Anda di halaman 1dari 45

Sindromatologii

Dyspepsia

Oleh :
Edward Jenerd.C. Munde, S. Ked
(1208017043)
Pembimbing :
dr. Jean Sinaga, Sp.PD

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. W. Z. JOHANNES KUPANG
2016
Definisi

Duis bad : gangguan


Bahasa
Dyspepsia
Yunani
Peptein to digest:
pencernaan

Dyspepsia : gangguan kemampuan atau fungsi


pencernaan, biasanya merujuk pada rasa tidak
nyaman di daerah epigastrium. (2)
Epidemiologi (1)

Penelitian harrap di RS.


Dispepsia sekitar Martha Friska Medan tahun
25% tidak termasuk 2007 78,8 % dari 203
pasien GERD pasien yang diperiksa

Amerika
Indonesia
Kriteria Rome III:
Sindrom yang mencakup satu atau lebih gejala
berikut: perasaan perut penuh setelah makan,
cepat kenyang, atau rasa terbakar di
epigastrium, yang berlangsung setidaknya 3
bulan terakhir dengan awal gejala sedikitnya
timbul 6 bulan sebelum diagnosis. (3)
Klasifikasi Dispepsia
Rome III (6)
1. Organic Dyspepsia : Erosive oesophagitis, gastic
erosions, acute or chronic gastritis, gastric ulcer,
duodenal ulcer, duodenitis, malignancy (carcinoma,
lymphoma)
2. Functional or Non Ulcer Dyspepsia : Post-Prandial
Distress Syndrome; Epigastric Pain Syndrome
3. Drug Related : Aspirin, NSAID, antibiotics,
bisphosphonates (alendronate), estrogens, stroids,
digoxin, chloroquine, potassium supplements,
digoxin, etc.
4. Extraintestinal Systemic Diseases : Diabetes
mellitus, hypothyroid, hyperparathyroid, Addisons
Disease, uremia.
Dispepsia Organik

Diketahui kelainan organik sebagai penyebab. (4)

Tukak/lukus di
Kelainan nyata organ tubuh
gaster / dudenum,
kolesistitis, dll.
Dispepsia Organik
Dispepsia tukak (tukak Keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa
gaster/tukak nyeri ulu hati. Berkurang atau bertambahnya nyeri
duodenum) ada hubungannya dengan makanan. Hanya dengan
pemeriksaan endoskopi dan radiologi dapat
menentukan adanya tukak di lambung atau
duodenum.
Dispepsia bukan tukak Keluhan mirip dengan dispepsia tukak. Dapat
(gastritis/duodenitis) dibedakan hanya dengan menggunakan endoskopi.
Refluks gastroesofageal Keluhan berupa rasa panas di dada dan regurgitasi
asam terutama setelah makan.
Ulkus peptikum
Gastroesophageal reflux disease (GERD)
Gastritis
Dispepsia Organik
Penyakit saluran Keluhan berupa rasa nyeri dimulai dari perut kanan
empedu atas atau di ulu hati yang menjalar ke punggung dan
bahu kanan.
Karsinoma Karsinoma dari saluran makan (esofagus, lambung,
pankreas, dan kolon) sering menimbulkan keluhan
yaitu rasa nyeri perut. Keluhan bertambah berkaitan
dengan makanan, anoreksia dan berat badan
menurun.
Pankreatitis Keluhan berupa rasa nyeri timbul mendadak yang
menjalar ke punggung. Perut terasa makin tegang
dan kembung.
Kolisistisis dan gallstone
Pankreastitis
Dispepsia Fungsional

Tanda dan
Gejala(1)

Adanya keluhan 1 atau lebih :


- Rasa penuh setelah makan Tidak ada bukti Kelainan
- Cepat kenyang strukturaltermasuk
- Nyeri ulu hati dalam pemeriksaan endoskopi
- Rasa terbakar di epigastrium

Keluhan terjadi selama 3


bulan dalam waktu 6 bulan
terakhir sebelum DX
ditegakan
Pembagian kriteria dispesia organik menurut rome
III

Epigastric pain syndrome (3)


Postprandial distress syndrome (3)

