mmHg, tekanan darah diastolik > 120 mm Hg:
iskemik/ hemoragik, papil edema, perdarahan b. Funduskopi: spasme arteri segmental atau di-
intrakranial; fus, edema retina, perdarahan retina (superfi-
Jantung: sindrom koroner akut, edema paru, sial, berbentuk api, atau titik), eksudat retina.
diseksi aorta, gaga! jantung akut; papiledema, vena membesar;
Ginjal: proteinuria, hematuria. gangguan ginjal c. Pemeriksaan neurologis: sakit kepala,
akut, bingung, kehilangan penglihatan, defisit fokal
Preeklamsia/eklamsia, anemia hemolitik, dan neurologis, kejang. koma;
lain-lain. d. Status kardiopulmoner;
e. Pemeriksaan cairan tubuh: oliguria pada
Patofisiologi gangguan ginjal akut;
Patofisiologi krisis hipertensi hingga saat ini ma- f. Pemeriksaan denyut nadi perifer.
sih belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan, krisis 3. Pemeriksaan Penunjang
hipertensi diakibatkan kegagalan fungsi autoregulasi a. Hematokrit dan apusan darah:
dan peningkatan resistensi vaskular sistemik yang b. Urinalisis: proteinuria, eritrosit pada urin:
mendadak dan cepat. Peningkatan tekanan darah c. Kimia darah: peningkatan kreatinin, azotemia
menyebabkan stres mekanik dan jejas endotel sehing- (ureum >200 mg/ dL) , glukosa, elektrolit;
ga permeabilitas pembuluh darah meningkat. Hal d. Elektrokardiografi: adanya iskemia, hipertrofi
tersebut juga memicu kaskade koagulasi dan deposisi ventrikel kiri;
fibrin. Hal tersebut menyebabkan iskemia serta hi- e. Foto toraks Gika terdapat kecurigaan gagal
poperfusi organ yang menyebabkan gangguan fungsi. jantung atau diseksi aorta) .
Siklus tersebut berlangsung dalam sebuah lingkaran
Tabel I. Jenis dan Profil Antih ipertensi pada Hipertensi Urgensi

Oha t Do\I.., i\\\il .111 Kt'IJ.1 lh11 ,1..,1 Kl'IJ cl 1\1111.111 PP11gg11 11,1.1 11

Dapat dlulang dalam 15 menit. Kaptoprll menjadi obat


Kaptoprll 12.5-25 mg 15 menlt 4-6 jam pilihan karena keamanannya dan penurunan tekanan
darah yang cepat;
Klon idin 75-150 µg 30 menit-2jam 6-Sjam Dapat diulang setiap jam.
.....
(I)
Propanolol 10-40 mg 15-30 menit 3-6jam Dapat diulang setiap 30 menit.
r:::
Tekanan darah dapat menu run dengan sangat cepat a.I
sehingga sangat sulit untuk mengatur respon. serta
t:
a.I
Nifedipin 5-IOmg 5- 15 menit 3-5jam meningkatkan risiko iskemia serebral dan jantung. Oleh s:i.
karena itu. pen urunan te kanan darah dengan nifedipin ::a
I
sudah jarang dilakukan. ni
·~
.....
Tabel 2. Jenis, Profil da n lndikasi Organ Target Antihipertensi Parenteral pada Hipertensi Emergensi (.'.)
1
\\\ll .l ll 1>111 .1 ... 1
Oh,11 1>0'1"' I ft·k Sc1111p111g lndik.i\1 m g.1111.irgl' l
1«·11.0 K1·11 .o 643
Stroke, perdarahan
5-10 Nyeri kepala, mual.
Nlka rdipin 5-15 mg/jam l-4Jarn lntrakranlal. EH, diseksi
men it flushing, refleks takikardia.
aorta, EPA. eklamsia
Nye ri kepala. munta h.
methemoglobinemia. efek
Nitrogliserin 5- 100 µg / menit 2-5 menit 5-10 menit EPA. SKA
to leransi bila digunakan
jangka panjang.
0,3 µg/ KgBB/jarn
Pusing. mulut kerlng.
dalam 250 cc
5-10 hlpotensi ortostatik. efek
Klonidin' Dekstrosa 5%. 3-7 jam Semua organ target
men it withdrawal.
Dosis maksimal
750 µg/2 4jam.
Mual. muntah. kedut
0.25-10 µg/ Sangat Diseksi aorta.
Nltropru sid •• 1-2 menit otot, refl eks takikardia.
KgBB/ menit cepat ensefalopati hi pertensi
toksisitas sianida.
20-80 mg IV Diseksi aorta, SKA,
Mual. mu ntah.
bolus setiap l 0 eklamsia, stroke,
La betalol 5-10 bronkokonstriksl. puslng,
menit dan/atau 3-6jam perdarahan lntrakranial,
HCI' .. menit hipotensl ortostatlk. gagal
0.5-2 mglmenlt EH dengan gangguan
jantung dan blok nodus AV
IV infus fungsl ginjal,
Pusing, nyeri kepala.
10-20 mg IV 10-20
Hid ralazin 1-4jam flushing. refl eks takikardia. Pre-eklamsia. eklams ia
bolus menit
angina
0, l mg/kg/ menit
!jam
maks.J.6 mg/ Pusing. nyeri kepala, mual, EPA. EH atau organ
10-30 setelah
Feno ldopam * kg/menit. Titrasi
me nit stop
flushing. refleks taklkardia .. target lainnya dengan
naik per 0,05-0.1 angina, penlngkatan TIO. gangguan fungsi ginjal
pemberian
mg/ kg/ menit
§ lndikasi berstfac anjuran. Disesuaikan dengan kecersediaan agen antlhipercensi di lapangan dan klinis pasien
• Dibucuhkan penyesualan dosis pada insufiensi renal (50-75% dosls).
" Nitroprusid merupakan pilihan antihipercensi cerakhir karena memlliki risiko coksisitas sianida. Sebaiknya digunakan pada pasien
dengan fungsi glnjal dan haci yang norma/.dan cidak disarankan uncuk SKA. perdarahan lntrakranial dan stroke
*'** Pada diseksi aorta dapat dikombinasikan dengan vasodilator inrravena Jainnya
* Dapac digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi glnjal. Dikontraindikasikan jika cerdapac gla ukoma
Kecerangan: AV: acrlovencrlkular: EH: ensefalopacl hipercensi: EPA: edema paru akuc: SKA: slndrom koroner akut; TIO: cekanan intra-
okular.
Tata Laksana Sumber Bacaan
l. Hipertensi Urgensi I. Chobanian AV. Bakris GL. Black HR. dkk .. for the National
Penurunan tekanan darah dilakukan dalam be- Heart. Lung. and Blood Institute Joint ational Committee
berapa jam dengan target tekanan darah normal on Prevemion. Detection. Evaluation. and Treaunem of
dalam waktu 1-2 hari menggunakan antihipertensi High Blood Pressure: National High Blood Pressure Educa-
oral. Pilihan antihipertensi oral pada hipertens i ur- tion Program Coordinating Committee. The Seventh Report
gensi dapat dilihat pada Tabel l. of the Joint National Committee on Prevention. Detection.
Setelah tekanan darah mencapai normal. Lakukan: Evaluation. and Treatment of High Blood Pressure: the JNC
ldentifikasi penyebab hipertensi urgensi; 7 report. JAMA. 2003:289(19):2560-72.
Pemberian regimen antihipertensi dalam jang- 2. Mancia G. Fagard R. Narkiewicz K. Josep R. Zanchetti A.
ka panjang untuk kontrol tekanan darah. Bohm M, dkk. 20 13 ESH/ESC Guidelines for the manage-
ment of arterial hypertension: The task force for the man-
2. Hipertensi Emergensi agement of arterial hypertension of the European Society
Target terapi ialah penurunan mean arterial pres- of Hypertension (ESH) and of the European Society of Car-
sure (MAP) <25% semula dalam waktu kurang dari diology (ESC). J of Hypertension.2013:31:1281-357
l jam dengan menggunakan agen parenteral. Da- 3. Pollack CV dan Rees CJ. Hypertensive emergencies: Acute

