Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN

GANGGUAN POLA TIDUR PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

Di Susun Oleh :

FITRI SUSILOWATI
08180100216

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


TAHUN 2019

A. PATOFISIOLOGI GANGGUAN POLA TIDUR (INSOMNIA)

Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana seseorang kesulitan untuk

tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur, sering terbangun dimalam

hari, dan bangun terlalu pagi. Kondisi ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang

hari dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan tidak tercukupinya

kebutuhan tidur yang baik. (Respir, 2014).

Dalam kesehatan kondisi tidur yang baik itu biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 9

jam. Jumlah tidur yang seseorang butuhkan adalah yang cukup bagi seseorang untuk

membangkitkan perasaan segar dan beraktivitas secara optimal disiang hari. Dan jumlah

tidur pada seseorang lebih banyak berubah ketika akan beranjak dewasa. (Driver et al.,

2012).

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur

diperlukan agar otak dan tubuh dapat memperbaiki dirinya sendiri, sehingga bila

seseorang kurang tidur akan segera tampak berbagai kelainan fisik maupun mental. Pada

saat tidur kerja tubuh melambat sehingga membuat sel-sel penyembuh untuk
memperbaiki sel-sel yang rusak. (Prasadja,2009). Kebutuhan tidur tiap individu berbeda-

beda termasuk ketika hamil. (Asmadi, 2008).

Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang bertujuan untuk

mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur dan terbangun diatur oleh

batang otak, thalamus, hypothalamus dan beberapa neurohormon dan neurotransmitter

juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang diproduksi oleh mekanisme serebral dalam

batang otak yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang berperan

sangat penting dalam menginduksi rasa kantuk juga sebagai medulla kerja otak. (Guyton

& Hall, 2008).

Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang merupakan hormone

katekolamin yang diproduksi secaraalami oleh tubuh. Adanya lesi pada pusat pengatur

tidur di hypothalamus juga mengakibatkan keadaan siaga tidur. Katekolamin yang

dilepaskan akan menghasilkan hormone norepineprin yang akan merangsang otak untuk

melakukan peningkatan aktivitas.

Stress juga merupakan salah satu faktor pemicu, dimana dalam keadaan stress atau

cemas, kadar hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang akan merangsang

sistem saraf simpatik sehingga seseorang akan terus terjaga. (Perry, dalam Iswari &

Wahyuni, 2013).

Pada kehidupan perempuan terdapat fase kehamilan yang merupakan masa-masa

terjadinya perubahan yang besar. Perubahan ini tidak hanya berhubungan dengan

perubahan fisik, namun juga perubahan biokimia, fisiologis, bahkan psikologis yang

merupakan konsekuensi dari pertumbuhan janin dalam Rahim. Terjadinya perubahan

pada ibu hamil ini untuk menjaga metabolism tubuh, mendukung pertumbuhan janin,
serta persiapan persalinan dan menyusui dengan tingkatan yang bervariasi disetiap

trimesternya. (Emilia,, 2010).

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester. Ketika memasuki trimester III atau umur

kehamilan semakin bertambah, semakin banyak keluhan yang dirasakan oleh ibu baik

keluhan yang bersifat psikis maupun fisik dan memiliki dampak pada kualitas tidur ibu

hamil. Beberapa faktor seperti semakin membesarnya ukuran perut ibu, gerakan janin di

dalam kandungan yang semakin aktif, yang membuat ibu hamil kesulitan untuk tidur

dimalam hari. (Aprilia, 2014).

Mendekati saat melahirkan, ibu hamil akan sulit mengatur posisi tidur. Gangguan ini

dapat disebabkan karena semakin besar kehamilan sehingga diafragma akan tertekan ke

atas dan mengganggu pernafasan. Pada ibu hamil disarankan untuk tidur dengan posisi

miring kiri atau posisi yang membuat nyaman ibu hamil.

Pernafasan yang tidak baik pada ibu hamil akan berpengaruh pada berkurangnya

pasokan oksigen pada otak sehingga dapat memengaruhi kualitas tidur (Emilia, 2010).

Masalah lain yang umum selama kehamilan adalah nyeri ulu hati, atau bias disebut

sebagai penyakit gastroesophageal reflux (GERD) yakni asam lambung berbalik kembali

ke esophagus (Ayudhitya dan Tjuataja, 2014). Umumnya pada trimester III atau

menjelang persalinan gangguan pola tidur mencapai puncaknya. (Prasadja, 2009).

