Oleh :
Rezi Oktaviani 2040312019
Preseptor :
dr. Jacky Munilson, Sp.THT-KL(K),FICS
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
2.2 Epidemiologi............................................................................................................4
2.3 Etiologi.....................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi.............................................................................................................5
2.6 Diagnosis..................................................................................................................5
2.7 Tatalaksana..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini untuk mengetahui definisi, epidemiologi,
etiopatogenesis, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis dari
vertigo.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang
sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang
lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang
bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual, dan muntah.
Pada jantung berupa bradikardi arau takikardi dan pada kulit reaksinya
berkeringat dingin.3
2.2 Epidemiologi
Pada populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11 sampai 64 per
100.000 penduduk. Dari kunjungan 5,6 miliar orang ke rumah sakit dan klinik di
Amerika Serikat dengan keluhan pusing didapatkan prevalensi 17% - 42% pasien
didiagnosis BPPV. Di Indonesia, BPPV merupakan vertigo perifer yang paling
sering ditemui, yaitu sekitar 30%. Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan
dengan pria yaitu 2,2 : 1,5. Usia penderita BPPV biasanya pada usia 50-70 tahun,
paling banyak adalah diatas 51 tahun. Jarang ditemukan pada orang berusia
kurang dari 35 tahun bila tidak didahului riwayat trauma kepala.4
2.3 Etiologi
BPPV merupakan penyakit degeneratif idiopatik yang sering ditemukan,
kebanyakan diderita pada usia dewasa muda dan usia lanjut. Trauma kepala
merupakan penyebab kedua terbanyak pada BPPV bilateral. Penyebab lain yang
lebih jarang adalah labirinitis virus, neuritis vestibuler, pasca stapedoctomi, fistula
perilimfa dan penyakit meniere. BPPV disebabkan oleh pergerakan otolith dalam
kanalis semisirkularis pada telinga dalam.3
4
2.4 Patofisiologi
BPPV terjadi saat otokonia, suatu kalsium karbonat yang terbentuk di
makula utrikulus, terlepas dan masuk ke dalam kanalis semisirkularis. Hal ini
menyebabkan sensasi berputar ketika terjadi perubahan posisi kepala. Lokasi
tersering BPPV ialah pada kanalis semisirkularis posterior yaitu kanal yang paling
dipengaruhi oleh perbedaan gravitasi. Alasan terlepasnya kristal kalsium karbonat
dari makula belum dipahami dengan pasti. Debris kalsium dapat pecah karena
trauma atau infeksi virus, tapi pada banyak keadaan dapat terjadi tanpa trauma
atau penyakit yang belum diketahui. Mungkin ada kaitannya dengan perubahan
protein dan matriks gelatin dari membran otolith yang berkaitan dengan usia.4,5
Nistagmus pada vertigo merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo
oculer terhadap aksi tertentu. Stimulasi pada kanal semisirkular paling sering
menyebabkan “jerk nystagmus”, yang memiliki karakteristik fase lambat
(gerakan lambat pada satu arah) diikuti oleh fase cepat (kembali dengan cepat ke
posisi semula). Arah dari nistagmus ditentukan oleh eksitasi saraf ampula pada
kanal yang terkena oleh sambungan langsung dengan otot ektraokular. Setiap
kanal yang terkena kanalitiasis memiliki karakteristik nistagmus tersendiri.
Kanalitiasis mengacu pada partikel kalsium yang bergerak bebas dalam kanal
semisirkular. Sedangkan kupulolitiasis mengacu pada kondisi yang lebih jarang
dimana partikel kalsium melekat pada kupula itu sendiri. Konsep “calcium jam”
pernah diusulkan untuk menunjukkan partikel kalsium yang kadang dapat
bergerak, tetapi kadang terjebak dalam kanal.6
2.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai deskripsi jelas keluhan
5
pasien. Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing
berputar, rasa tidak stabil atau melayang.
a. Bentuk serangan vertigo:
Pusing berputar atau rasa goyang atau melayang.
b. Sifat serangan vertigo:
Periodik. kontinu, ringan atau berat.
c. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
- Perubahan gerakan kepala atau posisi.
- Situasi: keramaian dan emosional
- Suara
d. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
Mual, muntah, keringat dingin ; Gejala otonom berat atau ringan.
e. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli.
f. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin,
gentamisin, kemoterapi.
g. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment.
h. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.
i. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral
numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris.7
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tes Dix-Hallpike
Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang memiliki masalah dengan
leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk memprovokasi serangan vertigo dan
untuk melihat adanya nistagmus. Cara melakukannya sebagai berikut :
1. Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan
vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa detik.
2. Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika
posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o-40o, penderita diminta tetap
membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
3. Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis posterior
yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk
bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis semisirkularis posterior.
6
4. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
5. Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik. Komponen cepat nistagmus harusnya “up-
bet” (ke arah dahi) dan ipsilateral.
6. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang
berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar kearah berlawanan.
7. Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45 o
dan seterusnya.3
7
ada tidaknya nistagmus. Setelah nistagmus mereda (atau jika tidak ada
nistagmus), kepala kembali menghadap ke atas dalam posisi supinasi. Setelah
nistagmus lain mereda, kepala kemudian diputar/ dimiringkan 90 derajat ke sisi
yang berlawanan, dan mata pasien diamati lagi untuk memeriksa ada tidaknya
nistagmus.4,6
8
BPPV tipe kanal horizontal terkadang dapat ditimbulkan oleh Dix-
Hallpike manuver. Namun cara yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis
BPPV horisontal adalah dengan supine roll test atau supine head turn maneuver
(Pagnini-McClure maneuver). Dua temuan nistagmus yang potensial dapat terjadi
pada manuver ini, menunjukkan dua tipe dari BPPV kanal lateral.8
a. Tipe Geotrofik
Pada tipe ini, rotasi ke sisi patologis menyebabkan nistagmus horisontal
yang bergerak (beating) ke arah telinga paling bawah. Ketika pasien dimiringkan
ke sisi lain, sisi yang sehat, timbul nistagmus horisontal yang tidak begitu kuat,
tetapi kembali bergerak ke arah telinga paling bawah.
b. Tipe Apogeotrofik
Pada kasus yang lebih jarang, supine roll test menghasilkan nistagmus
yang bergerak ke arah telinga yang paling atas. Ketika kepala dimiringkan ke sisi
yang berlawanan, nistagmus akan kembali bergerak ke sisi telinga paling atas.
Pada kedua tipe BPPV kanal lateral, telinga yang terkena diperkirakan
adalah telinga dimana sisi rotasi menghasilkan nistagmus yang paling kuat. Di
antara kedua tipe dari BPPV kanal lateral, tipe geotrofik adalah tipe yang paling
banyak.4
2.7 Tatalaksana
1. Non farmakologi
Pemberian terapi dengan maneuver reposisi partikel / Particle
Repositioning Maneuver (PRM) dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada
BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh pada pasien. 3
Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk mengembalikan partikel ke
posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus. Beberapa efek samping dari
melakukan menuver seperti mual,muntah, vertigo dan nistagmus terjadi akibat
adanya debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih
sempit misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal bifurcasio.4
a. Manuver Epley
Manuver Epley paling sering dilakukan pada BPPV tipe kanal posterior.
Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 45 o, lalu
pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu
9
kepala ditolehkan 90o ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi
lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan
dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan.5
2. Farmakologi
1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
• Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1
tablet), 4 kali sehari.
• Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan
dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
• Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
a) Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
10
b) Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.
2. Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3
kali sehari atau 1x75 mg sehari.7
3. Edukasi
1. Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari penyebab
vertigo dan mengobatinya sesuai penyebab.
2. Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular.7
2.8 Prognosis
Pada umumnya, BPPV memiliki prognosis baik dengan kekambuhan 2
tahun sekitar 27% bila latihan Brandt-Daroff dikerjakan secara rutin. Rekurensi
tersering terjadi pada 6 bulan pertama.5
11
DAFTAR PUSTAKA