Anda di halaman 1dari 2

Pengertian :

Partus Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37
minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram (Nugroho, 2010). Menurut
Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai
berikut :1) Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam, 2)
Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan sekitar
75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks (Manuaba, 2007).
Partus Prematurus Imminens (PPI) atau ancaman kelahiran prematur merupakan adanya
kontraksi uterus disertai dengan perubahan serviks berupa dilatasi dan effacement sebelum 37
minggu usia kehamilan serta dapat menyebabkan kelahiran prematur (McNamara, 2003).
Faktor resiko :
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widiana, et al., (2017), terdapat beberapa faktor
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kejadian partus prematurus iminens ini, yaitu :
1. Usia, kejadian PPI ini banyak dialami oleh pasien dengan rentang usia 20-35 tahun
sebesar 76,19%.
2. Pekerjaan terbanyak pasien PPI adalah ibu rumah tangga sebesar 45,24%. Hal ini
disebabkan, olek pekerjaan yang berat dan kondisi pekerjaan yang melelahkan dapat
meningkatkan risiko kelahiran prematur
3. Nuliparitas memiliki resiko mengalami kejadian ini dengan kemungkinan sebesar
64,29%. Hasil ini kemungkinan disebabkan karena kehamilan yang terjadi pada
pasien nuliparitas merupakan kehamilan pertama pasien sehingga minimnya
pengalaman, kesiapan, dan pengetahuan dalam menghadapi kehamilan dan cara
menjaga kehamilan. Hal tersebut dapat menimbulkan beberapa penyulit kehamilan
seperti ketuban pecah dini, infeksi, dan stres selama kehamilan sehingga PPI dapat
terjadi.
4. Usia kehamilan, didapatkan rentang usia kehamilan pasien PPI terbanyak adalah 32-
36 minggu (persalinan prematur) sebesar 50%.
5. Asma dapat menjadi pencetus terjadi nya kejadian PPI ini. Teori tersebut didasarkan
dari adanya persamaan mekanisme antara otot bronkus dan otot myometrium (Nisa
and puspitasari, 2020).
Penatalaksanaan :
1. Bersifat konservatif untuk partus prematurus imminens yaitu dengan mempertahankan
kehamilan sampai usia kehamilan mencapai usia aterm.
2. Pada ibu hamil dengan resiko terjadi persalinan preterm dan/atau menunjukkan tanda-
tanda persalinan preterm perlu dilakukan intervensi untuk meningkatkan neonatal
outcomes. Beberapa langkah yang dilakukan pada persalinan preterm, terutama
mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah menghambat proses
persalinan preterm dengan pemberian tokolisis, pematangan paru janin dengan
kortikosteroid dan bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi. Beberapa
macam obat yang dapat diberikan sebagai tokolisis adalah golongan kalsium
antagonis, misalnya Nifedipine 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang dan dapat diberikan lagi jika kontraksi berulang dan
dosis perawatan 3 x 10 mg.
3. Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin,
menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya
dapat menurunkan resiko kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana
usia kehamilan < 35 minggu. Obat yang dapat diberikan adalah deksametason
(dengan dosis 4x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam) atau deksametason
(dengan dosis 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam).
4. Pasien diberikan antibiotik bila ditemui resiko infeksi seperti KPD. Bila selama
observasi tidak ada tanda gawat janin, kematian janin, perdarahan aktif, ketuban
pecah dini atau tanda-tanda korioamnionitis maka tidak direncanakan partus
pervaginam (Manuaba,2007; Oxorn, 2010)

Daftar pustaka :
Nugroho T. Kasus Emergency Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika; 2010.
Manuaba, Ida Bagus Gede. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC; 2007.
McNamara HM. Problems and challenges in the management of preterm labour. Int J Obstet
Gynecol. 2003; 110(20):79-85.
Oxorn, H. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labor and Birth).
Yogyakarta: YEM; 2010.
Nisa, K. M., & Puspitasari, R. D. (2020). G3P2A0 Hamil 30 Minggu Belum Inpartu Dengan
Partus Prematurus Imminens dan Riwayat Asma. Jurnal Medula, 10(1), 17-22.
Widiana, I. K. O., Putra, I. W. A., Budiana, I. N. G., & Manuaba, I. B. G. F.
KARAKTERISTIK PASIEN PARTUS PREMATURUS IMMINENS DI RSUP
SANGLAH DENPASAR PERIODE 1 APRIL 2016-30 SEPTEMBER 2017.

Anda mungkin juga menyukai