Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Frambusia adalah penyakit infeksius yang paling banyak, nonveneral
treponemal disease dan disebabkan oleh Treponema pertenue. Frambusia,
endemik sifilis (bejel) dan pinta merupakan kumpulan treponematoses endemik.
Frambusia ditularkan lewat kontak kulit dan utamanya mengenai anak dibawah 15
tahun, dengan insidensi tertinggi 6-10 tahun. Sama dengan sifilis, frambusia dapat
menetap selama bertahun-tahun dan penyakitnya dapat timbul kembali setelah
sembuh.1
Menurut World Health Organization (WHO), frambusia termasuk penyakit
tropis yang terabaikan (neglected tropical disease). Indonesia merupakan
penyumbang kasus frambusia terbesar di Asia Tenggara selain India dan Timor
Leste. Di Indonesia, sampai tahun 2009 masih ada 8.309 kasus frambusia yang
menginfeksi di 18 dari 33 provinsi, lima provinsi di antaranya termasuk kategori
prevalensi tinggi. Frambusia merupakan indikator keterbelakangan suatu negara.
Sampai saat ini, frambusia masih belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah
Indonesia. Meskipun secara nasional angka prevalensinya sudah kurang dari 1 per
10.000 penduduk, beberapa provinsi masih memiliki prevalensi yang cukup
tinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tenggara, Papua, Aceh,
Jambi, Maluku, dan Maluku Utara. Daerah di NTT yang terdapat kasus frambusia
yaitu di Kecamatan Bondo Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya. Frambusia
meningkat terus dari 174 kasus tahun 2009 menjadi 327 kasus pada tahun 2010
dan 369 kasus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 ini, jumlah frambusia tertinggi
(43 kasus) terjadi di Desa Mali Iha yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Bondo Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya.2
Program pemberantasan frambusia yang terbaru di ajukan pada tahun 2012
oleh WHO setelah sebelumnya sebuah studi menunjukan bawah oral azitromisin
bisa dengan sangat baik mengobati frambusia pada rural, tropik area dibandingkan
dengan benzatin benzylpenicllin. Oral azitromisin adalah regimen yang lebih

Referat | Frambusia 1
simple dan tidak membutuhkan tenaga medis terlatih untuk adminitrasi obat. Di
India frambusia berhasil diberantas lewat program dengan dasar menyediakan
informasi kepada populasi dengan resiko, screening dan pengobatan. WHO
menyimpulkan kampanye pemberatasan yang baru ini dapat secara total
memberantas frambusia diseluruh dunia pada tahun 2020.3

Referat | Frambusia 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Frambusia


Frambusia dikenal juga sebagai pian, framboesia, bouba, patek, puru, sampar.
Frambusia disebabkan oleh Treponema pallidum subspesies pertenue dan
mempunyai ciri-ciri yaitu pembentukan satu atau berbagai lesi primer (mother
yaw), yang diikuti dengan timbulnya multiple disseminated skin lesions. Penyakit
frambusia atau patek (yaws) adalah penyakit treponematosis menahun, hilang
timbul dengan 3 stadium ialah ulkus atau granuloma pada kulit (mother yaw), lesi
non dekstruktif yang dini, dan dekstruktif yang lanjut pada kulit, tulang, dan
sendi.4

