Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Monkeypox atau cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh

infeksi monkeypox virus.(1) Monkeypox virus merupakan famili Poxviridae, subfamili

Chordopoxvirinae, genus Orthopoxvirus, spesies Monkeypox virus.(1,2)

Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 yang terjadi pada

monyet sehinggan disebut dengan monkeypox atau cacar monyet.(1,3) Kasus

mankeypox pada manusia pertama kali manusia pertama terjadi pada tahun 1970 di

Zaire, Republik Demokratik Kongo.(2) Sejak saat itu, monkeypox telah dilaporkan

muncul pada manusia di negara Afrika Tengah dan Barat lainnya. Infeksi monkeypox

pada manusia selanjutnya telah didokumentasikan sebanyak tiga kali di luar Afrika

yaitu di Amerika Serikat pada tahun 2003 (72 kasus terlapor, 37 terkonfirmasi secara

laboratorium), di Inggris Raya (3 kasus) dan Israel (1 kasus) pada tahun 2018.(1,2)

Reservoir alami monkeypox masih belum diketahui.(1) Namun, spesies hewan

pengerat Afrika diduga berperan dalam transmisi. Ada dua kelompok genetik yang

berbeda dari virus monkeypox yaitu pada Afrika Tengah dan Afrika Barat. Infeksi

manusia dengan virus monkeypox di Afrika Tengah biasanya lebih parah

dibandingkan dengan mereka dengan virus Afrika Barat dan memiliki kematian yang

lebih tinggi. Penyebaran orang ke orang didokumentasikan dengan baik untuk virus

monkeypox Afrika Tengah namun terbatas pada Afrika Barat.(2,5)

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Monkeypox

Monkeypox adalah penyakit zoonosis virus langka yang merupakan hasil dari

infeksi oleh virus monkeypox. Monkeypox virus merupakan famili Poxviridae,

subfamili Chordopoxvirinae, genus Orthopoxvirus, spesies Monkeypox virus.

Penyakit zoonosis sendiri didefinisikan sebagai penyakit menular yang ditularkan

dari hewan domestik atau hewan liar ke manusia.(3)

2.2 Epidemiologi

Kasus pada manusia pertama kali tercatat tahun 1970 di Republik Demokratik

Kongo. Lalu tahun 2003 Amerika Serikat melaporkan kasus yang memiliki

riwayat kontak dengan binatang peliharaan eksotis (prairie dog) yang terinfeksi

oleh tikus dari Afrika yang masuk ke Amerika. Selanjutnya tahun 2017 muncul

kejadian luar biasa monkeypox di Nigeria. Tahun 2018 Inggris dan Israel juga

melaporkan adanya kasus Monkeypox dan yang terakhir adanya laporan dari

Singapura pada bulan Mei 2019 bahwa ada seorang warga negara Nigeria yang

menderita monkeypox saat mengikuti sebuah lokakarya, 23 orang yang kontak

erat sudah dikarantina untuk pemeriksaan dan pengawasan lebih lanjut.

Kejadian ini lah yang disebut “emerging and re-emerging diseases”.

Emerging zoonoses merupakan penyakit zoonosis yang baru muncul, dapat terjadi

dimana saja di dunia, dan dampaknya berpotensi menjadi begitu parah.

2
Sedangkan ‘re-emerging zoonoses’ merupakan penyakit zoonosis yang sudah

pernah muncul di masa-masa sebelumnya, akan tetapi menunjukkan tanda mulai

meningkat kembali saat ini.(1,3)

Menurut data surveilans pasif monkeypox Democratic Republic of Congo

didapatkan kasus monkeypox lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan

presentase 58% sedangkan pada perempuan 48% pada tahun 1981-1986.

Banyaknya kasus pada tahun tersebut adalah 338 kasus yang berarti insidennya

terjadi pada 4,7 orang perbulan. Selanjutnya pada tahun 2014-2016 didapatkan

peningkatan insiden monkeypox yaitu 223 kasus yang berarti insidennya

meningkat menjadi 13,7 kasus per bulan. Distribusi kasus menurut jenis kelamin

pada tahun tersebut masih lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan.(1,3)

Distribusi kasus monkeypox menurut usia pada tahun 1981-1986 lebih

cenderung terjadi pada anak-anak berusia 4-13 tahun. Sedangkan pada tahun

2014-2016 kasus monkeypox terbanyak pada usia 0-2 tahun.(7)


