Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

PERSALINAN SUNGSANG DENGAN KETUBAN PECAH DINI


PADA MULTIGRAVIDA HAMIL PRETERM
DALAM PERSALINAN KALA I FASE LATEN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Kebidanan dan Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :
dr. Sutiyono, sp. OG

Diajukan Oleh :
Arinil Husna Kamila, S. Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

LAPORAN KASUS

PERSALINAN SUNGSANG DENGAN KETUBAN PECAH DINI PADA


MULTIGRAVIDA HAMIL PRETERM DALAM PERSALINAN
KALA I FASE LATEN
Diajukan Oleh :
Arinil Husna Kamila

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal Desember 2016
Pembimbing
dr. Sutiyono, sp. OG

(.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :


dr. Dona Dewi Nirlawati

(....................................)

BAB I
ILUSTRASI KASUS

I.

II.

Identitas
Nama
: Ny. M.Y
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Karanganyar
Tanggal masuk
: 11 November 2016
Nomer RM
: 3842XXX
Anamnesis
Dilakukan secara Autoanamnesis pada hari Jumat 11 November 2016 jam
13.00.
a. Keluhan utama

: mulai keluar cairan dari jalan lahir sejak 3

jam yang lalu


b. Keluhan tambahan
: kenceng-kenceng 1 kali dalam 10 menit
c. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke ponek kiriman bidan dengan keluhan keluar
cairan dari jalan lahir yang dirasakan sejak 3 jam yang lalu, keluhan
disertai kenceng-kenceng yang hilang timbul sebanyak 1 kali selama
10 menit.
Pukul 08.00 WIB pasien mengeluhkan mulai keluar cairan cukup
banyak dari jalan lahir (pada pemeriksaan di bidan, kemudian pasien
dirujuk ke RSUD Karanganyar). Pukul 11.00 pasien datang di ponek
RSUD Karanganyar.
d. Riwayat penyakit dulu
:
Sebelum pasien datang ke ponek pada tanggal 11 November 2016,
pasien pernah dirawat di RSUD karanganyar pada tanggal 24 Oktober
2016 dengan partus prematurus iminnens, disertai keluhan kencengkenceng saat itu usia kehamilan baru 33 minggu.
- Riwayat sakit serupa
: diakui
- Riwayat diabetes militus
: disangkal
- Riwayat asma
: disangkal
- Riwayat miopi
: disangkal
- Hipertensi
: disangkal
e. Riwayat penyakit keluarga :
- Riwayat Diabetes militus
: disangkal
- Riwayat asma
: disangkal
- Riwayat alergi
: disangkal
f. Riwayat kebiasaan
- Merokok
: disangkal
- Alkohol
: disangkal
- Obat-obatan/ jamu
: disangkal
g. Riwayat menstruasi
Menarche
: 13 tahun

Siklus haid
Jumlah

: 28 hari
: ganti pembalut dalam sehari

sekitar 2-3 kali


Lama
: 7 hari
h. Riwayat perkawinan
Menikah sekali, pada usia 20 tahun, dengan suami sekarang sudah
berjalan selama 7 tahun.
i. Riwayat kehamilan
G4P2A1
I.
Abortus
II.
Lahir prematur, jenis kelamin anak perempuan, berat lahir 1000gr,
usia sekarang 4 tahun
Jenis kelamin anak perempuan, berat lahir 2400 gr, usia sekarang

III.

III.

2,5 tahun
IV.
Sekarang
Hari pertama menstruasi terakhir : 8 Maret 2016
Hari perkiraan lahir
: 10 Desember 2016
Usia kehamilan
: 35 minggu + 3 hari
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: compos mentis
b. Tanda vital
- Tekanan darah
: 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi
: 80x/menit
- Suhu
: 36,5
- Respirasi
: 20x/menit
c. Kepala
- Bentuk
: normocepal
- Rambut
: rambut hitam, tidak rontok, tidak mudah
-

dicabut, alopesia (-).


Mata
: konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga
: normotia, tidak keluar cairan/ sekret.
Hidung
: tidak ditemukan deviasi, tidak

mengeluarkan sekret
- Mulut
: dalam batas normal
d. Leher
: KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak
membesar
e. Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
f. Abomen
g. Kulit

: normochest
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: SDV (+/+), wheezing (-/-), Ronchi (-/-)
: distensi (-), achites (-)
: ikterik (-), petechie (-)

h. Ekstremitas

IV.

: akral dingin (-), sianosis(-), edema (-)

Pemeriksaan obstetri
1. Pemeriksaan luar:
Palpasi :
Lopold 1 : tinggi fundus uteri 4 jari di bawah Proc. Xypoideus (28
cm), teraba bagian yang keras, bulat, diperkirakan kepala.
Leopold 2: teraba bagian yang seperti papan pada sebelah kanan
(punggung), bagian yang teraba kecil-kecil (ekstremitas)
pada sebelah kiri.
Leoplod 3: bagian terbawah teraba bagian yang agak keras dan agak
bulat (bokong)
Leopold 4: divergen
DJJ: 145x/ menit
2. Pemeriksaan dalam:
Portio mencucu, konsistnsi lunak, pembukaan 3-4cm, kulit ketuban (-),
presentasi bagian bawah bokong, STLD (+)

V.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin
12.8
Leukosit
12.4 (H)
Trombosit
220
CT
0400
BT
0130
SGOT
20
SGPT
11
Ureum
25
Creatinin
0,68
HbsAg
Non-Reaktif
HIV Rapid I In Tec
Non-Reaktif
URINALISA

Protein
Leukosit
VI.

3-5

Diagnosis kerja
Presentasi bokong dengan KPD 3 jam pada multigravida hamil preterm
dalam persalinan kala I fase laten.
Peanatalaksanaan
- Inj. Amoxicilin/8 jam
- Bayi dilahirkan bokong dan kaki secara spontan (Brach), kemudian

VII.

karena tangan dan bahu tidak bisa lahir maka dilanjutkan dengan
manuver muller untuk melahirakan tangan dan bahu. Setelah bayi
lahir, plasenta lahir spontan selang 5 menit pasca persalinan dengan
-

oxytocin 10 IU.
Bbl
: 2200 gr.
Jenis kelamin : perempuan
Tinggi badan : 41 cm
Lingkaar kepala: 31 cm
Lingkar dada : 29 cm

VIII. Prognosis
Ad Vitam
Ad Sanam
Ad Fungsionam
IX.

: Bonam
: Bonam
: Bonam

FOLLOW UP
11-11-2016
S

Pasien mengeluhkan
merembes,
mengeluarkan cairan
dari jalan lahir jam 9
pagi
KU : cukup, CM
TD : 120/80
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
Suhu : 36,4
Palpasi :
Lopold 1: tinggi
fundus uteri 4 jari di
bawah
Proc.
Xypoideus (28 cm),
teraba bagian yang

12-11-2016

13-11-2016

Tidak ada keluhan

Tidak ada keluhan

KU : cukup, CM
TD : 120/80
N : 88 x/m
RR : 22 x/m
Suhu : 36,5
Paplpasi:
Tfu : 2 jari di bawah
pusat
UK: keras
Lochea: rubra
PPV: 3cc

KU : cukup, CM
TD : 110/80
N : 86 x/m
RR : 20 x/m
Suhu : 36
Paplpasi:
Tfu : 2 jari di bawah
pusat
UK: keras
Lochea: rubra
PPV: 2cc

kersa, bulat
ASI: (-)
Leopold 2: teraba
bagian yang seperti
papan pada seblah
kanan (punggung),
bagian yang teraba
kecil-kecil
(ekstremitas) pada
sebelah kiri.
Leoplod 3: bagian
terbawah
teraba
bagian yang agak
keras dan agak bulat
(bokong)
Leopold 4: divergen
DJJ: 145x/ menit
VT: portio mencucu,
konsistnsi
lunak,
pembukaan 3-4cm,
kulit ketuban (+),
letak bokong, STLD
(+)

ASI: (-)

Presentasi bokong
pada multigravida
hamil preterm dalam
persalinan kala I fase
laten
Inf. Rl 20 tpm
Observasi DJJ,
his

Post partum hari ke 1

Post partum hari ke 2

Inf. RL 20 tpm
Amoxcilin 3x500
Asam mefenamat
3x 500
Lactavit 2x1
Vit A 1x1

Inf. RL 20 tpm
Amoxcilin 3x500
Asam mefenamat
3x 500
Lactavit 2x1
Vit A 1x1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PERSALINAN SUNGSANG
A. Definisi

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak


memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Biasanya kejadian letak sungsang berkisar
antara 2% sampai 3% bervariasi kejadian letak sungsan. Sekalipun
kejadianya kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka
kematian sekitar 20% sampai 30% (Manuaba, 2010).
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri (Wikjosastro, 2008).
Letaksungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur)
dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong berada di bawah
(Medfort, 2011).
B. Klasifikasi letak sungsang

1. Presentasi bokong murni (frank breech). Yaitu letak sungsang dimana


ke dua kaki terangkat keatas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau
kepala janin.
2. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) yaitu letak
sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyila sempurna dan di
samping bokong dapat diraba kedua kaki.
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) yaitu
letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki yang lain terangkat di atas (Kasdu, 2008).

C. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan prabdominal pada
palpasi bagian bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar,
sementara di fundus teraba bagian yang keras, bundar, melenting. Denyut
jantung janin terdengar di atas pusat. Pemeriksaan USG atau rontgen dapat
mengetahui letak yang sebenarnya. Pada pemeriksaan pervaginam teraba
bagian lunak, anus, juga akan teraba sacrum (Cunninghan, 2010).
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada
pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras
dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkkan semudah kepala. Sering kali wanita
tersebut menyatakan bahwa kehamilanya terasa lain daripada yang
terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih
banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus (Cunninghan, 2010).
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak
dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah
berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi. Setelah
ketuban pecah, dapat diraba lebih keras adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sacrum., kedua bibir tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat
diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat
tumit, sdangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan (Wikjosastro, 2008).
D. Etiologi
1. Dari sudut ibu
- Keadaan rahim(rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus dupleks,
mioma bersama kehamila).

Keadaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulang


panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke

posisi kepala).
- Keadaan plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa).
2. Dari sudut janin
- Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat.
- Hidrosefalus atau anensefalus.
- Kehamilan kembar.
- Hidramnion atau oligihidramnion.
- Prematuritas (Manuaba, 2010).
E. Cara persalinan letak sungsang
Tabel 1. Indeks prognosis menurut Zatuchni dan Andros
No

Paritas
Umur kehamilan
Tafsiran berat janin
Pernah letak sungsang

0
Primi
>39 minggu
>3630 gram
Tidak

1
Multi
38 minggu
3629-3176gram
1 kali

1.
2.
3.
4.
5.

2
<37 minggu
<3176 gram
>2 kali

(2500 gram)
Pembukaan serviks
Station

<2cm
<3

3cm
-2

>4 cm
-1 atau lebih
rendah

Arti nilai:
< 3: persalinan perabdominal
4 : evaluasi kembali, khususnya badan janin, bial nilai tetap, dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian
karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai
dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat
diambil tindakan melalui versi luar ketika hamil. Persalinan diselesaikan
dengan pertolongan pervaginam dengan pertolongan fisiologis secara
brach, ekstraksi parsial (secara klasik, Mueller, loveset), persalinan kepala
(scara mauriceau veit smellie, menggunakan forcep ekstraksi kaki) atau
pertolongan persalinan dengan sectio caesaria (Manuaba, 2010).
1. Pervaginam

Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang


harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban
sudah pecah, his adekuat, dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.
Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam
tidak dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam,
direncanankan bedah sesar tetapi terjadi proses
sedemikian

cepat,

persalinan

terjadi

di

persalinan yang

fasilitas

yang

tidak

memungkinkan dilakukan operasi bedah sesar, presentasi bokong yang


tidak terdiagnosis sampai dengan kala II, dan kelahiran janin ke dua
pada kehamilan kembar. Persalianan pervaginam tidak dilakukan
apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi ibu dan
janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala, janin dan berat bayi > 3600
gram, tidak adanya inform concent, dan tidak adanya petugas yang
berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan (Wikjosastro,
2008).
1) Persalinan sponta (spontanous breech)
Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara
bracht). Pada persalinan spontan bracht ada

3 tahapan yaitu

tahapan pertama fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.


Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht:
Ibu dalam posisi litotomi, sedangkan penolong berdiri di depan
vulva, dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri. Setelah anak lahir,
perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan sperti pada
persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala
(Medfort et al., 2011).

2) Partial extraction/ Manual Aid


Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong (Medfort et al., 2011).
a) Mueller
Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan di bawah simfisis dan lengan dapan dilahirkan dengan
mengait lengan di bawahnya.
Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang
masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai
bahu belakang lahir (Wikjosastro, 2008).
b) Klasik
Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan di elevasikan ke atas sejauh mungkin
sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu taangan kiri penolong dimasukkan ke
dalam jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin
sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan
gerakan solah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan
kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik
curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung
ibu. Dengan cara yang sama lengan dapat dilahirkan
(Wikjosastro, 2008).
c) Loveset

Badan janin dipegang secara femuro-pelvis sambil dilakukan


traksi cunam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran,
sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah
yang berlawanan setengah lingakaran demikian seterusnya
bolak balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis
dan lengan dapat dilahirkan (Wikjosastro, 2008).

d) Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muak janin dimasukkan
ke dalam jalan lahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta
jari ke empat mencengkram fossa canina sedangkan jari yang
lain mencekram leher.
Badan anak diletakkan di atas lengan bawah pnolong seolaholah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga
penolong mencekram lher janin dari arah punggung.
Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan fundal pressure.
Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin
dielevasi ke atas dngan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi
ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala (Wikjosastro,
2008).
3) Full Extraction

Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga


dari penolong. Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan
memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada
kontra indikasi. Indikasi ekstraki sungsang yaitu gawat janin, tali
pusat menumbang, persalinan macet.
a) Cara ekstraksi bokong
1. Lakukan periksa dalam vagina untuk memeriksa titik
petunjuk (os sakrum)
2. Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os
sacrum dikaitkan pada lipatan paha depan janin. Kmudian
dilakukan ekstraksi cunam ke bawah.
3. Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari
telunjuk tangan operator yang lain dipasang pada pada lipat
paha belakang untuk membantu traksi sehingga bokong
berada di luar vulva.
4. Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan
trokanter belakang.
5. Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.
6. Bila pusat sudah berada di bawah di luar vulva, dikendorkan.
7. Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua
tangan pada bokong janin dengan kedua ibu jari berada di
atas sacrum dan jari-jari kedua tanagn berada di atas lipat
paha janin.
8. Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan,
kemudian mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu
bahu akan ke depan.
9. Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam
vagina untuk menentukan letak janin, apakah ttap berada di
depan dada, menjungkit atau di belakang tengkuk. Pada
ekstraksi bokong sampai tulang belikat sering diprlukan
bantuan dorongan kristeller (Medfort et al., 2011).
b) Cara ekstraksi kaki
1. Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator
yang berada pada posisi yang sama dengan os scrum

dimasukkan dalam vagina untuk menulusuri bokong, paha


sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin sehingga
kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini, fundus
uteri ditahan oleh tangan operator yang lain.
2. Bila satu atau dua kaki sudah berada di vulva, maka
dipengang dengan kedua tangan operator pada betis dengan
kedua ibu jari berada di punggung betis. Lakukan traksi ke
bawah. Selain lutut dan sebagian paha keluar, pegangan
dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung
paha.
3. Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan
tujuan menyesyaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu.
4. Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan
meletakkan kedua ibu jari dibeakan betis sejajar dengan
sumbu panjangnya dan jari-jari lain di depan tulang kering.
Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada
kaki sampai pangkal paha lahir.
5. Pegangan kaki dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan
kedua ibu jari di belakang paha pada sejajar sumbu panjang
dan jari lain di depan paha. Dengan pegangan ini pangkal
paha ditarik curam bawah sampai trokhanter depan lahir.
6. Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha
unyuk melahirkan trochanter belakang sehingga akhirnya
seluruh bokong lahir.
7. Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuro-pelvik dan
dilakukan traksi cunam dan sselanjutnya untuk menyelesaika
persalinan bahu dan lengan serta kepala seperti yang telah
dijelaskan (Wikjosastro, 2008).
4) Perabdominal (sectio caesaria)
Didefinisikan sbagai lahirnya janin melalui insisi di dinding
abdomen (Laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Definisi
ini tidak mencakup pengeluaran janin dari rongga abdomen pada
kasus ruptur uteri atau pada kasus kehamilan abdomen.
Kunggulan:

a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak


b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Parut pada uterusumumnya kuat, sehingga bahaya ruptur utri di
kemudian hari tidak bsar karena dalam masa nifas segmen
bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi
seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh sempurna.
Indikasi sectio caesaria:
Pada kehamilan segmen bawah darurat
i. Preeklamsi berat
ii. IUGR berat
iii. Hemoragi yang berhubungan dengan plasenta ketika janin
masih hidup.
Pada persalinan segmen bawah darurat
1. Tidak ada kemajuan dalam persalinan
2. Induksi persalinan gagal
3. Terdapat ketidaksesuaian jaringan parut yang tampak jelas
selama percobaan persalinan setelah sectio caesaria

2.

sebelumnya.
4. Terjadi prolaps tali pusat (Medfort et al., 2011).
Indikasi sectio caesaria terencana/ elektif
1. Plasenta previa
Letak tranversal atau malpresentasi
3. Kehamilan kembar jika kembar pertama berada pada
presentasi bokong
4. Presentasi bokong tunggal jika versi sefalik eksterna tidak
efektif atau di kontraindikasikan
5. HIV dan hepatitis C
6. Herpes genital terdapat selama trimester tiga kehamilan
7. Permintaan maternal, misal jika sebelumnya menyebabkan

trauma fisik atau psikologis (Medfort et al., 2011).


2. KETUBAN PECAH DINI
1. DEFINISI
Adalah pecahnya kulit ketuban secara spontan sebelum
timbulnya tanda-tanda persalinan. Dapat terjadi setiap saat dalam
kehamilan. Yang dimaksud dengan periode laten adalah interval
antara pecahnya ketuban dengan onset persalinan. Lamanya
periode

laten

bervariasi,

kehamilan (Manuaba, 2010)

berbanding terbalik dengan usia

2. ETIOLOGI :
Penyebab ketuban pecah dini adalah:
1.

Idiopatik.

2.

Infeksi.

3.

Polihidramnion.

4.

Serviks inkompetens.

5.

Abnormalitas uterus.

6.

Akibat servikal sirklase atau amniosentesis.

7.

Trauma (Saifuddin, 2001).