2.2 Epidemiologi
Umumnya pada orang yang kurang mampu dan kebersihannya buruk,
kejadiannya menurun pada status sosial dan perekonomian yang meningkat. Di
daerah pedesaan atau rural juga banyak terdapat daerah semak yang luas sehingga
meningkatkan kemungkinan cedera lutut sampai kaki yang menjadi tempat masuk
infeksi.5
Frambusia terdapat di daerah tropik dan lembab. Insidensi tertinggi pada iklim
tropis erat hubungannya dengan hujan deras. Secara umum, kasus frambusa
cenderung meningkat pada musim hujan sehingga banyak ditemukan kasus baru
ataupun reinfeksi pada musim hujan. Lesi frambusia dilaporkan terlihat berbeda
selama musim hujan dan kemarau. Dimana pada musim kemarau lesi lebih kering,
tipe makulopapular, dan scalier. Sedangkan pada musim hujan menunjukkan
adanya lesi terbuka yang menular dan papiloma.5
Frambusia umumnya ditemukan pada anak laki-laki berumur 2-15 tahun
sebesar 75% yang juga dianggap sebagai reservoir untuk infeksi dan pada laki-
laki kasusnya lebih sering dibandingkan perempuan karena lebih sering terkena
trauma. Sekitar tahun 2003, angka kejadian frambusia di Indonesia sebanyak

Referat | Frambusia 3
4012, yang ditemukan didaerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, dan Papua. Ditemukan sekitar 75 % penderita
frambusia ini adalah anak-anak usia 6-10 tahun menyerang laki-laki mapun
perempuan, dan tidak dipengaruhi oleh ras tertentu.5
The Global Frambusia Control Program mulai berjalan sejak tahun 1952-
1964 dan sudah mengobati 20 juta penduduk, dan sudah mengurangi prevalensi
frambusia lebih dari 95 %. Namun, penyakit ini mulai timbul kembali pada akhir
tahun 1970 setelah usaha pengontrolannya mengalami penurunan. Pada maret
2012, WHO mengadakan pertemuan di Switzerland dalam rangka
mengembangkan strategi untuk eradikasi frambusia pada tahun 2020.3,5
Sepanjang tahun 2010-2013 ditemukan 215.308 (84 %) dari 256.343 kasus
frambusia terkonsentrasi di tiga negara yaitu Papua New Guinea, kepulauan
Solomon, dan Ghana. Adapun di tahun 2008-2011 ketiga negara tersebut juga
merupakan negara dengan angka frambusia tertinggi, tertera pada gambar 2.15

Gambar 2.1 Angka kejadian Frambusia di beberapa negara tahun 2008-


2011.

Referat | Frambusia 4
Indonesia merupakan penyumbang terbesar kasus Frambusia di Asia Tenggara.
Meskipun secara nasional, angka prevalensinya sudah sangat rendah, data
frambusia tahun 2009 ditemukan 8.309 kasus yang tersebar di provinsi wilayah
timur Indonesia yaitu NTT, Sulawesi tenggara, Maluku, Papua, dan Papua Barat.5

Gambar 2.2 Penyebaran Frambusia di Indonesia

Kasus frambusia di Indonesia terbanyak antara tahun 2001-2011 terjadi pada


tahun 2007 dengan jumlah kasus 8907. Data terakhir yaitu tahun 2011
menunjukkan jumlah kasus frambusia sebanyak 5319. 5

Gambar 2.3 Jumlah Kasus Frambusia di Indonesia Tahun 2001-2011

Referat | Frambusia 5
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam progam mengeliminasi
frambusia di Indonesia adalah sulitnya menjangkau komunitas endemik yang
menyebar di beberapa pulau kecil, penggunaan benzatin penisiin injeksi yang sulit
diberikan pada anak-anak di beberapa area, dan lemahnya dukungan politik.5

