DISUSUN OLEH :
Jonathan Irlambang (42190332)
Darren Eduardo William (42190333)
Dimas Satrio Wicaksono (42190334)
Komang Srighandi Utami Uliana (42190335)
Pembimbing Klinik:
dr. Lidwina BR Tarigan, Sp.JP (K) (FIHA)
Lead EKG
Kekuatan atau voltase dari kelistrikan jantung serta arah distribusi arus kelistrikan ini
dapat diukur/direkam dari waktu ke waktu melalui alat perekam khusus yang disebut sebagai
elektrokardiograf. Tubuh merupakan kondukter listrik, oleh sebab itu elektroda diletakan
pada jarak tertentu dari jantung seperti pada pergelangan tangan, pergelangan kaki ataupun
pada dinding dada guna mendeteksi voltase dan arah kelistrikan jantung.
Cara yang umumnya dipakai untuk merekam potensial listrik jantung ialah melalui
12 lead standar EKG. Lead- lead ini sebenarna merekam dan menampilkan potensial listrik
yang berbeda antara elektroda satu dengan elektroda lain yang dipasang di permukaan tubuh.
Merekam kelistrikan jantung dengan berbagai lead memungkinkan gambaran dari kejadian
kelistrikan jantung secara utuh, seperti rekaman pada kamera video leads diumpamakan
sebagai berbagai anglrd gambar yang dapat merekam secara utuh. Manfaat dari sadapan 12
lead ini ialah untuk memberikan gambaran utuh kelistrikan jantung secara 3 dimensi.
1. Lead Ekstremitas
Pada lead ekstremitas, elektroda diletakan pada lengan dan kaki. Elektroda
yang ditempatkan pada kaki berfungsi sebagai electrical ground. Elektroda pada
tangan biasanya diletakan tepat diatas pergelangan tangan dan elektroda kaki
terpasang diatas pergelangan kaki.
Sinyal listrik yang dihasilakan oleh otot jantung terkonduksi melalui
ekstremitas. Oleh karena itu, elektroda yang dipasang di pergelangan tangan kanan
akan mendeteksi voltase yang setara dengan voltase pada bahu kanan. Demikian pula
tegangan yang terdeteksi pada pergelangan tangan kiri sama dengan tegangan pada
bahu kiri dan tegangan yang tercatat pada elektroda di pergelangan kaki sama dengan
tegangan pada region inguinal.
Lead ektremitas terdiri dari lead standar bipolar ( I,II dan III) dan lead
augmented (aVR, aVL dan aVF). Sadapan bipolar dinamai demikian ialah karena
sadapan ini merekam perbedaan tegangan listrik antara dua ekstremitas;
Lead I merekam perbedaan tegangan antara Left Arm (LA)
dan Right Arm (RA) ; Lead I = LA – RA
Lead II merekam perbedaan tegangan antara Left Leg (LL)
dengan Right Arm (RA) ; Lead II = LL-RA
Lead III merekam perbedaan tegangan antara Left Leg (LL)
dengan Left Arm ; Lead II = LL-LA
Pada tahun 1930an Dr.Frank N Wilson dan koleganya pada universitas Michigan
menambahkan sadapan unipolar ekstremitas dan juga mengenalkan keenam sadapan
precordial. Selanjutnya kemuadian dikembangkan oleh Dr.Emanuel Goldberger tiga
sadapan ekstremitas unipolar tambahan : aVR, aVL, dan aVF. Singkatan “a” merujuk pada
kata “augmented”, V “Voltage”, dan R,L, dan F yang secara berurutan berarti :right arm, left
arm, dan left foot. Sadapan tambahan ekstremitas dapat digambarkan pada diagram triaxial
sebagai berikut.
Segitiga Einthoven menggambarkan hubungan antara 3 sadapan standar ekstremitas
(II,II, dan III), sama halnya dengan triaxial diagram yang menunjukan hubungan antara lead
tambahan pada ekstremitas (aVR, aVL, aVF). Kedua diagram ini dapat digabungkan
sehingga aksis dari keenam sadapan ekstremitas ini dapat berpotongan pada titik yang sama
seperti pada gambar dibawah ini
2. Lead Precordial (sadapan dada)
Sadapan dada (V1-V6) menunjukan arus listrik jantung yang terdeteksi oleh elektroda
yang ditempatkan pada dinding dada. Sadapan dada merekam aliran listrik jantung
dengan menempatkan elekroda pada 6 lokasi khusus yang telah di tetapkan pada dinding
dada.
