Anda di halaman 1dari 11

E-ISSN - 2477-6521

Vol 4(3) Oktober 2019 (496-505)

Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan


Avalilable Online http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes


Pada Ibu Menopause
Evi hasnita*, Neila Sulung, Nanda Novradayanti
STIKes Fort De Kock Bukittinggi
*
Email Korespondensi : evihasnita@fdk.ac.id

Submitted :18-09-2019, Reviewed:28-09-2019, Accepted:02-10-2019


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v4i3.4581

ABSTRAK
Menopause merupakan tahap normal dalam kehidupan wanita dengan berhentinya menstruasi, tanda
dan gejalanya seperti hot flashes (rasa panas). Menurut data observasi pada beberapa responden
mengalami keluhan pada masa menopause terutama gejala hot flashes yang ditandai dengan
kemerahan pada kulit, palpitasi, kelemahan, dan kecemasan bahkan gangguan tidur. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui pengaruh pemberian olahan tempe kukus terhadap gejala hot flashes pada ibu
menopause. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi-Eksperimen (One-Group Pretest -
Posttest Design) yang di aplikasikan dengan rancangan pretest – posttest. Teknik pengambilan sampel
diambil dengan metode Purposive Sampling dengan jumlah sampel 10 orang responden. Analisis data
yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T
test. Penelitian dilakukan selama 14 hari pada bulan April 2019 di wilayah Puskesmas Guguk Panjang
Kota Bukittinggi. Hasil penelitian didapatkan rata – rata gejala hot flashes pada responden sebelum
(Pretest) pemberian olahan tempe kukus adalah 4,00 (SD 0,635)dan sesudah (Posttest) adalah 2,49(SD
0,421) dengan P-value 0,000. Hasil di atas didapatkan hubungan signifikan antara gejala hot flashes
yang dirasakan responden sebelum dan sesudah pemberian olahan tempe kukus.

Kata Kunci : Hot Flashes, Menopause, Tempe Kukus

ABSTRACT
Menopause is a normal stage in a woman's life. The sign and symptom is hot flashes. According to
observational data on some respondents, they had complaints during menopause, especially hot flashes
symptoms. It is characterized by redness of the skin, palpitations, weakness, and anxiety and sleep
disorders. The purpose of this study was to determine The Effectiveness of Steamed Tempe toward
Potassium Flashes Symptoms of Menopause in Guguk Panjang Community Health Center Bukittinggi
2019. This study used Quasi-Experiment (One-Group Pretest - Posttest Design). It was conducted in
14 days on April 2019 in Guguk Panjang Health Center Bukittinggi. By using purposive sampling, 10
respondents were chosen as the samples. The data were analyzed by univariate and bivariate analysis
by using T test. The results of this study showed that the average symptoms of hot flashes on the
respondents before (pretest) steamed tempe was 4.00 (SD 0.635) and after (Posttest) was 2.49 (SD
0.421) with P-value = 0,000. Then, there was a significant relationship between hot flashes felt by
respondents before and after steamed tempe.

Keywords : Hot Flashes, Menopause, Steamed Tempe

LLDIKTI Wilayah X 496


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
PENDAHULUAN Puskesmas Nilam Sari (1.080) jiwa,
A. Latar Belakang Puskesmas Gulai Bancah (472) jiwa,
Istilah menopause berasal dari kata Puskesmas Tigo Baleh (1.825) jiwa,
latin Meno (Bulan) dan Pausia (Berhenti). Puskesmas Mandiangin Plus (1.070). Dari 7
Menopause pada dasarnya menandai akhir puskesmas yang ada di Bukittinggi peneliti
dari periode kesuburan alami wanita. Sebagai hanya memilih satu puskesmas yaitu
seorang wanita mendekati menopause, Puskesmas Guguk Panjang Bukittinggi
jumlah folikel ovarium menurun, dikarenakan jumlah ibu Menopause
memproduksi sedikit estrogen dan diwilayah puskesmas tersebut lebih banyak
menyebabkan menstruasi tidak teratur. dibandingkan dengan puskesmas yang
Akhirnya, jumlah estrogen yang dihasilkan lainnya.
terlalu rendah untuk mempertahankan siklus Menurut Fawwaz (2017) Menopause
menstruasi bulanan (Patil, 2016). merupakan tahap normal dalam kehidupan.
Berdasarkan data dari World Health Secara fungsional, menopause dapat
Organization (WHO) menunjukan dianggap sebagai “sindrom menghilangnya
pertambahan jumlah wanita yang memasuki estrogen”. Keadaan ini diketahui dengan
fase klimakterium yang diperkirakan berhentinya menstruasi dan pada mayoritas
meningkat hingga lebih satu miliar di tahun wanita, timbul tanda dan gejala seperti hot
2030. Proporsi di Asia diperkirakan akan flashes (rasa panas), insomnia, atrofi vagina,
mengalami peningkatan dari 107 juta menjadi pengecilan payudara, dan penurunan
373 juta di tahun 2025. Sedangkan menurut elastisitas kulit.
Badan Sensus Penduduk, di Indonesia jumlah Hot flashes adalah perasaan kehangatan
setiap tahunnya mencapai 5,3 juta orang dari yang intens. Kemerahan atau pembilasan
jumlah total penduduk perempuan Indonesia kulit, berkeringat, dan detak jantung yang
yang berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Pusat meningkat juga bisa terjadi. Gejala hot
data dan Informasi Kesehatan RI, 2013). flashes berkisar dari ringan hingga berat dan
Berdasarkan data dari Badan Pusat mungkin juga datang dengan kecemasan,
Statistic Sumatera Barat tahun 2016, jumlah gangguan tidur, perubahan mood dan
wanita menopause di Sumatera Barat iritabilitas, merasa tidak terkendali. Sekitar
meningkat dari tahun 2014 yang berjumlah 85% dari semua wanita akan mengalami hot
283.049 jiwa pada tahun 2015. Dibukittinggi flashes saat masa menopause, hot flashes
sendiri jumlah wanita usia pra-senalis (usia sangat bervariasi antara satu wanita ke wanita
45 – 59 tahun) berjumlah 8.844 jiwa yang lain. Hot flashes ini bisa lebih parah pada
terdata di 7 puskesmas induk yang ada di wanita yang telah menjalani operasi,
Kota Bukittinggi (Dinkes Kota Bukittinggi, kemoterapi, atau terapi radiasi yang telah
2019). menyebabkan berakhirnya siklus menstruasi
Berdasarkan data dari 7 Puskesmas bulanan atau “periode”. Wanita yang
Bukittinggi tersebut, penulis mendapatkan sebelumnya telah diobati dengan terapi
data dimana jumlah wanita usia pra – senalis penggantian hormon (untuk gejala
dimasing – masing puskesmas adalah menopause) memiliki semburan panas yang
Puskesmas Guguk Panjang (1.874) jiwa, parah untuk jangka waktu yang lebih lama
Puskesmas Rasimah Ahmad (1.188) jiwa, setelah pengobatan berhenti. Hot flashes
Puskesmas Mandiangin (1.336) jiwa, bahkan bisa memulai lagi pada wanita yang

LLDIKTI Wilayah X 497


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
lebih tua yang mengalami sudah mati haid, memiliki struktur yang menyerupai estrogen
hot flashes juga bisa mengganggu kualitus sehingga mampu memberikan efek seperti
hidup (LHSC, 2012). estrogen. Isoflavon juga sering disebut
Masalah yang sering ditemukan pada sebagai senyawa turunan fitoestrogen dengan
ibu menopause dengan hot flashes adalah ibu aktivitas estrogenic (Fawwaz, 2017).
merasakan cemas dengan keadaannya Departemen Kesehatan menganjurkan agar
sehingga ibu mengalami kegelisahan dan wanita menopause mengkonsumsi isoflavon
kesulitan untuk tidur (Astuti, 2014). 80 mg/hari, kadar tersebut dapat diperoleh
Cara mengatasi hot flashes (rasa panas) dengan asupan 112 gram tahu (satu setengah
gunakan pakaian tipis yang memudahkan potong sedang) atau 56 gram tempe / dua
anda membuka atau memakainya kembali potong sedang (Mulyati, 2006).
saat suhu tubuh tidak stabil, hindari makanan Berdasarkan survei awal yang peneliti
yang panas, pedas, minuman berkafein dan lakukan terhadap 8 orang responden, 3 orang
berakohol, karena akan memicu hot flashes diantaranya mengalami keluhan-keluhan
dan keringat, bawalah tisu untuk mengusap pada masa menopause terutama gejala hot
wajah dan tubuh ketika berkeringat, gunakan flashes yaitu rasa panas pada tubuh yang di
pakaian tidur dan penutup alas tidur berbahan alami oleh ibu menopause. Dari gejala
katun karena akan memberi rasa lebih dingin tersebut membuat ibu menopause tiba-tiba
dan nyaman dibandingkan bahan yang lain merasa tidak nyaman dari panas yang ekstrim
(Fox-Spencer, 2007). dan akan menyebar keatas dari dada,
Menurut penelitian Cheng (2007) belakang leher dan wajah, hal ini memicu
dalam Wayan dan Sofiyanti (2015) desain timbulnya keringat yang banyak serta
penelitian yang digunakan prospective study kemerahan dan beberapa ibu menopause juga
pada wanita menopause 49 – 69 tahun. Dibagi merasakan palpitasi, kelemahan, dan
kedalam dua kelompok, kelompok pertama kecemasan bahkan gangguan tidur. Ketika
diberikan isoflavone 60 mg dan kelompok rasa panas itu menghilang maka ibu
kedua diberikan placebo selama 12 minggu. menopause akan mengalami kedinginan
Hasil penelitiannya menunjukkan 51 orang karena adanya mekanisme berkeringat yang
yang mengkonsumsi isoflavon selama 12 menurunkan suhu tubuh. Hot flashes dapat
minggu mengalami penurunan hot flashes berlangsung dari beberapa detik sampai
(57%) dan penurunan berkeringat dimalam sepuluh menit dan biasanya rata-rata terjadi
hari (43%). empat menit.
Tempe adalah makanan tradisional Berdasarkan latar belakang inilah
Indonesia yang terbuat dari kedelai. Kedelai peneliti ingin melakukan penelitian Pengaruh
sebagai bahan utama pembuatan kaya akan Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap
isoflavon. Isoflavon ditemukan dalam jumlah Gejala Hot Flashes Pada Ibu Menopause Di
yang signifikan pada kedelai. Genistein, Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang
daidzein, dan glycitein adalah isoflavon Kota Bukittinggi Tahun 2019. Berdasarkan
aglikon yang terdapat dalam tempe uraian diatas tersebut maka rumusan masalah
(Setiawati, 2014). Proses fermentasi kedelai dalam penelitian ini adalah bagaimana
menjadi tempe tidak merusak kandungan Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus
isoflavon didalamnya. Isoflavon merupakan Terhadap Gejala Hot Flashes Pada Ibu
salah satu jenis senyawa polifenol yang Menopause Di Wilayah Puskesmas Guguk

