Anda di halaman 1dari 2

BIHA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1-2
RSUD PROF.
DR. W. Z.
JOHANNES
KUPANG

Ditetapkan
Plt. Direktur RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang
PANDUAN
PRAKTEK Tanggal Terbit
KLINIS (PPK) DR. Drg. Mindo E. Sinaga, M.Kes
Pembina Tk.I
Nip. 196403291993121003
1. Pengertian Bayi dari Ibu HIV-AIDS
2. Tujuan Memutus rantai penularan (transmisi) HIV dari ibu ke anak
3. Cara 1. Transmisi Vertikal : dari ibu ke anak
Penularan 2. Transmisi Horizontal : jarum suntik, hubungan seksual
4. Pendekatan Ada empat pendekatan pencegahan transmisi vertikal HIV :
pencegahan 1. Pencegahan primer infeksi HIV pada wanita usia reproduksi
transmisi 2. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita terinfeksi HIV
vertikal 3. Penceegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke anak (PPIA)
4. Penyediaan terapi, perawatan dan dukungan bagi ibu dengan HIV, serta anak, dan
keluarganya
5. Diagnosis 1. Diagnosa pasti infeksi HIV yaitu dua kali uji virologi positif (tes PRC DNA
HIV pada HIV I & II), usia 4-6 minggu dan 4-6 bulan, atau usia >18 bulan dengan hasil uji
anak positif atau serologi (tes Antibodi HIV I & konfirmasi) positif.
2. Diagnosa pasti tidak ada infeksi pada bayi tanpa ASI yaitu tidak ada bukti
klinis ataupun laboratoris dari adanya infeksi HIV, dan dua kali uji virologi
negatif, keduanya dilakukan pada usia >1 bulan dan salah satunya pada usia > 4
bulan, dan tidak pernah positif atau dua kali atau lebih hasil ujia serologi HIV
negatif pada usia > 6 bulan.

6. Pemeriksaan 1. Tes Virologi (tes PCR DNA HIV)


Penunjang Tes Virologi untuk mengetahui jumlah virus HIV dalam darah dan digunakan
Diagnosis sebagai pemeriksaan awal bayi dari ibu HIV AIDS untuk menilai viral loadnya.
Bayi yang diketahui terpajan HIV disarankan untuk melakukan pemeriksaan uji
virologis untuk pertama kali pada umur 4-6 minggu, yang kemudian mendapat
profilaksis kotrimoksasol. Tes diulangi pada bulan ke 4-6 untuk menilai viral
loadnya. Pemeriksaan virologis pertama positif maka terapi ARV juga harus
segera dimulai.
2. Tes Serologis (tes Antibodi HIV)
Dilakukan pada usia 9 bulan setelah sudah diterapi ARV profilaksis dan
kotrimoksazole dan dikonfirmasi pada usia 18 bulan.
7. Tatalaksana 1. Penanganan bayi saat persalinan : Universal precaution
2. Pilihan nutrisi yang diberikan : diberikan sesuai AFASS
a. Acceptable (mudah diterima), berarti tidak ada hambatan sosial budaya bagi
ibu untuk memberikan susu formula untuk bayi
b. Feasible (mudah dilakukan), berarti ibu dan keluarga punya waktu,
pengetahuan, dan keterampilan yang memadai untuk menyiapkan dan
memberikan susu formula kepada bayi
c. Affordable (terjangkau), berarti ibu dan keluarga mampu menyediakan susu
formula
d. Sustainable (berkelanjutan), berarti susu formula harus diberikan setiap hari
selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi
susu formula tersebut dijamin keberadaannya
e. Safe (aman penggunaannya), berarti susu formula harus disimpan, disiapkan
dan diberikan secara benar dan higienis.
3. ARV profilaksis : bila bayi dengan susu formula maka profilaksis hanya dengan
Zidovudine selama 6 minggu, sedangkan bayi dengan ASi juga ditambah
Niverapine selama 6 minggu
4. Profilaksis kotrimoksazol : diberikan pada semua bayi terekspos HIV dari usia 6
minggu
5. Diagnosis dini bayi dan;
6. Imunisasi; vaksin BCG diberikan bila infeksi negatif.
8. Daftar 1. IDAI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi
Pustaka Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. 2009.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penerapan Terapi HIV
pada Anak. Indonesia; 2014;
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Nomor 90 Tahun 2019 :
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV. 2019.

Mengetahui

Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II

dr. Tjahyo Suryanto, Sp.A, M. Biomed dr. Irene K.L.A Davidz, Sp. A., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai