PUSKESMAS LAWANG KABUPATEN MALANG LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT- KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
1. Identitas Pasien Nama : Ny. R Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Mulyorejo RT 03 / RW 09 Pendidikan : SMA Status Kawin : Menikah Tanggal Pemeriksaan : 18 Agustus 2014
2. Anamnesa 2.1 Keluhan Utama Kontrol kehamilan
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang Pasien ingin memeriksakan kehamilannya. Hari pertama haid terakhir menurut pasien adalah 10 Januari 2014 . Pasien mengetahui kehamilannya letak sungsang sejak usia kehamilan 7 bulan dan disarankan untuk kontrol kehamilan ke Puskesmas. Selama kehamilan ini pasien tidak merasakan keluhan yang berarti seperti mual, nyeri punggung, flek maupun rasa nyeri perut.
2.3 Riwayat Reproduksi Pasien pertama kali menstruasi saat usia sekitar 17 tahun. Pasien menikah saat usia 20 tahun dan mempunyai 1 orang anak perempuan. Anak pertama pasien lahir cukup bulan secara normal dengan berat 3300 gram. Setelah melahirkan anak pertama pasien menggunakan KB IUD. Pasien melepas IUD nya setelah 7 tahun terpasang karena ingin hamil lagi.
2.4 Riwayat Pengobatan Pasien rutin kontrol kehamilan di bidan desa setiap bulan, biasa diberi vitamin penambah darah. Untuk kehamilan sungsang ini pasien mengatakan belum pernah mendapatkan tindakan apapun.
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai riwayat kehamilan dengan letak sungsang.
2.6 Riwayat Sosial Pasien tidak bekerja hanya mengurus rumah tangga saja sejak menikah 18 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien tinggal di rumah bersama suami dan anak perempuannya. Saat pagi hari pasien biasa memasak untuk keluarga kemudian membersihkan rumah.
2.7 Review of System Pasien tidak memiliki keluhan lainnya.
3. Pemeriksaan 3.1 Pemeriksaan pada Tingkat Individu 3.1.1 Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Tampak sehat, Kesan gizi baik GCS 456 Tinggi badan : 148 cm Berat badan saat ini : 64 kg Berat badan sebelum : 50 kg Tanda-tanda Vital TD : 120/80 mmHg Frekuensi napas :18x/mnt Nadi : 84x /m Tax : 36,5 o C KEPALA Inspeksi Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-); Edema (-)/(-) LEHER Inspeksi Palpasi Simetris, JVP R+0 cmH2O 30 0
Pembesaran kelenjar limfe (-), Trakea di tengah, Pembesaran kelenjar tiroid (-) THORAX a. Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi
Auskultasi Gerakan Dada Simetris Stem Fremitus Dextra = Sinistra
Suara nafas
Rhonki
wheezing
b. Jantung Inspeksi Palpasi
Perkusi Auskultasi Iktus tidak terlihat Iktus teraba di ICS V MCL Sinistra jnng kii k Batas jantung kanan SL Dextra Bunyi jantung S1S2 single, murmur (-), gallop (-) ABDOMEN Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Bentuk bulat. Bising usus (+) normal Liver span sulit dievaluasi Soefl, Tinggi Fundus Uteri 31 cm, Tafsiran Berat Janin 2945 gram, letak W, His (-). Leopold I : fundus teraba kepala, bulat keras. Leopold II : bagian kanan kiri teraba bagian kecil dan punggung janin. Leopold III : teraba bokong, agak bulat, dan lunak. Leopold IV : bagian distal janin belum memasuki pintu panggul atas. Denyut Jantung Janin 144x/m paling jelas terdengar di atas pusar ibu. EKSTREMITAS Superior Inferior Akral hangat, anemis (-), edema (-) Akral hangat, anemis (-), edema (-)
3.1.2 Pemeriksaan Kondisi Psikologi Pasien merasa dirinya bahagia dan tidak mempunyai masalah. Apabila terjadi masalah pasien akan membicarakannya dengan suami. Pasien tinggal bersama suami dan anak tunggalnya dengan bahagia dan tidak ada masalah. Kebahagian pasien saat ini bertambah karena anak yang telah lama dinanti akan segera hadir. Namun saat ini pasien
Tn H 50 th Ny L 46 th R 30 th P 27 th Ny R 79 th Ny R 68 th Ny I 55 th Tn R 48 th (Alm) R 33 th Tn R 30 th (Alm)
sedang takut apabila harus melahirkan secara Sectio caesaria oleh karena kehamilan sungsangnya.
3.2 Pemeriksaan pada Tingkat Keluarga 3.2.1 Genogram
No Nama Status dalam keluarga Usia Pekerjaan Status kesehatan 1 Tn H Majikan pasien 50 tahun Pedagang Sehat
Keterangan
: Laki-laki : Perempuan : Pasien : Meninggal Dunia : Harmonis : Jauh : Konflik : Tinggal satu rumah : Penyakit jantung koroner 2. Ny L Majikan pasien 46 tahun Pedagang Sehat 3. R Anak dari Majikan pasien 30 tahun Pedagang Sehat 4. P Anak dari Majikan pasien 27 tahun Pedagang Sehat 5. Tn R Suami Pasien 30 tahun - Meninggal 6. Ny R Pasien 79 tahun PRT Sehat 7. Ny R Adik pasien 68 tahun IRT Sakit PJK 8. Tn R Anak Pasien 30 tahun - Meninggal 9. Ny I Menantu Pasien 55 tahun, Swasta Sehat 10. R Cucu Pasien 33 tahun PRT Sehat
3.2.2 Family APGAR Adaptation Pasien selalu mendapat bantuan dari suami, orang tua, serta anak tunggalnya ketika pasien mempunyai kesulitan dalam kehidupannya. Partnership Jika pasienmempunyai masalah sering bermusyawarah dengan suaminya, sedangkan dengan anak dan orang tuanya pasien jarang melakukannya. Growth Suami pasien membebaskan pasien untuk melakukan semua hal yang diinginkan pasien, contohnya : kursus menjahit. Affection Pasien selalu mendapat kasih sayang dari suaminya baik lahir maupun batin. Hal tersebut terlihat dari kebahagiaan pasien ketika menceritakan bagaimana suaminya memperlakukannya selama ini. Resolve Pasien sangat puas dengan keluarganya, karena selalu ada waktu luang untuk bersama-sama dengan keluarganya.
No Pertanyaan Sering Kadang- kadang Jarang (2) (1) (0) 1. Saya puas karena saya dapat bercerita kepada keluarga saat saya memiliki masalah
2. Saya puas dengan cara keluarga bermusyawarah untuk memecahkan masalah
3. Saya puas karena diberi kesempatan bertumbuh sesuai arah kehidupan yang saya inginkan
4. Saya puas dengan kasih sayang yang terjalin diantara keluarga saya
5. Saya puas dengan cara keluarga membagi waktu antara pribadi dan waktu bersama
Penilaian Family APGAR: skor 10 Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family).