Lee (2004), melakukan penelitian tentang kualitas tidur pada ibu hamil dan

menyatakan bahwa ibu hamil yang kurang dari 6 jam per malam memiliki resiko operasi

Caesar 4,5 kali lebih besar. Penelitian yang dilakukan oleh William et al (2010),

menunjukkan hasil bahwa ibu hamil yang tidur kurang dari 5 jam tiap malam beresiko

meningkatkan tekanan darah dan berakibat hipertensi.


Ibu hamil yang memiliki kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan beberapa

komplikasi dalam kehamilan, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Okun (2011),

yang menyatakan bahwa gangguan tidur yang terjadi pada ibu hamil dapat memperburuk

respon inflamasi tubuh dan menyebabkan kelebihan produksi sitokin. Sitokin adalah

molekul yang berhubungan dengan sel-sel kekebalan . Bila tubuh mengalami kelebihan

sitokin maka dapat mengganggu arteri tulang belakang yang mengarah ke plasenta,

menyebabkan penyakit pembuluh darah, dan kelahiran bayi premature.

Menurut National Sleep Foundation (2007) dama Rezaei (2015), perempuan hamil

yang mengalami beberapa bentuk gangguan tidur mencapai 79%. Sebanyak 72% dari ibu

hamil akan mengalami frekuensi terbangun lebih sering pada malam hari. Umumnya

kebutuhan tidur orang dewasa yakni selama 7-8 jam, namun untuk ibu hamil bias

mencapai 10 jam. Hal ini tergantung pada umur saat ibu hamil dan stamina yang

dirasakan ibu hamil. Kualitas tidur yang baik akan menjaga kesehatan ibu selama hamil

serta memberikan cukup energi saat persalinan.

Pemicu gangguan pola tidur pada ibu hamil trimester III bisa juga disebabkan karena

bayi yang bergerak terus, kecemasan calon ibu, kram kaki, asupan yang dikonsumsi

selama masa kehamilan, dan mimpi buruk.


B. PENGKAJIAN GANGGUAN POLA TIDUR

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan.

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala masalah kesehatan

yang dialami pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang

kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat

pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan

mengevaluasi pelaksanaaan tindakan yang telah diberikan. Adapun tujuan pemeriksaan

pada ibu hamil yaitu untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran, dan

ada tidak nya masalah kelainan selama kehamilan.

Pemeriksaan fisik sangat penting dalam pengumpulan data. Keakuratan pemeriksaan

fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima oleh klien dan penentuan respon

terhadap terapi tersebut. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari bagian

kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa

dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Mubarak, Indrawati & Susanto, 2015).

Pada ibu hamil trimester III apabila dilakukan pengkajian yang berkaitan dengan masalah

gangguan pola tidur akan mendapatkan hasil pemeriksaan fisik seperti ekspresi wajah dan

perilaku yang diperlihatkan klien tampak cemas dan tampak lesu. Pada mata didapatkan

konjungtiva anemis, disekitar mata klien terlihat ada lingkar hitam, kondisi fisik pasien

yang mengalami gangguan pola tidur didapatkan lingkaran hitam disekitaran mat,

konjungtiva merah, terlihat lemah, gelisah, dan lesu akibat kekurangan energy. (Saputra,

2013).
Pengkajian yang dapat dilakukan pada ibu hamil yang mengalami gangguan pola

tidur, meliputi identitas klien (terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,

agama, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat), status kesehatan saat ini

(terdiri dari keluhan utama, riwayat penyakit sekarang), riwayat obstetri (terdiri dari

riwayat menstruasi, HPHT), riwayat kehamilan saat ini (terdiri dari GPAb, imunisasi,

ANC, keluhan selama hamil, pergerakan janin), riwayat kesehatan (terdiri dari penyakit

yang pernah dialami ibu, pengobatan yang didapat, riwayat penyakit keluarga), pola

istirahat dan tidur (terdiri dari lama tidur jam/hari, kebiasaan sebelum tidur, keluhan),

pola aktifitas dan latihan (terdiri dari kegiatan dalam pekerjaan, waktu bekerja, olahraga,

kegiatan waktu luang, keluhan dalam aktifitas), pola kebiasaan yang mempengaruhi

kesehatan (terdiri dari merokok, minuman keras, minuman kafein, ketergantungan obat),

sedangkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu hamil meliputi keadaan umum,