644 lam 2-6 jam setelah stabil , turunkan tekanan darah care evaluation and management Emergency medicine
diastolik hingga mencapai 160/ l 00-1 l 0 mmHg. cardiac research and education group. 2008:3: 1- 12
Jika masih tetap stabil, turunkan tekanan darah 4. Kessler CS dan Joudeh Y. Evaluation and treatment of
hingga sesuai target dalam 24-48 jam. Penurunan severe asymptomatic hypertension. Am Fam Physi-
tekanan darah mendadak dapat menyebabkan cian.20 10:81 (4):470-6
iskemia organ target. Khusus pada diseksi aor- 5. Hypertensive crises. Dalam: Kap lan NM. Victor RG. Flynn
ta tanpa syok, target tekanan darah sistolik 120 JT. penyunting. Kaplan's clinical hypertension. Edisi ke-10.
mmHg harus dicapai dalam 20 menit. Pilihan anti- Philladelphia: Lippincot Williams & Wilkins: 20 l 0.
hipertensi parenteral untuk hipertensi emergensi 6. Gupta R. Taqueti VR. DUdzinski DM. Weiner RB. O'Dono-
dapat dilihat pada Tabel 2. Penurunan dan peman- ghue M. Sabatine MS. Hypertension. Dalam: Sabatine MS.
tauan tekanan darah sebaiknya dilakukan di inten- penyunting. Pocket medicine. Edisi ke-5. Philladelphia: Lip-
sive care unit (ICU). pincot Williams & Wilkins: 2013.

Penyakit Ginjal Kronis


Chris Tanto, Ni Made Hustrini

Definisi Klasifikasi
Adanya kelainan struktural ATAU fungsional Stadium PGK diklasifikasikan berdasarkan nilai LFG.
pada ginjal yang berlangsung minimal 3 bulan, dapat Klasifikasi PGK dapat dilihat pada Tabel 1.
berupa:
I . Kelainan struktural yang dapat dideteksi melalui Etiologi
pemeriksaan laboratorium (albuminuria, sedimen PGK disebabkan oleh bermacam-macam ha!:
urin , kelainan elektrolit akibat ginjal) , pemerik- Glomerulonefritis, akibat infeksi (endokarditis
saan histologi, pencitraan, atau riwayat transplan- bakterial, hepatitis C, hepatitis B, HN) atau yang
tasi ginjal, ATAU bersifat kronis;
2. Gangguan fungsi ginjal dengan laju filtrasi Diabetes melitus menyebabkan nefropati diabetik;
glomerulus (LFG) <60 mL/menit/l ,73 m2 Hipertensi, penyakit nefrosklerosis;

Tabel l. Klasifikasi PGK berdasarkan LFG (KDIGO, 20 12)