Seperti pada lead lainnya, setiap sadapan dada memiliki kutub negative dan positif.
Kutub positif setiap sadapan mengarah keanteriorm, yaitu ke bagian depan dada. Kutub
negative setiap sadapan dada mengarah ke arah posterior dada, mengarah kearah
punggung.
Kepentingan dari penggunaan 12 sadapan pada EKG ialah memberikan
gambaran utuh mengenai kelistrikan jantung melalui berbagai angle. 12 lead EKG
memberikan gambaran 3 dimensi dari aktivitas listrik jantung. Secara Spesifik,
keenam sadapan ekstremitas (I,II,III,aVR,aVL,aVF) merekam electrical voltage yang
ditransimisikan sesuai dengan bidan/potongan frontal tubuh. Sadapan ini
memberikan gambaran kelistrikan jantung kearah superior, inferior, dextra maupun
sinistra yang dapat dilihat melalui bidang frontal
EKG NORMAL
EKG merekam aktivitas listrik dari sel-sel otot jantung atrium dan
ventrikel. Penyebaran stimulus yang berurutan dan terorganisir dari atrium ke
ventrikel diikuti kembalinya keadaan kelistrikan otot jantung pada resting
state menghasilakan arus listrik yang tercatat pada EKG. Lima bentuk
gelombang dasar pada EKG ialah:
(A) Left and right ventricles (LV and RV) depolarize simultaneously,
with activation forces (arrows or vectors) directed from inner to outer
layers (endocardium to epicardium). (B) These instantaneous forces
can be summarized by a single arrow (vector), representing the mean
or overall direction of depolarization forces. The arrow points to the left
and posteriorly due to the electrical predominance of the LV over the
RV under normal condition.
Pada sadapan ekstrmitas pada EKG normal, gambaran pola QRS dapat
bervariasi. Sadapan aVR normalmua selalu menggambarkan rekaman
dengan predominan kompleks QRS negates (Qr,QS, atau rS).
Kompleks QRS memiliki lebar normal < 0.10 detik. Apabila kompleks
QRS melebar dapat dicurigai terjadi perlambatan stimulus melalui
ventrikel.
1.3. Interval PR
Interval PR diukur dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS.
Interval PR menggambarkan waktu yang diperlukan untuk sebuah
stimulus menyebar melalu atrium hingga ke AV Junction. Interval PR
normal ialah 0.12 hingga 0.2 detik. Apabila konduksi ke AV junction
terganggu, maka dapat ditemukan gambaran pemanjangan pada interval
PR.
1.4. Segmen ST
Dimulai pada akhir kompleks QRS hingga awalan dari gelombang T. Segmen
ST menggambarkan fase awal repolarisasi ventrikel. Segmen ST normal
biasanya isoelektrik. Awalan segmen ST (di hubungan antara akhir kompleks
QRS dan awalan segmen ST) disebut J point.
Tall P waves ( arrow ) are seen in leads II, III, aVF, and V 1 from
the ECG of a patient with chronic lung disease. This finding is
sometimes called the P pulmonale pattern.
Left Atrial Abnormality (LAA)
Perbesaran atrium kiri juga dapat memunculkan perubahan
gambaran Gelombang P pada EKG. Normalnya atrium kiri
terdepolarisasi setelah atrium kanan. Perbesaran atrium kiri akan
memperpanjang total durasi depolarisasi atrium yang tergambar pada
EKG sebagai abnormalitas pada lebar gelombang P. LAA
memberikan gambaran khas pelebaran gelombang P dengan durasi
0.12 detik atau lebih. Selain gambaran pelebaran gelombang P,
dapat pula ditemukan temuan khas berupa gelombang P berpunuk
atau berlekuk biasanya ditemukan pada satu atau lebih sadapan
ekstremitas. Gambaran ini biasanya disebut sebagai P mitrale.
