Koinpctcnsi Ill
••
C)
.....
2. Definisi
• Chris Tanto. Ni Made Hustrini
AKIN IHI 11
---------------- Krllt'Jlcl P1oduk..,1 Ur in - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Stc1d 1u 111 Kr itl'r 1,1 SCr St.ulium K111('1 ic1 SC1 .it.iu I H.
Kenaikan SCr 1,5 - 1,9 kali Produksi urin <0.5
Peningkatan kreatinin serum l .5x
nilai dasar. ATAU kenaikan ml/KgBB/jam selama Risk
ATAU penurunan LFG >25%
<>0.3 mg/ dL 6- 12jam
Produksi urin <0.5 ml/
Kenaikan SCr 2 - 2,9 kali nilai Peningkatan kreatinln serum 2x
2 KgBB/jam selama leblh Injury
dasar ATAU penurunan LFG >50%
dari 12jam
Kenaikan SCr >3 kali nilai
dasar, ATAU
Peningkatan kreatinin serum 3x
kenaikan SCr <>4 mg/ dL
ATAU kreatinin serum >4mg/ dl
dengan peningkatan akut ?;0.5 Failure
Produksi urin <0.3 ml/ dengan peningkatan akut ,::0,5 mg/ di
mg/dL,
KgBB /jam selama lebih ATAU penurunan LFG >75%
ATAU
3 dari 24 jam.
dimulainya cerapi pengganti
ATAU
ginjal.
Anuri selama 12 jam Gaga! ginjal akut persisten - fungsi
ATAU Loss
pada pasien <18 tahun. ginjal hilang seluruhnya >4 minggu
Cukup penuhi salah 1 (saw) kriteria (peningkatan kreatinin serum atau penurunan produksi urin) untuk menegakkan diagnosis GgGA.
Pada kriteria AKIN. peningkatan kreatinin serum harus tetjadi <48 jam. Pada kriteria RIFLE. penurunan fungsi ginjal harus bersifat akut
(dalam 1-7 hari} dan bertahan selama >24 jam.
Keterangan: AKIN: Acute kidney injury network: ESRD: End-stage renal disease: LFG: Laju filtrasi glomerulus: RIFLE: Risk. injury. failure.
loss and end-stage: SCr: Kreatinin serum:
Obstruksi renovaskular: aterosklerosis, menyebabkan iskemia ginjal.
trombosis, emboli, vaskulitis; Fase ekstensi. Terjadi jejas iskemik dan infla-
Vasokonstriksi ginjal; masi berkelanjutan. Jejas endotel berperan
Gangguan autoregulasi ginjal; dalam proses ini.
Sindrom hepatorenal (GgGA prerenal yang Fase maintenance. Terjadi 1-2 minggu de-
memperberat keadaan seperti sirosis hati ngan LFG yang bertahan pada angka 5-10 mL/
stadium lanjut atau gaga! hati akut}. menit. Pada fase ini, produksi urin berada pada
Sindrom kardiorenal titik yang paling rendah dan komplikasi ure- ·~
Q)
2. Renal/Intrinsik (40%) mia muncul. Hal ini diperkirakan terjadi kare-
t::Q)
a. Penyakit glomerulus: glomerulonefritis. vas- na vasokonstriksi intrarenal yang persisten,
kulitis, lupus eritematosus sistemik, koagulasi iskemia medula, serta peran mediator inflama- .....p..
intravaskular diseminata, skleroderma; si. Semua mekanisme tersebut turut merusak :r:I
b. Nekrosis tubular akut: iskemia, infeksi, toksin; sel-sel ginjal. iii
c. Nefritis interstisial: reaksi alergi obat, pielone- Fase pemulihan. LFG kembali kepada kondisi '2'
fritis, limfoma, leukemia, sindrom Sjogren; pramorbid. Pada kondisi ini, terjadi perbaikan C3
d. Obstruksi intratubular: asam urat akibat sin- dan regenerasi sel epitel tubulus.
drom lisis tumor, obat-obatan. 3. GgGA postrenal. Terjadi peningkatan tekanan in- 633
3. Postrenal (obstruksi} pada ureter, leher kandung traluminal. Peningkatan tekanan ini akan menye-
kemih, atau uretra (5%). Dapat disebabkan oleh babkan distensi ureter proksimal dan sistem
urolitiasis, bekuan darah, keganasan, kompresi pelviokalises ginjal. Setelah itu terjadi penurunan
ekstrarenal {fibrosis retroperitoneum}, hipertrofi LFG.
prostat, atau striktur.