St,Hhum l>rskripsi I H , (mL/ ml•nit / l.73 m ')
GI Normal atau tinggi ~90
G2 Penurunan ringan 60-89
G3a Penurunan ringan-sedang 45-59
G3b Penurunan sedang-berat 30-44
G4 Penurunan berat 15-29
GS Ga al in'al < 15
Uropati obstruktif (batu saluran kemih, tumor, dan Manifestasi Klinis
lain-lain); Manifestas i klinis PGK tidak spesifik dan biasanya
Lupus eritematosus sistemik, amiloidosis, penyakit ditemukan pada tahap akhir penyakit. Pada stadium
ginjal polikistik; awal, PGK biasanya asimtomatik. Tanda dan gejala
Penggunaan obat-obatan (obat antiinflamasi non- PGK melibatkan berbagai sistem organ, diantaranya:
steroid, antibiotik, siklosporin, takrolimus). Gangguan keseimbangan cairan: edema perifer,
efusi pleura, hipertensi, peningkatan JVP, asites;
Epidemiologi Gangguan elektrolit dan asam basa: tanda dan
PGK merupakan penyakit yang sering dijumpai gejala hiperkalemia, asidosis metabolik (nafas
pada praktik klinik sehari-hari. Prevalensinya di nega- Kussmaul) , hiperfosfatemia;
ra maju mencapai 10-13% dari populasi. Sebuah stu- Gangguan gastrointestinal dan nutrisi: metallic
di yang dilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia taste, mual, muntah, gastritis, ulkus peptikum ,
melaporkan sebanyak 12,5% populasi di Indonesia malnutrisi;
mengalami penurunan fungsi ginjal. Kelainan kulit: kulit terlihat pucat, kering, pruri-
tus, pigmentasi kulit, ekimosis;
Faktor Risiko Gangguan neuromuskular: kelemahan otot, fasi -
PGK merupakan multihit process disease. Sekali kulasi, gangguan memori. ensefalopati uremikum; 645
mengalami gangguan fungsi ginjal, banyak faktor Gangguan metabolik endokrin: dislipidemia,
yang akan memperberat perjalanan penyakit. Faktor gangguan metabolisme glukosa, gangguan hor-
tersebut dikenal sebagai faktor progresivitas PGK Oi- mon seks;
hat Tabel 2). Gangguan hematologi: anemia (dapat mikrositik
hipokrom maupun normositik normokrom), gang-
Patofisiologi guan hemostasis.
PGK disebabkan gangguan atau kerusakan pada
ginjal, terutama pada komponen fi ltrasi ginjal, seperti Pemeriksaan Penunjang
membran basal glomerulus, sel endotel, dan sel po- Pemeriksaan darah lengkap: ureum meningkat,
dosit. Kerusakan komponen-komponen ini dapat dise- kreatinin serum meningkat. Dari kadar kreatinin
babkan secara langsung oleh kompleks imun, media- serum dapat dilakukan perhitungan estimasi LFG
tor inflamasi, atau toksin. Selain itu, dapat pula dise- dengan rumus Cockcrof-Gault atau studi MDRD;
babkan oleh mekanisme progresif yang berlangsung Pemeriksaa elektrolit: hiperkalemia, hipokalse-
dalam jangka panjang. Selain itu, berbagai sitokin dan mia. hiperfosfatemia, hipermagnesemia;
growth factor berperan dalam menyebabkan keru- Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid
sakan ginjal. (hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, LDL

Tabel 2. Faktor-faktor yang Berperan dalam Progresivitas PGK

I ul.1k. d<tp.tt d1m11d1f1k.t\1 J>.tp.11 d1mod11ik.1"a1

Hipertensi
Usia (usia tua)
Proteinuria
Jenis ke lamin (Iaki-laki lebih cepat)
Albuminuria
Ras (ras Afrika -Amer ika lebih cepat)
Glikemia
Genetik
Obesitas
Hilangnya massa ginjal
Dislipidemia
Merokok
Kadar asam urat

Tabel 3. Berbagai Konversi Nilai Pemeriksaan Protein Urin.

( .111k i\lhu1111n H.i..,10 Alhumin / P!Clll'lll R.1sm Prntt•111/K1P<1t111in


(plup (mgi2 t 1.im) K1P.1l111111 (111g/ 111mol) tmg / 211.im) (111g 111m111l)

<2.5 (laki-laki).
Normal 0 10-30 < 150 <15
<3,5 (perempuan)

