Anda di halaman 1dari 15

MODUL TUGAS INDIVIDU

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA



DOKTER KELUARGA
PUSKESMAS LAWANG

KORPUS ALIENUM KORNEA PADA TUKANG LAS





Oleh:
Narumi Hayakawa 0910714081


Pembimbing:
drg. Purwani Tirahiningrum, MPd




PUSKESMAS LAWANG KABUPATEN MALANG
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT- KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014


1. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Mulyorejo RT 03 / RW 09
Pendidikan : SMA
Status Kawin : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 18 Agustus 2014

2. Anamnesa
2.1 Keluhan Utama
Kontrol kehamilan

2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien ingin memeriksakan kehamilannya. Hari pertama haid terakhir menurut
pasien adalah 10 Januari 2014 . Pasien mengetahui kehamilannya letak sungsang sejak
usia kehamilan 7 bulan dan disarankan untuk kontrol kehamilan ke Puskesmas. Selama
kehamilan ini pasien tidak merasakan keluhan yang berarti seperti mual, nyeri punggung,
flek maupun rasa nyeri perut.

2.3 Riwayat Reproduksi
Pasien pertama kali menstruasi saat usia sekitar 17 tahun. Pasien menikah saat usia
20 tahun dan mempunyai 1 orang anak perempuan. Anak pertama pasien lahir cukup bulan
secara normal dengan berat 3300 gram. Setelah melahirkan anak pertama pasien
menggunakan KB IUD. Pasien melepas IUD nya setelah 7 tahun terpasang karena ingin
hamil lagi.

2.4 Riwayat Pengobatan
Pasien rutin kontrol kehamilan di bidan desa setiap bulan, biasa diberi vitamin
penambah darah. Untuk kehamilan sungsang ini pasien mengatakan belum pernah
mendapatkan tindakan apapun.


2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai riwayat kehamilan dengan letak
sungsang.

2.6 Riwayat Sosial
Pasien tidak bekerja hanya mengurus rumah tangga saja sejak menikah 18 tahun
yang lalu. Sehari-hari pasien tinggal di rumah bersama suami dan anak perempuannya.
Saat pagi hari pasien biasa memasak untuk keluarga kemudian membersihkan rumah.

2.7 Review of System
Pasien tidak memiliki keluhan lainnya.

3. Pemeriksaan
3.1 Pemeriksaan pada Tingkat Individu
3.1.1 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Tampak sehat, Kesan gizi baik
GCS 456
Tinggi badan : 148 cm
Berat badan saat ini : 64 kg
Berat badan sebelum : 50 kg
Tanda-tanda Vital TD : 120/80 mmHg Frekuensi napas :18x/mnt
Nadi : 84x /m Tax : 36,5
o
C
KEPALA
Inspeksi Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-); Edema (-)/(-)
LEHER
Inspeksi
Palpasi
Simetris, JVP R+0 cmH2O 30
0

Pembesaran kelenjar limfe (-), Trakea di tengah,
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
THORAX
a. Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi
Gerakan Dada Simetris
Stem Fremitus Dextra = Sinistra




Suara nafas




Rhonki



wheezing




b. Jantung
Inspeksi
Palpasi

Perkusi
Auskultasi
Iktus tidak terlihat
Iktus teraba di ICS V MCL Sinistra
jnng kii k
Batas jantung kanan SL Dextra
Bunyi jantung S1S2 single, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Bentuk bulat.
Bising usus (+) normal
Liver span sulit dievaluasi
Soefl,
Tinggi Fundus Uteri 31 cm, Tafsiran Berat Janin 2945
gram, letak W, His (-).
Leopold I : fundus teraba kepala, bulat keras.
Leopold II : bagian kanan kiri teraba bagian kecil dan
punggung janin.
Leopold III : teraba bokong, agak bulat, dan lunak.
Leopold IV : bagian distal janin belum memasuki pintu
panggul atas.
Denyut Jantung Janin 144x/m paling jelas terdengar di
atas pusar ibu.
EKSTREMITAS
Superior
Inferior
Akral hangat, anemis (-), edema (-)
Akral hangat, anemis (-), edema (-)