2.3 Etiologi
Frambusia disebabkan Treponema pallidum subspesies pertenue, yaitu sejenis
spirochete ramping yang secara serologis tidak dapat dibedakan dengan
spirochete Treponema pallidum yang menyebabkan sifilis. Dibandingkan dengan
nonvenereal treponematoses yang lain, frambusia tidak ditemukan ditengah
perkotaan, tidak ditularkan lewat sex dan tidak didapatkan secara kongenital. Jalur
infeksi utama melalu kontak person to person, dan treponema terkait frambusia
lesi utamanya terdapat di epidermis. Anak-anak adalah reservoir utama bagi
frambusia. Penyebaran penyakit melalui kontak kulit ke kulit dan kulit ke mukosa
membran.1
Selama masa inkubasi, Treponema pallidum subspesies pertenue menginvasi
limfatik subkutan dan menyebar lewat peredaran darah. Lesi ulseratif pada kulit
yang terbentuk pada awal perjalan penyakit kaya akan spirochete yang dapat
menyebar lewat kontak kulit ke kulit dan lewat pecahnya kulit karena trauma,
gigitan atau ekskoriasi. Agmon-Levin et al mengusulkan baha antitreponemal
antibodies yang terbentuk pada beberapa populasi bisa membuat perlindungan
terhadap atheroclerosis yang mana dapat juga menjadi pathogenic terhadap
frambusia.1
Frambusia, mirip dengan sifilis, telah diklasifikasi menjadi 4 stages:1
1. Primary stages, yang mana awal lesi frambusia terbentuk pada tempat
inokulasi.
2. Secondary stages, yang mana terjadi pelebaran penyebarluasan treponema
yang menghasilkan multiple skin lesions yang mana sama dengan primary
frambusia lesion.

Referat | Frambusia 6
3. Latent stage, yang mana simptom biasanya menghilang namun lesi kulit
bisa timbul kembali.
4. Lertiary stages, yang mana dapat terjadi deformitas pada tulang, sendi dan
jaringan lunak
Lesi pada cutaneous mencirikan stage primer dan sekunder pada frambusia.
stage tertiary frambusia dapat melibatkan kulit, tulang dan sendi.
Klasifikasi yang membedakan early frambusia dari late frambusia. Early
frambusia terdiri dari primary dan secondary stages dan bercirikan berupa
timbulnya lesi kulit contagious. Late frambusia terdiri dari tertiary stages yang
lesinya bukan di contagious.1

Gambar 2.4 Treponema perteneu

2.4 Patogenesis6
Treponema pertenue akan masuk ke tubuh penderita melalui lesi pada kulit
yang menimbulkan papul primer yang disebut mother yaw setelah masa inkubasi
selama 9-90 hari (rata-rata 21 hari). Papul kemudian membesar menjadi early
papillloma atau frambosieoma, yang sangat kaya akan treponema. Lokasi
masuknya parasit seringkali ada abrasi, laserasi, ataupun gigitan serangga. Selama
periode inkubasi organisme bermultiplikasi di lokasi infeksi, menginvasi limfatik
subkutan dan kemudian menyebar ke pembuluh darah.
Pada frambusia yang belum diberi pengobatan terdapat kekebalan terhadap
Treponema yang sama. Kekebalan ini tidak sempurna hingga reinfeksi dan
superinfeksi dapat terjadi. Reinfeksi lebih sering terjadi pada kasus yang tidak
mendapat pengobatan, hal ini mempengaruhi terjadinya kekebalan. Penderita yang

Referat | Frambusia 7
secara klinis dan serologik sembuh menunjukkan kekebalan parsial terhadap
reinokulasi. Ada tanda terjadinya kekebalan silang antara sifilis dan frambusia.
Penderita frambusia menunjukkan kekebalan parsial terhadap sifilis. Penderita
sifilis sulit ditulasri treponema pertenue karena mempunyai kekebalan yang
lengkap.