Tabel 2.1 Kasus Monkeypox sejak 1970-sekarang(1)

Negara Tahun Jumlah Kasus


Cameroon 1979 2
Cameroon 1989 4
Cameroon 2018 1
Central African Republic 1984 6
Central African Republic 2001 4
Central African Republic 2010 2
Central African Republic 2015 12
Central African Republic 2016 11
Central African Republic 2017 8
Central African Republic 2018 14

3
Côte d’Ivoire (Ivory Coast) 1971 1
Côte d’Ivoire (Ivory Coast) 1981 1
Republik Demokrasi Kongo 1970-sekarang >1000/tahun
Gabon 1987 5
Israel 2018 1
Liberia 1970 4
Liberia 2017 2
Nigeria 1971 2
Nigeria 1978 1
Nigeria 2017-sekarang 115
Republik Kongo 2003 11
Republik Kongo 2009 2
Republik Kongo 2017 88
Sierra Leone 1970 1
Sierra Leone 2014 1
Sierra Leone 2017 1
Sudan 2005 19
United Kingdom 2018 3
United States 2003 47

2.3 Transmisi Penyakit Monkeypox


Transmisi monkeypox virus terjadi ketika seseorang kontak

dengan virus dari hewan, manusia, atau bahan yang terkontaminasi

dengan virus. Virus memasuki tubuh melalui luka pada kulit (bahkan

yang tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata,

hidung, atau mulut). Transmisi hewan ke manusia dapat terjadi

karena gigitan atau goresan, daging hewan yang dimasak kurang

matang, kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi, atau

kontak tidak langsung seperti melalui tempat tidur yang

terkontaminasi. Transmisi manusia-ke-manusia diperkirakan terjadi

terutama melalui droplet pernapasan. Droplet umumnya tidak dapat

4
menyebar melebihi beberapa meter, sehingga diperlukan kontak

yang berkepanjangan. Metode penularan manusia-ke-manusia

lainnya yaitu kontak langsung dengan cairan tubuh atau bahan lesi,

dan kontak tidak langsung seperti melalui pakaian yang

terkontaminasi.(2,7)
Host reservoir (pembawa penyakit utama) monkeypox masih

belum diketahui meskipun rodensia Afrika diduga memainkan peran

dalam transmisi. Virus yang menyebabkan monkeypox telah

diisolasi dua kali dari hewan yang terkena di alam liar. Dalam

pengambilan sampel pertama (1985), virus ditemukan pada

rodensia Afrika yang sakit (tupai tali) di wilayah Equateur di

Republik Demokratik Kongo. Sampel kedua (2012), virus ini diambil

dari bayi monyet yang mati dan ditemukan di Taman Nasional AI,

Cote d'Ivoire.(1)
2.4 Gejala Klinik
Pada manusia, gejala monkeypox mirip dengan chickenpox

tapi lebih ringan. Monkeypox dimulai dengan demam, sakit kepala,

nyeri otot, dan kelelahan. Perbedaan utama antara gejala

chickenpox dan monkeypox adalah bahwa monkeypox

menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening

(Limfadenopati) sementara chickenpox tidak. Masa inkubasi (waktu

dari infeksi ke gejala) untuk monkeypox biasanya 7 − 14 hari tetapi

dapat berkisar dari 5 − 21 hari.(1,3)

5
Dalam 1-3 hari setelah gejala awal atau fase prodromal, fase erupsi akan

dimulai berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah

kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap. Ruam atau lesi pada

kulit ini berkembang mulai dari makula, papula, vesikel, pustula, umbilikal

pustula, lesi ulserasi dan krusta. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu

sampai lesi tersebut menghilang dan rontok. Monkeypox biasanya merupakan

penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21

hari.(3)

Gambar 2.1. Anak yang terinfeksi Monkeypox(3)

6
Gambar 2.2 Tahapan lesi Monkeypox(2)
Berikut perbedaan karakteristik monkeypox, smallpox, dan chickenpox:

KARAKTERISTI MONKEYPOX SMALLPOX CHICKENPOX


K
Cara Zoonosis → Human to human → Human to human →
Penularan kontak dengan percikan air liur kontak langsung
darah, cairan (droplets) atau dengan tubuh
tubuh, atau luka kontak langsung seseorang yang
terbuka pada dengan tubuh sudah terinfeksi,
kulit dan seseorang yang terbanyak pada
mukosa hewan, sudah terinfeksi anak-anak
juga konsumsi
daging yang
terinfeksi virus