LLDIKTI Wilayah X 498


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
Panjang Kota Bukittinggi Tahun 2019. Tujuan Penelitian ini dilakukan di Wilayah
Penelitian Untuk mengetahui Pengaruh Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap pada tanggal 15 - 28 April 2019.
Gejala Hot Flashes Pada Ibu Menopause Di Populasi adalah wilayah generalisasi
Wilayah Puskesmas Guguk Panjang, Kota yang terdiri atas : obyek / subyek yang
Bukittinggi Tahun 2019. Dalam penelitian mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
ini, peneliti membatasi penelitian hanya yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
untuk mengetahui Pengaruh Pemberian dan kemudian ditarik kesimpulannya
Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot (Sugiyono, 2013). Untuk populasi penelitian
Flashes Pada Ibu Menopause. Dengan ini adalah seluruh wanita usia pre-senalis (45-
variabel independennya perlakuan sebelum 59 tahun) dengan jumlah 1.874 orang di
dan sesudah pemberian olahan tempe Kukus. Wilayah Puskesmas Guguk Panjang Kota
Sedangkan variabel dependen yaitu untuk Bukittinggi Tahun 2019. Sampel adalah
mengetahui adanya perubahan gejala hot Menurut (Sugiyono, 2013) Sampel adalah
flashes pada ibu menopause. Populasi pada bagian dari jumlah dan karakteristik yang
penelitian ini adalah seluruh wanita usia pre- dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
senalis (45-59 tahun) yang ada Di Wilayah besar, dan peneliti tidak mungkin
Puskesmas Guguk Panjang sebanyak 1.874 mempelajari semua yang ada pada populasi,
orang. Sampel yang diambil pada penelitian misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
ini sebanyak 10 orang ibu menopause yang dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
memenuhi kriteria inklusi dengan teknik sampel yang diambil dari populasi harus betul
pengambilan sampel Purposive Sampling. – betul representatif (mewakili). Sampel yang
Penelitian dilakukan dalam waktu selama dua diambil sebagai responden sebanyak 10
minggu pada bulan April. Adapun jenis orang ibu menopause yang berada di Wilayah
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
yaitu penelitian Quasi-Eksperimen (One- Tahun 2019 yang memenuhi syarat kriteria
Group Pretest - Posttest Design) yang di inklusi dengan pemilihan sampel purposive
aplikasikan dengan rancangan pretest – sampling, Sampel hanya terdiri dari 1
posttest. Analisa data yang digunakan pada kelompok, dimana pada kelompok tersebut
penelitian ini yaitu analisa univariat dan akan diberikan olahan tempe kukus kemudian
analisa bivariat dengan menggunakan uji T dilihat perubahan / pengaruhnya antara
test. pretest dengan posttest.
Adapun kriteria sampel penelitian:
METODOLOGI PENELITIAN Kriteria inklusi: Ibu menopause Di wilayah
Jenis penelitian yang digunakan adalah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota
dengan desain penelitian Quasi-Eksperimen Bukittinggi. Ibu dengan rentang usia 45-59
(One - Group Pretest - Posttest Design) yang tahun yang baru 1 tahun mengalami
diaplikasikan dengan rancangan pretest – menopause dengan gejala Hot Flashes.
posttest untuk megetahui “Pengaruh Bersedia menjadi responden. b. Kriteria
Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap eksklusi: Ibu dengan rentang usia 45-59 tahun
Gejala Hot Flashes Pada Ibu Menopause Di > 1 tahun mengalami menopause Di Wilayah
Wilayah Puskesmas Guguk Panjang Kota Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota
Bukittinggi Tahun 2019” (Sugiyono, 2013).