C. DIAGNOSIS:
Pemeriksaan vaginal sebaiknya dihindari, oleh karena
meningkatkan risiko infeksi asenden.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan speculum secara
steril, akan didapatkan :
1. Terlihat keluarnya amnion melalui canalis servikalis pada
pemeriksaan inspekulo.
2. Nitrazine test memberikan hasil positif (Hasil false positif
sekitar 25%; hasil false positif dapat disebabkan oleh
kontaminasi darah atau cairan seminalis).
3. Gambaran ferning pada pemeriksaan cairan amnion dengan
mikroskop (Tidak selalu dikerjakan).
4. Gambaran oligohidramnion pada USG sangat mendukung
diagnosis, apabila terdapat riwayat keluar cairan dari vagina
(Myers, 2007).
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Cairan dalam vagina, dapat fluor albus atau urine.
2. Hind water dan fore water rupture of the membarane (Medfor
et al., 2011).
E. PENGELOLAAN
Pengelolaan ketuban pecah dini yang terjadi pada usia kehamilan
berapapun diperlukan:
a. Konfirmasi / penentuan diagnosis yang akurat.

b. Penilaian kondisi ibu hamil dan kesejahteraan janin.


c. Penilaian adanya kondisi / keadaan lain yang memerlukan
penanganan segera atau keadaan yang memerlukan persalinan
segera.
d. Penilaian kondisi serviks, meskipun bila mungkin pemeriksaan
vaginal (VT) dihindarkan, hal ini terutama pada kehamilan
preterm, atau pada ketuban pecah dini pada kehamilan aterm
yang memilih pengelolaan konservatif.
1. Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm ( > 37
minggu ) :
Pada penelitian, pengelolaan kehamilan aterm dengan
ketuban

pecah

dini,

apakah

segera melakukan induksi

persalinan atau konservatif yang dipilih tidak ditemukan


perbedaan outcome. Apabila setelah 6 12 jam tidak terjadi
persalinan lebih baik dilakukan induksi persalinan. Akan tetapi
pilihan penderita perlu diperhatikan:
a. Hindari pemeriksaan vaginal / VT (apabila mungkin;
terutama jika memilih pengelolaan konservatif).
b. Antibiotika profilaksis. Dapat diberikan injeksi Ampicillin 2
gram kemudian diberikan setiap 6 jam atau Clindamycin 300
mg setiap 8 jam.
c.

Induksi persalinan atau pengelolaan ekspektatif tergantung


kondisi penderita atau pilihan pasien.
Rekomendasi klinis:
Pada

pasien

dengan

KPD

pada

kehamilan

aterm,

direkomendasikan induksi persalinan. Induksi persalinan harus


sudah dilakukan dalam 6 12 jam KPD, jika mungkin
dilakukan lebih awal. Oksitosin lebih aman pada usia
kehamilan aterm dengan KPD.
2. Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan < 37 minggu:

Pada usia kehamilan ini, pilihan induksi persalinan atau


pengelolaann ekspektatif sangat dipengaruhi kemampuan unit
perawatan,

terutama

kehamilan kurang
secara

dari

konservatif,

perawatan

neonatus.

34 minggu
kecuali

lebih
jika

Apabila
baik

usia

dikelola

terdapat

tanda

korioamnionitis. Pada prinsipnya pengelolaan pada usia


kehamilan ini adalah:
1. Hindari pemeriksaan vaginal.
2. Pemberian antenatal kortikosteroid: betametason 12 mg IM
setiap 12 jam (dua kali pemberian) atau deksametason 5 mg
IM setiap 6 jam (empat kali pemberian). Kortikosteroid tidak
boleh diberikan apabila terdapat infeksi.
3. Pemberian antibiotika profilaksis : Injeksi Ampicillin 2 gram
dan eritromisin 250 mg keduanya secara IV setiap 6 jam
untuk 48 jam, kemudian diikuti pemberian secara oral 5 hari
lagi dapat memperbaiki luaran neonatal. Apabila terdapat
tanda

korioamnionitis,

berikan

spectr antibiotika yang

lebih luas. Pada klinikal korioamninitis dapat diberikan


Ampicilin 2 gram IV setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 1,5
mg / kg BB diberikan IV setiap 8 jam.
4. Pemberian tokolitik untuk menghentikan kontraksi uterus:
Drip Terbutaline (Bricasm) 1 ampul dalam D5% mulai 10
tetes/menit. Boleh