Manifestasi Klinis
Patofisiologi Manifestasi klinis GgGA bergantung kepada penyebab
1. GgGA prerenal. Terjadi hipoperfusi ke ginjal. yang mendasari {lihat Tabel 2).
Parenkim ginjal tidak mengalami jejas, tetapi hi-
poperfusi yang lama/berat dapat menyebabkan Pemeriksaan Penunjang
iskemia (nekrosis tubular akut}. Hipovolemia Urinalisis: jumlah urin, berat jenis urin, sedimen,
mencetuskan respon seperti aktivasi saraf simpa- elektrolit, hematuria, piuria (lihat Bab Urinalisis} .
tis, sistem renin-angiotensin-aldosteron {RAA} , dan - Sedimen granuler berwarna coklat seperti lum-
pelepasan arginin-vasopresin. Pada hipoperfusi pur merupakan karakteristik nekrosis tubular
ringan, perfusi autoregulasi ke glomerulus dapat akut;
dipertahankan dengan vasodilatasi arteri aferen - Sedimen eritrosit dismorfik menandakan
yang diinduksi oleh refleks miogenik lokal serta adanya jejas pada glomerulus:
prostaglandin. Namun, pada kondisi hipoperfusi - Sedimen leukosit dan tidak berpigmen menun-
berat, kompensasi tidak adekuat sehingga LFG jukkan nefritis interstisial.
menurun dan terjadilah GgGA prerenal. Indeks gangguan ginjal (renal failure indices} un-
2. GgGA renal. Mekanisme jejas tergantung pada tuk membedakan GgGA prerenal dan renal:
penyebab. Sebagai contoh, akan dijelaskan pato- - FEN, (Fraksi Ekskresi Na}= (UN,/P N,Jl(Uc/P cJ
genesis pada nekrosis tubular akut (Acute Tubular (UN, = Na• urin; P N•• =Na plasma; Uc, = kreatinin
Necrosis, ATN}. Pada ATN terdapat 4 fase: urin; Pc,= kreatinin plasma}
Fase inisiasi, Terjadi penurunan LFG yang Hasil < 1% -7 prerenal, akibat zat kontras, atau
233 •II
Kompetensi !VA Hipertensi
•• Chris Tanto, Ni Made Hustrini
•
dapat diturunkan hingga menjadi 3-6 bulan sekali.
Namun jika belum tercapai, diperlukan evaluasi
terhadap pengobatan dan gaya hidup, serta per- Usia < 55 tahun
timbangan terapi kombinasi {lihat Gambar 2 dan
Gambar 3).
Setelah tekanan darah tercapai, pengobatan harus Langkah I Langkah 1
....en
s::QJ
dilanjutkan dengan tetap memperhatikan efek
samping dan komplikasi hipertensi. Pasien perlu
Penghambat ACE atau ARB ---- ______. CCB
t:
diedukasi bahwa terapi antihipertensi ini bersifat
jangka panjang (seumur hidup) dan terus dievalu-
asi secara berkala. Pemberian penghambat ACE
•
Langkah 2
Penghambat ACE/ARB + CCB
QJ
....~
:::0I
sebaiknya dihentikan jika terdapat penurunan LFG ~
-~
>30% dari nilai dasar dalam 4 bulan atau kadar
kalium :::5,5 mEq/ L.
+
Langkah 3
a
Khusus pada kasus kehamilan, antihipertensi yang
direkomendasikan ialah metildopa (250-1000 mg Penghambat ACE/ARB + CCB + tiazid
637
per oral), labetalol (I 00-200 mg) , atau nifedipin
oros (30-60 mg) . Tata laksana hipertensi pada ke-
hamilan dapat dilihat pada Bab Hipertensi pada Langkah 4
Kehamilan. Penghambat ACE/ARB+ CCB + tiazid +
diuretik lain/ a -bloker/ (3-bloker
Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ. an-
tara lain:
+
Monitoring dan evaluasi
Serebrovaskular: stroke, transient ischemic at-
tacks, demensia vaskular; Gambar 2. Pengobatan Hipertensi dengan Antihipertensi
Mata: retinopati hipertensif: (NlCE, 2013); Kecerangan: ACE, angiocensin converting enzyme:
Kardiovaskular: penyakit jantung hipertensif, dis- ARB, angiocensin receptor blocker: CCR, calcium channel block-
fungsi atau hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jan- er.
tung koroner;
Ginjal: nefropati hipertensif, albuminuria, penya-
kit ginjal kronis;
Arteri perifer: klaudikasio intermiten.
Sumber Bacaan
1. James PA. Oparil S. Carte r BL. Cushman WC. Denni- 5. Tobe S. Poirier L. 2012 CHEP recomme ndations for man-
Eight Joint National Committee (JNC8). JAMA. 2013 Life Sci. 20 l 4:S0024-3205(14):758-9.