>2.5 (laki-laki).
Mikroalbuminuria 0 30-300 <150 < 15
>3,5 (perempuan)
'Trace' proteinuria Trace >300 15-29 150-299 15-29
Proteinuria + atau ++ NIA NIA 300-3500 30-350
Nefrotik NI A NI A >3.5 g >350
meningkat); fungsi baik. asupan cairan dianjurkan minimal
Analisis gas darah: asidosis metabolik (pH 2000 mL/hari. Untuk pasien oliguria, asupan
menurun, HC0 3 menurun) ; cairan harus seimbang dengan produksi urin
Urinalisis dan pemeriksaan albumin urin: ditambah insensible water loss 500-750 mL.
Sedimen urin: sel tubulus ginjal, sedimen eritrosit, Restriksi asupan garam. Rekomendasi asupan
sedimen leukosit, sedimen granuler kasar. dan NaCL per hari:
adanya eritrosit yang dismorfik merupakan tanda - PGK pre-dialisis: <5 g/hari;
patognomonik jejas ginjal; - PGK-hemodialisis: 5-6 g/hari;
Pemeriksaan protein urin kuantitatif 24 jam PGK-dialisis peritoneal: 5-10 g/hari;
(PUK) ; - Transplantasi ginjal: <6- 7 g/hari. Natrium ha-
Pencitraan: USG ginjal; BNO-IVP; nya dibatasi pada periode akut pasca operasi
Biopsi ginjal; dimana mungkin terjadi fungsi graft yang bu-
Pemeriksaan lain (untuk komplikasi): EKG. foto po- ruk atau hipertensi pasca transplantasi.
los toraks, dan ekokardiografi. Terapi dislipidemia. Target: LDL <100 mg/ dL.
Apabila trigliserida ~2 00 mg! dL, target kolesterol
Tata Laksana non-HDL <130 mg/ dL. Kolesterol non-HDL ialah
646 Tujuan tata laksana antara lain untuk mengham- kadar kolesterol total dikurang kadar HDL. Terapi
bat penurunan LFG dan mengatasi komplikasi PGK dislipidemia dapat menggunakan statin, serta pola
stadium akhir (stadium 4 dan 5). makan rendah lemak jenuh. Asupan lemak dian-
jurkan 25-30% total kalori dengan lemakjenuh di-
Tata laksana untuk mencegah progresivitas PGK: batasi <I 0%. Apabila ada dislipidemia, asupan ko-
Kontrol tekanan darah. Target tekanan darah: lesterol dalam makanan dianjurkan <300 mg/ hari.
< 130/80 mmHg (tan pa proteinuria). < 125/75 Modifikasi gaya hidup. lndeks masa tubuh ide-
mmHg (dengan proteinuria). Antihipertensi yang al (20-22,9 Kg/ m 2), dilakukan pengaturan berat
disarankan ialah penghambat ACE. ARB (angioten- badan dan olahraga 30 menit minimal 3 hari da-
sin receptor blocker), dan CCB (calcium channel lam seminggu, serta berhenti merokok.
blocker) nondihidropiridin. Edukasi. Pasien mengerti tentang PGK, faktor
Restriksi asupan protein. untuk mencegah risiko progresivitas, pilihan modalitas terapi pengganti
malnutrisi. Rekomendasi asupan protein: ginjal.
- PGK pre-dialisis: 0,6-0,75 g/KgBB ideal/hari;
- PGK-hemodialisis: 1,2 g/KgBB ideal/hari; Tata laksana untuk mengatasi komplikasi PGK:
- PGK-dialisis peritoneal: 1,2- 1,3 g/KgBB/hari; Anemia. Lakukan pemeriksaan untuk menyingkir-
- Transplantasi ginjal: 1,3 g/KgBB ideal/hari kan anemia defisiensi besi. Terapi eritropoietin
pada 6 minggu pertama pasca transplantasi (EPO) apabila Hb $10 g/dL dan Ht$ 30% (target
dilanjutkan 0,8-1 g/KgBB ideal/hari. Hb 10-12 g/dL. Ht >30%). Dosis penggunaan EPO:
Protein yang dipilih adalah yang memiliki - Fase koreksi: 2000-4000 JU subkutan, 2-3
kandungan biologis tinggi (protein hewani) , mini- kali/ minggu, selama 4 minggu. Target Hb naik
mal 50%. 1-2 g/dL atau Ht naik 2-4% dalam 4 minggu;
Kontrol kadar glukosa darah. Target: HbA ,C <7%. - Apabila target belum tercapai dosis EPO di-
Lihat pilar penatalaksanaan diabetes pada Bab Di- naikkan 50%;
abetes Melitus. Lakukan penyesuaian dosis obat - Apabila Hb naik >2,5 g/dL atau hematokrit
hipoglikemik oral. Hindari penggunaan metformin naik >8% dalam 4 minggu. dosis diturunkan
dihindari. Golongan glitazon dapat dipilih. sebanyak 25%.
Restriksi cairan. Rekomendasi asupan cairan pada Asidosis metabolik. Koreksi apabila konsentrasi
PGK adalah: [HC0 3 ] < 22 mmol/L. Koreksi dilakukan dengan
- PGK pre-dialisis: cairan tidak dibatasi dengan suplemen bikarbonat oral untuk mempertahankan
produksi urin yang normal; kadar [HC0 3 ] 22-24 mmol/L. Bikarbonat oral
- PGK-hemodialisis: 500 mL/hari + produksi diberikan 3 x 2 tablet (325-2000 mg) setiap
urin; harinya.
- PGK-dialisis peritoneal: 1500-2 000 mL/hari, Rumus koreksi bikarbonat = 0.3 x BB (Kg) x
lakukan pemantauan harian; {[HC0 3 ] target - [HC0 3 ] awal}.
- Transplantasi ginjal: pada fase akut pasca Hiperfosfatemia. Pilihan terapi tergantung kadar
transplantasi, pasien dipertahankan euvole- Ca'- dan [PO ,3 l pasien. Koreksi dilakukan dengan
mik/sedikit hipervolemik dengan insensible pemberian phosphate binders. Jenis phosphate
water loss diperhitungkan sebesar 30-60 mL/ binders yang tersedia:
jam. Untuk pasien normovolemik dan graft ber- - Ca-based phosphate binders, contoh: kalsium
asetat atau kalsium karbonat 3-6 g/hari; Sumber Bacaan
- Non-Ca-based phosphate binders, contoh: lan- 1. Eknoyan G. Lameire N. Kasiske BL. Wheeler DC. Abboud QI,
thanum, sevelamer, atau magnesium. Adler S. dkk. KDIGO clinical practice guideline for evalua-
Hiperhomosisteinemia. Pemberian suplemen tion and management of CKD. 2012:3(1).
oral: asam fo lat 15 mg dan vitamin 8 12 500 µg/ 2. Fauci AS. Lane LC. Chronic kidney disease. Dalam: Longo
hari dilakukan untuk mencegah aterosklerosis. DL. Fauci AS. Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Loscalzo
J. penyunting. Harrison's principles of internal medicine.
Pada PGK stadium 4, pasien perlu dipersiapkan Edisi ke-18. New York: McGraw-Hill: 2012.
untuk menjalani terapi pengganti ginjal (TPG). Tera- 3. Suhardjono. Penyakit ginjal kron ik. suatu epidemiologi
pi pengganti ginjal umumnya dilaksanakan pada PGK global baru: prot""t your kidney save your heart. Perhim-
stadium 5. Modalitas TPG yang tersedia untuk pasien punan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI): 2010.
PGK dapat berupa hemodialisis (cuci darah), dialisis 4. Murphree DD. Thelen SM. Chronic kidney disease in prima-
peritoneal, atau transplantasi ginjal. Pasien perlu diru- ry care. JABM. 20 10:23(4): 542-550.
juk ke bagian Ginjal Hipertensi untuk TPG. 5. Brown C. Haddad N. Hebert LA. Retarding progression of
kidney disease. Dalam: Feehaly J. Floege J. Jonhson RJ.
Komplikasi penyunting. Comprehensive clinical nephrology. St. Laius:
Komplikasi PGK meliputi penyakit tulang dan Elsevier Saunders: 20 10. 647
mineral terkait PGK (CKD-MBD/chronic kidney dis- 6. Sabatine MS. Chronic kidney disease. Dalam: Sabatine MS.
ease-mineral bone disease), kejadian kardiovaskular penyunting. Pocket medicine. Edisi ke-5. Philladelphia: Lip-
(perikarditis, penyakit jantung koroner, henti jan- pincot Williams & Wilkins: 2013.
tung), komplikasi neurologis, infeksi, serta komplikasi 7. Wheeler DC. Clinical evaluation and management of chron-
nutrisi dan saluran cerna, anemia, hiperparatiroid- ic kidney disease. Dalam: Feehaly J. Floege J. Jonhson RJ.
ismesekunder. Penyakit kardiovaskular merupakan penyunting. Comprehensive clinical nephrology. St. Laius:
penyebab kematian terbanyak pada pasien-pasien ElsevierSaunders: 2010.
PGK. 8. Dharmeizar. Widodo. Arwanto A. Sudhana IW. Azmi S. Pras-
anto S, dkk. Konsensus nutrisi pada penyakit ginjal kronik.
Jakarta: PERNEFRJ: 20 1 1

