LAPORAN KASUS
OLEH :
Pembimbing :
1
BAB 1
PENDAHULUAN
tekanan osmotik pada kapiler, adanya peningkatan permeabilitas kapiler, atau ada
retensi dari natrium dan air.(1) Edema paru akut adalah keadaan patologi dimana
Secara dunia, edema paru pada suatu studi yang melibatkan kurang lebih
600 rumah sakit di Eropa, Amerika Latin, dan Australia melaporkan edema paru
akut ditemukan pada 37% pasien dengan gagal jantung akut.(4) Selain itu, pada
studi di Romania menemukan bahwa edema paru akut terjadi pada sekitar 29%
pasien dengan gagal jantung akut.(5) Epidemiologi edema paru akut di Indonesia
belum diketahui.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. RH
Umur : 47 ( 05-10-1971)
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 233279
3.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Riwayat Penyakit:
diri dengan keluhan sesak nafas disertai batuk yang dirasakan sejak ± 2 bulan
3
lalu. Sesak nafas dirasakan semakin memberat dan mengganggu sejak 1
minggu terakhir. Sesak nafas diperberat saat posisi tidur dan setengah duduk.
Bila mulai sesak pasien memilih untuk berdiri dan dirasakan sesaknya
berkurang. Batuk berdahak (+) berwarna kuning, bercak darah (-). Awalnya
batuk kering biasa kemudian menjadi berdahak. Batuk makin sering kalau
beraktivitas dan pasien merasa cepat capek. Jika sudah sesak biasanya diikuti
dengan batuk. Nyeri ulu hati (+), sering bersendawa (+), mual (+), muntah (-).
Demam (-), keringat malam (-), bengkak pada kedua kaki (-). susah tidur (+)
karena sesak nafas. Bantal kadang 2-3 bantal. Nafsu makan baik, tidak ada
penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas. BAB: biasa (1 kali sehari
pagi hari). BAK: lancar warna kuning (3-4 kali sehari) nyeri berkemih (-)
Riwayat trauma dada (-), riwayat merokok (-), riwayat alcohol (-). Riwayat
hipertensi (-), riwayat DM (-). Dalam keluarga tidak ada yang memiliki
Status Gizi :
o BB : 60 kg
o TB : 160 cm
4
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 36,20C
SpO2 : 96%
Kepala
Mata
Eksoptalmus/enoptalmus : (-)
Telinga
Tophus : (-)
5
Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut
Lidah : warna merah muda, lidah kotor (-), candididais oral (-)
Leher
Thorax
Inspeksi:
Paru-paru anterior
Perkusi : Sonor
6
Auskultasi : vesikuler +/+ (namun menurun pada basal paru
kanan), Rh +/+ (rhonki pada basal paru kanan dan paru sinistra) Wh -/-
Paru-paru posterior
Rh +/+ (rhonki pada basal paru kanan dan paru sinistra) Wh -/-
Jantung
Abdomen
7
Ekstremitas : akral hangat, edema pretibial -/-, dorsum pedis -/-,
Hasil bacaan Rontgen Thorax AP, supine, simetris, inspirasi dan kondisi cukup.