1. Gangguan Otomatisasi
Gangguan otomatisasi menyebabkan multifocal atrial tachycardia serta beberapa
jenis junctional tachycardia. Mekanisme ini sebenarnya jarang terjadi, dan
biasanya berhubungan dengan kelainan metabolik seperti iskemia miokardium,
kelainan elektrolit, gangguan paru-paru, serta toksisitas alkohol akut. Mekanisme
ini biasanya ditandai dengan adanya fenomena warm up pada inisiasi gelombang
abnormal. Mekanisme ini ditandai dengan adanya impuls yang dapat muncul
tanpa adanya aktivitas elektrik sebelumnya. Gangguan otomatisasi jarang
ditemukan pada jaringan atrium yang normal, namun biasanya pada atrium
abnormal yang disebabkan oleh penyakit atrium dan dilatasi atrium.
2. Mekanisme Reentry
Mekanisme reentry dianggap sebagai patofisiologi yang paling penting untuk
takiartimia atrium. Model reentry yang paling simpel terdiri dari impuls eksitasi
yang mampu mengitari hambatan anatomis, disebut juga sebagai circus
movement. Impuls eksitasi ini menyebabkan depolarisasi jaringan yang bersifat
nonrefrakter.
Circus movement dapat terjadi tanpa henti jika terdapat gap di antara titik awal
impuls dan ekor refraktori jaringan yang dapat sepenuhnya dieksitasi. Eksitasi
yang terjadi bergantung pada waktu sirkuit, kecepatan konduksi, adanya blokade
impuls pada sirkuit, serta adanya stimulus tambahan yang mampu me-
reset takikardia tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa proses reentry merupakan proses eksitasi dari atrium
menuju ke ventrikel (proses normal), namun berputar kembali ke atrium oleh
adanya jalur aksesoris dari ventrikel ke atrium.
3. Aktivitas Pemicu
Aktivitas pemicu dapat menyebabkan supraventricular tachycardia dengan
pembentukan impuls yang abnormal yang disebabkan oleh adanya impuls lain
sebelumnya. Impuls abnormal tersebut diawali setelah depolarisasi terjadi
sebelumnya, atau setelah repolarisasi penuh. Fenomena early after
depolarization terjadi akibat adanya peningkatan arus masuknya kalsium atau
penurunan arus repolarisasi keluar kalium, atau keduanya pada fase awal
repolarisasi.
Fenomena late after depolarization terjadi pada iskemia miokardium,
toksisitas digoxin, infus katekolamin, serta peningkatan kalsium intrasel. Pada
penggunaan digoxin misalnya, digoxin dapat berikatan dengan Na-K ATPase,
mengganggu pengeluaran ion natrium dari dalam sel. Hal ini akan menyebabkan
akumulasi ion natrium intrasel yang dapat memicu depolarisasi membran sel.
Kompensasi akan terjadi dengan cara pertukaran ion natrium dan kalsium,
menurunkan tingkat ion natrium intrasel dan meningkatkan ion kalsium intrasel
serta peningkatan permeabilitas membran terhadap natrium. Ion natrium akan
bekerja sebagai karier transmembran untuk delayed after depolarization.
KLASIFIKASI
Berikut ini adalah pembagian secara konvensional atau klasifikasi konvensional dari
SVT:
Takikakardia atrial
o Sinus takikardia
Sinus takikardia fisiologis
Sinus takikardia yang tidak sesuai (inappropriate)
Sinus nodal re-entrant tachycardia
o Atrial tachycardia (AT) fokal
o AT multifokal
o Macro-re-entrant atrial tachycardia (MRAT)
Cavotricuspid isthmus-dependent MRAT
Atrial flutter tipikal, counter-clockwise (dijumpai lebih
umum) atau clockwise (terbalik, jarang)
Cavotricuspid isthmus-dependent MRAT lainnya
Non-cavotricuspid isthmus-dependent MRAT lainnya
MRAT atrium kanan
MEAT atrium kiri
o Atrial fibrilasi (AF)
AV junctional tachycardias
o Atrioventricular nodal re-entrant tachycardia (AVNRT)
Tipikal
Atipikal
o Non-re-entrant junctional tachycardia
JET (junctional ectopic atau focal junctional tachycardia)
Varian non reentran lainnya
Atrioventricular re-entrant tachycardia (AVRT)
o Orthodromic (termasuk PJRT = permanent junctional reciprocating
tachycardia)
o Antidromic (dengan konduksi retrograde melalui atrioventricular
node (AVN) atau pada keadaan yang jarang melalui jalur yang lainnya)
DIAGNOSIS
SINUS TACHYCARDIA
Letak kelainan adalah di SA Node. Penyebabnya baracam-macam dan umumnya
ekstra kardial. Mekanismenya adalah perangsangan susunan saraf otonom yaitu
sympatis secara fisiologis terhadap sel pacu jantung dan terjadi pergeseran fokus
dari depolarisasi atrial ke arah superior dalam nodus sinoatrial. Terjadinya reentry
pada SA Node menyebabkan sinus takikardi gambaran EKG terlihat frekwensi
meningkat, lebih dari 100/menit, tetapi dengan gambaran EKG keseluruhan normal.
Pada irama sinus, gelombang P pada EKG 12 sadapan adalah positif di sadapan I, II,
aVF dan negatif di aVR. Secara frontal aksisnya adalah antara 0 sampai 90 derajat.
Secara horizontal aksisnya mengarah ke anterior dan sedikit ke kiri sehingga
memberikan gambaran bifasik di V1 dan positif di V2-V6. Pada takikardia sinus,
gelombang P memiliki bentuk yang normal tetapi amplitudo yang lebih besar .
Takikardia sinus bersifat non paroksismal sehingga dapat dibedakan dari reentri.
a. ATRIAL TACHYCARDIA
Fokal
Aritmia supraventrikular yang regular, terorganisir dengan gambaran
gelombang P yang jelas dan adanya garis isoelektrik di antara gelombang
P. Terkadang dapat ditemukan adanya iregularitas terutama saat
pemanasan (warm up) dan terminasi (cool down). Pemetaan atrial
menunjukkan sumber yang fokal di atrium.
Pada TA, gelombang P biasanya muncul pada paruh kedua siklus
takikardia sehingga sering tenggelam di dalam gelombang T pada
kompleks QRS yang sebelumnya.Selama TA biasanya ditemukan garis
isoelektrik diantara gelombang P dan hal ini digunakan untuk
membedakan dengan kepak atrium yang tipikal maupun tidak tipikal
(gambaran gigi gergaji).
Walaupun untuk menentukan lokasi yang tepat dari sumber TA
membutuhkan pemetaan intra kardiak, tetapi gelombang P pada 12
sadapan di EKG berbeda dengan gelombang P pada irama sinus sehingga
dapat digunakan untuk menentukan sumber dari TA fokal. Gelombang P
yang negatif di sadapan I dan aVL atau gelombang P yang positif di
sadapan V1 menunjukkan sumber berasal dari atrium kiri. Sebagai
tambahan gelombang P yang negatif di sadapan inferior menunjukkan
sumber yang berasal dari kaudal, sedangkan gelombang P yang positif
menunjukkan sumber yang berasal dari kranial. Yang menarik adalah
gelombang P saat irama sinus dapat menyerupai dengan gelombang P
yang 61 berasal dari krista terminalis bagian atas atau vena pulmonalis
kanan. TA fokal yang berasal dari vena pulmonalis kanan mempunyai
gelombang P yang positif di V1 sehingga bila ditemukan adanya
perubahan polaritas gelombang P dibanding irama sinus harus dicurigai
adanya fokus di vena pulmonalis kanan.
Multifokal
Aritmia supraventrikular yang iregular dengan karakteristik 3 atau lebih
bentuk gelombang P yang berbeda dengan/atau gambaran aktivasi atrium
dengan kecepatan yang berbedabeda. Gangguan irama ini selalu iregular.
