Anda di halaman 1dari 20

LaporanKasus

MIGRAIN

PEMBIMBING

PENYUSUN
dr. Jenerd Munde

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

RSUD ENDE

2019
BAB I
LATAR BELAKANG

Nyeri kepala merupakan gejala dan masalah yang cukup sering


ditemukan dalam bidang neurologis. Nyeri kepala merupakan gejala yang
paling sering di keluhkan oleh seorang pasiensaat berkunjung ke seorang
dokter. Namun karena sering di dengar dan biasanya di kemukakan secara
samar maka keluhan ini justru termasuk keluhan atau gejala yang pada
umumnya masih dianggap ringan dan tidak di tanggapi secara tepat.1
Nyeri kepala akan menimbulkan masalah bila penderita benar-benar
nyeri hingga mengganggu keadaan dan pekerjaan sehari-hari, atau jika nyeri
kepala berlangsung berulang-ulang atau menahun. Migrain kadang kala agak
sulit di bedakan dengan sakit kepala jenis lain. Migrain adalah sakit kepala
yang sering kita jumpai di masyarakat. Migrain merupakan salah satu sakit
kepala dengan gejala yang cukup berat dan berulang. Selain sakit kepala yang
khas pada satu sisikepala (beberapa kasus bias menyerang kedua sisi kepala),
bersamaan dengan itu pasien juga merasakan gejala lain seperti gangguan
pada penglihatan dan mual-mual. Sebelum pasien merasakan sakit kepala
migrain, terlebih dahulu mereka akan merasakan semacam aura (gejala
peringatan akan timbulnya migrain) seperti kepala terasa berdenyut-
denyut.1,2,3
Insidensi migren di Amerika meliputi 10-20% dari populasi umum
penduduk Amerika. Kira-kira 6% laki-laki dan 15-17% perempuan di
2
Amerika menderita migren. Penelitian yang dilakukan di Surabaya (1984)
menunjukkan bahwa di antara 6488 pasien baru, 1227 (18,9%) datang karena
3
keluhan nyeri kepala; 180 di antaranya di diagnosis sebagai migren.
Insidensi migren di masyarakat cukup besar, diperkirakan 9% dari laki-laki,
16% dari wanita, dan 3-4% dari anak-anak menderita migren.3,4
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D

Umur :28tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan :PekerjaSwasta

II. ANAMNESIS UMUM

Keluhan Utama :
Nyeri kepala di bagian kepala sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu

Wanita berusia 28 tahun dating kepoli klinik penyakit dalam RSUD Ende
dengan keluhan nyeri kepala sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu, pasien
mengaku kepala tersa sakit, namun hanya di bagian sebelah kiri saja. Nyeri
kepala dirasakan menusuk - nusuk, Terkadang nyeri kepala juga terasa seperti
kencang, seperti terhimpit sesuatu yang berat. Tidak ada rasa pusing berputar.
Sakit kepala tidak berkurang dengan perubahan posisi. Sakit akan sedikit
berkurang dengan istirahat, tapi tidak pernah benar-benar sembuh dalam
seminggu terakhir ini.
Menurut pasien, sakit kepala lebih terasa terutama pada malam hari,
namun pasien tidak mengetahui dengan pasti jika sakit kepalanya akan
muncul, tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Pasien bukan seorang peminum
kopi maupun alkohol. Mual muntah disangkal pasien, demam disangkal
pasien, pandangan ganda disangakal pasien, mata berair, maupun kilatan
cahaya. Pasien mengaku sangat menyukai makanan manis berupa coklat,
dalam sehari pasien dapat memakan tiga buah batang coklat.
Penyakit ini adalah serangan pertama yang dialami pasien. Sebelumnya
pasien mengaku tidak pernah mengalami penyakit yang serupa.Riwat
pengobatan tradisional.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital:

Tekanandarah : 120/80 mmH Pernafasan : 22x /menit

Nadi : 92x permenit Suhu : 36,8 o C

GCS : 15, Compos Mentis

Status Generalis
Kepala : Normocephale, rambuttidakmudahdicabut
 Mata : Edema palpebra (-/-), ca (-/-), sklera ikterik (-/-).
 Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
 Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
 Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
 Leher : Deviasitrakea (-), pembesarankelenjarlimfe (-), JVP(5-2)

Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)


Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
 Auskultasi : Suara normal jantungregular, bising (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
 Perkusi : Batas kananatas di ICS II LPSD
Batas kiriatas di ICS II LPSS
Batas kananbawah di ICS IV LPSD
Batas kiribawah di ICS V 2 jari medial LMCS
Pulmo :
 Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru
simetris
 Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan
yangtertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
 Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal,
wheezing (-), ronki (-)
Abdomen :
 Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
 Auskultasi : bisung usus (+) normal
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani
Ekstremitas :
 Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), kekuatanotot 5-5
 Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), Kekuatanotot 5-5

I. DIAGNOSIS
Migrain tanpa aura

II. TATALAKSANA
 IstirahatCukup
Ibuprofen 2 x 400 mg
Vitamin B Complex 1 x 1

III. PROGNOSIS
 Advitam : ad bonam
 Adfungsionam : ad bonam
 Adsanationam :dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

I. DEFINISI
Secara umum migraine merupakan nyeri kepala berulang yang idiopatik,
dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam, biasanya sesisi, sifatnya
berdenyut, intensitas nyeri sedang-berat , di perhebat oleh aktivitas fisik rutin,
dapat disertai nausea, photofobia dan fonofobia. Migrain termasuk salah satu jenis
nyeri kepala primer.(1,2,3)

Menurut International Headache Society (IHS) migren adalah nyeri


kepala vascular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam.
Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya
sedang sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual
dan atau muntah, fotofobia, dan fonofobia.

Gambar 1. Klasifikasi berdasarkan Lokasi


II. Faktor Pencetus

Faktor pencetus terjadinya migren dapat terbagi dalam 2 kelompok yaitu:


 Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik misalnya ketegangan jiwa (stress), baik emosional
maupun fisik atau setelah istirahat dari ketegangan, makanan tertentu,
misalnya buah jeruk, pisang, keju, minuman yang mengandung alkohol,
sosis yang ada bahan pengawetnya. Faktor pencetus lain seperti hawa yang
terlalu panas, terik matahari, lingkungan kerja yang tak menyenangkan,
bau atau suara yang tak menyenangkan. 1
 Faktor intrinsik
Faktor intrinsik misalnya perubahan hormonal pada wanita yang nyeri
kepalanya berhubungan dengan hari tertentu siklus haid.

III. Gejala-gejala Migren

Secara umum terdapat 4 fase gejala, meskipun tak semua penderita migren
mengalami keempat fase ini. Keempat fase tersebut adalahfase prodromal,
aura, serangan, dan postdromal.

1. Fase Prodromal

Gejala pada fase prodromal terjadi pada 40-60% penderita


migren.5 Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar atau tidak jelas,
yang dapat mendahului serangan migren. Fase ini dapat berlangsung
selama beberapa jam, bahkan dapat 1-2 hari sebelum serangan.
Gejalanya antara lain: 4
- Psikologis: depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang
berlebihan), banyak bicara (talkativeness), sensitif atau iritabel,
gelisah, rasa mengantuk atau malas. 4
- Neurologis: sensitif terhadap cahaya dan/atau bunyi (fotofobia &
fonofobia), sulit berkonsentrasi, menguap berlebihan, sensitif
terhadap bau (hiperosmia). 4
- Umum: kaku leher, mual, diare atau konstipasi, mengidam atau
nafsu makan meningkat, merasa dingin, haus, merasa lamban,
sering buang air kecil. 4,5

2. Fase Aura

Terjadi pada 20-30% penderita migren yang menderita migren


dengan aura, aura terdiri dari focal neurological phenomena yang
mendahului atau bersamaan dengan serangan. Aura nampak secara
berangsur-angsur 5-20 menit dan biasanya berlangsung kurang dari 60
menit. Fase serangan migren pada umumnya di mulai dalam 60 menit
tahap akhir dari aura, tetapi kadang-kadang tertunda sampai beberapa
jam, dan dapat hilang seluruhnya. Gejala aura dari migren dapat
berupa visual, berhubungan dengan sensorik, atau motorik. 5

Umumnya gejala aura dirasakan mendahului serangan migren.


Secara visual, aura dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif.
Penderita migren dapat mengalami kedua jenis aura secara bersamaan.

Gambar 2. Fase Aura

Aura positif tampak seperti cahaya berkilauan, seperti suatu


bentuk berpendar yang menutupi tepi lapangan penglihatan.
Fenomena ini disebut juga sebagai scintillating scotoma (scotoma =
defek lapang pandang). Skotoma ini dapat membesar dan akhirnya
menutupi seluruh lapang pandang. Aura positif dapat pula berbentuk
seperti garis-garis zig-zag, atau bintang-bintang.
Gambar 3.Contoh aura positif berupa bentuk berpendar pada salah
satu bagian lapang pandang ( scintillating scotoma)4

Aura negative tampak seperti lubang gelapa tau hitam atau


bintik-bintik hitam yang menutupi lapangan penglihatannya. Dapat
pula berbentuk sepert itunnel vision; dimana lapang pandang daerah
kedua sisi menjadi gelap atau tertutup, sehingga lapang pandang
terfokushanya pada bagian tengah (seolah-seolah melihat melalui
lorong). 4

Gambar 4.Contoh aura negative berupabayangan gelap yang menutupi


kedua sisi lapang pandang (dilihatdari 1 mata), fenomena ini disebut
juga “tunnel vision”. 4

Gambar 5.Kiri:normal vision, Kanan:aura negatif “tunnel vision”. 8


Gambar 6.Gambaran dari sebuah gudang gandum saat terjadinya
serangan, dibuat oleh seorang seniman dan penderita migen.
(©Debbie Ayles) 9

Beberapa gejala neurologis dapat muncul bersamaan dengan


timbulnya aura. Gejala-gejala ini umumnya: gangguan bicara,
kesemutan, rasa baal, rasa lemah pada lengan dan tungkai bawah,
gangguan persepsi penglihatan seperti distorsi terhadap ruang, dan
kebingungan(confusion).4

3. Fase Serangan

Tanpa pengobatan, serangan migren umumnya berlangsung


antara 4-72 jam. Migren yang disertai aura disebut sebagai migren
klasik. Sedangkan migren tanpa disertai aura merupakan migren
umum (common migraine). Gejala-gejala yang umum adalah:
- Nyeri kepala satu sisi yang terasa seperti berdenyut-denyut atau
ditusuk-tusuk. Nyeri kadang-kadang dapat menyebar sampai terasa
di seluruh bagian kepala
- Nyeri kepala bertambah berat bila melakukan aktivitas
- Mual, kadang disertai muntah
- Gejala gangguan penglihatan dapat terjadi
- Wajah dapat terasa seperti baal atau kebal, atau semutan
- Sangat sensitif terhadap cahaya dan bunyi (fotofobia dan
fonofobia)
- Wajah umumnya terlihat pucat, dan badan terasa dingin
- Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migren klasik), yang
berkembang secara bertahap selama lebih dari 4 menit. Nyeri
kepala dapat terjadi sebelum gejala aura atau pada saat yang
bersamaan.4

Gambar 7. Fase Serangan

4. Fase Postdromal

Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa postdromal, dimana


pasien dapat merasa kelelahan (exhausted) dan perasaan seperti berkabut.4
Selain itu juga pasien mengalami penurunan konsentrasi, perubahan mood.

IV. Klasifikasi Migren

Menurut The International Headache Society, klasifikasi migren


adalah sebagai berikut:
1. Migren tanpa aura
2. Migren dengan aura
a. Migren dengan aura yang tipikal
b. Migren dengan aura yang diperpanjang
c. Migren hemiplegia familial
d. Migren basilaris
e. Migren dengan aura tanpa nyeri kepala
f. Migren dengan awitan aura akut
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
6. Migren dengan komplikasi
a. Status migren
 Tanpa kelebihan penggunaan obat
 Kelebihan penggunaan obat untuk migren
b. Infark migren
7. Gangguan seperti migren yang tak terklasifikasi
V. Diagnosa Banding Nyeri Kepala

Tipe Nyeri
Epidemiologi Lokasi Tanda dan Gejala Terapi
Kepala

Migren Riwayat keluarga, dapat Unilateral atau bilateral, Mual, muntah, mungkin Ergot
mengenai segala usia, wanita terutama bifrontal terdapat defisit neurologis
> pria B blocker

Kluster Remaja dan dewasa, Unilateral, orbitofrontal Lakrimasi, kongesti nasal Ergots
unilateral, kadang-kadang
pria>wanita ptosis dan miosis B Blocker

Amitriptilin

Tension Wanita > pria Bilateral, general, atau Durasi lama, Ansiolitik Antidepresan
oksipital dihubungkandenganansietas,
depresi

Hipertensi Riwayat keluarga Bilateral, oksipital, atau Hipertensi, retinopati, Terapi hipertensi
frontal mungkin papil edema dengan
hipertensi enselofalopati

Peningkatan Bervariasi Mual, muntah, papil edema Terapi peningkatan TIK, steroid, m
TIK operasi

Arteritis Dewasa Unilateral, temporal, bisa Gangguan penglihatan, Steroid


temporal di area lain dari scalp peningkatan LED

Perdarahan sub Bilateral, oksipital Onset akut dengan perdarahan Terapi PSA, meningitis
arakhnoid sub arakhnoid dan ensefalitis.
(PSA),
ensefalitis, Meningitis onsetnya juga bisa
meningitis tiba-tiba, atau somewhat more
proctrated.

Pada pemeriksaan
menunjukkan nuchal rigidity
dan demam pada meningitis
dan ensefalitis.
VI. Penatalaksanaan 6
a. Mencegah atau menghindari faktor pencetus (faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik) 6
b. Pengobatan non medik.
Karena faktor pencetus tak selalu bisa dihindari, maka dianjurkan
pengobatan non medik, oleh karena hal ini dapat mengurangi banyaknya
obat migren sehingga efek samping dari obat-obatan dapat dikurangi.
Termasuk dalam pengobatan non medik adalah latihan relaksasi otot,
misalnya yoga. 6
c. Pengobatan simptomatik. 6
Wilkinson (1988) yang bekerja pada klinik migren di London
menganjurkan pada waktu serangan migren sebagai berikut:
1. Mencegah pemberian obat-obatan yang mengganggu tidur, seperti kopi
sebaiknya tak diberikan pada waktu serangan migren, karena tidur
adalah bagian alami dari penyembuhan migren.
2. Obat-obat anti mual seperti metoclopramide dan clomperidone.
Dianjurkan pemberian suntikan 10 mg metoclopramide intramuskular
10 menit sebelum pemberian analgetika per oral. Obat anti mual
tersebut memiliki keuntungan karena memacu aktivitas normal
pencernaan (gastrointestinal) yang terganggu saat serangan migren.
3. Analgetika sederhana, misalnya aspirin atau parasetamol dapat
menghilangkan nyeri kepala bila sebelumnya diberi obat yang memacu
aktivitas gastrointestinal.
4. Ergotamin tartrat
Cara kerja obat ini bifasik, adalah bergantung pada tahanan darah yang