2. Kotche n TA. Hypertensive vascular disease. Dalam: Longo 7. Neupane D. Mclachlan CS, Sharma R, Gyawali B. Khanal V.
DL, Fauci AS, Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL, Loscalzo Mishra SR, Christensen B, Kallestrup P. Prevalence of hy-
J, penyunting. Harrison's principles of internal medicine. pertension in member cou ntries of South Asian Association
Edisi ke-18. New York: McGraw-Hill: 2012 for Regional Cooperation (SAARC): Systematic review and
3. Kap lan NM. Victor RG. Kaplan' s clinical hyperte nsion. Edisi meta-analysis. Medicine (Baltimore). 2014 Sep;93(13):e7 4.
ke- 10. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins: 2010. 8. Mancia G. Fagard R. Na rkiewicz K. Redon J. Zanchetti A.
4. Newcastle Guideline Development and Research Unit. Hy- Bohm M, dkk. 2013 ESH/ ESC Guidelines for the manage-
pertension: clinical management of primary hypertension ment of arterial hypertension. Journal of Hypertension
in adults. London: National Institute for Health and Clinical 2013. 3 1:1281 - 357.
Excellence; 2013.
Paslen hipertensi :<: 18 tahun
....C')
. ::s
~·
Populasi umum (tanpa DM clan PGK)
•
Tetapkan target tekanan darah dan mulal antihipertensl berdasarkan usia, ada Udaknya DM serta PGK
Populasi dengan DM atau PGK
e!..
I
• •
<60 tahun
•
dengan atau tanpa DM
•
l'D :?60 tahun dengan OM, tanpa PGK
~
l'D
::s
....
(I) Target tekanan darah
sistolik <150mmHg
Target tekanan darah
sistolik <l 40mmHg
Target tekanan darah
sistolik < l 40mmHg
Target tekanan darah
sistolik <l 40mmHg
diastol <90mmHg diastol <90mmHg diastol <90mmHg diastol <90mmHg
638
,+semua ras
Bukan ras kuli t hicarn Ras kulit hitam
Penghambat ACE atau
Dluretik golongan tiazid atau ARB. tunggal arau
penghambat ACE atau ARB atau CCB. Diuretik golongan tiazid atau CCB.
kombinasi dengan obat
tunggal atau kombinasi tunggal atau kombinasl
kelas lain
Ya
Tekanan darah sesual target?
. Tidak
Ya
Tekanan darah sesuai target?
• Tidak
•
Untuk strategi C. titrasl dosis obat sampai maksimal
Ya
Tekanan darah sesual target?
• Tidak
'-------------- •
Tidak Tekanan darah sesuai target? _Y_a _ _ ___. Lanjutkan pengobatan
Loop diuretic
Klortalidon
Furosemid
12.5-25 mg (I)
20-80 mg (2)
kolesterol dan trigliserid
Hipokalemia, hi perurisemia
....en
i:::
Diuretik hemat kalium Am ilo rid 5-10 mg (1-2) Hiperkalemia. ginekomastia <I>
Penye kat{3 Propanolol 40-160 mg (2) Bronkospasme, bradikardla, blok t:
<I>
Atenolol 25-100 mg (l) jantung, rasa lelah, peningkatan
Blsoprolol 2,5-10 mg (l) trigliserid
-~
Penghambat ::i::I
Captopril 25- 100 mg (2)
ACE Batuk-batuk. hiperkalemia, ~
Ramipril
Lisinopril
2,5-20 mg (I)
10-40 mg (I)
azotemia. angioedema
....(,J'E'
ARB Valsartan 80-320 mg (1-2)
lrbesartan 150-300 mg (l) Hiperkalemia, azotemia
Losartan 25-100 mg {l -2) 639
CCB No ndih idropiridin Ve rapam il 120-360 mg (I)
Edema. konstipasi
Diltiazem 120-540 mg (I)
Dihidropiridin Am lodipin 2,5- 10 mg (I)
Edema. konstipasi, bradikardia. blok
Nifedipin
30-60 mg (I) jantung
(lepas lambat)
Agonis a Mulut kerlng, puslng. sedasl ringan ..
Klonidin 0,1·0.8 mg (2)
sentra1 kelelahan. depresi. edema
Angina, bradikardia, slnkop, pusing.
Reserpln 0.1 -0.25 mg (1) depresl, mimpi buruk. diskinesia
tard if, letargl
Anta go nis Hiperkalemia. ginekomastia.
Spironolakton 25-50 mg (I)
aldosterone hiponatremia. ruam
Keterangan: ACE, angiocensin converting enzyme; ARB. angiocensin recepcor blocker: CCB. calcium channel blocker.