Diagnosis TA multifokal didapatkan dengan dasar adanya takikardia ireguler
dengan tiga atau lebih gambaran morfologi gelombang P. Iramanya selalu
iregular 75 sehingga menyerupai fibrilasi atrium , tetapi dengan frekuensi
tidak terlalu cepat. Kelainan irama jantung ini biasa dikaitkan dengan adanya
penyakit paru, hipertensi 76 pulmoner, penyakit jantung koroner, penyakit
katup jantung namun dapat berasal dari 77 kelainan metabolik, kelainan
elektrolit, atau akibat terapi teofilin. Pada beberapa kasus dapat juga
diakibatkan oleh intoksikasi digitalis. Kelainan aritmia ini jarang dapat
diterapi dengan menggunakan anti aritmia tetapi beberapa studi melaporkan
keberhasilan menggunakan antagonis kalsium. Penyekat beta umumnya
tidak diberikan atau dikontraindikasikan, karena adanya penyakit paru yang
mendasari. Tatalaksana kronik kadang membutuhkan antagonis kalsium dan
tidak ada peran dari kardioversi, obat antiaritmia ataupun ablasi.
ATRIOVENTRICULAR NODAL REENTRANT TACHYCARDIA
(AVNRT)
Takikardia reentrant yang melibatkan dua jalur fungsional yang berbeda, secara
umum disebut jalur lambat dan jalur cepat. Kebanyakan jalur cepat berada dekat
apeks dari segitiga Koch dan jalur lambat di inferoposterior dari jaringan AV node.
Jalur varian lainnya telah diteliti salah satunya AVNRT "slow-slow".
AVNRT dapat terjadi baik pada orang muda yang sehat maupun pasien dengan
penyakit jantung yang menahun. TaRNAV terjadi karena adanya jaras nodal AV
ganda yaitu jaras lambat dan jaras cepat yang saling terhubungkan di bagian
proksimal dan distal membentuk suatu sirkuit reentri. Jaras lambat memiliki
karakteristik konduksi impuls yang lambat tetapi masa refraktori yang pendek,
sebaliknya jaras cepat memiliki kemampuan konduksi cepat tetapi masa refraktori
yang panjang. Bayangkan suatu perahu boat yang melaju lambat akan membentuk
gelombang yang pendek di belakangnya, sehingga perahu berikutnya dapat segera
melalui jalur lintasan yang sama sesegera mungkin tanpa diganggu oleh gelombang
belakang perahu pertama. Sebaliknya perahu boat yang melaju cepat akan
meninggalkan gelombang yang panjang di belakangnya sehingga perahu berikutnya
yang akan melalui lintasan yang sama harus menunggu lebih lama agar tidak
terganggu oleh gelombang belakang perahu pertama.
Inisiasi TaRNAV umumnya didahului oleh suatu denyut prematur atrium yang jatuh
pada saat jaras cepat masih dalam masa refrakter sehingga impuls diteruskan secara
lambat melalui jaras lambat. Ketika impuls tiba di pertemuan distal antara jaras
lambat dengan cepat, jaras cepat telah pulih dari masa refraktori sehingga impuls
dapat berjalan secara retrograd melalui jaras cepat. Ketika impuls tiba di pertemuan
proksimal kedua jaras, didapatkan jaras lambat sudah pulih dan dapat melanjutkan
impuls. Dengan demikian putaran reentri akan berlangsung terus. Jenis TaRNAV
seperti itu disebut TaRNAV lambat-cepat yaitu jalur konduksi antegrad melalui jaras
lambat sedangkat retrograd melalui jaras cepat. Ada juga jenis TaRNAV lambat-
lambat (Gambar 8). Putaran reentri pada TaRNAV akan terus berlangsung hingga
berhenti oleh denyut prematur lain atau pemberian obat.
Takikardia regular dengan QRS sempit. Gelombang P terkubur di dalam
kompleks QRS. Sesuai dengan TaRNAV lambat - cepat (tipikal).