237 Sindrom Nefritik Akut


••
Kompeknsi I !IA

Definisi
• Chris Tanto, Ni Made Hustrini

2. Virus: hepatitis B, mononukleosis, cam-


Sindrom nefritik akut terdiri atas hipertensi, he- pak, parotitis, varisela, coxscackievirus;
maturia, gangguan fungsi ginjal ditandai dengan 3. Parasit: malaria, toksoplasmosis.
adanya silinder eritrosit, dan proteinuria ringan b. Non-infeksi
sampai sedang. Pada tahap yang lebih lanjut dapat i. Penyakit ginjal primer
ditemukan edema dan hipertensi. I. Glomerulonefritis membranoprolifera-
tif;
Etiologi 2. Nefropati IgA:
Sindrom nefritik merupakan diagnosis klinis. Beri- 3. Glomerulonefritis proliferatif me-
kut diagnosis patologis yang dapat menyebabkan sin- sangial:
drom nefritik: 4. Glomerulonefritis progresif cepat (ra-
1. Glomerulonefritis akut pidly progressive glomerulonephritis-
a. Infeksi RPGN).
i. GN pasca infeksi streptokokus (penyebab ii. Penyakit sistemik
terbanyak) I . Lupus eritematosus sistemik;
ii. GN infeksi non-streptokokus 2. Vaskulitis (Wegener granulomatosis,
I. Bakteri: endokarditis infektif, sepsis, vaskulitis hipersensitivitas);
pneumonia oleh pneumokokus, demam 3. Purpura Henoch-Schonlein;
tifoid, sifilis sekunder, meningokok- 4. Cryoglobulinemia;
semia; 5. Poliarteritis nodosa;
6. Sindrom Goodpasture. ldentifikasi penyakit sistemik serta infeksi yang
2. Penyebab Lainnya: sindrom Guillain-Barre, radiasi baru terjadi (infeksi tenggorok, kulit, dan lain-lain);
tumor Wilms, vaksin DPT yang diberikan sendiri. Riwayat penggantian katup jantung;
Tanyakan gejala kehilangan nafsu makan, gatal
Glomerulonefritis Akut generalisata, kelelahan, mual, mudah memar,
Definisi mimisan, bengkak pada wajah serta kaki, serta
Glomerulonefritis akut (GN Akut) didefinisikan se- sesak napas;
bagai timbulnya hematuria, proteinuria, dan silinder Pertanyaan seputar buang air kecil: hematuria, oli-
eritrosit mendadak. Manifestasi klinis dapat disertai guria, adanya rasa nyeri abdomen;
hipertensi, edema, azotemia, serta retensi cairan dan Trias sinusitis, infiltrat paru, nefritis apabila curiga
garam. GN akut dapat disebabkan oleh penyakit ginjal granulomatosis Wegener;
primer atau penyakit sistemik. Purpura, mual, muntah, dan nyeri abdomen apabi-
la curiga purpura Henoch-Schonlein;
Patogenesis dan Patofisiologi Atralgia, terkait dengan SLE;
Kelainan ginjal pada GN akut disebabkan oleh Hemoptisis, terjadi pada sindrom Goodpasture
pembentukan kompleks imun yang terdeposisi di a tau GN progresif idiopatik;
648 glomerulus. Selain pada glomerulonefritis pascain- Ruam-ruam kulit biasanya pada vaskulitis hiper-
feksi streptokokus, pencetus pasti pembentukan kom- sensitivitas, SLE, purpura Henoch-Schonlein.
pleks imun belumlah diketahui denganjelas.
Pada kelainan glomerulus primer, sel mesangial Pemeriksaan Fisis
dan sel epitel glomerulus mengekspresikan epitop Tanda-tanda kelebihan cairan: edema periorbital/
yang menyerupai protein imunogenik yang dibuat edema di kaki. hipertensi, ronki basah halus ijika
di tempat lain dalam tubuh; ada edema paru), peningkatan tekanan vena jugu-
Pada GN infeksi, bakteri, virus, atau parasit dapat laris. asites, atau efusi pleura;
secara langsung menginfeksi ginjal dengan men- Cari tanda-tanda seperti ruam kulit, pucat, nyeri
ciptakan antigen sendiri; ketok costovertebral angle (CVA), pembengkakan
Pada penyakit inflamasi sistemik, proses inflamasi sendi;
meluas ke ginjal menyebabkan jejas glomerulus Pemeriksaan neurologis yang tidak normal, gang-
sekunder. Pada sindrom Goodpasture, target dari guan kesadaran.
antigen adalah kolagen
Pemeriksaan Penunjang
Pada glomerulonefritis akut terjadi perubahan Darah lengkap: anemia (bisa dilusional karena
struktural dan fungsional. Perubahan struktural yang kelebihan cairan), peningkatan laju endap darah
terjadi dapat bersifat fokal atau global serta difus atau (LED), kreatinin serum meningkat;
segmental: Level komplemen: C3 dan C4; kadar imunoglobu-
1. Proliferasi sel (endotel, mesangial, dan sel epitel). lin. Pada pascainfeksi streptokokus, kadar C3