3.1.2 Pemeriksaan Kondisi Psikologi
Pasien merasa dirinya bahagia dan tidak mempunyai masalah. Apabila terjadi
masalah pasien akan membicarakannya dengan suami. Pasien tinggal bersama suami dan
anak tunggalnya dengan bahagia dan tidak ada masalah. Kebahagian pasien saat ini
bertambah karena anak yang telah lama dinanti akan segera hadir. Namun saat ini pasien






Tn H 50 th Ny L 46 th
R 30 th P 27 th
Ny R 79 th Ny R 68 th
Ny I 55 th
Tn R 48 th (Alm)
R 33 th
Tn R 30 th (Alm)

sedang takut apabila harus melahirkan secara Sectio caesaria oleh karena kehamilan
sungsangnya.

3.2 Pemeriksaan pada Tingkat Keluarga
3.2.1 Genogram


No Nama Status dalam keluarga Usia Pekerjaan
Status
kesehatan
1 Tn H Majikan pasien 50 tahun Pedagang Sehat



Keterangan

: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal Dunia
: Harmonis
: Jauh
: Konflik
: Tinggal satu rumah
: Penyakit jantung koroner
2. Ny L Majikan pasien 46 tahun Pedagang Sehat
3. R Anak dari Majikan pasien 30 tahun Pedagang Sehat
4. P Anak dari Majikan pasien 27 tahun Pedagang Sehat
5. Tn R Suami Pasien 30 tahun - Meninggal
6. Ny R Pasien 79 tahun PRT Sehat
7. Ny R Adik pasien 68 tahun IRT Sakit PJK
8. Tn R Anak Pasien 30 tahun - Meninggal
9. Ny I Menantu Pasien 55 tahun, Swasta Sehat
10. R Cucu Pasien 33 tahun PRT Sehat

3.2.2 Family APGAR
Adaptation Pasien selalu mendapat bantuan dari suami, orang tua, serta anak
tunggalnya ketika pasien mempunyai kesulitan dalam kehidupannya.
Partnership Jika pasienmempunyai masalah sering bermusyawarah dengan
suaminya, sedangkan dengan anak dan orang tuanya pasien jarang
melakukannya.
Growth Suami pasien membebaskan pasien untuk melakukan semua hal yang
diinginkan pasien, contohnya : kursus menjahit.
Affection Pasien selalu mendapat kasih sayang dari suaminya baik lahir maupun
batin. Hal tersebut terlihat dari kebahagiaan pasien ketika menceritakan
bagaimana suaminya memperlakukannya selama ini.
Resolve Pasien sangat puas dengan keluarganya, karena selalu ada waktu
luang untuk bersama-sama dengan keluarganya.



No Pertanyaan Sering Kadang-
kadang
Jarang
(2) (1) (0)
1. Saya puas karena saya dapat
bercerita kepada keluarga saat saya
memiliki masalah

2. Saya puas dengan cara keluarga
bermusyawarah untuk memecahkan
masalah

3. Saya puas karena diberi kesempatan
bertumbuh sesuai arah kehidupan
yang saya inginkan

4. Saya puas dengan kasih sayang yang
terjalin diantara keluarga saya

5. Saya puas dengan cara keluarga
membagi waktu antara pribadi dan
waktu bersama


Penilaian Family APGAR: skor 10 Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family).

3.2.3 SCREEM
a. Sosial
Pasien tinggal di rumah orang tuanya dengan orang tua, suami dan anaknya. Pasien
sangat bahagia dengan kondisi keluarga yang dijalani pasien sekarang meskipun dengan
sangat sederhana. Pasien juga hidup sangat rukun dengan tetangga-tetangganya.
b. Cultural
Budaya setempat masih beranggapan wanita berapapun usianya masih diperbolehkan
hamil asalkan masih subur.
c. Religious
Pasien biasa sholat 5 waktu dan melakukan wirid pada malam hari.
d. Economic
Pasien sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga. Terkadang pasien mendapatkan
penghasilan tambahan dengan menerima jasa menjahit. Dalam 1 bulan hasil dari menjahit
bisa sampai Rp 300.000,00. Namun kebutuhan sehari-hari pasien sudah tercukupi oleh
penghasilan suaminya yang bekerja sebagai PNS guru SMP dengan penghasilan Rp
2.500.000,00.
e. Educational
Pasien hanya lulusan SMA sehingga wawasan pasien mengenai kesehatan
reproduksi khususnya mengenai kehamilan resiko tinggi masih kurang.
f. Medical
Bila pasien sakit pasien akan langsung memeriksakan diri ke Puskesmas Lawang
karena puskesmas dekat dengan rumah tinggalnya. Selain itu pasien merasa senang
karena bila berobat ke Puskesmas pasien tidak perlu mengeluarkan biaya karena sudah
ditanggung oleh Askes (saat ini JKN).