Gambaran Umum
Kompleks takikardi yang sempit
Aktivitas atrium teratur pada ~ 300 bpm
Gelombang flutter (pola "gigi gergaji") paling terlihat pada sadapan II, III,
aVF
Gelombang flutter di V1 mungkin menyerupai gelombang P
Hilangnya baseline isoelektrik
ATRIAL FIBRILATION
Fibrilasi atrium adalah takiaritmia supraventrikular yang khas, dengan aktivasi
atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis
atrium. Pada elektrokardiogram (EKG), ciri dari FA adalah tiadanya konsistensi
gelombang P, yang digantikan oleh gelombang getar (fbrilasi) yang bervariasi
amplitudo, bentuk dan durasinya. Pada fungsi NAV yang normal, FA biasanya
disusul oleh respons ventrikel yang juga ireguler, dan seringkali cepat.
Mekanisme elektrofisiologis FA.
A. Mekanisme fokal: fokus/pemicu (tanda bintang) sering ditemukan di vena
pulmoner.
B. Mekanisme reentri mikro: banyak wavelet independen yang secara kontinu
menyebar melalui otot-otot atrium dengan cara yang kacau. AKi: atrium kiri, AKa:
atrium kanan, VP: vena pulmoner, VKI: vena kava inferior, VKS: vena kava
superior
Klasifikasi FA menurut waktu presentasinya. Fibrilasi atrium dapat mengalami
progresivitas dari paroksismal menjadi persisten, persisten lama atau permanen.
Seluruh tipe FA tersebut dapat merupakan presentasi awal atas dasar riwayat
sebelumnya
AF dengan fungsi ventrikel normal
PERICARDIAL, MYOCARDIAL, PULMOARY SYNDROME
1. PERICARDIAL SYNDROME
a. Acute Pericarditis
Pola EKG perikarditis akut menyerupai yang terlihat dengan akut ST elevasi MI.
Perbedaan utama antara elevasi ST terjadi dengan MI akut dan perikarditis akut
adalah distribusi mereka. Peningkatan segmen ST pada MI akut biasanya dilokalisasi
ke area infark. Sebaliknya, karena perikardium menyelimuti jantung. Maka
perubahan ST-T yg terjadi pada perikarditis biasanya lebih digeneralisasikan dan
dapat terlihat sekaligus baik di lead anterior maupun posterior. Perikarditis akut
menyebabkan peningkatan segmen ST yang menyebar pada sadapan I, II, aVF, dan
V2 hingga V6, dengan depresi ST di lead aVR. Sebaliknya, arus atrium yang
bersamaan dari cedera menyebabkan elevasi segmen PR pada lead aVR dengan
depresi PR di lead dada kiri dan lead II. Pada aVR pola ini disebut “ Knuckle sign”
ST elevasi pada pericarditis setelah beberapa waktu dapat diikuti oleh T invertion.
b. Pericardial efusions
Tanda EKG yang paling umum dari perikardial efusi (dengan atau
tanpa tamponade sebenarnya) adalah Tegangan rendah (atau
tegangan yang relatif rendah) dari QRS kompleks. Mekanisme
tegangan rendah di pengaturan ini belum ditetapkan dengan pasti.
Tegangan rendah sangat ketat dianggap hadir ketika total
amplitudo kompleks QRS di masing-masing dari enam ekstremitas
sadapan 5 mm (0,5 mV) atau kurang. Tegangan rendah di sadapan
ekstremitas bisa disertai atau tidak disertai tegangan rendah di
dada, didefinisikan sebagai puncak-total QRS amplitudo (rentang
total) 10 mm atau kurang di masing-masing lead V1 ke V6.
Electrical alternans adalah temuan yang sangat khas dapat terjadi dengan efusi
perikardial terutama ketika ini terkait dengan tamponade atau kompromi
hemodinamik yang parah. Pola ini biasanya ditandai denganpergeseran beat-to-
beat periodik pada sumbu QRS terkait dengan gerak jantung secara otomatis ke
sana kemaridalam akumulasi cairan yang relatif besar. Penemuan biasanya
paling jelas terlihat di bagian tengah dada.Tiga serangkai sinus takikardia,
alternatif listrik, dan tegangan QRS rendah hampir merupakan diagnostik
tamponade jantung, meskipun tidak setiap pasien menunjukkan tamponade pola
ini (mis., memiliki spesifisitas tinggi, tetapi hanya sensitivitas sedang).