2.5 Patofisiologi6
1. Primary stage
Early frambusia lesion terdiri dari : papilloma, serpiginous papilloma,
ulseropapillomata, makula skuamosa, maakulopapular, nodul, plak,
hiperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki, lesi tulang dan sendi,
limfadenopati generalisata (mungkin terjadi).
Lesi awal frambusia adalah papule (mother yaw) yg membesar dan
menjadi papilloma atau frambesioma. Frambusia papilloma dan membaik
setelah 3-6 bulan. Terserangnya tulang dan sendi bisa terjadi padaearly
stage dan dapat menyebabkan nyeri dan pembengkakan. Lymphadenopaty,
demam dan nyeri sendi bisa terjadi pada stage ini.
Tempat inokulasi setelah sebelumnya tergaruk, digigit atau abrasi
pada kulit yg terekspose, paling banyak pada kaki, paha, atau pantat.
Primary lesi biasanya kemerahan, tidak lembut, dan kadang-kadang
pruritic papulonodule.
Mother yaw ulcer membentuk krusta kuning kecoklatan dan
membesar secara horizontal, 1-5 cm diameter nya. biasanya berkumpul
dengan lesi satelit. Krusta biasanya terkelupas dan menghasilkan dasar
seperti raspberry. Pada kejadian yang jarang, lesi primer tidak dapat
dilihat. Karena eksudat dari raspberrylike ulcer penuh dengan treponemes,
lesi ini sangat infeksius. Setelah motherframbusia sembuh, luka athropic
dengan hipopigmentasi sentral dan perifer masih tetap ada.

Referat | Frambusia 8
Gambar 2.5 Lesi Inisial Papillomatosa Frambusia

2. Secondary stage
Setelah periode laten (6-16 minggu setelah primary stage),
penyebaran lesi kulit, lesi tulang dan gejala konstitutional terjadi, lesi
kutaneous atau daughter frambusia, menyerupai mother yaw tapi lebih
kecil (sampai 2 cm diamaternya) dan biasanya berdekatan dengan lubang
tubuh, paling sering mulut dan hidung. Daughterf rambusia menyebar,
mebentuk ulkus dan mengeluarkan cairan fibrinosa yang penuh dengan
treponema, yg mana kering dan menjadi krusta. Eksudat sering
mengundang lalat yang mengganggu orang yang mengidap penyakit ini.
Secondary frambusia lesion bisa terbentuk dekat dengan lesi primer
atau dibagian tubuh lain dan menetap selama berminggu-minggu hingga 6
bulan. Makula, papula, nodula dan hiperkeratotik lesi bisa muncul. Cuaca
mempengaruhi morfologi dan jumlah lesi, di musim panas, lesi lebih
sedikit dan makular. Lesi sekunder sembuh secara spontan dan secara
umum tidak ada jaringan parut dan reversible.
Terkadang, resolusi sentral menghasilkan lesi circinate atau lesi
annular yg bersisik menyerupai infeksi jamur. Lesi ini mengarah ke tinea
frambusia. Papulo squamous patches dan plaques yang menyerupai sifilis

Referat | Frambusia 9
bisa terdapat pada bagian tubuh manapun. Lesi di axila atau groin
menyerupai kondilomata lata. Lesi di membran mukosa menyerupai
hypertopic mucous patches.
Papilloma pada permukaan plantar biasanya tebal, plak hiperkeratosis
bisa menjadi fissura atau mengalami erosi. Lesi biasanya sakit dan
menyebabkan cara berjalan seperti kepiting (crab frambusia). Bagian
tulang yang terkena terdapat osteoperiostitis yang nyeri dan
pembengkakan fusiform pada jaringan lunak pada metatarsal dan
metacarpal. Beberapa perubahan awal pada tulang dapat dilihat pada
radiografi. Penebalan pada periosteal dapat dipalpasi. Piannic onychia
adalah paronychia yang disebabkan papillomas pada lipatan kuku.
Penyakit ini akan memasuki periode late noninfeksius dan pasien
tidak menunjukkan simtom atau tanda apapun. Kebanyakan pasien tetap
pada stage laten noninfeksius seumur hidup mereka.
3. Tertiary Stage
Pada 10% kasus, setelah 5-15 tahun fase laten, late stage dapat
terbentuk, dengan ciri lesi desktruktif kulit, lesi tulang dan mungkin
keterlibatan padamata. Secara progresif membesar, tidak sakit, terbentuk
nodule subcutaneous yang mengalami pembentukan abscess, necrosis dan
ulserasi. Lesi memiliki batas yang jelas dan dengan dasar yang keras
dengan jaringan yang bergranulasi dan nanah berwarna kuning
Ulkus bisa terkena infeksi, menyebabkan kerusakan pada dasar
struktur. Lesi bisa bersatu, membentuk serpiginous tract yang sembuh
dengan bentukan keloid, yang kelak menyebabkan kelumpuhan dan kaku.
Late skeletal lesion terdiri dari periositits hipertrofik, periostitis
gummatosa, osteitis dan osteomielitis. Osteitis kronik pada tibia bisa
menyebabkan saber shins. Pada 1% pasien, terdapat hipertrofik osteitis
bilateral pada eksternal aspek pada prosessus nasal pada maksila yang
membengkak persisten. Kondisi ini mengarah ke goundou, yang mana
secara lama progresif 5-20 tahun dan akhirnya menyebabkan kerusakan
masal dan perforasi padan hidung dan palate (gangosa).