ada sebelumnya. Bila terjadi vasodilatasi, ia akan bekerja sebagai
vasokonstriktor, sedang bila tahanan pembuluh darah meningkat ia
bekerja sebagai vasodilator. Dosis ergotamin tartrat 1-2 mg per
serangan, dan tak boleh melebihi 4 mg per minggu. Tidak boleh
diberikan lebih dari 2 kali seminggu, bila diberikan lebih dari itu, maka
akan timbul nyeri kepala bila ergotamin dihentikan (ergotamine-
rebound headache).
Dengan pengobatan tersebut di atas, Wilkinson mendapatkan
sebagian besar penderita baik setelah 180 menit: 40% dari penderita
sembuh, 51% terdapat nyeri kepala ringan, dan hanya 9% yang sedikit
manfaatnya. Penderita yang dapat tidur lebih cepat sembuh daripada yang
hanya istirahat atau mengantuk6
d. Pengobatan abortif
Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya saat timbul nyeri kepala.
Obat yang dapat digunakan:
1. Ergotamin tartrat dapat diberikan tersendiri atau dicampur dengan obat
antiemetik, analgesik, atau sedatif. Banyak preparat yang dicampur
dengan kafein untuk potensiasi efek (cafergot) atau ditambah lagi zat
luminal (Bellapheen atau Ergopheen). Kontraindikasinya adalah
adanya penyakit pembuluh darah arteri perifer atau pembuluh koroner,
penyakit hati atau ginjal, hipertensi atau kehamilan. Efek sampingnya
mual, muntah, dan kram. Ergotisme dapat terjadi berupa gangguan
mental dan gangren. Dosis oral umumnya 1 mg saat serangan, diikuti 1
mg setiap 30 menit, sampai dosis maksimum 5 mg/serangan atau 10
mg/minggu. 1.6
2. Dihidroergotamin (DHE) merupakan agonis reseptor serotonin yang
aman dan efektif untuk menghilangkan serangan migren dengan efek
samping mual yang kurang dan lebih bersifat vasokonstriktor. Dosis 1
mg intravena selama 2-3 menit dan didahului 5-10 mg metoklopramid
untuk menghilangkan mual dan dapat diulang setiap 1 jam sampai total
3 mg.
3. Sumatriptan suksinat merupakan agonis selektif reseptor 5-Hidroksi
triptamin (5-HT1D) yan efektif dan cepat menghilangkan serangan
nyeri kepala migren. Obat ini dapat diberikan subkutan dengan sebuah
autoinjektor. Sumatriptan terbukti efektif menghilangkan nyeri kepala
dan mual pada migren. Dosis lazim adalah 6 mg subkutan dapat
diulang dalam waktu 1 jam bila diperlukan (tidak melampaui 12 mg/24
jam). Efek samping ringan berupa reaksi lokal pada kulit, muka merah,
kesemutan, nyeri leher dan terkadang nyeri dada. Kontraindikasi obat
ini adalah angina pektoris, hipertensi, penyakit koroner, atau
penggunaan bersamaan dengan ergotamin atau vasokonstriktor lainnya.
Sumatriptan tidak boleh diberikan pada migren basiler atau migren
hemiplegik.