Tabel 3. Tabel Kontraindikasi Pendesak dan Dapat Dipertimbangkan da lam Penggunaan Antihipertensi.
ft'lll' oh.11 ~fr1Hk\.tk P1•11 1111IM11gk.111
Sindrom metabolik
lntoleransi g lukosa
Diuretik (tiazid) Gout Ke ham ii an
Hiperkalsemia
Hipokalemia
Sindrom metabolik
Asma lntoleransi glukosa
Penyekat{3
Blok Nodus AV (Derajat 2 atau 3) Pasien aktif secara fisik atau atlet
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
-
Antago nis kalsium (goiongan Tak iar itmia
dihidropiridin) Gagai jantung
Blok nodus AV (derajat 2 atau 3, blok
Antagonls kalsium (verapamil, trifasikular)
diltiazen1) Disfungsi ventrikel kiri berat
Gaga! jantung
Keharnilan
Edema angioneurotik
Penghambat ACE Perempuan usia subur
Hiperkaiemia
Stenosis arteri renalis bilateral
Keharnilan
ARB Hiperkalemia Perempuan usia subur
Stenosis aoterl renaliS bilateral
Antagonis reseptor Gagai g injal akut atau berat
mineralokortikoid Hiperkaiemia
234 •
Kompetensi IVA Infeksi Saluran Kemih
11
•• Chris Tanto, Ni Made Hustrini
C) 2. Lundquist AL. Rhee EP. Bazari H. Urinary tract infections. 6. Stamm WE. Urinary tract infections. pyelonephritis. and
..... Dalam: Sabatine MS. penyunting. Pocket medicine. Edisi ke- prostatitis. Dalam: Longo DL. Fauci AS. Kasper DL. Hauser
.2. 5. Philladelphia: Lippincot Wi lliams & W il kins: 20 13. SL, Jameson JL. Loscalzo J. peny unting. Harrison's prin-
!!!.
I 3. Singh K. Kumar S. Vi llareal R. Lerma EV. Urina1y tract infec- ciples of internal medicine. Edisi ke-18. New York: Mc-
.....
:::i:: tion. Dalam: Lerma EV. Berns JS. Nissenson AR. penyunting . Graw-Hi ll: 2012
"O CURRENT diagnosis & treatment nephrology & hy perten-
in
~ sion. New York: McGraw-Hill: 2009.
in
::s
.....
(/)
Oha t Do\I.., i\\\il .111 Kt'IJ.1 lh11 ,1..,1 Kl'IJ cl 1\1111.111 PP11gg11 11,1.1 11
644 lam 2-6 jam setelah stabil , turunkan tekanan darah care evaluation and management Emergency medicine
diastolik hingga mencapai 160/ l 00-1 l 0 mmHg. cardiac research and education group. 2008:3: 1- 12
Jika masih tetap stabil, turunkan tekanan darah 4. Kessler CS dan Joudeh Y. Evaluation and treatment of
hingga sesuai target dalam 24-48 jam. Penurunan severe asymptomatic hypertension. Am Fam Physi-
tekanan darah mendadak dapat menyebabkan cian.20 10:81 (4):470-6
iskemia organ target. Khusus pada diseksi aor- 5. Hypertensive crises. Dalam: Kap lan NM. Victor RG. Flynn
ta tanpa syok, target tekanan darah sistolik 120 JT. penyunting. Kaplan's clinical hypertension. Edisi ke-10.
mmHg harus dicapai dalam 20 menit. Pilihan anti- Philladelphia: Lippincot Williams & Wilkins: 20 l 0.
hipertensi parenteral untuk hipertensi emergensi 6. Gupta R. Taqueti VR. DUdzinski DM. Weiner RB. O'Dono-
dapat dilihat pada Tabel 2. Penurunan dan peman- ghue M. Sabatine MS. Hypertension. Dalam: Sabatine MS.
tauan tekanan darah sebaiknya dilakukan di inten- penyunting. Pocket medicine. Edisi ke-5. Philladelphia: Lip-
sive care unit (ICU). pincot Williams & Wilkins: 2013.
Definisi Klasifikasi
Adanya kelainan struktural ATAU fungsional Stadium PGK diklasifikasikan berdasarkan nilai LFG.
pada ginjal yang berlangsung minimal 3 bulan, dapat Klasifikasi PGK dapat dilihat pada Tabel 1.
berupa:
I . Kelainan struktural yang dapat dideteksi melalui Etiologi
pemeriksaan laboratorium (albuminuria, sedimen PGK disebabkan oleh bermacam-macam ha!:
urin , kelainan elektrolit akibat ginjal) , pemerik- Glomerulonefritis, akibat infeksi (endokarditis
saan histologi, pencitraan, atau riwayat transplan- bakterial, hepatitis C, hepatitis B, HN) atau yang
tasi ginjal, ATAU bersifat kronis;
2. Gangguan fungsi ginjal dengan laju filtrasi Diabetes melitus menyebabkan nefropati diabetik;
glomerulus (LFG) <60 mL/menit/l ,73 m2 Hipertensi, penyakit nefrosklerosis;
Hipertensi
Usia (usia tua)
Proteinuria
Jenis ke lamin (Iaki-laki lebih cepat)
Albuminuria
Ras (ras Afrika -Amer ika lebih cepat)
Glikemia
Genetik
Obesitas
Hilangnya massa ginjal
Dislipidemia
Merokok
Kadar asam urat
<2.5 (laki-laki).