LLDIKTI Wilayah X 499


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
Bukittinggi. Tidak mengalami hot flashes. merupakan analisis yang dilakukan terhadap
Tidak bersedia menjadi responden. dua variabel yang diduga berhubungan atau
Data yang dikumpulkan dalam berkolerasi (Notoadmodjo, 2012).
penelitian ini dengan menggunakan cara: HASIL PENELITIAN
Data yang dikumpulkan langsung oleh Berdasarkan penelitian yang sudah di
peneliti melalui kunjungan langsung lakukan terhadap responden di wilayah
kerumah responden dengan cara mengetahui Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi
gejala hot flashes yang dialami oleh ibu Tahun 2019 dapat dilihat dibawah ini :
menopause menggunakan lembar observasi. Analisis univariat di lakukan untuk
Kemudian sampel akan diberikan perlakuan. mengambarkan karakteristik masing-masing
Data sekunder adalah data yang di ambil atau variabel penelitian. Pada penelitian analisis
yang diperoleh dari dokumentasi. univariat di lakukan untuk mengambarkan
Dokumentasi data yang ada Di Wilayah karakteristik pengaruh pemberian olahan
Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi tempe kukus terhadap gejala hot flashes pada
Tahun 2019. Analisis univariat adalah analisa ibu menopause di Wilayah Puskesmas Guguk
yang dilakukan terhadap tiap variabel dari Panjang sebelum (Pretest) dan sesudah
penelitian pada umumnya dalam analisis (Postest) pemberian olahan tempe kukus
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan yang akan di sajikan dalam bentuk tabel
presentasi dari tiap variabel independen mean, standar deviasi, nilai minimum, dan
(Notoadmodjo, 2012). Analisa bivariat nilai maksimum.

Tabel 1. Rata – Rata Gejala Hot Flashes Yang Dirasakan Ibu Menopause sebelum
(Pretest) Pemberian Olahan Tempe Kukus
Variabel N Mean Min Max Standar
Deviasi
Pretest 10 4,00 3,29 5,07 0,635

Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui dengan gejala hot flashes terendah adalah
bahwa rata – rata gejala hot flashes yang 3,29, gejala hot flashes tertinggi adalah 5,07
dirasakan ibu menopause sebelum (Pretest) dan Standar Deviasi 0,635.
pemberian olahan tempe kukus adalah 4,00

Tabel 2. Rata – Rata Gejala Hot Flashes Yang Dirasakan Ibu Menopause sesudah
(Posttest) Pemberian Olahan Tempe Kukus
Min Max Standar
Variabel N Mean
Deviasi
Posttest 10 2,49 1,86 2,93 0,421

Berdasarkan table. 2 diatas diketahui 1,86, gejala hot flashes tertinggi adalah 2,93
bahwa rata – rata gejala hot flashes yang dan Standar Deviasi 0,421.
dirasakan ibu menopause sesudah (Posttest) A. Analisis Bivariat
pemberian olahan tempe kukus adalah 2,49 Analisis bivariat dilakukan untuk
dengan gejala hot flashes terendah adalah mengetahui Pengaruh Pemberian Olahan

LLDIKTI Wilayah X 500


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes Guguk Panjang Kota Bukittinggi Tahun
Pada Ibu Menopause Di Wilayah Puskesmas 2019.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause
Mean Standar Standar P-
Variabel N Mean
Differences Deviasi Error Value
Pretest 10 4,00
1,51 0,464 0,146 0,000
Posttest 10 2,49

