Anda di halaman 1dari 2

Fluconazole adalah obat yang digunakan untuk

mengobati berbagai infeksi jamur, terutama infeksi


candida pada vagina, mulut, tenggorokan, dan aliran
darah. Obat ini termasuk golongan triazole generasi
pertama.

Dosis fluconazole :
1. vaginitis dan balanitis kandida : dewasa : 150 mg dosis tunggal secara oral.

2. Kandidiasis mukosa (misalnya kandidiasis orofarings, kandidiasis oral atropikans,


esofagitis, kandiduria, infeksi bronkopulmoner noninvasif, kecuali genitalia) :
a. Dewasa : 50 mg / hari. Bisa ditingkatkan menjadi 100 mg / hari untuk infeksi yang
lebih parah. Umumnya diberikan selama 7-14 hari. Durasi 14-30 hari untuk
esofagitis, kandiduria, infeksi bronkopulmoner noninvasif. Obat diberikan secara
oral.
b. Anak : 3-6 mg / kg BB pada hari pertama, kemudian 3 mg / kg BB / hari. Obat
diberikan setiap 72 jam pada neonatus usia sampai 2 minggu, dan setiap 48 jam pada
neonatus usia 2-4 minggu. Obat diberikan secara oral atau infus intravena.
3. Tinea pedis (kutu air ), tinea corporis, tinea cruris, panu (tinea versikolor) dan
kandidiasis dermal :Dewasa : 50 mg / hari. Obat diberikan selama 2-4 minggu, maksimum
6 minggu misalnya pada tinea pedis. Obat diberikan secara oral.
4. Infeksi kandida invasif (termasuk kandidemia dan kandidiasis diseminata) dan infeksi
kriptokokus (termasuk meningitis)
a. Dewasa : dosis awal 400 mg dilanjutkan 200 mg / hari. Dosis bisa ditingkatkan
sampai 400 mg / hari. Pengobatan diteruskan sesuai dengan respons (untuk meningitis
kriptokokus, minimal 6-8 minggu). Obat diberikan secara oral atau infus intravena.
b. Anak : 6-12 mg / kg Bb / hari. Obat diberikan setiap 72 jam pada neonatus usia sampai
2 minggu, dan setiap 48 jam untuk neonatus usia 2-4 minggu. Obat diberikan secara
oral atau infus intravena.

KONTRAINDIKASI :

 Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada fluconazole atau
obat golongan triazole lainnya.
 Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki gangguan hati dan pasien yang
sedang diterapi dengan terfenadin atau astemizol, terutama jika dosis fluconazole 400 mg
atau lebih.
 Pasien yang sedang menggunakan obat lain yang diketahui bisa memperpanjang interval QT
dan yang dimetabolisme melalui enzim CYP3A4 seperti cisapride, astemizol, erythromycin,
pimozide, dan quinidine tidak boleh menggunakan fluconazole.
 Kontraindikasi untuk pasien yang sedang menggunakan obat golongan SSRI seperti
fluoxetine atau sertraline.
EFEK SAMPING :

 Efek samping yang umum diantaranya ruam, sakit kepala, pusing, mual, muntah, sakit perut,
diare, dan peningkatan kinerja enzim hati.
 Efek samping yang lebih jarang misalnya anoreksia, tubuh yang lelah, dan sembelit.
 Efek samping yang sangat jarang seperti oliguria, hipokalemia, parestesia, kejang, alopecia,
angioudem, anafilaksis, lesi bulosa, nekrolisis epidermal toksik, sindrom Stevens-Johnson,
trombositopenia, diskrasia darah lainnya,dan hepatotoksisitas serius termasuk gagal hati.
 Pada pasien AIDS pernah dilaporkan terjadi reaksi kulit yang parah.

Penyimpanan:

 Simpan pada suhu kamar.


 Infus: simpan infus dalam kemasan aslinya (gelas) pada suhu 5-30°C.
 Hindari pembekuan (freezing).
 Jangan dibuka kemasannya hingga obat akan digunakan.

Berikut adalah interaksi fluconazole dengan obat-obat lain :


 Penggunaan bersamaan dengan obat-obat seperti cisapride, astemizol, erythromicin, pimozide,
dan quinidine berpotensi meningkatkan risiko cardiotoxicity (interval QT yang
berkepanjangan, torsade de pointes) dan kematian jantung mendadak. Kombinasi ini adalah
kontraindikasi.
 Pada dosis 400 mg atau lebih besar tidak boleh digunakan bersamaan dengan terfenadine
karena menyebabkan hal yang sama.
 Fluconazole mengurangi metabolisme tolbutamid, glibenclamide, dan glipizide sehingga
meningkatkan konsentrasinya di plasma darah. Konsentrasi glukosa darah harus dipantau
secara seksama dan dosis obat-obat ini harus disesuaikan seperlunya.
 Penggunaan dengan antikoagulan warfarin atau kumarin bisa meningkatkan protrombin time
sehingga meningkatkan potensi terjadinya perdarahan. Penyesuaian dosis antikoagulan
mungkin diperlukan.
 Fluconazole meningkatkan konsentrasi plasma fenitoin, teofilin, siklosporin, rifabutin,
midazolam, tacrolimus, dan metadon.
 Rifampisin meningkatkan metabolisme fluconazole sehingga menurunkan efek
farmakologisnya. Peningkatkan dosis fluconazole mungkin diperlukan untuk beberapa
indikasi.
 Fluconazole memiliki potensi untuk meningkatkan eksposur sistemik obat golongan calcium
chanel blocker (nifedipin, isradipin, amlodipine, verapamil, dan felodipin). Pemantauan efek
samping dianjurkan.
 Penurunan dosis celecoxib mungkin diperlukan bila dikombinasikan dengan fluconazole.

Anda mungkin juga menyukai