Masa inkubasi 5 – 21 hari 7 – 19 hari 5 – 7 hari

Gejala dan Khas: Tidak ada Ruam dengan


Tanda Limfadenopati limfadenopati blister yang gatal

Cara Tidak ada vaksin, Pernah ada vaksin, Ada vaksin varicella
pencegahan hindari faktor namun sudah tidak → 98%
risiko dan diproduksi sejak Efektif
kunjungan ke dinyatakan eradikasi

7
negara terjangkit (1980)

Fatalitas Gejala ringan, Terjadi perdarahan


Kasus namun di Afrika organ dalam (CFR
CFR 1-10% 20-60%)

Tabel 2.2 Perbedaan monkeypox, smallpox, dan chickenpox (5,6)


2.5 Diagnosis
Monkeypox hanya dapat didiagnosis secara pasti di laboratorium di mana

virus dapat diidentifikasi dengan sejumlah tes berbeda yang perlu dilakukan di

laboratorium khusus. Jika dicurigai monkeypox, petugas kesehatan harus mengambil

sampel yang sesuai dan membawanya dengan aman ke laboratorium dengan kapasitas

yang sesuai.(1,3)
Spesimen diagnostik yang optimal berasal dari usapan lesi eksudat atau krusta

yang disimpan dalam tabung kering dan steril (tidak ada media transportasi virus) dan

tetap dingin. Darah dan serum dapat digunakan tetapi seringkali tidak dapat

disimpulkan karena durasi viremia yang pendek dan waktu pengumpulan spesimen.

Untuk menafsirkan hasil tes, sangat penting bahwa informasi pasien dilengkapi

dengan spesimen termasuk:

a) perkiraan tanggal timbulnya demam,

b) tanggal timbulnya ruam,

c) tanggal pengumpulan spesimen,

d) status saat ini dari individu (tahap ruam), dan

e) usia.(3,7)

8
2.6 Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan spesifik untuk monkeypox. Pengobatan

untuk monkeypox berbentuk suportif. Penyakit ini biasanya ringan

dan sebagian besar dari pasien yang terinfeksi akan pulih dalam

beberapa minggu tanpa pengobatan.(1)


Saat ini, tidak ada bukti yang menyatakan pengobatan apa

yang tepat untuk infeksi virus monkeypox. Untuk tujuan

mengendalikan wabah monkeypox di Amerika Serikat, vaksin cacar,

antivirus, dan Vaccinia Immune Globulin (VIG) dapat digunakan.

Pada saat ini, tidak ada perawatan khusus yang tersedia untuk

infeksi monkeypox tapi wabahnya dapat dikendalikan.(1)

1. Vaksin cacar
Karena virus monkeypox terkait erat dengan virus yang

menyebabkan cacar, maka vaksin cacar dapat melindungi

seseorang dari terjangkitnya penyakit monkeypox. Data Afrika

menunjukkan bahwa vaksin cacar setidaknya 85% efektif

dalam mencegah monkeypox. Para ahli juga percaya bahwa

vaksinasi setelah paparan monkeypox dapat membantu

mencegah penyakit atau membuatnya kurang parah.(1)


2. Cidofovir dan Brincidofovir (CMX001)
Tidak tersedia data pada efektivitas Cidofovir dan

Brincidofovir dalam mengobati kasus monkeypox pada

9
manusia. Namun, keduanya telah terbukti terhadap aktivitas

poxvirus dalam studi in vitro dan hewan.


Tidak diketahui apakah seseorang dengan infeksi

monkeypox parah akan menjadi lebih baik dari pengobatan

antivirus ini, meskipun penggunaannya dapat

dipertimbangkan dalam kasus monkeypox pada manusia.

Brincidofovir mungkin memiliki keamanan yang lebih baik di

Cidofovir. Toksisitas ginjal yang serius atau efek samping

lainnya belum diamati selama pengobatan infeksi

Cytomegalovirus dengan Brincidofovir dibandingkan dengan

pengobatan menggunakan Cidofovir. (1)


3. Vaccinia Immune Globulin (VIG)
Tidak tersedia data pada efektivitas VIG dalam

pengobatan komplikasi monkeypox. Penggunaan VIG

diberikan di bawah Investigation New Drugs (IND) dan tidak

memiliki manfaat terbukti dalam mengobati komplikasi cacar.

Tidak diketahui apakah seseorang dengan infeksi monkeypox

parah akan mendapatkan keuntungan dari pengobatan

dengan VIG, namun penggunaannya dapat dipertimbangkan

dalam kasus tersebut.(1)


2.7 Pencegahan
Ada sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mencegah

infeksi dengan virus monkeypox:

10
a. Hindari kontak dengan hewan pembawa virus (termasuk

hewan yang sakit atau yang telah ditemukan mati di daerah

di mana monkeypox terjadi).


b. Hindari kontak dengan bahan apapun, seperti tempat tidur,

yang telah bersentuhan dengan hewan yang sakit.


c. Hindari kontak langsung dengan darah atau tidak

mengkonsumsi daging yang tidak dimasak dengan baik.


d. Mengisolasi pasien yang terinfeksi dari orang lain yang dapat

beresiko untuk infeksi.


e. Praktek kebersihan tangan yang baik setelah kontak dengan

hewan yang terinfeksi atau manusia. Misalnya, mencuci

tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih

tangan berbasis alkohol.


f. Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit

agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala

seperti demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar

getah bening dan ruam kulit dalam waktu kurang dari 3

minggu setelah kepulangan dan menginformasikan riwayat

perjalanannya.
g. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat merawat pasien atau

hewan yang sakit.(7)

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi sekunder pada

kulit dan jaringan lunak (20%). Selain itu dapat pula berkembang

11
menjadi pneumonia (12%), Encephalitis (<1%), dan komplikasi pada

mata termasuk di dalamnya lesi kornea dan skar.(3)

BAB III

KESIMPULAN

Monkeypox adalah penyakit zoonosis virus langka yang merupakan hasil dari

infeksi oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga

Poxviridae (subfamili Chordopoxvirinae). Kasus pada manusia pertama kali tercatat

12
tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo dan yang terakhir adanya laporan dari

Singapura pada bulan Mei 2019. Penularan monkeypox dapat terjadi ketika kontak

dengan darah, cairan tubuh, atau luka terbuka pada kulit dan

mukosa hewan, juga konsumsi daging yang terinfeksi virus. Gejala

khas monkeypox yang membedakan chickenpox dan smallpox

adalah terdapatnya pembesaran kelenjar getah bening

(Limfadenopati). Ruam atau lesi pada monkeypox berkembang mulai dari

makula, papula, vesikel, pustula, umbilikal pustula, lesi ulserasi, dan

krusta. Monkeypox hanya dapat didiagnosis secara pasti di laboratorium di mana

virus dapat diidentifikasi dengan sejumlah tes berbeda yang perlu dilakukan di

laboratorium khusus. Pengobatan untuk monkeypox berbentuk suportif.

Penyakit ini biasanya ringan dan sebagian besar dari mereka yang

terinfeksi akan pulih dalam beberapa minggu tanpa pengobatan.

Pada umumnya pencegahan dari monkeypox adalah menghindari

sumber virus seperti hewan atau manusia yang terinfeksi dan

lingkungan sekitar mereka. Selain itu pentingnya menjaga

higienitas dengan seperti melakukan cuci tangan rutin, tidak

mengkonsumsi daging yang tidak dimasak dengan baik, dan

menggunakan APD saat merawat pasien atau hewan yang

terinfeksi.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Monkeypox [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention. 2015 [cited 6

June 2019]. Available from: https://www.cdc.gov/poxvirus/monkeypox/index.html


2. Guidance Monkeypox [Internet]. GOV.UK. 2018 [cited 6 June 2019] . Available

from: https://www.gov.uk/guidance/monkeypox
3. Tom Wynnis, Friedlander Sheila. Monkeypox. In : Wolff Klaus.

Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine Sevent Edition

Volume 2. New York: Mc Graw Hill. 2008: 1906-1908


4. Sterling J. Monkeypox. In: Burns Tony. Rook’s Textbook of

Dermatology Seventh Edition Volume Two. USA: Blackwell

Publishing. 2004: 25.6-25.11


5. Handoko RP, Aisah S. Varisela. In: Menaldi Sri. Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin. Jakarta: FKUI. 2018: 128-131.


6. Handoko RP. Variola. In: Menaldi Sri. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta: FKUI. 2018: 126-128.


7. Monkeypox. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat

Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2019


8. Emergencies Diseases Monkeypox [Internet]. World Health

Organization. 2019 [cited 5 June 2019]. Available from:

https://www.who.int/emergencies/diseases/monkeypox/en/

14

Anda mungkin juga menyukai