Electrical Alternans kemungkinan besar terjadi dengan efusi yang lebih besar,
dan karena itu, telah dikaitkan dengan keganasan metastasis (mis., payudara
atau paru-paru).
c. Pericardial constrictive
Terjadinya fibrosis kronis dan kalsifikasi pada kantung perikardial.
• Sayangnya, tidak ada pola EKG tunggal atau konstelasi temuan
yang mendiagnosis perikarditis konstriktif kronis.
• Perubahan gelombang ST-T yang tidak spesifik dan tegangan
QRS yang relatif rendah adalah yang paling umum.
Perubahan gelombang ST-T yang tidak spesifik dan tegangan
QRS yang relatif rendah adalah yang paling umum.
Penyimpangan segmen PR / ST mungkin mirip dengan
perikarditis akut. Namun, aritmia atrium, terutama fibrilasi atrium,
dapat menghalangi penilaian deviasi segmen PR.
2. MYOCARDIAL SYNDROME
a. Myocarditis
Individu dengan miokarditis mungkin memiliki berbagai gejala dan
presentasi, mulai dari mereka yang tidak menunjukkan gejala sampai
mereka yang memiliki gagal jantung parah dan bahkan kematian
mendadak. Dalam beberapa kasus, perikarditis dan miokarditis terjadi
sebagai bagian dari peradangan yang sama proses (myopericarditis atau
perimyocarditis).
• Temuan EKG dengan miokarditis juga cukup bervariasi, mulai dari
perubahan ST-T yang tidak spesifik hingga perubahan repolarisasi khas
yang terjadi pada perikarditis akut. Kadang-kadang, temuan EKG
miokarditis berat dapat persis mensimulasikan MI akut, termasuk
peningkatan ST dan bahkan pengembangan gelombang Q patologis
Pasien dengan kardiomiopati dilatasi dari sebab apa pun mungkin memiliki pola
EKG
yang khas (the ECG – HF TRIAD), ditandai dengan temuan berikut:
• Tegangan yang relatif rendah di lead ekstremitas, sedemikian rupa sehingga
QRS di masing-masing dari enam ekstremitassadapan adalah 8 mm atau
kurang dalam amplitudo.
• Tegangan QRS yang relatif menonjol di lead dada, sedemikian rupa sehingga
jumlah gelombang S di salah satu lead V1 atau lead V2 plus gelombang R di
V5 atau V6 35 mm atau lebih.
• Progresi gelombang R sangat lambat yang didefinisikan oleh QS- atau
kompleks tipe rS dalam sadapan V1 ke V4.
Kardiomiopati dilatasi idiopatik berat pada pria dewasa muda dengan gagal jantung
kronis. Tiga serangkai :
(1) relatif rendah Tegangan QRS pada sadapan ekstremitas,
(2) tegangan QRS prekordial yang menonjol, dan
(3) perkembangan gelombang R yang sangat lambat pada sadapan dada (rS di V4)
sangat menunjukkan kardiomiopati dilatasi. Temuan ini relatif spesifik, tetapi tidak
sensitif.
3. PULMONARY SYNDROME
EKG bukan tes sensitif untuk emboli paru akut. Dalam beberapa kasus obstruksi
dihasilkan oleh embolus dalam sistem arteri pulmonalis dapat menyebabkan
perubahan EKG, tetapi umumnya tidak ada pola tunggal yang diagnostik.
a. Pulmonary Embolism
Gambaran yang kadang-kadang terlihat pada emboli paru meliputi sinus takikardia,
gelombang S pada lead I dengan gelombang Q dan inversi gelombang T di lead III
(pola S1Q3T3), dan progresi gelombang R yg lambat dengan inversi gelombang T di
lead dada dari V1 sampai V4 yang dihasilkan dari overload ventrikel kanan akut.
Pasien dengan chronic thromboembolic pulmonary hypertension (CTEPH) karena
emboli paru berulang dapat menunjukkan tanda-tanda overload ventrikel kanan atau
RVH yang jelas (R tinggi dalam V1, right axis deviation dan inversi gelombang T
prekordial kanan), terkadang dengan gelombang P memuncak karena overload pada
atrium kanan. Temuan identik dapat terjadi dengan hipertensi arteri paru primer
(PAH).