3.2.3 SCREEM a. Sosial Pasien tinggal di rumah orang tuanya dengan orang tua, suami dan anaknya. Pasien sangat bahagia dengan kondisi keluarga yang dijalani pasien sekarang meskipun dengan sangat sederhana. Pasien juga hidup sangat rukun dengan tetangga-tetangganya. b. Cultural Budaya setempat masih beranggapan wanita berapapun usianya masih diperbolehkan hamil asalkan masih subur. c. Religious Pasien biasa sholat 5 waktu dan melakukan wirid pada malam hari. d. Economic Pasien sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga. Terkadang pasien mendapatkan penghasilan tambahan dengan menerima jasa menjahit. Dalam 1 bulan hasil dari menjahit bisa sampai Rp 300.000,00. Namun kebutuhan sehari-hari pasien sudah tercukupi oleh penghasilan suaminya yang bekerja sebagai PNS guru SMP dengan penghasilan Rp 2.500.000,00. e. Educational Pasien hanya lulusan SMA sehingga wawasan pasien mengenai kesehatan reproduksi khususnya mengenai kehamilan resiko tinggi masih kurang. f. Medical Bila pasien sakit pasien akan langsung memeriksakan diri ke Puskesmas Lawang karena puskesmas dekat dengan rumah tinggalnya. Selain itu pasien merasa senang karena bila berobat ke Puskesmas pasien tidak perlu mengeluarkan biaya karena sudah ditanggung oleh Askes (saat ini JKN).
3.3 Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien.
4. Analisis 4.1 Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Definisi Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. (Manuaba, 2010: 241). Sedangkan menurut Poedji Rochjati, 2003 risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, yaitu kemungkinan terjadi komplikasi obstetrik pada saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, atau ketidak puasan pada ibu atau bayi.
4.2 Faktor faktor Risiko Ibu Hamil Beberapa keadaan yang menambah risiko kehamilan, tetapi tidak secara langsung meningkatkan risiko kematian ibu. Keadaan tersebut dinamakan faktor risiko. Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada ibu hamil, semakin tinggi risiko kehamilannya (Syafrudin dan Hamidah, 2009: 223-224). Bebarapa peneliti menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi sebagai berikut : Faktor resiko sebelum hamil 1. Puji Rochayati: primipara mudaberusia < 16 tahun, primipara tua berusia > 35 tahun, primipara skunder dangan usia anak terkecil diatas 5 tahun, tinggi badan < 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan premature, lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, operasi sesar), pre-eklamsi-eklamsia, gravid serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum, kehamilan dengan kelainan letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan. b.Gastelazo Ayala: faktor antenatal, faktor intrapartum, faktor obstetri dan neonatal, faktor umum serta pendidikan. c.Ida Bagus Gde Manuaba 1.Berdasarkan anamnesis a)Usia ibu (<19 tahun, > 35 tahun, perkawinan lebih dari 5 tahun). 2. Riwayat operasi (operasi plastik pada vagina-fistel atau tumor vagina, operasi persalinan atau operasi pada rahim). 3. Riwayat kehamilan (keguguran berulang, kematian intrauterin, sering mengalami perdarahan saat hamil, terjadi infeksi saat hamil, anak terkecil berusia lebih dari 5 tahun tanpa KB, riwayat molahidatidosa atau korio karsinoma). 4. Riwayat persalinan (persalinan prematur, persalinan dengan berat bayi rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi, persalinan dengan plasenta manual, persalinan dengan perdarahan postpartum, persalinan dengan tindakan [ekstrasi vakum, ekstraksi forsep, letak sungsang, ekstraksi versi, operasi sesar]). Faktor resiko saat hamil 1. Hasil pemeriksaan fisik umum (tinggi badan kurang dari 145 cm, deformitas pada tulang panggul, kehamilan disertai: anemia, penyakit jantung, diabetes mellitus, paru-paru atau ginjal). 2. Hasil pemeriksaan kehamilan (kehamilan trimester satu: hiperemesis gravidarum berat, perdarahan, infeksi intrauterin, nyeri abdomen, servik inkompeten, kista ovarium atau mioma uteri, kehamilan trimester dua dan tiga: preeklamsia-eklamsia, perdarahan, kehamilan kembar, hidrmnion, dismaturitas atau gangguan pertumbuhan, kehamilan dengan kelainan letak: sungsang, lintang, kepala belum masuk PAP minggu ke 36 pada primigravida, hamil dengan dugaan disproporsi sefalo-pelfik, kehamilan lewat waktu diatas 42 minggu). Faktor resiko saat inpartu Pada persalinan dengan risiko tinggi memerlukan perhatian serius, karena pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan neonatus (perinatal): 1. Keadaan risiko tinggi dari sudut ibu (ketuban pecah dini, infeksi intrauterin, persalinan lama melewati batas waktu perhitungan partograf WHO, persalinan terlantar, rupture uteri iminens, ruptur uteri, persalinan dengan kelainan letak janin: [sungsang, kelainan posisi kepala, letak lintang], distosia karena tumor jalan lahir, distosia bahu bayi, bayi yang besar, perdarahan antepartum [plasenta previa, solusio plasenta, ruptur sinus marginalis, ruptur vasa previa]). 2. Keadaan risiko tinggi ditinjau dari sudut janin (pecah ketuban disertai perdarahan [pecahnya vasa previa], air ketuban warna hijau, atau prolapsus funikuli, dismaturitas, makrosomia, infeksi intrauterin, distress janin, pembentukan kaput besar, retensio plasenta). 5. Keadaan risiko tinggi postpartum (perslinan dengan retensio plasenta, atonia uteri postpartum, persalinan dengan robekan perineum yang luas, robekan serviks, vagina, dan ruptur uteri).
4.3 Skor Poedji Rochjati Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Dian, 2007). Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau ringannya risiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga kelompok: 1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 3. Kehmiln Riiko Sng Tinggi (KRST) dengn jmlh ko 12
4.3.1 Tujuan Sistem Skor 1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu hamil. 2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi untuk melakukan rujukan terencana.
4.3.2 Fungsi Skor 1. Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE bagi klien/ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat. Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, diingat, dimengerti sebagai ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan untuk rujukkan. Dengan demikian berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat. 2. Alat peringatan-bagi petugas kesehatan.Agar lebih waspada. Lebih tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis penilaian/pertimbangan klinis pada ibu Risiko Tinggi dan lebih intensif penanganannya.
4.3.3 Cara Pemberian Skor Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4 dan 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal. Tiap faktor risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre- eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor risiko dapat dilihat pada gambar yang ada pd K Sko Poedji Rochji (KSPR), yng elh din dengn fom edehn agar mudah dicatat dan diisi (Rochjati Poedji, 2003: 126).
Keterangan : 1. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan. 2. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS/DSOG
4.4 Pencegahan Kehamilan Resiko Tinggi Penyuluhan komunikasi, informasi, edukasi/KIE untuk kehamilan dan persalinan aman. 1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya. 2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), ibu PKK membeti penyuluhan agar pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, di polindes atau puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah. 3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk untuk melahirkan di Rumah Sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis (Rochjati Poedji, 2003: 132).
Pengawasan antenatal, memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah- langkah dalam pertolongan persalinannya. 1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dank ala nifas. 2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dank ala nifas. 3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana. 4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Manuaba, 2010: 109 dan 111)
Pendidikan kesehatan 1. Diet dan pengawasan berat badan, kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan (anemia, partus prematur, abortus, dll), sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan (pre-eklamsia, bayi terlalu besar, dll) (Sarwono, 2007: 161). 2. Hubungan seksual, hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual (Manuaba, 2010: 120). Pada umumnya hubungan seksual diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati (Sarwono, 2007: 160). 3. Kebersihan dan pakaian, kebersihan harus selelu dijaga pada masa hamil. Pakaian harus longgar, bersih, dan mudah dipakai, memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi, memakai kutang yang menyokong payudara, pakaian dalam yang selalu bersih (Sarwono, 2007: 160). 4. Perawatan gigi, pada triwulan pwrtama wanita hamil mengalami enek dan muntah (morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi yang tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies gigi, gingivitis, dan sebagainya (Sarwono, 2007: 161). 5. Perawatan payudara, bertujuan memeliha hygiene payudara, melenturkan/menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk ke dalam (Manuaba, 2010: 121). 6. Imunisasi TT, untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatorum (Sarwono, 2007: 161). 7. Wanita pekerja, wanita hamil boleh bekerja tetapi jangan terlampau berat. Lakukanlah istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang-undang perburuhan, wanita hamil berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan sebelum bersalin atau satu setengah bulan setelah bersalin (Sarwono, 2007: 162). 8. Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik, ketiga kebiasaan ini secara langsung dapat mempangaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan menimbulkan kelahirkan dangan berat badan lebih rendah, atau mudah mengalami abortus dan partus prematurus, dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental (Manuaba, 2010: 122). 9. Obat-obatan, pengobatan penyakit saat hamil harus memperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin (Manuaba, 2010: 122).
5 Diagnosis Holistik Komprehensif a. Biomedis Diagnosa biomedis 1 : G 2 P 1 Ab 000 (2) Kehamilan Letak Sungsang (8) Jarak Anak Terlalu Jauh (4) Hamil pada umur > 35 tahun (4) Skor Pudji Rochjati = 18 (Kehamilan Resiko Sangat Tinggi) b. FaktorResiko Internal - Genetik : (-) - Persepsi : Pasien mengangap selama masih subur (menstruasi), seorang wanita masih aman untuk hamil. Selain itu pasien juga menganggap rumahnya sepi bila hanya ada 1 anak. - Psikologis : Pasien sangat menginginkan anak kedua meskipun usianya sudah lebih dari 35 tahun. - Perilaku : Pasien hanya makan dengan porsi yang sedikt dan tidak pernah makan makanan kecil disela-selanya.
Eksternal - Ekonomi : (-) - Sosial : Keluarga dan suami pasien menginginkan anak kedua. - Budaya : (-) - Fisik : (-) - Kimia : (-) - Biologi : (-)
c. Upaya Pasien rutin ke bidan desa setiap bulan untuk memeriksakan kehamilannya.
6 Intervensi Holistik Komprehensif a. Medikamentosa dan Tindakan Medis Non-Medikamentosa : (-) Medikamentosa : (-) b. Edukasi dan Advokasi Edukasi obat-obatan dan tindakan Pasien diajarkan untuk melakukan posisi knee chest (bersujud dengan kaki sejajar pinggul dan dada sejajar lutut) dimulai pada kehamilan 32-35 minggu. Pasien diminta melakukan 3 kali sehari selama 10-15 menit setiap kali, hal ini dilakukan saat perut kosong, dan bayi aktif, atau dapat menggunakan papan miring). Menekuk lutut tetapi menjaga kaki datar di papan. Pasien diminta tenang, bernapas dalam-dalam, dan menghindari ketegangan otot. Juga bisa dengan menggunakan bantal pada permukaan yang datar untuk menaikkan pinggul 12-18 inci di atas bahu. Gravitasi mendorong kepala bayi ke fundus, melipat, dan bayi kemudian dapat melakukan jungkir balik ke posisi vertex. Namun pasien diminta menghentikan kegiatan ini bila terasa pusing. Edukasi psikososial - Merujuk pasien untuk kontrol dan melahirkan di Rumah Sakit dengan alat lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis dalam hal ini RSUD Lawang. - Pasien diingatkan untuk mempersiapkan diri dengan tenang baik secara fisik dan mental menjelang persalinan demi kesehatan pasien dan juga bayinya. Edukasi lingkungan - Keluarga diingatkan untuk selalu memotivasi pasien agar tidak takut menjalani persalinan, apapun caranya. - Keluarga diingatkan untuk menjadi keluarga SIAGA bila persalinan datang.
7 Efek Komunitas Penyakit pada pasien tidak memberikan efek kepada komunitas secara langsung karena dyspepsia fungsional bukan termasuk penyakit yang menular. Namun, apabila tidak segera melakukan pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat dapat terjadi komplikasi yang serius bahkan dapat mengancam jiwa pasien dan juga bayinya.