Berdasarkan Tabel . 3 menunjukkan menandai akhir dari periode kesuburan alami


bahwa rata – rata gejala hot flashes yang wanita. Sebagai seorang wanita mendekati
dirasakan ibu menopause sebelum (Pretest) menopause, jumlah folikel ovarium menurun,
pemberian olahan tempe kukus adalah 4,00 memproduksi sedikit estrogen dan
dan rata – rata gejala hot flashes yang menyebabkan menstruasi tidak teratur.
dirasakan ibu menopause sesudah (Posttest) Akhirnya, jumlah estrogen yang dihasilkan
adalah 2,49 dengan Mean Differences 1,51. terlalu rendah untuk mempertahankan siklus
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P- menstruasi bulanan (Patil, 2016).
value 0,000 lebih kecil dari α < 0,05 sehingga Hot flashes adalah rasa panas yang luar
H0 ditolak. Artinya ada pengaruh pemberian biasa pada wajah dan tubuh bagian atas
olahan tempe kukus terhadap gejala hot seperti leher dan dada. Hot flashes terjadi
flashes pada ibu menopause Di Wilayah pada malam hari, dan menyebabkan
Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota keluarnya keringat, terjadi selama beberapa
Bukittinggi Tahun 2019. detik hingga beberapa menit, tetapi ada juga
yang berlangsung selama satu jam. Hot
PEMBAHASAN flashes berlangsung selama 2-5 tahun ketika
Analisis Hasil Penelitian Univariat perempuan akan memasuki usia menopause
1. Rata – rata gejala hot flashes atau pada saat menopause dan akan
yang dirasakan ibu menopause sebelum menghilang sekitar 4–5 tahun pasca
diberikan olahan tempe kukus menopause (Suhaidah, 2013).
Penelitian ini dilakukan pada ibu Tempe adalah makanan yang dibuat
menopause yang mengalami gejala hot dari fermentasi biji kedelai atau beberapa
flashes di Wilayah Puskesmas Guguk bahan lain yang menggunakan kapang
Panjang Kota Bukittinggi tahun 2019 dan rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh.
didapatkan bahwa rata – rata gejala hot oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh.
flashes yang dirasakan ibu menopause arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum
sebelum diberikan olahan tempe kukus dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang
adalah 4,00 dengan standar deviasi 0,635. tumbuh pada kedelai menghidrolisis
Gejala hot flashes terendah adalah 3,29 dan senyawa-senyawa kompleks menjadi
gejala hot flashes tertinggi adalah 5.07. senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh
Menurut teori istilah menopause manusia. Tempe kaya akan serat pangan,
berasal dari kata latin Meno (Bulan) dan kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai
Pausia (Berhenti). Menopause pada dasarnya macam kandungan dalam tempe mempunyai

LLDIKTI Wilayah X 501


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
nilai obat, seperti antibiotika untuk mengetahui tempe adalah makanan asli
menyembuhkan infeksi dan antioksidan indonesia yang mengandung gizi yang baik.
pencegah penyakit degeneratif. Isoflavon Sehingga peneliti memberikan pengertian
yang terdapat pada tempe mempunyai potensi kembali tentang manfaat olahan tempe kukus
yang paling baik sebagai hormon pengganti bahwa tempe kukus mengandung hormon
estrogen karena mempunyai energi afinitas estrogen (fitoestrogen) dan makanan ini baik
yang paling tinggi (Mulyati, 2018). di konsumsi, bukan hanya oleh wanita
Penelitian ini sejalan dengan penelitian menopause saja tapi semua usia boleh
Marta (2014) tentang Pengaruh Pemberian mengkonsumsi tempe kukus, dan bagi wanita
Kacang Kedelai (Tempe) Terhadap menopause sangat baik mengkonsumsi 56
Penurunan Gejala Hot Flashes Pada Ibu gram atau 2 potong tempe kukus ukuran
Menopause Usia 45 – 59 Tahun Di Desa sedang perharinya karena dapat menggurangi
Sumur Anyir Kecamatan Air Bungkal Kota gejala hot flashes pada wanita menopause.
Sungai Penuh Provinsi Jambi didapatkan rata 2. Rata – rata gejala hot flashes
– rata gejala hot flashes pada ibu menopause yang dirasakan ibu menopause sesudah
sebelum diberikan kacang kedelai (tempe) diberikan olahan tempe kukus
adalah 6,50. Penelitian ini telah dilakukan pada ibu
Menurut asumsi peneliti, hot flashes menopause yang mengalami gejala hot
terjadi karena penurunan kadar hormon flashes di Wilayah Puskesmas Guguk
estrogen yang di produksi oleh ovarium pada Panjang Kota Bukittinggi tahun 2019 dan
ibu menopause. Berbagai upaya dapat didapatkan bahwa rata – rata gejala hot
dilakukan untuk mengatasi hot flashes, salah flashes yang dirasakan ibu menopause
satu upaya yang dapat dilakukan untuk sesudah diberikan olahan tempe kukus adalah
mengatasi hot flashes adalah dengan cara 2,49 dengan standar deviasi 0,421. Gejala hot
terapi hormon, namun terapi hormon flashes terendah adalah 1,86 dan gejala hot
memiliki banyak efek samping, diantaranya flashes tertinggi adalah 2,93.
kanker payudara, stroke, dan masalah Tempe merupakan salah satu makanan
jantung. Selain terapi hormon, ada cara non yang dibuat dari olahan kedelai yang
farmakologis yang dapat dilakukan yaitu mengandung isoflavon dengan konsentrasi
isoflavon yang merupakan senyawa lebih tinggi dibandingkan biji-bijian lainnya.
fitoestrogen atau estrogen alami yang berasal Kedelai mengandung senyawa flavonoid
dari tumbuhan. Salah satu bentuk tumbuhan yang lebih dikenal sebagai isoflavon, dimana
yang mengandung isoflavon adalah kacang isoflavon kedelai bermanfaat untuk kesehatan
kedelai dimana kacang kedelai dapat diolah misalnya untuk penyakit kardiovaskuler,
menjadi tempe. kanker, diabetes melitus, hipertensi,
Dengan adanya isoflavon dalam tempe, osteoporosis, obesitas dan menopause
penanganan hot flashes menjadi lebih mudah (fawwaz, dkk, 2017).
dan alami. Tempe tersebut bisa kita olah Departemen Kesehatan menganjurkan
menjadi berbagai macam, salah satunya agar wanita menopause mengkonsumsi
menjadi olahan tempe kukus. Sebelum isoflavon 80 mg/hari, kadar tersebut dapat
diberikan olahan tempe kukus responden diperoleh dengan asupan 112 gram tahu (satu
masih kurang memahami tentang manfaat setengah potong sedang) atau 56 gram tempe
dari olahan tempe kukus, responden hanya / dua potong sedang (Mulyati, 2006).

LLDIKTI Wilayah X 502


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
Menurut penelitian Astuti, dkk (2012) Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang
tentang pemberian kacang kedelai pada Kota Bukittinggi Tahun 2019.
wanita menopause membuktikan bahwa Hubungan pemberian tempe kukus
kacang kedelai jenis olahan tempe kaya terhadap penurunan gejala hot flashes sangat
dengan gizi dan sangat efektif di konsumsi penting karena tempe merupakan jenis
oleh wanita menopause dalam menguranggi kacang - kacangan atau isoflavon yang
gejala hot flashes. mengandung fitoestrogen. Olahan tempe
Penelitian yang sama dengan penelitian kukus merupakan terapi non farmakologis
yang dilakukan oleh Marta (2014) tentang yang lebih alami dan lebih efektif untuk di
Pengaruh Pemberian Kacang Kedelai konsumsi pada ibu menopause dalam
(Tempe) Terhadap Penurunan Gejala Hot penurunan gejala hot flashes yang dialami
Flashes Pada Ibu Menopause Usia 45 – 59 (Marta, 2014).
Tahun Di Desa Sumur Anyir Kecamatan Air Menurut penelitian Cheng, dkk (2007)
Bungkal Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi dalam Wayan dan Sofiyanti (2015) tentang
didapatkan rata – rata gejala hot flashes pada Penatalaksanaan Keluhan Pada Wanita
ibu menopause setelah diberikan tempe Menopause Secara Non Farmakologis
adalah 6,25 dimana terjadi penurunan gejala didapatkan 51 orang yang mengkonsumsi
hot flashes pada ibu menopause. isoflavon selama 12 minggu mengalami
Peneliti berasumsi bahwa setelah penurunan hot flashes 57% dan penurunan
responden diberikan olahan tempe kukus, berkeringat dimalam hari 43%.
gejala hot flashes yang dirasakan sebelumnya Menurut penelitian Khulasoh (2018)
sudah berkurang seperti rasa panas pada tentang Penerapan Konsumsi Susu Kedelai
wajah, leher dan dada disertai kemerahan Untuk Mengurangi Hot Flush Pada Wanita
pada kulit yang berlangsung selama beberapa Pre Menopause Di PMB Yuspoeni
menit hingga satu jam, berkeringat dimalam Kaliwungu Kecamatan Klirong Kabupaten
hari, detak jantung meningkat / mengencang, Kebumen didapatkan penerapan konsumsi
susah tidur dimalam hari, buang air kecil susu kedelai sudah dilakukan kepada 5
sering dan tidak nyaman saat buang air kecil partisipan selama 14 hari. Sebelum dilakukan
dan bahkan ada responden yang tidak sama penerapan ke 5 partisipan mengalami hot
sekali merasakan gejala hot flashes itu lagi. flush, setelah mengkonsumsi susu kedelai
Sehingga peneliti berpendapat bahwa selama 14 hari hot flush dari ke 5 partisipan
mengkonsumsi olahan tempe kukus dapat hilang.
mengurangi dan mengatasi gejala hot flashes Penelitian ini sama dengan penelitian
pada ibu menopause karena tempe yang dilakukan oleh Marta (2014) tentang
mengandung isoflavon yang merupakan Pengaruh Pemberian Kacang Kedelai
senyawa serupa dengan fitoestrogen atau (Tempe) Terhadap Penurunan Gejala Hot
estrogen. Flashes Pada Ibu Menopause Usia 45 – 59
Analisis Hasil Penelitian Bivariat Tahun Di Desa Sumur Anyir Kecamatan Air
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai Bungkal Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi
P-value 0,000 lebih kecil dari α < 0,05 didapatkan dari hasil uji statistik nilai P-value
sehingga H0 ditolak. Artinya ada pengaruh 0,000 α < 0,05, maka terlihat ada hubungan
pemberian olahan tempe kukus terhadap yang bermakna antara pengaruh pemberian
gejala hot flashes pada ibu menopause Di

LLDIKTI Wilayah X 503


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
kacang kedelai (tempe) terhadap penurunan ada responden yang tidak sama sekali
gejala hot flashes. mengalami gejala hot flashes.
Menurut asumsi peneliti adalah
pemberian olahan tempe kukus sebelum dan SIMPULAN
sesudah penelitian menunjukkan hasil yang Rata – rata gejala hot flashes yang
berbeda. Sebelum diberikan olahan tempe dirasakan ibu menopause sebelum (Pretest)
kukus responden merasakan gejala hot diberikan olahan tempe kukus adalah 4,00.
flashes, dan setelah pemberian olahan tempe Rata – rata gejala hot flashes yang dirasakan
kukus terdapat penurunan gejala hot flashes. ibu menopause sesudah (Posttest) diberikan
Responden mengatakan gejala hot flashes olahan tempe kukus adalah 2,49. Ada
yang dialaminya mengalami penurunan pengaruh pemberian olahan tempe kukus
seperti rasa panas pada wajah, leher dan dada terhadap penurunan gejala hot flashes pada
disertai kemerahan pada kulit yang ibu menopause di wilayah Puskesmas Guguk
berlangsung selama beberapa menit hingga Panjang Kota Bukittinggi 2019 dengan hasil
satu jam, berkeringat dimalam hari, detak P-value 0,000. Diharapkan penelitian ini bisa
jantung meningkat / mengencang, susah tidur menjadi bahan bacaan dan referensi di
dimalam hari, buang air kecil sering dan tidak perpustakaan institusi pendidikan sehingga
nyaman saat buang air kecil, sebelumnya dapat memberi informasi bagi mahasiswa
responden mengalami panas pada tubuh di tentang Pengaruh Pemberian Olahan Tempe
malam hari, namun setelah diberikan selama Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes Pada Ibu
14 hari olahan tempe kukus pada responden, Menopause, dan juga dapat dijadikan dasar
gejala hot flashes nya berkurang, dan bahkan bagi penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar


Andrews, Gilly. 2009. Buku Ajar Kesehatan Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Reproduksi Wanita. Edisi 2 : EGC : EGC
Ariani, Sri Retno D., & Hastuti, W. (2009). Centre, london health sciences. (2012). Hot
Analisis Isoflavon dan Uji Aktivitas Flashes. London Health Sciences
Antioksidan Pada Tempe Dengan Centre, 1–7.
Variasi Lama Waktu Fermentasi dan
Departemen Kesehatan. 2008.
Metode Ekstraksi. Kimia Organik,
Bahan Alam, dan Biokimia, 568-580. Dinas Kesehatan Kota Bukittingi. 2019.
Astuti, nurita puji. (2009). Sifat Organoleptik Djide, D. (2014). Ekstraksi Isoflavon Kedelai
Tempe Kedelai Yang Dibungkus dan Penentuan Kadarnya Secara Ultra
Plastik. Fast Liquid Chromatography ( UFLC
) Soybean Isoflavones Extraction and
Astuti. (2014). Asuhan Kebidanan Ibu
Analysis Their Concentration by Ultra
Menopause Dengan Hot Flush Di
Fast Liquid Chromatography.
Posyandu Bina Bakhti Surakarta.
Sainsmat, III(2), 130–134.
Astuti, Rahayu. (2012). Analisis Zat Gizi
Tempe Fortifikasi Zat Besi Fawwaz, D. (2017). Kadar Isoflavon Aglikon
Berdasarkan Pemasakan. pada Ekstrak Susu Kedelai dan
Tempe. Tekhnologi Dan Managemen
Agroindustri, 6(3), 152–158.