Kesan :
Peningkatan corakan vaskuler kedua pulmo, hilar haze (+), mengarah ke udem
pulmonum. Efusi pleura bilateral terutama dextra. Besar cor sulit dinilai (batas
8
EKG (elektrokardiogram)
9
Laboratorium
(10/12/2018)
MCV : 76,0 fL
HCT : 47.7 %
(13/12/2018)
Trigliserida : 95 mg/dl
3.6. DIAGNOSIS
10
3.7. PLANNING
a. Diagnostik
Echocardiografi
b. Terapi
IVFD NaCL 0,9% LL, O2 1-2 lpm Nasal Kanul, IV Furosemide 20-20-
c. Monitoring
3.8. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
11
BAB 3
PEMBAHASAN
tekanan osmotik pada kapiler, adanya peningkatan permeabilitas kapiler, atau ada
retensi dari natrium dan air.(1) Edema paru akut adalah keadaan patologi dimana
ruang interstisial dan alveolus paru-paru. Jika edema timbul akut dan luas, sering
1. Stadium 1 : pada keadaan ini terjadi peningkatan jumlah cairan dan koloid
di ruang interstitial yang berasal dari kapiler paru. Celah pada endotel
12
kapiler paru mulai melebar akibat peningkatan tekanan hidrostatik atau
mengelilingi bronkioli dan vaskuler paru. Bila cairan terus bertambah akan
batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun
biasanya menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi
harus digunakan dengan hati-hati. Edema Paru yang terjadi setelah Infark
besar daripada tekanan pleural maka cairan bergerak menuju pleura visceral yang
menyebabkan efusi pleura. Jika permeabilitas kapiler endotel tetap normal, maka
13
berhubungan dengan peningkatan tekanan vena pulmonal akibat peningkatan
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri. Peningkatan ringan
tinggi (>25) maka cairan edem akan menembus epitel paru, membanjiri
alveolus.(6)
Pada pasien RH, kemungkinan yang terjadi adalah edema paru akut akibat
kerdiogenik, yang artinya masalah primer berada pada jantung dan edema paru
merupakan masalah yang diakibatkannya atau masalah sekunder. Sesuai teori, hal
tekanan vena pulmonal akibat peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
dan tekanan atrium kiri. Jantung pasien pada EKG menunjukkan sinus takikardi
ditambah gelombang P mitral yang artinya tampak ada kelainan di bagian jantung
kiri pasien tepatnya di atrium kiri. Bila yang terjadi adalah gagal jantung kiri
Kejadian tersebut akan menimbulkan lingkaran setan yang terus memburuk oleh
jantung.
14
- hipoksemia dan meningkatnya cairan di paru menimbulkan vasokonstriksi
fungsi jantung.(6,7)
Pada stage 1 distensi dan keterlibatan pembuluh darah kecil di paru akibat
dan meningkatkan kemampuan difusi dari gas karbon monoksida. Pada keadaan
ini akan terjadi sesak nafas saat melakukan aktivitas fisik dan disertai ronkhi
inspirasi akibat terbukanya saluran nafas yang tertutup. Apabila keadaan berlanjut
cairan pada daerah interstisial yang longgar dengan jaringan perivaskular dari
pembuluh darah besar, hal ini akan mengakibatkan hilangnya gambaran paru yang
normal secara radiografik dan petanda septum interlobuler (garis kerley B). Pada
derajat ini akan terjadi kompetisi untuk memperebutkan tempat antara pembuluh
darah, saluran nafas dan peningkatan jumlah cairan di daerah di interstisium yang
longgar tersebut, dan akan terjadi pengisian di lumen saluran nafas yang kecil
ventilasi yang semakin memburuk. Pada keadaan infark miokard akut misalnya,
15
kapiler paru. Sehingga seringkali ditemukan manifestasi klinis takipnea. Pada
proses yang terus berlanjut atau meningkat menjadi stage 3 dari edem paru
tersebut, proses pertukaran gas sudah menjadi abnormal, dengan hipoksemia yang
berat dan seringkali hiperkapnea. Alveolar yang sudah terisi cairan ini terjadi
akibat sebagian besar saluran nafas yang besar terisi cairan berbusa dan
keseluruhan kapasitas vital dan volume paru semakin berkurang di bawah normal.
Terjadi pirai dari kanan ke kiri pada intrapulmonal akibat perfusi dari alveoli yang
Pada pasien RH, gejala yang tampak adalah sesak nafas disertai batuk
berdahak yang sudah dirasakan sejak 2 minggu lalu, sesak dirasakan memberat
bila beraktivitas dan susah tidur malam karena posisi tertidur, dan memilih untuk
mengubah posisi dari tidur ke berdiri. Setelahnya sesak menjadi berkurang, begitu
pula batuk. Hal ini menandakan bahwa pada pasien RH stadium yang didapatkan
kemungkinan adalah stadium 2-3 karena selain gejala sudah muncul lama, tampak
pula adanya kelainan paru pada foto rontgen thorax yang menunjukkan
penumpukan cairan di alveolus yaitu efusi pleura dan hampir memiliki hipokapnia
akibat kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.
batuk berbuih kemerahan, pada pasien ini batuk namun kemerahan disangkal.
Tidak tampak pasien memiliki keadaan hipoksemia yang berat dan hiperkapnea.