Rasa nyeri yang lebih konstan Perasaan penuh setelah makan


dirasakan dan tidak begitu terkait dan rasa cepat kenyang.
dengan makan seperti pada
Postprandial distress syndrome
Drug Related
Dispepsia akibat obat- Keluhan berupa rasa sakit pada ulu hati disertai
obatan dengan mual dan muntah, riwayat minum obat
NSAID, teofilin, digitalis.
Extraintestinal Systemic Disease
Gangguan metabolisme Diabetes Mellitus dengan neuropati sering timbul
komplikasi pengosongan lambung yang lambat
sehingga timbul keluhan nausea, vomitus, perasaan
lekas kenyang.
Hipertiroid mungkin menimbulkan keluhan rasa
nyeri di perut dan vomitus, sedangkan hipotiroid
menyebabkan timbulnya hipomotilitas lambung.
Penyakit lain Penyakit jantung iskhemik bisa menyebabkan perut
kembung dan perasaan cepat kenyang. Penderita
infark miokard juga sering memberi keluhan rasa
sakit perut atas, mual dan kembung.
Symptoms of Dyspepsia (6)

Tipe Rasa panas di dada dan regurgitasi


Reflux asam
Nyeri epigastrium terlokalisasi, nyeri
Tipe Ulcer hilang setelah makan atau pemberian
antacid, nyeri saat lapar
Tipe Mudah kenyang, perut cepat merasa
Dismotilitas penuh saat makan, , mual, muntah, rasa
tidak nyaman bertambah saat makan
Etiologi (1)
Esofago-gastro-duodenal Tukak peptik,gastritis kronis, gastritis
NSAID, keganasan

Obat-obatan Antiinflamasi non-steroid, teofilin,


digitalis, antibiotik
Hepato-bilier Hepatitis, kolesistitis, kolelitiasis,
keganasan, disfungsi sfingter odii
Pankreas Pankreatitis, keganasan
Penyakit sistemik lain Diabetes melitus, penyakit tiroid, gagal
ginjal, kehamilan, penyakit jantung
koroner/iskemik
Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, irritable bowel
syndrome
Faktor Risiko(3)

Obat-obatan (konsumsi Minum minuman


steroid dan NSAID) beralkohol

Makanan yang
Merokok mengandung banyak
rempah-rempah
Patogenesis (1)
Sekresi asam lambung:
Terdapat peningkatan sensitivitas mukosa lambung
terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak
di perut.
Helicobacter pylori (Hp):
Bakteri terdapat pada lapisan mukus pada
permukaan epitel, sewaktu-waktu dapat
menembus sel epital sehingga dapat merusak
mukosa lambung.

Ambang rangsang persepsi:


Adanya hipersensitivitas viseral terhadap distensi
balon di gaster dan duodenum.
Skresi Asamlambung
Disfungsi autonom:
Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam
hipersensitivitas gastrointestinal pada kasus
dispepsia fungsional.
Neuropati vagal juga diduga berperan dalam
kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung
sewaktu menerima makanan, sehingga
menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan
rasa cepat kenyang.

Aktivitas mioelektrik lambung


Adanya disritmia mioelektrik lambung pada
pemeriksaan elektrogastrografi berupa
tachygastria, bradygastria pada 40% kasus
Hormonal:
Adanya penurunan kadar hormon motilin yang
menyebabkan gangguan motililas antroduodenal.

Diet dan faktor lingkungan


Terkait dengan adanya intoleransi makanan

Psikologis
stres akut penurunan kontraktilitas lambung mual
Langkah Penegakan Diagnosis menurut Rome III
(3,6)

Dispepsia fungsional
Kriteria diagnostik terpenuhi* bila 2 poin di bawah ini
seluruhnya terpenuhi:
1. Salah satu atau lebih dari gejala-gejala di bawah ini:
a. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu
b. Perasaan cepat kenyang
c. Nyeri ulu hati
d. Rasa terbakar di daerah ulu hati/epigastrium
2. Tidak ditemukan bukti adanya kelainan struktural yang
menyebabkan timbulnya gejala (termaksud yang
terdeteksi saat endoskopi saluran cerna bagian atas)

*kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi


sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula
gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis
a. Postprandial distress syndrome
Kriteria diagnostik terpenuhi* bila 2 poin di bawah ini
seluruhnya terpenuhi:
1. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu, terjadi
setelah makan dengan porsi biasa, sedikitnya terjadi
beberapa kali seminggu.
2. Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu
menghabiskan porsi makan biasa, sedikitnya terjadi
beberapa kali seminggu
* kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi
sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula
gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis

Kriteria penunjang
1. Adanya rasa kembung di daerah perut bagian atas atau mual
setelah makan atau bersendawa yang berlebihan
2. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom nyeri epigastrium
b. Epigastric pain syndrome
Kriteria diagnostik terpenuhi* bila 5 poin di bawah ini
seluruhnya terpenuhi:
1. Nyeri atau rasa terbakar yang terlokalisasi di daerah
epigastrium dengan tingkat keparahan moderat/sedang,
paling sedikit terjadi sekali selama seminggu.
2. Nyeri timbul berulang
3. Tidak menjalar atau terlokalisasi di daerah perut atau
dada selain daerah perut bagian atas/epigastrium
4. Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin
5. Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis
kelainan kandung empedu dan sfingter Oddi
* kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi
sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula
gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum diagnosis
Kriteria penunjang
1. Nyeri epigastrium dapat berupa rasa terbakar, namun
tanpa menjalar ke daerah retrosternal
2. Nyeri umumnya ditimbulkan atau berkurang dengan
makan, namun mungkin timbul saat puasa
3. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom distres
setelah makan.
Alarm symptoms

Pemeriksaan Fisik: head to toe


Anamnesis

Usia >45

BB turun secara signifikan

Anoreksia berat

Muntah yang sering

Masa abdominal jelas atau


limfadenopati
Disfagia

hematemesis, melena atau anemia


Pemeriksaan Penunjang yang bisa digunakan:
o Endoskopi
o Pemeriksaan radiologi : Barium meal
o Serologi H. Pylori :
Non Invasive : (urea breath test (UBT);
serologi IgG H. pylori, dan stool antigen test
(SAT)
Invasive : rapid urease test, pemeriksaan
histologi dan kultur.
o USG : Melihat adanya tumor pada abdomen
o Endoskopi ultrasonografi
o Elektrogastrografi
o Manometri antroduodenal
Alogaritma Pengelolaan Dispepsia (5)

Dispepsia
Usia < 45 tahun tanpa Usia >45 tahun atau usia <45 tahun
tanda-tanda alarm dengan tanda-tanda alarm

Rujuk
Tes serologi Hp
Gastroenterologis/internis atau
dokter anak dengan fasilitas
Hasil (-) Hasil (+) Rujuk endoskopi

Dispepsia
Terapi empiris selama 2 tetap (+) Rujuk
minggu:
Antasida
H2 antagonis/PPI
Dispepsia (-) Terapi dihentikan
(omeprazol)
Obat-obat prokinetik
Terapi (5)
1. Non farmakologis:
Edukasi faktor predisposisi dan pencetus :
- H. Pylori
- Obat-Obat
- Alkohol
- Rokok
- Makanan banyak rempah-rempah
- dll
Bila keluhan cepat kenyang, dianjurkan untuk
makan porsi kecil rendah lemak.
Psikoterapi
2. Farmakologis:
Eradikasi H.pylori
Obat 1 Obat 2 Obat 3 Obat 4
PPI dosis Klarithomisin Amoksisilin
ganda (2x500 mg) (2x1000 mg)
PPI dosis Klarithomisin Metronidazol
ganda (2x500 mg) (2x500 mg)
PPI dosis Tetrasiklin Metronidazol Subsalisilat/sub
ganda (4x500 mg) (2x500 mg) sitrat
Antasida : Netralisisr sekresi asam lambung
simpomatis (hilangkan rasa nyeri)

Prokinetik : mengobati dispepsia fungsional dan


refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung. Contoh:
sisapride, domperidon, dan metoklopramide.
Sitoprotektif : menekan sekresi asam lambung oleh
sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi
prostaglandin endogen, yang selanjutnya
memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi
mukus, menigkatkan sekresi bikarbonat mukosa serta
membentuk lapisan protektif yang bersenyawa
dengan protein sekitar lesi mukosa aluran cerna bagian
atas. Contoh misoprostol, enprostil.