dinaikkan

setiap

30

menit

10

tetes/menit sampai maksimal 40 tetes/menit atau ditemukan


tanda-tanda: Nadi > 120 x/menit, Tekanan darah sistolik < 90
mmHg, atau ibu mengeluh berdebar-debar. Bila kontraksi
stop: pertahankan tetesan sampai minimal 12 jam setelah
kontraksi hilang. Maintenance dapat diberikan secara per
oral.
5. Pengawasan penderita, terutama apabila terdapat tanda-tanda
infeksi. (Monitor terhadap: Nadi ibu, temperature rektal ibu,

denyut jantung

janin,

adanya nyeri tekan

uterus, PPV

berbau, Lekositosis).
6. Apabila pengelolaan konservatif berhasil, usia kehamilan
kurang dari 34 minggu penderita boleh rawat jalan dengan
pesan: apabila demam atau keluar cairan lagi kembali ke
rumah sakit, tidak boleh coitus, tidak boleh manipulasi
vaginal.
7.Apabila penderita tidak menghendaki pengelolaan konservatif,
berikan informed consent yang jelas (risiko terhadap bayi
yang lahir, risiko kegagalan tindakan,dsb), kemudian lakukan
induksi persalinan sesuai protap yang ada (Prawirohardjo,
2009).
F. KOMPLIKASI:
Komplikasi ketuban pecah dini pada kehamilan aterm:
1. Infeksi pada janin/neonatus.
2. Infeksi pada ibu.
3. Kompresi / prolapsus tali pusat.
4. Kegagalan induksi persalinan.
Komplikasi ketuban pecah dini pada kehamilan preterm:
1. Persalinan preterm.
2. Infeksi pada janin/neonatus.
3. Infeksi pada ibu.
4. Kompresi / prolapsus tali pusat.
5. Kegagalan induksi persalinan.
6. Hipoplasia pulmonalis.
7. Deformitas pada janin (Medfort et al., 2011).

BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini diagnosis letak sungsang/ presentasi bokong
ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan luar, dalam. Dari anamnesis di
dapatkan keterangan dari ibu yakni terasa penuh di bagian atas dan
gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Pada pemeriksaan luar, di
bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yakni
kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Pemeriksaan dalam, bagian
bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di
fundus teraba bagian yang keras, bundar,

melenting. Pemeriksaan

penunjang dengan menggunakan Doopler denyut jantung janin terdengar


di atas pusat.
Pada kasus ini presentasi bokong atau sungsang dapat dilakukan
pervaginam dengan alasan umur kahamila masih 35 minggu lebih 3 hari
(preterm), pembukaan sudah lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his
adekuat, dan berat badan janin 2.200 gram.
Teknik persalinan letak bokong pada kasus ini yaitu dengan
menggunakan cara mueller, karena dengan cara Baracht bahu dan tangan
tidak bisa lahir.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunninghan FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, 2013. Obstetri


Williams Vol 1/ Edisi 23. EGC. Jakarta.
2. Ganong, Williams., Buku ajar Fisiologi Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2008.
3. Guyton, Arthur C.&Hall, John E., Fisiologi Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2008.
4. Kasdu, Dini. 2005. Pengantar kuliah Obstetri. Jakart: Puspa
Suara.
5. Manuaba, Ida Bagus. 2010.

Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan, dan KB. EGC: Jakarta.


6. Myers VS. Premature rupture of membranes at or near term. In:
Berghella V. Obstetric evidence based guidelines. Series in
maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa UK Ltd,
2007.
7. Medfort, Janet, dkk. 2011. Kebidanan oxford. Jakarta: EGC.
8. Saifuddin AB, Rachimhadi T. Buku acuan nasional: Pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Ed.1. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2001.
9. Wikjosastro H, 2006. Ilmu kebidanan edisi ke 4. Jakarta. PT
Bina Sarwono Prawiroharjo.
10. Williams obstetrics 21 st Ed: F. Gary Cunningham (Editor),
Norman F. Grant.
11. Prawirohardjo sarwono, Ed. Kedua.2009. Ilmu kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Hal 237

Anda mungkin juga menyukai