16
akut apalagi bila pasien sebelumnya telah menderita penyakit paru obstruktif
kronik. Pada pasien RH tidak hiperkapnia dan menurunkan keadaan yang lebih
serius karena melalui anamnesis tidak memiliki faktor risiko terjadinya penyakit
meningkatnya cairan dan protein masuk ke dalam interstisial paru dan alveolus.
Cairan edem paru nonkardiogenik memiliki kadar protein tinggi karena membran
pembuluh darah lebih permeabel untuk dilewati oleh protein plasma. Akumulasi
cairan edem ditentukan dengan luasnya edem interstisial, ada atau tidak adanya
cidera pada epitel alveolar dan acute lung injury di mana terjadi cedera epitel
alveolar.(6)
petunjuk ke arah kausa edem paru, misalnya adanya riwayat sakit jantung, riwayat
gejala yang sesuai dengan gagal jantung kronik. Edem paru akut kardiak,
kejadiannya sangat cepat dan terjadi hipertensi pada kapiler paru secara ekstrim.
Keadaan ini merupakan pengalaman yang menakutkan bagi pasien karena mereka
batuk-batuk seperti seseorang yang akan tenggelam. Pada pasien RH, melalui
anamnesis didapatkan adanya riwayat sakit jantung yang tidak diketahui sejak
kapan karena baru pertama kali berobat dan diketahui melalui foto rontgen thorax.
17
Pasien juga mengeluh batuk-batuk namun tidak sampai berdarah, hanya
berdahak.(6,8)
Gejala lain dari edema paru akut adalah terdapat takipnea dan ortopnea
mempergunakan otot-otot bantu nafas dengan lebih baik saat respirasi atau sedikit
membungkuk ke depan, akan terlihat retraksi inspirasi pada sela interkostal dan
dibutuhkan pada saat inpsirasi, batuk dengan sputum yang berwarna kemerahan
(pink frothy sputum) serta JVP meningkat. Pada pemeriksaan paru akan terdengar
ronki basah setengah lapangan paru atau lebih dan terdapat wheezing.
Terdapat juga edema perifer, akral dingin dengan sianosis. Pada pemeriksaan
fisik, pada perkusi terdengar keredupan dan pada pemeriksaan auskultasi di dapat
Pasien RH sering duduk bungkuk atau berdiri tegak dan dibantu digosok
berkurang dan tidak tampak adanya bantuan otot-otot pernapasan. Pada perkusi
terdengar redup di basal dextra dan pada pemeriksaan auskultasi di dapat ronki
basah di bagian basal paru dextra. Hal ini sesuai dengan teori.(6)
18
hematologi/darah rutin, fungsi ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa gas darah,
enzim jantung (CK-MB, troponin I) dan Brain Natriuretic Peptide (BNP). BNP
dan prekursornya pro BNP dapat digunakan sebagai rapid test untuk menilai edem
paru kardiogenik pada kondisi gawat darurat. Kadar BNP plasma berhubungan
pressure dan left ventricular ejection fraction. Khususnya pada pasien gagal
jantung, kadar pro BNP sebesar 100pg/ml akurat sebagai prediktor gagal jantung
pada pasien dengan efusi pleura dengan sensitifitas 91% dan spesifisitas 93%.