3.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.

4. Analisis
4.1 Definisi Kehamilan Risiko Tinggi
Definisi Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi
ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. (Manuaba, 2010: 241). Sedangkan
menurut Poedji Rochjati, 2003 risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau
kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada
masa mendatang, yaitu kemungkinan terjadi komplikasi obstetrik pada saat persalinan yang
dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, atau ketidak puasan pada ibu atau
bayi.

4.2 Faktor faktor Risiko Ibu Hamil
Beberapa keadaan yang menambah risiko kehamilan, tetapi tidak secara langsung
meningkatkan risiko kematian ibu. Keadaan tersebut dinamakan faktor risiko. Semakin
banyak ditemukan faktor risiko pada ibu hamil, semakin tinggi risiko kehamilannya
(Syafrudin dan Hamidah, 2009: 223-224). Bebarapa peneliti menetapkan kehamilan dengan
risiko tinggi sebagai berikut :
Faktor resiko sebelum hamil
1. Puji Rochayati: primipara mudaberusia < 16 tahun, primipara tua berusia > 35 tahun,
primipara skunder dangan usia anak terkecil diatas 5 tahun, tinggi badan < 145 cm,
riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan premature, lahir
mati, riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, operasi
sesar), pre-eklamsi-eklamsia, gravid serotinus, kehamilan dengan perdarahan
antepartum, kehamilan dengan kelainan letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang
mempengaruhi kehamilan. b.Gastelazo Ayala: faktor antenatal, faktor intrapartum, faktor
obstetri dan neonatal, faktor umum serta pendidikan. c.Ida Bagus Gde Manuaba
1.Berdasarkan anamnesis a)Usia ibu (<19 tahun, > 35 tahun, perkawinan lebih dari 5
tahun).
2. Riwayat operasi (operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor vagina, operasi
persalinan atau operasi pada rahim).
3. Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterin, sering mengalami
perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, anak terkecil berusia lebih dari 5 tahun
tanpa KB, riwayat molahidatidosa atau korio karsinoma).
4. Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat bayi rendah,
persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi, persalinan dengan plasenta manual,
persalinan dengan perdarahan postpartum, persalinan dengan tindakan [ekstrasi
vakum, ekstraksi forsep, letak sungsang, ekstraksi versi, operasi sesar]).
Faktor resiko saat hamil
1. Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145 cm, deformitas pada tulang
panggul, kehamilan disertai: anemia, penyakit jantung, diabetes mellitus, paru-paru atau
ginjal).
2. Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu: hiperemesis gravidarum berat,
perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen, servik inkompeten, kista ovarium atau
mioma uteri, kehamilan trimester dua dan tiga: preeklamsia-eklamsia, perdarahan,
kehamilan kembar, hidrmnion, dismaturitas atau gangguan pertumbuhan, kehamilan
dengan kelainan letak: sungsang, lintang, kepala belum masuk PAP minggu ke 36 pada
primigravida, hamil dengan dugaan disproporsi sefalo-pelfik, kehamilan lewat waktu
diatas 42 minggu).
Faktor resiko saat inpartu
Pada persalinan dengan risiko tinggi memerlukan perhatian serius, karena pertolongan
akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan neonatus (perinatal):
1. Keadaan risiko tinggi dari sudut ibu (ketuban pecah dini, infeksi intrauterin, persalinan
lama melewati batas waktu perhitungan partograf WHO, persalinan terlantar, rupture
uteri iminens, ruptur uteri, persalinan dengan kelainan letak janin: [sungsang, kelainan
posisi kepala, letak lintang], distosia karena tumor jalan lahir, distosia bahu bayi, bayi
yang besar, perdarahan antepartum [plasenta previa, solusio plasenta, ruptur sinus
marginalis, ruptur vasa previa]).
2. Keadaan risiko tinggi ditinjau dari sudut janin (pecah ketuban disertai perdarahan
[pecahnya vasa previa], air ketuban warna hijau, atau prolapsus funikuli, dismaturitas,
makrosomia, infeksi intrauterin, distress janin, pembentukan kaput besar, retensio
plasenta).
5. Keadaan risiko tinggi postpartum (perslinan dengan retensio plasenta, atonia uteri
postpartum, persalinan dengan robekan perineum yang luas, robekan serviks,
vagina, dan ruptur uteri).

4.3 Skor Poedji Rochjati
Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang memiliki
risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit
atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Dian, 2007). Ukuran risiko dapat
dituangkan dalam bentuk angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat
atau ringannya risiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko yang
dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3. Kehmiln Riiko Sng Tinggi (KRST) dengn jmlh ko 12

4.3.1 Tujuan Sistem Skor
1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar berkembang perilaku
kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu hamil.
2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat agar peduli dan
memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi
untuk melakukan rujukan terencana.

4.3.2 Fungsi Skor
1. Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE bagi klien/ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat.
Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, diingat, dimengerti sebagai
ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan
untuk rujukkan. Dengan demikian berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya
dan transportasi ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat.
2. Alat peringatan-bagi petugas kesehatan.Agar lebih waspada.
Lebih tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis penilaian/pertimbangan klinis pada ibu
Risiko Tinggi dan lebih intensif penanganannya.


4.3.3 Cara Pemberian Skor
Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4 dan 8. Umur
dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya
4 kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-
eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor risiko dapat dilihat pada gambar yang ada
pd K Sko Poedji Rochji (KSPR), yng elh din dengn fom edehn
agar mudah dicatat dan diisi (Rochjati Poedji, 2003: 126).

Keterangan :
1. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh tenaga
kesehatan.
2. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS/DSOG

4.4 Pencegahan Kehamilan Resiko Tinggi
Penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi/KIE untuk kehamilan dan persalinan aman.
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di rumah maupun
di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun membantu perawatan nifas
bagi ibu dan bayinya.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), ibu PKK membeti penyuluhan agar pertolongan
persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes atau puskesmas (PKM), atau
langsung dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama
(primi) dengan tinggi badan rendah.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk untuk melahirkan di
Rumah Sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis (Rochjati
Poedji, 2003: 132).

Pengawasan antenatal, memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang
menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-
langkah dalam pertolongan persalinannya.
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat
persalinan, dank ala nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dank ala nifas.
3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala
nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Manuaba, 2010: 109 dan
111)

Pendidikan kesehatan
1. Diet dan pengawasan berat badan, kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil. Kekurangan nutrisi
dapat menyebabkan (anemia, partus prematur, abortus, dll), sedangkan kelebihan
nutrisi dapat menyebabkan (pre-eklamsia, bayi terlalu besar, dll) (Sarwono, 2007: 161).
2. Hubungan seksual, hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual (Manuaba, 2010: 120). Pada umumnya hubungan seksual diperbolehkan pada
masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati (Sarwono, 2007: 160).
3. Kebersihan dan pakaian, kebersihan harus selelu dijaga pada masa hamil. Pakaian
harus longgar, bersih, dan mudah dipakai, memakai sepatu dengan tumit yang tidak
terlalu tinggi, memakai kutang yang menyokong payudara, pakaian dalam yang selalu
bersih (Sarwono, 2007: 160).
4. Perawatan gigi, pada triwulan pwrtama wanita hamil mengalami enek dan muntah
(morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi yang tidak diperhatikan
dengan baik, sehingga timbul karies gigi, gingivitis, dan sebagainya (Sarwono, 2007:
161).
5. Perawatan payudara, bertujuan memeliha hygiene payudara, melenturkan/menguatkan
puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk ke dalam
(Manuaba, 2010: 121).
6. Imunisasi TT, untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatorum
(Sarwono, 2007: 161).
7. Wanita pekerja, wanita hamil boleh bekerja tetapi jangan terlampau berat. Lakukanlah
istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang-undang perburuhan, wanita hamil berhak
mendapat cuti hamil satu setengah bulan sebelum bersalin atau satu setengah bulan
setelah bersalin (Sarwono, 2007: 162).
8. Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik, ketiga kebiasaan ini secara langsung
dapat mempangaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan menimbulkan
kelahirkan dangan berat badan lebih rendah, atau mudah mengalami abortus dan
partus prematurus, dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan
perkembangan mental (Manuaba, 2010: 122).
9. Obat-obatan, pengobatan penyakit saat hamil harus memperhatikan apakah obat
tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin (Manuaba, 2010: 122).