Normal 0 10-30 < 150 <15
<3,5 (perempuan)
>2.5 (laki-laki).
Mikroalbuminuria 0 30-300 <150 < 15
>3,5 (perempuan)
'Trace' proteinuria Trace >300 15-29 150-299 15-29
Proteinuria + atau ++ NIA NIA 300-3500 30-350
Nefrotik NI A NI A >3.5 g >350
meningkat); fungsi baik. asupan cairan dianjurkan minimal
Analisis gas darah: asidosis metabolik (pH 2000 mL/hari. Untuk pasien oliguria, asupan
menurun, HC0 3 menurun) ; cairan harus seimbang dengan produksi urin
Urinalisis dan pemeriksaan albumin urin: ditambah insensible water loss 500-750 mL.
Sedimen urin: sel tubulus ginjal, sedimen eritrosit, Restriksi asupan garam. Rekomendasi asupan
sedimen leukosit, sedimen granuler kasar. dan NaCL per hari:
adanya eritrosit yang dismorfik merupakan tanda - PGK pre-dialisis: <5 g/hari;
patognomonik jejas ginjal; - PGK-hemodialisis: 5-6 g/hari;
Pemeriksaan protein urin kuantitatif 24 jam PGK-dialisis peritoneal: 5-10 g/hari;
(PUK) ; - Transplantasi ginjal: <6- 7 g/hari. Natrium ha-
Pencitraan: USG ginjal; BNO-IVP; nya dibatasi pada periode akut pasca operasi
Biopsi ginjal; dimana mungkin terjadi fungsi graft yang bu-
Pemeriksaan lain (untuk komplikasi): EKG. foto po- ruk atau hipertensi pasca transplantasi.
los toraks, dan ekokardiografi. Terapi dislipidemia. Target: LDL <100 mg/ dL.
Apabila trigliserida ~2 00 mg! dL, target kolesterol
Tata Laksana non-HDL <130 mg/ dL. Kolesterol non-HDL ialah
646 Tujuan tata laksana antara lain untuk mengham- kadar kolesterol total dikurang kadar HDL. Terapi
bat penurunan LFG dan mengatasi komplikasi PGK dislipidemia dapat menggunakan statin, serta pola
stadium akhir (stadium 4 dan 5). makan rendah lemak jenuh. Asupan lemak dian-
jurkan 25-30% total kalori dengan lemakjenuh di-
Tata laksana untuk mencegah progresivitas PGK: batasi <I 0%. Apabila ada dislipidemia, asupan ko-
Kontrol tekanan darah. Target tekanan darah: lesterol dalam makanan dianjurkan <300 mg/ hari.
< 130/80 mmHg (tan pa proteinuria). < 125/75 Modifikasi gaya hidup. lndeks masa tubuh ide-
mmHg (dengan proteinuria). Antihipertensi yang al (20-22,9 Kg/ m 2), dilakukan pengaturan berat
disarankan ialah penghambat ACE. ARB (angioten- badan dan olahraga 30 menit minimal 3 hari da-
sin receptor blocker), dan CCB (calcium channel lam seminggu, serta berhenti merokok.
blocker) nondihidropiridin. Edukasi. Pasien mengerti tentang PGK, faktor
Restriksi asupan protein. untuk mencegah risiko progresivitas, pilihan modalitas terapi pengganti
malnutrisi. Rekomendasi asupan protein: ginjal.
- PGK pre-dialisis: 0,6-0,75 g/KgBB ideal/hari;
- PGK-hemodialisis: 1,2 g/KgBB ideal/hari; Tata laksana untuk mengatasi komplikasi PGK:
- PGK-dialisis peritoneal: 1,2- 1,3 g/KgBB/hari; Anemia. Lakukan pemeriksaan untuk menyingkir-
- Transplantasi ginjal: 1,3 g/KgBB ideal/hari kan anemia defisiensi besi. Terapi eritropoietin
pada 6 minggu pertama pasca transplantasi (EPO) apabila Hb $10 g/dL dan Ht$ 30% (target
dilanjutkan 0,8-1 g/KgBB ideal/hari. Hb 10-12 g/dL. Ht >30%). Dosis penggunaan EPO:
Protein yang dipilih adalah yang memiliki - Fase koreksi: 2000-4000 JU subkutan, 2-3
kandungan biologis tinggi (protein hewani) , mini- kali/ minggu, selama 4 minggu. Target Hb naik
mal 50%. 1-2 g/dL atau Ht naik 2-4% dalam 4 minggu;
Kontrol kadar glukosa darah. Target: HbA ,C <7%. - Apabila target belum tercapai dosis EPO di-
Lihat pilar penatalaksanaan diabetes pada Bab Di- naikkan 50%;
abetes Melitus. Lakukan penyesuaian dosis obat - Apabila Hb naik >2,5 g/dL atau hematokrit
hipoglikemik oral. Hindari penggunaan metformin naik >8% dalam 4 minggu. dosis diturunkan
dihindari. Golongan glitazon dapat dipilih. sebanyak 25%.
Restriksi cairan. Rekomendasi asupan cairan pada Asidosis metabolik. Koreksi apabila konsentrasi
PGK adalah: [HC0 3 ] < 22 mmol/L. Koreksi dilakukan dengan
- PGK pre-dialisis: cairan tidak dibatasi dengan suplemen bikarbonat oral untuk mempertahankan
produksi urin yang normal; kadar [HC0 3 ] 22-24 mmol/L. Bikarbonat oral
- PGK-hemodialisis: 500 mL/hari + produksi diberikan 3 x 2 tablet (325-2000 mg) setiap
urin; harinya.
- PGK-dialisis peritoneal: 1500-2 000 mL/hari, Rumus koreksi bikarbonat = 0.3 x BB (Kg) x
lakukan pemantauan harian; {[HC0 3 ] target - [HC0 3 ] awal}.
- Transplantasi ginjal: pada fase akut pasca Hiperfosfatemia. Pilihan terapi tergantung kadar
transplantasi, pasien dipertahankan euvole- Ca'- dan [PO ,3 l pasien. Koreksi dilakukan dengan
mik/sedikit hipervolemik dengan insensible pemberian phosphate binders. Jenis phosphate
water loss diperhitungkan sebesar 30-60 mL/ binders yang tersedia:
jam. Untuk pasien normovolemik dan graft ber- - Ca-based phosphate binders, contoh: kalsium
asetat atau kalsium karbonat 3-6 g/hari; Sumber Bacaan
- Non-Ca-based phosphate binders, contoh: lan- 1. Eknoyan G. Lameire N. Kasiske BL. Wheeler DC. Abboud QI,
thanum, sevelamer, atau magnesium. Adler S. dkk. KDIGO clinical practice guideline for evalua-
Hiperhomosisteinemia. Pemberian suplemen tion and management of CKD. 2012:3(1).
oral: asam fo lat 15 mg dan vitamin 8 12 500 µg/ 2. Fauci AS. Lane LC. Chronic kidney disease. Dalam: Longo
hari dilakukan untuk mencegah aterosklerosis. DL. Fauci AS. Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Loscalzo
J. penyunting. Harrison's principles of internal medicine.
Pada PGK stadium 4, pasien perlu dipersiapkan Edisi ke-18. New York: McGraw-Hill: 2012.
untuk menjalani terapi pengganti ginjal (TPG). Tera- 3. Suhardjono. Penyakit ginjal kron ik. suatu epidemiologi
pi pengganti ginjal umumnya dilaksanakan pada PGK global baru: prot""t your kidney save your heart. Perhim-
stadium 5. Modalitas TPG yang tersedia untuk pasien punan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI): 2010.
PGK dapat berupa hemodialisis (cuci darah), dialisis 4. Murphree DD. Thelen SM. Chronic kidney disease in prima-
peritoneal, atau transplantasi ginjal. Pasien perlu diru- ry care. JABM. 20 10:23(4): 542-550.
juk ke bagian Ginjal Hipertensi untuk TPG. 5. Brown C. Haddad N. Hebert LA. Retarding progression of
kidney disease. Dalam: Feehaly J. Floege J. Jonhson RJ.