Referat | Frambusia 10
Kejadian mengenai neurologi dan opthalmologik diperdebatkan dalam
literature. Beberapa melaporkan terjadi atrofi diskus, atrofi optik, dan
mieloneuropati.

2.6 Manifestasi Klinik4


Frambusia tidak menyerang jantung, pembuluh darah otak, dan saraf; tidak
ada frambusia kongenital. Seperti yang telah disebutkan diawal, penyakit ini
dibagi menjadi 3 stadium meliputi:
a. Stadium I
Predileksinya di tungkai bawah yang terdapat trauma. Lesi kulit berupa papul
erimatosa yang membesar (frambesioma) dalam 3-6 minggu. Papul akan
berkembang menjadi ulkus dengan dasar papilomatosa dan krusta kuning
kehijauan. Dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan
konsistensi keras dan tidak nyeri. Fase ini bertahan beberapa bulan dan dapat
sembuh sendiri dengan meninggalkan sikatriks.
b. Stadium II
Lesi kulit tersebar generalisata, nampak papul berkelompok dengan ukuran
milier sampai lentikular, tersusun korimbiformis, asinara, atau numular. Papul
muncul 3-12 bulan setelah sejak dimulainya penyakit. Lesi ini akan menjadi
basah dan membentuk krusta. Stadium ini sangat infeksius. Pada telapak kaki
terjadi keratoderma (dry crab yaws) sehingga pasien berjalan seperti kepiting
karena nyeri. Tulang panjang ekstremitas juga dapat terserang.
c. Stadium III
Terdiri atas nodus, guma, keratoderma pada telapak kaki dan tangan, ganosa,
dan gondou.
1) Nodus : dapat melunak, pecah menjadi ulkus, dapat sembuh di tengah dan
meluas ke perifer.
2) Guma : umumnya terdapat pada tungkai. Mulai dengan nodus yang tidak
nyeri, keras, dapat digerakkan terhadap dasarnya, kemudian melunak;
pecah dan meninggalkan ulkus yang curam (punched out), dapat

Referat | Frambusia 11
mendalam sampai ke tulang atau sendi mengakibatkan ankilosis dan
deformitas.
3) Tulang : berupa peiostitis dan osteotitis pada tibia, ulna, metatarsal, dan
metakarpal. Tibia berbentuk seperti pedang. Fraktur spontan dapat terjaid
bila berbentuk kista di tulang.
4) Gangosa : mutasi pada fossa nasalis, palatum mole hingga membentuk
sebuah lubang, suaranya khas menjadi sengau.
5) Goundoun: eksositosis tulang hidung dan disekitarnya, pada setelah kanan-
kiri batang hidung yang membesar.

