PASIEN HEMODIALISIS
Rini Purwanti
IPDI JATIM
Pendahuluan
• Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang besar. Jumlah kasus PGK
bertumbuh dengan cepat
• Di Indonesia prevalensi PGTA yang membutuhkan
hemodialisis dari tahun 2002 sampai dengan 2006 adalah
1425, 1656, 1908, 2525 dan 3079. Kecepatan
prevalensinya per 1 juta populasi adalah 10,2, 11,7, 13,8,
18,4 dan 23,4.
Pasien baru dan pasien aktif di Indonesia
2007 - 2014
• kelebihan cairan
• penularan infeksi
• reaksi demam yang bukan infeksi
• kelebihan zat besi
• reaksi alergi atau anafilaktik
• reaksi hemolitik
• alloimunisasi
• Acute Lung Injury karena transfusi
•
Anemia Renal
• Anemia pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
umumnya mulai terjadi pada PGK tahap 3 dan
berkembang bersama penurunan fungsi ginjal hingga
hampir selalu ditemukan pada PGK tahap 5
• Di Indonesia, kriteria anemia adalah bila kadar
hemoglobin (Hb) <14 g/dl pada pria dan<12 g/dl pada
wanita.
• Anemia renal didefinisikan sebagai anemia pada PGK
akibat penurunan kemampuan produksi hormon
erythropoietin yang tidak sesuai dengan derajat
anemianya.
Anemia pd PGK dapat juga disebabkan:
• defisiensi besi
• pemendekan umur eritrosit
• hiperparatiroidisme sekunder yang lanjut
• inflamasi dan infeksi
• toksisitas aluminium
• defisiensi asam folat
• Hemoglobinopati
Tujuan terapi anemia
• Menghilangkan keluhan dan gejala akibat anemia
• Mencegah komplikasi kardiovaskular
• Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat
anemia
• Meningkatkan kualitas hidup
Evaluasi awal
• darah lengkap, meliputi Hb, Hct, MCH, MCV, MCHC,
hitung lekosit dan hitung jenis, serta hitung trombosit
• hapusan darah tepi
• hitung retikulosit, atau CHr (content of Hb in reticulocytes)
• darah samar pada feses
• status besi,meliputi serum iron (SI), total iron binding
capacity(TIBC), transferin saturation (TSAT), dan serum
ferritin (Ferritin)
•
Eritropoesis Stimulating Agent
Pasien predialisis yang diterapi Eprex, terbukti waktu mulai dialisisnya lebih lambat.
Batasan :
• Pada dosis 8000-10.000 IU/minggu secara
subkutan tidak terjadi kenaikan Hb sebesar 0,5-
1,5 g/dl selama 4 minggu berturut-turut selama
12 minggu (dalam fase koreksi) atau dalam fase
pemeliharaan kadar Hb tidak dapat
dipertahankan dalam rentang target
pemeliharaan.
Penyebab respon tidak adekuat
• defisiensi besi absolut maupun defisiensi besi fungsional yang
berkelanjutan
• kehilangan darah kronis atau akut, termasuk hemolisis
• adanya malnutrisi
• dialisis tidak adekuat
• adanya hiperparatiroidisme sekunder yang berat (osteitis
fibrosa)
• adanya inflamasi maupun infeksi
• toksisitas aluminium
• penggunaan ACEinhibitor, ARB atauRenin Inhibitordalam dosis
dosis tinggi
• defisiensi asam folat, vitamin B12, hemoglobinopati, mieloma
multipel, mielofibrosis, hemolisis dan keganasan dan lain-lain
Efek samping ESA
• Hipertensi
• Pure Red Cell Aplasia (PRCA)