Pemeriksaan BNP ini menjadi salah satu tes diagnosis untuk menegakkan gagal
jantung kronis berdasarkan pedoman diagnosis dan terapi gagal jantung kronik
Eropa dan Amerika. Bukti penelitian menunjukan bahwa pro BNP/BNP memiliki
nilai prediksi negatif dalam menyingkirkan gagal jantung dari penyakit penyakit
lainnya.(2,7)
Selain itu, pemeriksaan lainnya adalah foto thorax yang akan menunjukan
jantung membesar atau tidak, hilus yang melebar, serta sebagai tambahan adanya
garis kerley A, B dan C akibat edema instrestisial atau alveolar. Garis kerley A
merupakan garis linier panjang yang membentang dari perifer menuju hilus yang
sentral. Garis kerley B terlihat sebagai garis pendek dengan arah horizontal 1-2
septum interlobuler. Garis kerley C berupa garis pendek, bercabang pada lobus
inferior namun perlu pengalaman untuk melihatnya karena terlihat hampir sama
19
dengan pembuluh darah. Pada pasien RH, jantung sulit dinilai dalam foto thorax
PA tapi keluhan sesak dan hasil EKG dapat mendukung adanya kelainan di
jantung pasien.(6,7)
iskemik atau infark miokard akut dengan edema paru. Pasien dengan krisis
kiri. Pasien dengan edem paru kardiogenik tetapi yang non iskemik biasanya
memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam 24 jam setelah klinis stabil
dan menghilang dalam 1 minggu. Pada pasien RH, gambaran EKG yang
adanya pembesaran dari jantung kiri dan kanan, namun gejala pembesran jantung
kanan belum tampak pada pasien RH. Pembesaran jantung kiri dapat
disfungsi jantung kiri dalam hal ini ventrikel kiri. Echokardiografi dapat
mengevaluasi fungsi miokard dan fungsi katup sehingga dapat dipakai dalam
tidak dapat dilakukan pemeriksaan tersebut karena tidak ada alat. (7)
20
setengah duduk, Oksigen terapi, Morphin IV 2,5 mg, Diuretik, Nitroglyserin dan
Inotropik. Pilihan terapi yang terbaik adalah vasodilator intravena sedini mungkin
terapi lini pertama pada semua pasien AHF dengan tekanan darah sistolik > 95-
menghindari kelebihan cairan total tubuh dan memperburuk edema. Selain itu
diberikan oksigen terapi untuk perfusi o2 ke jaringan tercukupi, Infus NaCL 0,9%
karena tidak terlalu nampak adanya depresi pernapasan yang ditunjukkan melalui
akral dingin, tekanan darah rendah, produksi urine yang sedikit, hingga
pasien ini. Inotropik positif memiliki fungsi mempengaruhi daya kontraksi otot,
sehingga pompa jantung lebih kuat dan dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
Inotropik berguna untuk menguatkan pompa jantung ini, adalah digoxin yang
memiliki keluhan mual dapat diberi anti emetik seperti antasida doen syrup atau
penyebab/pencetus yang dapat diobati. Pada pasien ini memiliki prognosis dubia
ad bonam karena telah diketahui penyakit dasar dan ditangani sertadi obati di
rumah sakit sampai akhirnya pasien pulang dengan keluhan yang minimal.(2)
21
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki umur 47 tahun datang dengan keluhan
sesak nafas disertai batuk yang dirasakan sejak ± 2 bulan lalu. Sesak nafas
dirasakan semakin memberat sejak 1 minggu terakhir. Sesak nafas diperberat saat
posisi tidur. Bila mulai sesak pasien memilih untuk berdiri dan dirasakan sesaknya
berkurang. Batuk berdahak (+) berwarna kuning, bercak darah (-). Awalnya batuk
kering biasa kemudian berdahak. Batuk makin sering kalau beraktivitas dan
pasien merasa cepat capek. Jika sudah sesak biasanya diikuti dengan batuk. Nyeri
ulu hati (+), sering bersendawa (+), mual (+), muntah (-). Demam (-), keringat
malam (-), susah tidur (+) karena sesak nafas. Bantal kadang 2-3 bantal. Nafsu
makan baik, tidak ada penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas. BAB:
biasa (1 kali sehari pagi hari). BAK: kesan lancar warna kuning (3-4 kali sehari).
peningkatan corakan vaskuler kedua pulmo, hilar haze (+), mengarah ke udem
pulmonum. Efusi pleura bilateral terutama dextra denga besar cor sulit dinilai
(batas kanan tertutup efusi) kemungkinan membesar pada foto rontgen thorax.
Dilakukan pemeriksaan foto thorax, EKG, dan pemeriksaan Lab dan didiagnosa
sebagai Edema paru akut + Efusi Pleura dextra + congestive heart failure.
Penatalaksanaan yang diberikan adalah IVFD NaCL 0,9% LL, O2 1-2 lpm Nasal
22
Kanul, IV Furosemide 20-20-20, PO ISDN 3 x 500 mg, PO digoxin 1 x 0,25,
Captopril 2 x 12,5 mg, Posisi setengah duduk, minum air dibatasi. Prognosisnya
dubia ad bonam.
23
DAFTAR PUSTAKA
3. Mcdonough JE, Cooper JD, Gefter WB, Grippi MA, Sanchez PG, Torigian
DA, et al. Fishman’s Pulmonary Diseases and Disordes. 5th ed. McGraw-
9. Bickley LS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.
24