LLDIKTI Wilayah X 504


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
Fox-Spancer, Rebecca. 2007. Sample Guide Medika.
Menopause. Jakarta : Erlangga
Patil, S. S., Sambarey, P. W., Patil, C. S., Ss,
Freedman, R.R. (2014). Menopausal Hot P., Reprod, I. J., Obstet, C., & Mar, G.
Flashes : Mechanisms, (2016). Menopausal syndrome :
Endocrinology, Treatment. Psyciatry clinical presentation and
and Behavioral Neurosciences and management. Reproduction,
Obstetrics and Gynecology. 1-14. Contraception, Obstetrics and
https://doi:10.1016/j.jsbmb.2013.08.0 Gynecology, 5(3), 757–761.
10.
Pusat data dan Informasi Kesehatan RI, 2013.
Hekhmawati, S., & Sudaryanto, A. (2016).
Gambaran Perubahan Fisik dan Rostiana, T. (2009). Kecemasan pada wanita
Psikologis Wanita Menopause, 5-14. yang menghadapi menopause.
Psikologi, 3(100), 76–86.
Korina, N.W.W., Sofiyanti.I. (2014).
Penatalaksanaan Keluhan Pada Ririn, Marta.S. (2014). Pengaruh Pemberian
Wanita Menopause Secara Non Kacang Kedelai (Tempe)Terhadap
Farmakologis. Kebidanan, 204-209. penurunan gejala hot flushes pada ibu
menopause usia 45 - 59 tahun Di
Muchtadi, T.R, Ayustaningwarno, F dan Desa Sumur Anyir Kecamatan Air
Sugiyono. (2010). Ilmu Pengetahuan Bungkal Kota Sungai Penuh Provinsi
Bahan Pangan. Bandung : Alfabeta. Jambi. Skripsi.
Mulyani, Tri, Sudaryati HP dan Eka Bagus Setiawati, D. (2014). Analisis kuantitatif
Setiawan. (2013). Kajian Substitusi isoflavon tempe secara cepat dan
Ampas Tahu dan Penggunaan sederhana menggunakan metode
Natrium Bikarbonat Pada Pembuatan kromatografi lapis tipis- densitometri.
Tortilla. Tekhnologi Pangan. 6 (1) : Farmasi Sains Dan Komunitas, 11(1),
45 - 63. 13–17.
Mulyati, D. (2006). Konsumsi isoflavon Suhaidah, Dedeh. (2013). Hubungan tingkat
berhubungan dengan usia mulai pengetahuan dengan tingkat
menopause. Gizi Dan Makanan, kecemasan perempuan dalam
25(4), 148–154. menghadapi menopause. Skripsi.
Mulyati, Budi. (2018). Tempe Sebagai Sunil Somnath Patil, D. (2016). Menopausal
Pengganti Hormon Estrogen Pada syndrome : clinical presentation and
Reseptor Estrogen α dengan Metode management. Reproduction,
Autodock Vina.Teknik Industri, 1(1), Contraception, Obstetrics and
7-14. Gynecology, 5(3), 757–761.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Suryo Prajogo, Nadine. (2009). Cara Indah
Penelitian Kesehatan, Jakarta : Menghadapi Menopause. Yogyakarta
Rineka Cipta. : Locus.
Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Trisyani, E. (2016). Adaptasi Gejala
Keperawatan. Jakarta : Salemba Perimenopause Dan Pemenuhan
Medika Kebutuhan Seksual Wanita Usia 50-
60 Tahun. Ilmiah Ilmu-Ilmu
Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Kesehatan, 16(4), 1–9.
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba

LLDIKTI Wilayah X 505


Evi Hasnita, et all | Pengaruh Pemberian Olahan Tempe Kukus Terhadap Gejala Hot Flashes
Pada Ibu Menopause

(496-505)
Utari, D.M., Rimbawan, Riyadi, H., Muhilal,
& Purwantyastuti. (2010). Pengaruh
Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe
dan Pemasakan Tempe Terhadap
Kadar Isoflavon. Gizi dan Makanan,
33(2), 148-153.

Wayan, K. (2015). Penatalaksanaan Keluhan


Pada Wanita Menopause Secara Non
Farmakologis. Kebidanan, 204–209.

LLDIKTI Wilayah X 506

Anda mungkin juga menyukai