Proliferasi dapat terjadi endokapiler (dalam kapil- rendah;
er glomerulus) atau ekstrakapiler (dalam ruang Urinalisis (makroskopis dan mikroskopis): protein-
Bowman); uria, hematuria, sedimen eritrosit, leukosituria;
2. Proliferasi leukosit, ditandai dengan adanya neu- Urin 24 jam: protein urin kuantitatif (meningkat).
trofil dan monosit dalam lumen glomerulus; bersihan kreatinin;
3. Penebalan membran basal glomerulus; Tes untuk antigen streptokokus: ASTO;
4. Hialinisasi atau sklerosis, menandakan jejas sudah Pemeriksaan laboratorium lainnya: anti ds DNA,
ireversibel. serologi hepatitis B dan C, ANCA, c-ANCA, kadar
trigliserida;
Kerusakan struktural tersebut menimbulkan pe- USG: ukuran ginjal biasanya membesar serta ter-
rubahan fungsional yang ditandai dengan timbulnya dapat fibrosis. Korteks ginjal biasanya tidak rata
proteinuria, hematuria. reduksi laju filtrasi glomeru- ekogenositasnya;
lus, dan adanya eritrosit serta silinder eritrosit. Mani- Biopsi ginjal, biasanya tidak diperlukan pada glo-
festasi lanjut adalah hipertensi dan edema akibat re- merulonefritis dengan penyebab infeksi.
tensi air dan garam.
Tata Laksana
Diagnosis Tata laksana GN akut bergantung kepada etiolo-
Anamnesis gi yang mendasari tetapi prinsip umum yang dapat
Tanyakan awitan dan durasi penyakit, biasanya diterapkan adalah:
mendadak; 1. Pengaturan tekanan darah dengan antihipertensi
(diuretik dosis tinggi, penghambat ACE atau ARB, merlukan dialisis, pasien dengan peningkatan
atau penghambat kanal kalsium nondihidropiri- kreatinin cepat, serta adanya perdarahan paru;
din) dan restriksi asupan garam. Target tekanan 4. Penyakit Anti-GBM (glomerular basement mem-
darah <125/75 mmHg; brane)
2. Reduksi proteinuria dengan restriksi asupan pro- a. Kortikosteroid + siklofosfamid + plasmaferesis;
tein (0,8 - 1 g/KgBB/hari) serta penggunaan peng- b. Tidak diberikan terapi imunosupresif mainte-
hambat ACE atau ARB. Hati-hati dengan risiko nance.
malanutrisi yang mungkin dialami pasien; 5. Nefropati IgA
3. Reduksi edema dengan diuretik dosis tinggi dan a. Penggunaan penghambat ACE atau ARB untuk
pengaturan asupan cairan. Pengeluaran cairan di- pasien dengan proteinuria >1 g/hari, target
sarankan kurang dari 2 kg/hari untuk mengurangi proteinuria <l g/hari;
risiko hipovolemia; b. Apabila proteinuria persisten dalam 3-6 bulan
4. Tata laksana konsekuensi metabolik (hiperlipid- terapi penghambat ACE atau ARB serta LFG
emia, hiperkoagubilitas); >50 mL/menit, pasien diberikan kortikosteroid
5. Hindari penggunaan zat-zat nefrotoksik. selama 6 bulan;
c. Pemberian minyak ikan (fish oil) bagi pasien.
Tata Laksana Spesifik 649
l. GNAPS (Glomerulonefritis Akut Pasca Infeksi Sumber Bacaan
Streptokokus) 1. Fauci AS. Braunwald E. Kasper DL. Hauser SL. Longo DL.
a. Antibiotik: penisilin, eritromisin, atau sefalo- Jameson JL. et al. G!omerula r disease. Dalam: Harrison's
sporin generasi pertama. Principles of Internal Med icine. l 7th ed. San Fransisco:
2. Nefritis lupus McGraw-Hill: 2008.
a. Hidroksiklorokuin 6-6 ,5 mg/ KgBB ideal; 2. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (K DIGO)
b. Kortikosteroid dan agen sitotoksik (biasanya Glo me rulonep hritis Work Group. KDIGO Clinical Practice
siklofosfamid oral/IV bulanan selama 6 bulan). Guideline for Glomerulonephri tis. Kidney inter .. Suppl.
3. GN Pauci-lmun (terkait antineutrophil cytoplasmic 2012; 2: 139-2 74.
antibody (ANCA)) 3. Sabatine MS. ed itor. Glomerulonefritis. Dalam: Sabatine·s
a. Kortikosteroid + siklofosfamid/rituximab (apa- Pocket medicine. Edisi ke-4. Philladelphia: Lippincot Wil-
bila siklofosfamid dikontraindikasikan); liams & Wilkins: 2011.
b. Pasien yang mencapai remisi, diberikan terapi 4. Floege J. Feehaly J. Introduction to glomerula r disease:
maintenance selama 18 bulan (azatioprin 1-2 clinical presentation. Dalam: Feehaly J. Floege J. Jon hson
mg/ KgBB/ hari): RJ. ed. Compre hensive clinical nephrology. St. Laius: Else-
c. Plasmaferesis diberikan pada pasien yang me- vier-Saunders. 2010.

Sindrom Nefrotik
Chris Tanto, Ni Made Hustrini

Definisi Patofisiologi
Sindrom yang terdiri dari kumpulan tanda dan gejala Proteinuria
berupa: Sindrom nefrotik merupakan tanda patognomonik
1. Proteinuria masif >3,5 g/24 jam, dari kelainan glomerulus. Pada kelainan glomer-
2. Hiperlipidemia, ulus, terjadi kerusakan membran basal glomeru-
3. Edema anasarka, dan lus dan sel podosit. Akibatnya albumin yang ber-
4. Hipoalbuminemia <3,5 g/dL. muatan negatif dapat melewati membran basal
glomerulus dan celah-celah yang terbentuk antar
Etiologi sel podosit. Celah antar sel podosit inilah yang
Sindrom nefrotik (SN) merupakan diagnosis klinis, diperkirakan menyebabkan proteinuria masif.
yang memiliki etiologi primer (dari ginjal) maupun Hipoalbuminemia
sekunder (di luar ginjal, biasanya sistemik) (lihat Ta- Merupakan konsekuensi dari hilangnya albumin
bel 1). Lebih dari 50% SN pada dewasa disebabkan melalui urin. Terjadi mekanisme kompensasi oleh
oleh penyebab sekunder. hepar dengan meningkatkan sintesis albumin. Na-
Tabel I. Penyebab Primer dan Sekunder Sindrom Nefrotik

P<'TlVl'IMh Pr 111w1 P<'II)'l'hdh SPkundl'I

Glomerulosklerosis fokal segmental (40%) Nefropati diabetik (diabetes melitus), am iloidosis


Glomerulonefritis membranosa (30%) Lupus eritematosius sisternik, reumatoid artritis, penyakitjaringan
Glomerulonefrit is lesi minimal (20%, pada anak) penghu bung lainnya
Glomerulonefritis membranoproliferatif (5%) lnfeksi (HIV, hepatitis B. hepatitis C, malaria, tuberkulosis)
Glomeru lonefritis proliferatif mesangial (5%) Obat-obatan (obat ant iinflamasi nonsteroid)
Keganasan