5 Diagnosis Holistik Komprehensif
a. Biomedis
Diagnosa biomedis 1 : G
2
P
1
Ab
000
(2)
Kehamilan Letak Sungsang (8)
Jarak Anak Terlalu Jauh (4)
Hamil pada umur > 35 tahun (4)
Skor Pudji Rochjati = 18 (Kehamilan Resiko Sangat Tinggi)
b. FaktorResiko
Internal
- Genetik : (-)
- Persepsi : Pasien mengangap selama masih subur (menstruasi), seorang
wanita masih aman untuk hamil. Selain itu pasien juga menganggap rumahnya sepi
bila hanya ada 1 anak.
- Psikologis : Pasien sangat menginginkan anak kedua meskipun usianya sudah
lebih dari 35 tahun.
- Perilaku : Pasien hanya makan dengan porsi yang sedikt dan tidak pernah
makan makanan kecil disela-selanya.

Eksternal
- Ekonomi : (-)
- Sosial : Keluarga dan suami pasien menginginkan anak kedua.
- Budaya : (-)
- Fisik : (-)
- Kimia : (-)
- Biologi : (-)

c. Upaya
Pasien rutin ke bidan desa setiap bulan untuk memeriksakan kehamilannya.

6 Intervensi Holistik Komprehensif
a. Medikamentosa dan Tindakan Medis
Non-Medikamentosa : (-)
Medikamentosa : (-)
b. Edukasi dan Advokasi
Edukasi obat-obatan dan tindakan
Pasien diajarkan untuk melakukan posisi knee chest (bersujud dengan kaki
sejajar pinggul dan dada sejajar lutut) dimulai pada kehamilan 32-35 minggu.
Pasien diminta melakukan 3 kali sehari selama 10-15 menit setiap kali, hal ini
dilakukan saat perut kosong, dan bayi aktif, atau dapat menggunakan papan
miring). Menekuk lutut tetapi menjaga kaki datar di papan. Pasien diminta tenang,
bernapas dalam-dalam, dan menghindari ketegangan otot. Juga bisa dengan
menggunakan bantal pada permukaan yang datar untuk menaikkan pinggul 12-18
inci di atas bahu. Gravitasi mendorong kepala bayi ke fundus, melipat, dan bayi
kemudian dapat melakukan jungkir balik ke posisi vertex. Namun pasien diminta
menghentikan kegiatan ini bila terasa pusing.
Edukasi psikososial
- Merujuk pasien untuk kontrol dan melahirkan di Rumah Sakit dengan alat
lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis dalam hal ini RSUD
Lawang.
- Pasien diingatkan untuk mempersiapkan diri dengan tenang baik secara fisik
dan mental menjelang persalinan demi kesehatan pasien dan juga bayinya.
Edukasi lingkungan
- Keluarga diingatkan untuk selalu memotivasi pasien agar tidak takut menjalani
persalinan, apapun caranya.
- Keluarga diingatkan untuk menjadi keluarga SIAGA bila persalinan datang.

7 Efek Komunitas
Penyakit pada pasien tidak memberikan efek kepada komunitas secara langsung
karena dyspepsia fungsional bukan termasuk penyakit yang menular. Namun, apabila tidak
segera melakukan pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat dapat terjadi
komplikasi yang serius bahkan dapat mengancam jiwa pasien dan juga bayinya.

8 Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai