• Pendidikan
– Dokter Umum – FK Universitas Padjadjaran (UNPAD) 2004
– Spesialis Anak – FK Universitas Indonesia (UI) 2014
– Konsultan Neonatologi – FK UI (sedang berjalan)
• Organisasi
– Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Banten
– Sekretaris Komisi Daerah (KOMDA) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Banten
– Anggota Satuan Tugas (Satgas) KLB Difteri Pengurus Pusat (PP) IDAI
– Anggota Satuan Tugas (Satgas) Krisis Pengurus Pusat (PP) IDAI
– Anggota Seksi Ilmiah, Pendidikan dan Pelatihan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Cabang Tangerang
Diagnosis Infeksi HIV
pada Bayi dan Anak
Satgas HIV IDAI
Pendahuluan
• Infeksi HIV berkembang lebih cepat pada bayi dan
anak.
• 52% anak dengan HIV tanpa intervensi apapun
akan meninggal sebelum usia dua tahun.
• Pengenalan dini adanya paparan HIV dan penegakan
diagnosis penting untuk dapat memulai pemberian
ARV dini yang mungkin dapat menurunkan
mortalitas.
• Voluntary counseling and testing (VCT) vs Provider
initiated testing and counseling (PITC).
WHO, 2013
Kasus infeksi HIV
Kemkes, Maret 2016 (n=163962)
140000
117548
120000
> 90% anak
100000 terinfeksi HIV
80000 tertular melalui
60000 transmisi dari
40000
ibu ke anak.
25001
20000 9531
4220 1948 5714
0
0-4 5-14 15-19 20-24 25-49 >= 50
years years years years years years
Kemenkes, 2016
Transmisi HIV dari Ibu ke Anak
Intrauterin Setelah
Saat Persalinan
melahirkan (ASI)
5-10% 10-20%
5-20%
< 2%
ARV ibu ARV ibu ARV bayi
Pilihan persalinan aman Susu formula
Keseluruhan risiko tanpa pemberian ASI : 15-30%
Risiko dengan pemberian ASI 6 bulan : 25-35 %
Risiko dengan pemberian ASI 18-24 bulan : 30-45% JAMA 2000;283:1175–82
WHO, 2006
FAKTA DI INDONESIA
Diagnosis HIV pada anak
Dini: ringan atau tidak ada Usia < 18 bulan
Manifestasi klinis
Laboratorium
gejala
Lambat: infeksi
• Uji virologis (PCR
oportunistik (candidiasis, RNA/DNA HIV)
diare, tuberculosis,
parasit, pneumonia,
sepsis, etc), malnutrisi
berat, failure to thrive, Usia > 18 bulan
delayed development. • HIV Antibody
Manifestasi Klinis
• Prolonged fever
Sistemik
• Limfadenopati
• Mikrosefali
Perkembangan
• Delayed development
Manifestasi Klinis
• Tuberculosis
Paru • Pneumonia (bacterial, virus, P. jiroveci)
• Diare Kronik
Gastrointestinal
• Kandidiasis
• Meningitis (TB, criptococcus)
Neurologi
• Ensefalitis
• Pruritic papular erythema
Kulit • Herpes simplex
• Herpes zoster
Penyakit yang paling sering dijumpai
pada anak terinfeksi HIV
pada saat pertama terdiagnosis
• Oral candidiasis
• Tuberculosis
• Diare kronik
• Malnutrisi ringan-berat
Laboratorium
• Metoda penegakan diagnosis infeksi HIV pada anak
berdasarkan pemeriksaan laboratorium dibagi
menjadi 2 kelompok:
– Imunologik
• Deteksi respon antibodi terhadap HIV-1
– Virologik
• Deteksi materi genetik HIV-1 atau komponen
virus
• Semua uji laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosis infeksi HIV-1 harus terkonfirmasi.
HIV DNA PCR
• Suatu teknik kualitatif sensitif yang digunakan untuk
mendeteksi secara spesifik DNA virus HIV pada sel
mononukleus darah perifer pasien (peripheral blood
mononuclear cells = PBMCs).
• Sensitivitas uji HIV DNA PCR tunggal yang dilakukan
pada usia <48 jam adalah di bawah 40%, tapi akan
meningkat sampai lebih dari 90% pada usia 2–4
minggu.
• HIV DNA PCR dapat digunakan untuk early infant
diagnosis, tapi belum dapat digunakan secara regular
di Indonesia.
PCR HIV RNA
• Teknik pemeriksaan RNA-HIV kuantitatif yang
mendeteksi adanya RNA virus HIV
ekstraselular dalam plasma
• Sensitivitas 25%–40% selama minggu pertama
kehidupan, meningkat hingga 90%–100% pada
usia 2–3 bulan.
• PCR HIV RNA dapat digunakan sebagai uji
konfirmasi dan pemantauan keberhasilan ART.
Serologi/antibodi HIV
Temuan lain yang dapat mendukung diagnosis penyakit HIV berat pada bayi
seropositive HIV adalah:
– adanya kematian ibu karena penyakit terkait HIV atau ibu dengan penyakit HIV lanjut
– anak dengan %CD4+ <20%
Tegakkan diagnosis infeksi HIV sesegera mungkin.
Diagnosis HIV pada bayi yang
mendapat ASI
• Bayi atau anak yang mendapat ASI berisiko
tertular infeksi HIV selama masa ia mendapat ASI.
• Pemberian ASI tidak boleh dihentikan hanya
karena akan dilakukan uji diagnostik HIV.
• Menginterpretasi hasil PCR negatif tidak mudah.
– Dianjurkan bayi/anak tidak mendapat ASI sama sekali
selama periode jendela 6 minggu sebelum dilakukan
uji diagnostik; dengan begitu barulah hasil uji virologi
negatif dapat diasumsikan secara terpercaya.
Usia > 18 bulan
ALUR DIAGNOSIS
INFEKSI HIV PADA ANAK Uji serologis/antibodi HIV (ELISA)
ALUR DIAGNOSIS
INFEKSI HIV PADA ANAK Uji PCR RNA/DNA HIV
Ya: Tidak:
Anak diduga kuat Evaluasi klinis setiap
Ulang uji serologis > 6 terinfeksi HIV bulan.
minggu setelah tidak
mendapatkan ASI
Stadium Klinis 1
Asymptomatic
Persistent generalized lymphadenopathy
Stadium Klinis 2
Unexplained persistent hepatomegaly
Papular pruritic eruptions
Fungal nail infections
Angular cheilitis
Lineal gingival erythema
Extensive wart virus infection
Extensive molluscum contagiosum
Recurrent oral ulceration
Unexplained persistent parotid enlargement
Herpes zoster
Recurrent or chronic upper respiratory tract infections, (otitis media, otorrhea,
sinusitis, tonsilitis)
Stadium Klinis WHO HIV pada bayi dan anak
Stadium Klinis 3
Unexplained moderate malnutrition or wasting not adequately responding to
standard therapy
Unexplained persistent diarhoea (14 days or more)
Unexplained persistent fever (>37.6 0C, intermitent or constant > 1 month)
Persistent oral candidiasis (after first 6-8 weeks of life)
Oral hairy leukoplakia
Acute necrotizing ulcerative gingivitis or periodontitis
Lymph nodes tuberculosis
Pulmonary tuberculosis
Severe recurrent bacterial pnuemonia
Symptomatic lymphoid interstitial pneumonia
Chronic HIV-associated lung disease, including bronchiectasis
Unexplained anemia (<8 g/dL, neutropneia (<0,5x109/L), and orchronic
thrombocytopenia (<50x109/L)
Stadium Klinis WHO HIV pada bayi dan anak
Stadium Klinis 4
Unexplained severe wasting, stunting, or severe malnutrition not responding to standard therapy
Pneumocystis jerovicii
Recurrent severe bacterial infections (empyema, pyomyositis, bone or joint infection, meningitis,
but excluding pneumonia)
Chronic herpes simplex infection (orolabial or cutaneous >1 month,or visceral at any site)
Extrapulmonary tuberculosis
Kaposi sarcoma
Oesophageal candidiasis (or trachea, bronchi, or lungs)
Cytomegalovirus infection, retinitis or affecting any other organ, with onset at age >1 month
Central nervous system toxoplamosis (after neonatal period)
Extrapulmonary cryptococcus, including meningitis
HIV encephalopathy
Disseminated endemic mycosis (extrapulmonary histoplasmosis, coccidiomycosis)
Chronic cryptosporidiosis (with diarrhoe)
Chronic isosporiasis
Disseminated non-tuberculous mycobacteria infection
Cereberal or B cell non-Hodgkin lymphoma
Progressive multifocal leucoencephalopathy
HIV-associated cardiomyopathy or nephropathy
Klasifikasi WHO untuk imunodefisiensi terkait HIV
pada bayi dan anak
Improve
Diagno survival &
sis quality of
life
Tujuan Terapi
Control the
Cure the patient of
infection for a long
infection
period of time
Antiretroviral
therapy (ART)
Significant Reduction
survival's opportunistic
improvement infections
Start ARV:
Eligibility of ARV: - Monitor
- CD4? adverse
- IO? = WHO reactions
category? - Monitor IRIS
Treat IO – how Monitor:
long? • Growth
Prepare and assess • Development
adherence • Psychosocial
Diagnosis: Improve
- Definitive survival &
- Presump- quality of
tive life
Paket layanan Perawatan Dukungan
Pengobatan (PDP):
• Layanan TB
• Layanan IMS
• Konseling positive prevention
Pasien • Diagnosis dan tata laksana infeksi
HIV + oportunistik
• Pemeriksaan jumlah CD4 untuk menentukan
profilaksis kotrimoksasol
• Register pra-ARV
Siap memulai terapi ARV
Rekomendasi Utama
Jumlah CD4 Penilaian imunologi. Menentukan kapan memulai dan
menghentikan terapi profilaksis infeksi oportunistik serta
adakah kesegeraan untuk memulai terapi
Rekomendasi
Terapi ARV harus diberikan pada seluruh remaja terinfeksi HIV
tanpa melihat stadium klinis dan status imunosupresi
(rekomendasi sesuai kondisi, kualitas bukti rendah).
Terapi ARV harus diberikan pada seluruh anak terinfeksi HIV
tanpa melihat stadium klinis dan status imunosupresi:
• Anak terinfeksi HIV yang didiagnosis sebelum usia 1 tahun
(sangat direkomendasikan, kualitas bukti tinggi).
• Anak terinfeksi HIV berusia lebih dari 1 tahun sampai
dengan kurang dari 10 tahun (sangat direkomendasikan,
kualitas bukti sedang).
Siklus replikasi HIV dan tempat kerja ARV
Integrase inhibitors
Drugs
currently
Entry under
Inhibitors development
Protease
inhibitors