mun, pada pasien sindrom nefrotik, mekanisme HbSAg, Anti HCV, Anti HIV:
kompensasi ini menumpul sehingga kadar albu- Elektroforesis protein apabila dicurigai
min semakin turun. mieloma multipel.
Edema. Ada dua mekanisme edema pada pasien Biopsi ginjal untuk diagnosis pasti
SN:
Rendahnya kadar albumin menurunkan Tata Laksana
650 tekanan onkotik plasma sehingga terjadi 1. Tata Laksana Farmakologis
transudasi dari pembuluh darah ke ruangan Kombinasi diuretik: loop diuretic dan tiazid. Bi-
ekstraselular; asanya diberikan 2 kali sehari ;
Adanya defek sekresi natrium oleh ginjal seh- Penghambat ACE atau ARB sebagai antipro-
ingga menyebabkan tekanan darah meningkat. teinuria;
Tekanan darah tinggi serta tekanan onkotik Stalin untuk hiperlipidemia.
yang rendah memprovokasi transudasi cairan
ke ruangan ekstraselular. 2. Tata Laksana Nonfarmakologis
Hiperlipidemia. Beberapa mekanisme yang Diet. Pola makan yang dianjurkan untuk pa-
menyebabkan abnormalitas lipid pada pasien SN: sien SN adalah rendah garam (Na <2 g/hari) ,
Peningkatan sintesis LDL, VLDL, dan Lp(a) rendah lemak jenuh, serta rendah kolesterol;
oleh hepar akibat hipoalbuminemia; Asupan protein 0,8 g/KgBB/hari ditambah de-
Defek pada lipoprotein lipase perifer sehingga ngan ekskresi protein dalam urin selama 24
meningkatkan kadar VLDL; jam. Apabila fungsi ginjal menurun, asupan
Hilangnya HDL melalui urin. protein diturunkan menjadi 0,6 g/KgBB/ hari
ditambah dengan ekskresi protein dalam urin
Diagnosis selama 24 jam;
1. Manifestasi Klinis Restriksi cairan untuk membantu mengurangi
Selain keempat komponen SN yang telah disebut- edema;
kan sebelumnya, manifestasi klinis lain yang diala- Hindari obat-obatan yang nefrotoksik (OAINS,
mi pasien adalah: antibiotik golongan aminoglikosida. dan se-
Lemas, urin yang berbusa, kehilangan nafsu bagainya).
makan;
Hipertensi; 3. Untuk SN dengan penyebab primer, tata laksana
Garis putih pada kuku (Muehrcke's band) mer- bergantung pada etiologi masing-masing:
upakan tanda hipoalbuminemia; a. Glomerulosklerosis fokal segmental
Edema anasarka (generalisata) menyebabkan Prednison I mg/ KgBB/ hari (maksimal 80
pertambahan berat badan; mg) ATAU 2 mg/ KgBB/2 hari (maksimal
Pada urinalisis dapat ditemukan oval fat bod- 120 mg). Regimen diberikan minimal 4
ies. minggu, sampai maksimal 16 minggu, atau
sampai remisi komplit tercapai;
2. Pemeriksaan Penunjang Setelah remisi komplit tercapai. lakukan
Pemeriksaan laboratorium tapering off kortikosteroid selama 6 bulan.
- Darah perifer lengkap, hipoalbuminemia, b. Glomerulonefritis membranosa
fungsi hati, profil lipid, elektrolit, gula da- Terapi inisial selama 6 bulan dengan mem-
rah, hemostasis; berikan kortikosteroid (i.v. dan oral) dan
Urinalisis (proteinuria, albuminuria, hema- agen alkil oral (siklofosfamid/klorambusil)
turia, sedimen urin), urin dipstik; bergantian selang 1 bulan ("Ponticelli Reg-
- Protein urin kuantitatif 24 jam; imen"). Agen alkil yang lebih disarankan
- Pemeriksaan titer ANA, Anti dsDNA, C3, C4, adalah siklofosfamid.
c. Glomerulonefritis lesi minimal tumbuhnya bakteri. Kulit penderita SN juga rapu h
Prednison atau prednisolon 1 mg/ KgBB/ sehingga menjadi port d'entree kuman. Selain itu.
hari (maksimal 80 mg) ATAU 2 mg/KgBB/ 2 terjadi kelemahan mekanisme pertahanan tubuh.
hari (maksimal 120 mg). Regimen diberi- Gangguan fungsi ginjal: gangguan ginjal akut
kan selama minimal 4 minggu apabila re- dan penyakit ginjal kronis (PGK). Gangguan ginjal
misi komplit tercapai. Apabila tidak terca- akut dapat muncul dari berbagai penyebab (prere-
pai. diberikan maksimal 16 minggu. nal atau renal) pada pasien SN. Pasien SN juga ber-
d. Glomerulonefritis membranoproliferatif isiko mengalami PGK dalam perjalanannya.
Kortikosteroid dosis rendah (harian atau Gangguan keseimbangan nitrogen. Keseimban-
selang sehari) ditambah dengan siklofosfa- gan nitrogen menjadi negatif karena adanya pro-
mid oral ATAU mycophenolate mofetil oral. teinuria masif. Terdapat penurunan massa otot
Terapi ini diberikan selama 6 bulan. sebesar 10-20% (muscle wasting);
Penyakit kardiovaskular.
4. Untuk SN sekunder. tata laksana penyebab
sekunder juga diperlukan. seperti tata laksana dia- Sumber Bacaan:
betes melitus pada nefropati DM. I . Floege J. Fee haly J Introd uction to glome rul ar disease. Da-
lam: Feehaly J. Floege J. Jonhson RJ. pe nyunting. Compre- 651
Komplikasi hens ive cli nical nephrology. St. Loius: Elsevier-Sau nders;
Hiperkoagulabilitas. Kondisi ini diakibatkan gang- 2010.
guan protein pada kaskade koagulasi. Selain itu. 2. National Kidney and Urologic Diseases Info rmati on Clear-
agregasi trombosit juga meningkat. dan diperber- inghouse. Ne ph rotic syndro me in adul ts. National Institu te
at kondisi imobilitas. infeksi. dan hemokonsentrasi of Health; 20 I 0.
juga akan memperberat kondisi ini. Komplikasi 3. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO)
yang dapat terjadi adalah trombosis dan trombo- Glome rul onephritis Work Group. KDIGO Cli nical Practice
emboli yang dapat terjadi kapan saja. Guideline for Glomerulone ph ritis. Kidney inter. 20 I 2;Sup-
lnfeksi. yang sering terjadi adalah pneumonia. pl. 2: I 39- 274.
peritonitis. dan selulitis. Infeksi menjadi lebih rent- 4. Lundquist AL. Rhee EP. Baza ri H. Ne phrotic sy ndrome. Da-
an terjadi karena cairan yang menumpuk di ruang lam: Sabatine MS, penyunting. Pocket medicine. Edisi ke-5.
ekstraseluler merupakan media yang baik untuk Phillad elphia: Lippincot Williams & Wilkins; 20 13.

Anda mungkin juga menyukai