Komplikasi penyunting. Comprehensive clinical nephrology. St. Laius:
Komplikasi PGK meliputi penyakit tulang dan Elsevier Saunders: 20 10. 647
mineral terkait PGK (CKD-MBD/chronic kidney dis- 6. Sabatine MS. Chronic kidney disease. Dalam: Sabatine MS.
ease-mineral bone disease), kejadian kardiovaskular penyunting. Pocket medicine. Edisi ke-5. Philladelphia: Lip-
(perikarditis, penyakit jantung koroner, henti jan- pincot Williams & Wilkins: 2013.
tung), komplikasi neurologis, infeksi, serta komplikasi 7. Wheeler DC. Clinical evaluation and management of chron-
nutrisi dan saluran cerna, anemia, hiperparatiroid- ic kidney disease. Dalam: Feehaly J. Floege J. Jonhson RJ.
ismesekunder. Penyakit kardiovaskular merupakan penyunting. Comprehensive clinical nephrology. St. Laius:
penyebab kematian terbanyak pada pasien-pasien ElsevierSaunders: 2010.
PGK. 8. Dharmeizar. Widodo. Arwanto A. Sudhana IW. Azmi S. Pras-
anto S, dkk. Konsensus nutrisi pada penyakit ginjal kronik.
Jakarta: PERNEFRJ: 20 1 1
Definisi
• Chris Tanto, Ni Made Hustrini
Sindrom Nefrotik
Chris Tanto, Ni Made Hustrini
Definisi Patofisiologi
Sindrom yang terdiri dari kumpulan tanda dan gejala Proteinuria
berupa: Sindrom nefrotik merupakan tanda patognomonik
1. Proteinuria masif >3,5 g/24 jam, dari kelainan glomerulus. Pada kelainan glomer-
2. Hiperlipidemia, ulus, terjadi kerusakan membran basal glomeru-
3. Edema anasarka, dan lus dan sel podosit. Akibatnya albumin yang ber-
4. Hipoalbuminemia <3,5 g/dL. muatan negatif dapat melewati membran basal
glomerulus dan celah-celah yang terbentuk antar
Etiologi sel podosit. Celah antar sel podosit inilah yang
Sindrom nefrotik (SN) merupakan diagnosis klinis, diperkirakan menyebabkan proteinuria masif.
yang memiliki etiologi primer (dari ginjal) maupun Hipoalbuminemia
sekunder (di luar ginjal, biasanya sistemik) (lihat Ta- Merupakan konsekuensi dari hilangnya albumin
bel 1). Lebih dari 50% SN pada dewasa disebabkan melalui urin. Terjadi mekanisme kompensasi oleh
oleh penyebab sekunder. hepar dengan meningkatkan sintesis albumin. Na-
Tabel I. Penyebab Primer dan Sekunder Sindrom Nefrotik
mun, pada pasien sindrom nefrotik, mekanisme HbSAg, Anti HCV, Anti HIV:
kompensasi ini menumpul sehingga kadar albu- Elektroforesis protein apabila dicurigai
min semakin turun. mieloma multipel.
Edema. Ada dua mekanisme edema pada pasien Biopsi ginjal untuk diagnosis pasti
SN:
Rendahnya kadar albumin menurunkan Tata Laksana
650 tekanan onkotik plasma sehingga terjadi 1. Tata Laksana Farmakologis
transudasi dari pembuluh darah ke ruangan Kombinasi diuretik: loop diuretic dan tiazid. Bi-
ekstraselular; asanya diberikan 2 kali sehari ;
Adanya defek sekresi natrium oleh ginjal seh- Penghambat ACE atau ARB sebagai antipro-
ingga menyebabkan tekanan darah meningkat. teinuria;
Tekanan darah tinggi serta tekanan onkotik Stalin untuk hiperlipidemia.
yang rendah memprovokasi transudasi cairan
ke ruangan ekstraselular. 2. Tata Laksana Nonfarmakologis
Hiperlipidemia. Beberapa mekanisme yang Diet. Pola makan yang dianjurkan untuk pa-
menyebabkan abnormalitas lipid pada pasien SN: sien SN adalah rendah garam (Na <2 g/hari) ,
Peningkatan sintesis LDL, VLDL, dan Lp(a) rendah lemak jenuh, serta rendah kolesterol;
oleh hepar akibat hipoalbuminemia; Asupan protein 0,8 g/KgBB/hari ditambah de-
Defek pada lipoprotein lipase perifer sehingga ngan ekskresi protein dalam urin selama 24
meningkatkan kadar VLDL; jam. Apabila fungsi ginjal menurun, asupan
Hilangnya HDL melalui urin. protein diturunkan menjadi 0,6 g/KgBB/ hari
ditambah dengan ekskresi protein dalam urin
Diagnosis selama 24 jam;
1. Manifestasi Klinis Restriksi cairan untuk membantu mengurangi
Selain keempat komponen SN yang telah disebut- edema;
kan sebelumnya, manifestasi klinis lain yang diala- Hindari obat-obatan yang nefrotoksik (OAINS,
mi pasien adalah: antibiotik golongan aminoglikosida. dan se-
Lemas, urin yang berbusa, kehilangan nafsu bagainya).