2.7 Penegakkan Diagnosis6


Diagnosis frambusia ditegakkan dari evaluasi manifestasi klinis (sesuai
stadium) dan dipastikan dari deteksi treponema lewat dark-field microscopy dari
serum yang didapat dengan menekan dasar lesi. Pemeriksaan ini membutuhkan
sampel segar dari lesi stadium I dan stadium II awal. Untuk pemeriksaan dark
field microscopy, dengan menggunakan pencahayaan yang gelap treponema
terlihat seperti galur atau benang perak 13 x diameter sel darah merah. Beberapa
berbentuk spiral regular (1,5 m) yang tampak terikat kuat sepanjang badannya
dengan karakteristik bergerak memutar dengan beberapa kali gerakan fleksi.
Pemeriksaan ini membutuhkan tenaga yang terampil dan harganya cukup mahal
sehingga pemeriksaan ini hanya dilakukan pada laboratorium intermediet dan
rujukan.
Radiologi tidak spesifik tapi dapat terdapat sebagai berikut:
1. Surface striations (periostitis)
2. Cortical thickening with bowing (saber shin deformity)
3. Spiculated periosteal reaction
4. General osseous expansion
5. Gummatous destruction
6. Draining sinuses
7. Epiphyseal separation
8. Stellate frontal bone scans

Referat | Frambusia 12
Tes serologi7
Tes serologi untuk frambusia sama dengan veneral sifilis, terdiri dari rapid
plasma reagent (RPR) test, Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) test,
fluorescent treponemal antibody absorption (FTA-ABS) test, T
pallidumimmobilization (TPI) test, and T pallidum hemagglutination assay
(TPHA). RPR dan VDRL test reaktif 2-3 minggu setelah onset dari lesi primer
dan mereka secara umum tetap reaktif lewat seluruh stage. Tidak ada serologi test
yang dapat membedakan frambusia dari nonveneral trepanomatoses untuk itu
diagnosis berdasarkan korelasi dari klinis yang ditemukan, riwayat epidemiolois
dan hasil serologis positif yang mengarah ke frambusia. Biopsi pada late lesion
mungkin dibutuhkan untuk melihat karakteristik histopatologi.

Temuan Histologi4
Late frambusia memiliki ciri histologis sama dengan tertiary sifilis, terdiri
dari dermal infiltrat yang banyak yang tersusun dari sel epiteloid, sel giant,
limfosit dan fibroblas. Nekrosis kaseosa dapat ditemukan. Sel plasma dan histiosit
yang membedakan dari early frambusia, sangat jarang ditemukan pada late
frambusia.
Silver stains (steiner) bisa digunakan untuk identifikasi sejumlah treponemes
diantara keratinosit pada early frambusia. Mereka tampak pola seperti pita atau
berkumpul pada epidermis. Tidak seperti T.pallidum, yang mana ditemukan pada
epidermis dan dermis. T pallidum pertenue hampir selalu di epidermis.

2.8 Diagnosis Banding6


Penyakit yang sering keliru dengan frambusia diantaranya sebagai berikut :
1) Sifilis: frambusia tidak menyebabkan kerusakan selaput lendir, tidak
menyerang mata, tidak meronttokan rambut. Dalam taraf larut, frambusia
tidka menyerang alat-alat tubuh dalam susunan saraf ataupun pembuluh
darah. Pada sifilis dini tidak terdapat keruskaan telapak tangan atau kaki.
2) Impetigo: infeksi kulit pada anak-anak yang sering disebabkan oleh
bakteri streptokokus ataupun staphilokokus. Pada impetigo cairan yang

Referat | Frambusia 13
keluar adalah nanah kuning/hijau, sedangkan pada patek adalah cairan
encer kemerah-merahan.
3) Tinea Versikolor/pityriasis versikolor: infeksi superfisial yang disebabkan
oleh infeksi jamur Malassezia furfur, kateristiknya makula berkerak
berwarna kemerahan di bahu, dada, punggung belakang, dan abdomen.
Apabila keropeng diangkat, dibawahnya tampak permukaan halus dengan
bintik-bintik kecil perdarahan.
4) Molluscum contagiosum: penyakit virus pada kulit yang memproduksi
papula berwarna putih atau pink dengan inti di bagian tengahnya, yang
dapat terdapat di permukaan tubuh mana saja.
5) Skabies: adanya infestasi Sarcoptes scabiei pada kulit manusia,
memproduksi papula kutaneus atau vesikel yang disebabkan oleh adanya
tungau yang bersembunyi kedalam kulit. Lesinya meninjol disekitar sela
jari dan permukaan depan siku dan pergelangan tangan. Skabies biasanyan
disertai dengan gatal yang berat.
6) Liken Planus: penyakit infalamsi kronik dengan etiologi yang tidak
diketahui, karakteristiknya bagian atas yang rata, papul berkilau dengan
karakteristik warna ungu.
7) Ulkus tropikum: ulkus nyeri yang biasanya terjadi di bagian tungkai
bawah pada individu daerah tropis. Biasanya disebbakan oleh infeksi
campuran dengan Treponema vicentii, Fusobacterium nucleatum, dan
bakteri lainnya.Berkebalikan dengan ulkus frambusia, ulkus tropikum
memiliki tepi yang baik, dasar purulen, dan dapat berpenetrasi kedalam
tendon dan tulang.
8) Veruca Plantaris: nyeri tekan /terderness, kutil rata di telapak kaki yang
disebabkan oleh papovavirus.
9) Cutaneus leishmaniasis: sebuah indurasi, biasanya nodul soliter atau ulkus
kronisnya disebabkan oleh spesies Leishmania.

Referat | Frambusia 14
2.9 Penatalaksanaan
Penderita dengan semua bentuk gejala frambusia harus diobati. selain itu,
semua orang yang pernah kontak dengan penderita yaitu keluarga, teman
sepermainan juga harus mendapat pengobatan karena kemungkinan besar sudah
tertular.8 Pengobatan frambusia yakni injeksi Benzatin Penisilin 2,4 juta unit im,
untuk anak-anak di bawah 10 tahun 1,2 juta unit im. Pada pasien yang alergi
terhadap penisilin dapat diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hari atau eritromisin 4 x
500 mg/hari.9 Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak kecil.4

2.10 Pencegahan
Beberapa langkah untuk mencegah terjadinya penyakit frambusia, yaitu:8
1) Menjaga kebersihan diri dengan mandi pakai sabun setiap hari.
2) Mencuci pakaian setiap habis dipakai dan tidak bergantian dengan
pakaian bekas dipakai penderita
3) Menghindari kontak langsung dengan luka penderita.
4) Segera obati jika ditemukan penderita
5) Semua orang yang pernah kontak dengan penderita tidak boleh
terlewatkan untuk mengadapat pengobatan.

2.11 Prognosis
Penyakit frambusia yang tidak diobati dapat menjadi penyakit kronik, dapat
kambuh setelah 5-15 tahun pada kulit, tulang dan sendi. Pada kebanyakan pasien,
frambusia terbatas pada kulit saja, tetapi pada tulang dan sendi juga dapat terjadi.
Meskipun lesi frambusia dapat menghilang secara spontan, komplikasi yang
tering terjadi yakni infeksi bakterial sekunder dan skar. Pada 10% kasus
frambusia, ciri-ciri pasien yang sudah dalam late stage (tertiary stage) yakni lesi
kutaneus destruktif dan lesi deformitas yang berat pada tulang dan sendi.
Kerusakan jaringan pada late frambusia irreversible. Kelainan neurologi dan
oftalmologi dapat terjadi. Kekambuhan dapat timbul sekitar 5 tahun setelah
terinfeksi.6

Referat | Frambusia 15
BAB 3
PENUTUP

Penyakit frambusia atau patek (yaws) adalah penyakit treponematosis


menahun, hilang timbul dengan 3 stadium ialah ulkus atau granuloma pada kulit
(mother yaw), lesi non dekstruktif yang dini, dan dekstruktif yang lanjut pada
kulit, tulang, dan sendi. Frambusia terdapat di daerah tropik dan lembab. Insidensi
tertinggi pada iklim tropis erat hubungannya dengan hujan deras. Secara umum,
kasus frambusa cenderung meningkat pada musim hujan sehingga banyak
ditemukan kasus baru ataupun reinfeksi pada musim hujan. Lesi frambusia terlihat
berbeda selama musim hujan dan kemarau. Dimana pada musim kemarau lesi
lebih kering, tipe makulopapular, dan scalier. Sedangkan pada musim hujan
menunjukkan adanya lesi terbuka yang menular dan papilloma.
Frambusia disebabkan Treponema pallidum subspesies pertenue, yaitu sejenis
spirochete ramping yang secara serologis tidak dapat dibedakan dengan
spirochete Treponema pallidum yang menyebabkan sifilis. Frambusia telah
diklasifikasi menjadi 4 stages (Primary stages, Secondary stages, Latent stage,
Tertiary stages) Lesi pada cutaneous mencirikan stage primer dan sekunder pada
frambusia. stage tertiary frambusia dapat melibatkan kulit, tulang dan sendi.
Diagnosis frambusia ditegakkan dari evaluasi manifestasi klinis (sesuai
stadium) dan dipastikan dari deteksi treponema lewat dark-field microscopy dari
serum yang didapat dengan menekan dasar lesi. Tes serologi untuk frambusia
sama dengan veneral sifilis, terdiri dari rapid plasma reagent (RPR) test, Venereal
Disease Research Laboratory (VDRL) test, fluorescent treponemal antibody
absorption (FTA-ABS) test, T pallidumimmobilization (TPI) test, and T
pallidum hemagglutination assay (TPHA). Late frambusia memiliki ciri histologis
sama dengan tertiary sifilis, terdiri dari dermal infiltrat yang banyak yang tersusun
dari sel epiteloid, sel giant, limfosit dan fibroblas. Nekrosis kaseosa dapat
ditemukan. Sel plasma dan histiosit yang membedakan dari early frambusia,
sangat jarang ditemukan pada late frambusia. Diagnosis banding frambusia yaitu:

Referat | Frambusia 16
sifilis: impetigo, tinea versikolor/pityriasis versikolor, molluscum contagiosum,
skabies, liken planus, ulkus tropikum, veruca plantaris, dan cutaneus
leishmaniasis.
Pengobatan frambusia yakni injeksi Benzatin Penisilin 2,4 juta unit im, untuk
anak-anak di bawah 10 tahun 1,2 juta unit im. Pada pasien yang alergi terhadap
penisilin dapat diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hari atau eritromisin 4 x 500
mg/hari. Penyakit frambusia yang tidak diobati dapat menjadi penyakit kronik,
dapat kambuh setelah 5-15 tahun pada kulit, tulang dan sendi.

Referat | Frambusia 17
DAFTAR PUSTAKA

1. Frambusia eradication: past efforts and future perspectives [Internet].


Available from: http://www.who.int/bulletin/volumes/86/7/08-055608/en/

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pemberantasan


Penyakit Frambusia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
2005.

3. World Health Organization. WHO consultation on eradication of yaws, 5-7


March 2012, Morges, Switzerland. Summary report of consultation on
eradication of yaws.

4. Natahusada EC. Frambusia. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:


Badan Penerbit FKUI; 2013. p. 1278.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia


2014. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2015.

6. Galadari H. Yaws [Internet]. Medscape. 2015 [cited 2016 Dec 23].


Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1053612-
overview#a5

7. Daili S dkk. Tes Serologi. Perkembangan Terkahir Penanggulangan Sifilis


dan Frambusia. Jakarta: FK UI; 1988. p. 667.

8. Kementerian Kesehatan RI. Frambusia. 2012;

9. Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Frambosia. Atlas


Penyakit Kulit & Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press; 2007. p.
3940.

Referat | Frambusia 18

Anda mungkin juga menyukai