Antagonis reseptor H2 : mengobati dispepsia organik


atau esensial seperti tukak peptik. Contoh: simetidin,
roksatidin, ranitidin, famotidin.
Prokinetik

Metoklopramid
Merupakan antagonis reseptor dopamin D2. Mekanisme
kerja obat ini merangsang motilitas saluran cerna bagian
atas tanpa merangsang sekresi lambung, empedu, dan
pancreas; meningkatkan tekanan sfingter esophagus
bagian bawah dan meningkatkan kecepatan pengosongan
lambung; meningkatkan tonus dan amplitude kontraksi
lambung, merelaksasi sfingter pylorus dan bulbus
duodenum, serta meningkatkan peristatik duodenum dan
jejunum
Metoklopramid
Indikasi : Efek Samping :
1. Refluks
gastroesofageal - Gangguan endokrin
2. Gastroparesis diabetic (meningkatnya
prolactin dan
Dosis dan Sediaan :
aldosteron)
- Sediaan : Tablet 5 dan
10 mg ; Injeksi 5 mg/ml - Mengantuk, kelesuan,
dan Sirup ulut kering, hirsutisme,
- Dosis : Dewasa : 10 mg konstipasi, kulit
diberikan 30 menit
sebelum makan dan kemerah-an, agitasi
menjelang tidur singkat dan
malam. Anak-anak : 0,5 methemoglobinemia
mg/kg BB/hari dibagi
dalam 3 dosis
Domperidone
Suatu antidopaminergik yang sifat kerjanya sebagai
antiemetic mirip metoklopramid tetapi gejala
ekstrapiramidal kurang dibandingkan dengan
metoklopramid karena obat ini tidak menembus
sawar darah otak. Merupakan derivat benzimidazol
yang bekerja terutama pada CTZ dan efek perifer di
saluran cerna. Obat ini menyebabkan tekanan sfingter
esophagus bawah, kontraksi yang lama pada
duodenum dan pengosongan lambung.
Domperidon
Indikasi : Efek Samping :
1. Refluks
gastroesofageal - Meningkatkan sekresi
2. Pencegahan mual-
prolactin sehingga
muntah pada diare, menimbulkan
dyspepsia, dismenore pembesaran payudara
trauma kapitis, migren
dan terpai radiasi dan galaktore terutama
pada penggunaan yang
Dosis dan Sediaan :
lama.
- Sediaan : Tablet 20 mg ;
dan Sirup - Gejala ekstrapiramidal
- Dosis : Dewasa : 3 x 20- jarang terjadi
40 mg/hari. Anak-anak
: 0,6 mg/kg BB/hari
dibagi dalam 3 dosis
Cisaprid
Merupakan suatu piperidinil benzamid yang tidak
mempunyai sifat antidopaminergik dan
kolinomimetik langsung. Obat ini bekerja dengan
memperbaiki motilitas saluran cerna dengan cara
melepskan asetilkolin secara tidak langsung dari
pleksus mesenterikus. Obat ini sebagai agonis 5 HT4
dan antagonis serotonin (5 HT3), meningkatkan
tekanan sfingter esophagus bawah, kecepatan
pengosongan lambung, meningkatkan motilitas
antroduodenal, usus halus dan usus besar
Cisaprid
Indikasi : Efek Samping :
1. Refluks gastroesofageal - Nyeri perut, borborismi
2. Dispepsia fungsional dan diare bersifat
3. Gastroparess diabetika sementara
4. Atoni saluran cerna pada - Pusing dan sakit kepala,
pasca operasi somnolen atau kelelahan
5. Konstipasi kronik jarang terjadi
6. Ulkus lambung - Gejala peningkatan
Dosis dan Sediaan : prolactin dan gejala
- Sediaan : Tablet 5 mg ekstrapiramidal jarang
terjadi.
- Dosis : Dewasa : 3 x 5-10
mg/hari sebelm tidur. Anak- - Dapat mempanjang
anak : 3 x 0,1-0,3 mg/kg interval QT
BB/hari
Obat Indikasi Dosis Cara, Efek samping
waktu
dan lama
pemberia
n
Simetidin Tukak peptik - 3x200 mg -Selama 4 Penekanan eritropoesis,
akut dan kronik ditambah minggu sampai pansitopenia dan
Gastritis kronik 200 mg neutropenia. Gangguan
dengan sebelum SSP seperti konfusi mental,
hipersekresi HCL tidur -Lanjutan, somnolen, letargi,
- 200 mg setiap halusinasi, ggn endokrin
malam yaitu impotensi dan
ginekomastia
Roksatidin Gastritis akut dan 75 mg/hari Oral,
kronik, dengan disesuaikan malam
daya selektif dengan hari,
reseptor H2 6 kali bersihan selama 1
lebih baik kreatiin minggu
daripada
simetidin, setara
ranitidin
Ranitidin Dispepsia akut 2x 150 mg Selama 4-
PPI (Proton Pump Inhibitor): mengatur sekresi asam
lambung. Contoh omeprazol, lansoprazol,
pantoprazol.
Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek samping
Omeprazol Tukak peptik 1x20 mg/hari Setiap pagi Sakit kepala,
selama 1-2 mual, diare,
minggu, oral mabuk, lemas,
nyeri epigastrik,
banyak gas

Tukak 1x 20-50 Selama 2-4


duodenum mg/hari minggu, oral
Lansoprazol Tukak peptik 1x30 mg/hari 4 minggu, oral Sakit kepala,
diare,konstipasi
Pantoprazol Tukak peptik, 1x30 mg/hari Oral sakit kepala,
inhibitor pompa 1x40 mg/hari nyeri
proton yang dada,muntah
ireversibel
Daftar Pustaka
1. Djojoningrat D dalam Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. Dispepsia Fungsional. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 1, Edisi V. Jakarta: InternaPublishing. 2009; 83:529-533
2. Kamus Kedokteran Dorlan. 31st ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010. Dyspepsia;
3. Abdullah M, Gunawan J. Dispepsia. Cermin Dunia Kedokteran
[serial online] 2012 Sep [cited 2016 Mar 16]; 39(9):647-651.
4. Rani AA, Albert J. Dispepsia. Buku Ajar Gastroenterologi. Edisi 1.
Jakarta: InternaPublishing. 2011;131-142
5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W.
Dispepsia. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1, Edisi III. Jakarta:
Media Aesculapius. 2007.
6. Desai H. Dyspepsia. J Assoc Physician India [Internet]. 2012 [cited
2016 Mar 23];60:5. Available from:
http://www.japi.org/march_2012_special_issue_dyspepsia/01_edi
torial_dyspepsia.pdf.
7. Ghoshal UC, Singh R. Dyspepsia. J Assoc Physician India [Internet].
2012 [cited 2016 Mar 23];60:68. Available from:
http://www.japi.org/march_2012_special_issue_dyspepsia/02_function
al_dyspepsia_the.pdf
8. Rome Foundation. Comparison Table of Rome II & Rome III Adult
Diagnostic Criteria [Internet]. Third Edit. Rome III : The Functional
Gastrointestinal Disorders. [cited 2016 Mar 23]. p. 88598. Available
from: http://www.romecriteria.org/assets/pdf/20_ RomeIII_apB_ 899-
916.pdf
9. Harahap Y. kareteristik penderita dispepsia rawat inap di RS Martha
medan tahun 2007 (skripsi). Medan: Fakultas kesehatan Masyrakat;
2009
10. Theodorus, Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Obat-Obat Prokinetik. In: Rahardjo
R, editor. Kumpulan Kuliah Farmakologi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009. p. 98104.
11. Rome Foundation. Rome III Diagnostic Criteria for Functional
Gastrointestinal Disorders [Internet]. Third Edit. Rome III : The
Functional Gastrointestinal Disorders. [cited 2016 Mar 23]. p. 88598.
Available from: http://www.romecriteria.org/assets/pdf/19_
RomeIII_apA_885-898.pdf
Thank You

Anda mungkin juga menyukai