makan;
Hipertensi; 3. Untuk SN dengan penyebab primer, tata laksana
Garis putih pada kuku (Muehrcke's band) mer- bergantung pada etiologi masing-masing:
upakan tanda hipoalbuminemia; a. Glomerulosklerosis fokal segmental
Edema anasarka (generalisata) menyebabkan Prednison I mg/ KgBB/ hari (maksimal 80
pertambahan berat badan; mg) ATAU 2 mg/ KgBB/2 hari (maksimal
Pada urinalisis dapat ditemukan oval fat bod- 120 mg). Regimen diberikan minimal 4
ies. minggu, sampai maksimal 16 minggu, atau
sampai remisi komplit tercapai;
2. Pemeriksaan Penunjang Setelah remisi komplit tercapai. lakukan
Pemeriksaan laboratorium tapering off kortikosteroid selama 6 bulan.
- Darah perifer lengkap, hipoalbuminemia, b. Glomerulonefritis membranosa
fungsi hati, profil lipid, elektrolit, gula da- Terapi inisial selama 6 bulan dengan mem-
rah, hemostasis; berikan kortikosteroid (i.v. dan oral) dan
Urinalisis (proteinuria, albuminuria, hema- agen alkil oral (siklofosfamid/klorambusil)
turia, sedimen urin), urin dipstik; bergantian selang 1 bulan ("Ponticelli Reg-
- Protein urin kuantitatif 24 jam; imen"). Agen alkil yang lebih disarankan
- Pemeriksaan titer ANA, Anti dsDNA, C3, C4, adalah siklofosfamid.
c. Glomerulonefritis lesi minimal tumbuhnya bakteri. Kulit penderita SN juga rapu h
Prednison atau prednisolon 1 mg/ KgBB/ sehingga menjadi port d'entree kuman. Selain itu.
hari (maksimal 80 mg) ATAU 2 mg/KgBB/ 2 terjadi kelemahan mekanisme pertahanan tubuh.
hari (maksimal 120 mg). Regimen diberi- Gangguan fungsi ginjal: gangguan ginjal akut
kan selama minimal 4 minggu apabila re- dan penyakit ginjal kronis (PGK). Gangguan ginjal
misi komplit tercapai. Apabila tidak terca- akut dapat muncul dari berbagai penyebab (prere-
pai. diberikan maksimal 16 minggu. nal atau renal) pada pasien SN. Pasien SN juga ber-
d. Glomerulonefritis membranoproliferatif isiko mengalami PGK dalam perjalanannya.
Kortikosteroid dosis rendah (harian atau Gangguan keseimbangan nitrogen. Keseimban-
selang sehari) ditambah dengan siklofosfa- gan nitrogen menjadi negatif karena adanya pro-
mid oral ATAU mycophenolate mofetil oral. teinuria masif. Terdapat penurunan massa otot
Terapi ini diberikan selama 6 bulan. sebesar 10-20% (muscle wasting);
Penyakit kardiovaskular.
4. Untuk SN sekunder. tata laksana penyebab
sekunder juga diperlukan. seperti tata laksana dia- Sumber Bacaan:
betes melitus pada nefropati DM. I . Floege J. Fee haly J Introd uction to glome rul ar disease. Da-
lam: Feehaly J. Floege J. Jonhson RJ. pe nyunting. Compre- 651
Komplikasi hens ive cli nical nephrology. St. Loius: Elsevier-Sau nders;
Hiperkoagulabilitas. Kondisi ini diakibatkan gang- 2010.
guan protein pada kaskade koagulasi. Selain itu. 2. National Kidney and Urologic Diseases Info rmati on Clear-
agregasi trombosit juga meningkat. dan diperber- inghouse. Ne ph rotic syndro me in adul ts. National Institu te
at kondisi imobilitas. infeksi. dan hemokonsentrasi of Health; 20 I 0.
juga akan memperberat kondisi ini. Komplikasi 3. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO)
yang dapat terjadi adalah trombosis dan trombo- Glome rul onephritis Work Group. KDIGO Cli nical Practice
emboli yang dapat terjadi kapan saja. Guideline for Glomerulone ph ritis. Kidney inter. 20 I 2;Sup-
lnfeksi. yang sering terjadi adalah pneumonia. pl. 2: I 39- 274.
peritonitis. dan selulitis. Infeksi menjadi lebih rent- 4. Lundquist AL. Rhee EP. Baza ri H. Ne phrotic sy ndrome. Da-
an terjadi karena cairan yang menumpuk di ruang lam: Sabatine MS, penyunting. Pocket medicine. Edisi ke-5.
ekstraseluler merupakan media yang baik untuk Phillad elphia: Lippincot Williams & Wilkins; 20 13.