e. Pengobatan pencegahan
Pengobatan pencegahan hanya diberikan bila terdapat: lebih dari 2 kali
serangan dalam sebulan, tak mempan dengan pengobatan non medik, dan
pencegahan faktor pencetus. Obat pencegah migren adalah sebagai berikut:
6

1. β – Blocker
Misalnya propanolol, metoprolol, timolol, atenolol dan nadolol. Cara
kerjanya dengan meningkatkan tahanan pembuluh darah tepi.
Propanolol dengan dosis 60-180 mg per hari dibagi 2-3 kali pemberian.
Tidak diberikan pada pasien dengan asma bronkhial, penderita diabetes
yang memakai obat insulin atau obat antidiabetes oral, maupun gagal
jantung kongestif. 6
2. Antagonis Ca
Misalnya nimodipine dan flunarizine. Cara kerjanya dengan mencegah
masuknya ion kalsium dalam sel neuron, menekan pelepasan
neurotransmiter yang berlebihan dan mencegah aktivasi enzim
fosfolipase akibat masuknya ion kalsium. Efek samping flunarizine
adalah mengantuk, menambah gemuk, depresi, gejala-gejala parkinson,
dan setelah 2-3 bulan baru mempunyai efek optimal.Nimodipine tidak
memberikan efek profilaktik pda migren, malah dapat menyebabkan
nyeri kepala (drug induced headache).6
3. Antiserotonin dan antihistamin
Misalnya cyproheptadine dengan dosis 8-16 mg per hari dalam dosis
terbagi dan pizotifen dengan dosis 0.25-0.5 mg per dosis diberikan 1-3
kali sehari.Cara kerjanya sebagai anti serotonin. Efek sampingnya
mengantuk dan bertambah gemuk, mulut kering, menghambat
pertumbuhan anak, dsb. 6
4. Antidepresan trisiklik
Misalnya amitryptyline. Cara kerjanya dengan menghambat uptake nor
adrenalin dan menghambat aktivitas kolinergik, adrenergik, dan
reseptor histamin. Dosis 50-75 mg per hari sebelum tidur atau dalam
dosis terbagi. Efek samping: mengantuk, mulut kering, mata kabur,
konstipasi, dsb. 6
5. Klonidin
Cara kerja dengan mencegah vasokonstriksi atau vasodilatasi yang
abnormal. Efek samping: mengantuk, mulut kering, depresi. 6
6. NSAID
Misalnya: naproxen. Cara kerjanya dengan menghambat
pembentukkan prostaglandin dan bradikinin yang merupakan faktor
penting terjadinya respon inflamasi steril pada migren. Efek samping:
nyeri lambung, tukak lambung. 6
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta. 2005. hal 289-300.
2. Blanda M, Wright J.T. Headache, Migraine (online)
http://www.emedicine.com/Emerg/Neuro/HeadacheMigraine. Diakses
tanggal 4 September 2018.
3. Riyanto, Budi W. Masalah Diagnosis Nyeri Kepala (Online).
http://www.CerminDuniaKedokteran.com. Diakses tanggal 4 September
2018.
4. Pakasi R.E. Migren: Bukan Sembarang Sakit Kepala (Online)
http://www.medicastore.com/med/index.php. Diakses tanggal 4 September
2018.
5. Migren. http.//www.wikipedia.com. Diakses tanggal 4 September 2018.
6. Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta. 2003. hal. 253-262.
7. Scintillating scotoma (Online).
http://www.w3.org/TR/scintillating_scotoma.dtd. Diakses tanggal 4
September 2018
8. Tunnel vision (Online). http://www.w3.org/TR/tunnel_vision.dtd". Diakses
tanggal 4 September 2018
9. Aura (Online). http ://www.fisikaasyik.com/news/readnews.php?id=132.
Diaksestanggal 4 September 2018.
10. Gilroy, John. Basic Neurology Second Edition. McGraw Hill Inc. Singapore.
1992. hal. 82-87.
11. Bigal, M. dan Lipton, R. 2007. The Differential Diagnosis of Chronic Daily
Headaches: An Algorithm-Based Approach. Journal Headache Pain. Volume
8. Halaman 263-272. New York.
12. Dodick, D. 2006. Chronic Daily Headache. The New England Journal of
Medicine. Volume 354. Halaman 158-165. Massachusetts.
13. National Agency for Accreditation and Evaluation in Healthcare. 2004.
Chronic Daily Headache (CDH) – Diagnosis, Medication Overuse, and
Management. Clinical PractiseGuidline. Paris.
14. BagianNeurologi FKUI. 1986. Nyeri KepalaMenahun. PenerbitUniversitas
Indonesia: Jakarta.
15. Simon, R, Greenberg, D, dan Aminoff, M. 2009. Clinical Neurology: A
Lange Medical Book. 7th Ed. Lange Medical Books/McGrave-Hill
Publishing: New York.
16. Bigal, E dan Lipton, B. 2006. Migraine and Other Headache Disorder.
Taylor and Francis Group: New York.
17. Ivan, G dan Todd, S. 2010. Diagnosis and Management of Chronic Daily
Headache. Journals of Seminars in Neurology. Volume 30. Halaman 154-
166. USA
18. Martin, A dan Samuels, R. 2005. Samuel’s Manual of Neurologic
Therapeutics: Chapter 14-Headache and Facial Pain. Halaman 244-273.
Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
19. Goadsby, P. 2001. Trigeminal Autonomic Cephalgias (TCAs). Journal of
Acta Neurology. Volume 101. Halaman 10-19. Belgium.
20. Beiton, J dan Carlson, R. 2011. Diagnosis and Treatment of Headache.
Institute for Clinical Systems Improvement. Bloomington MN.
21. Duncan, C, Watson, D dan Stein, A. 2008. Diagnosis and Management of
Headache in Adults: Summary of SIGN Guideline. Journal of BMJ. Volume
337. Halaman 1231-1236.

Anda mungkin juga menyukai