tekanan darah, kesadaran, nadi, suhu, tinggi badan, respirasi, berat badan, mata (terdiri

dari sclera, konjungtiva, kelainan), mulut dan tenggorokan (terdiri dari gigi geligi,

kelainan), dada dan axila (terdiri dari mammae, ariola mammae, papilla mammae,

colostrum, kelainan), pernafasan (terdiri dari jalan nafas, suara nafas, kelainan), sirkulasi

jantung (terdiri dari kecepatan denyut apical, irama, kelainan), abdomen (terdiri dari

membesar, linea/striae, kontraksi, kelainan), ekstremitas (terdiri dari turgor kulit,

kontraktur pada persendian ekstremitas, kesulitan dalam pergerakan, reflex ekstremitas,

keadaan vulva, perineum, kelainan), dan hasil pemeriksaan penunjang (terdiri dari

laboratorium, USG, data tambahan).


Pengkajian yang berkaitan dengan masalah gangguan pola tidur meliputi :

1. Riwayat tidur.

a. Kuantitas (lama tidur) dan kualitas waktu tidur siang dan malam hari.

b. Aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya.

c. Kebiasaan saat tidur.

d. Suasana lingkungan tidur.

e. Dengan siapa klien tidur.

f. Obat yang dikonsumsi sebelum tidur.

g. Asupan dan stimulant.

h. Perasaan pasien mengenai tidurnya.

i. Apakah ada kesulitan tidur.

j. Apakah ada perubahan tidur.

2. Gejala klinis

a. Perasaan lelah.

b. Gelisah.

c. Emosi.

d. Adanya kehitaman didaerah sekitar mata.

e. Konjungtiva merah dan mata perih

f. Perhatian tidak focus.

g. Sakit kepala.
Alat ukur Insomia

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur (insomnia) dari subyek adalah

menggunakan KSPBJ-IRS (kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta Insomnia

Rating Scale) (iskandar dan Setyonegoro,1985). Alat ukur ini mengukur masalah

insomnia secara terperinci, misalnya masalah gangguan masuk tidur, lamanya tidur,

kualitas tidur, serta kualitas setelah kualitas setelah bangun. Berikut merupakan butir-

butir dari KSPBJ Insomnia Rating Scale dan nilai skoring dari tiap item yang dipilih

oleh subyek adalah sebagai berikut :

1. Lamanya tidur. Butir ini untuk mengevaluasi jumlah jam tidur total, nilai butir ini

tergantung dari lamanya subyek tertidur dalam satu hari. Untuk subyek normal

lama tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan pada penderita insomnia

memiliki lama tidur yang lebih sedikit. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban

adalah : Nilai 0 untuk jawaban tidur lebih dari 6,5 jam. Nilai 1 untuk jawaban

tidur antara 5,5 – 6,5 jam. Nilai 2 untuk jawaban tidur antara 4,5 – 5,5 jam. Nilai

3 untuk jawaban tidur kurang dari 4,5 jam.

2. Mimpi. Subyek normal biasanya tidak bermimpi atau tidak mengingat bila ia

mimpi atau kadang-kadang mimpi yang dapat diterimanya. Penderita insomnia

mempunyai mimpi yang lebih banyak atau selalu bermimpi yang tidak

menyenangkan.
3. Kualitas tidur. Kebanyakan subyek normal tidur nya dalam, penderita insomnia

biasanya tidurnya dangkal. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah :

Nilai 0 untuk jawaban dalam, sulit terbangun. Nilai 1 untuk jawaban terhitung

tidur yang baik, tetapi sulit untuk terbangun. Nilai 2 untuk jawaban terhitung tidur

yang baik, tetapi mudah untuk terbangun. Nilai 3 untuk jawaban tidur yang

dangkal, mudah untuk terbangun.

4. Masuk tidur. Subyek normal biasanya dapat jatuh tertidur dalam waktu 5-15

menit. Penderita insomnia biasanya lebih lama dari 15 menit. Nilai yang diperoleh

dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk jawaban kurang dari 5 menit. Nilai 1

untuk jawaban antara 6 -15 menit. Nilai 2 untuk jawaban antara 16 -29 menit.

Nilai 3 untuk jawaban anatar 30 – 44 menit. Nilai 4 untuk jawaban antara 45 – 60

menit. Nilai 5 untuk jawaban lebih dari 1 jam.

5. Terbangun malam hari. Subyek normal dapat mempertahankan tidur sepanjang

malam, kadang-kadang terbangun 1-2 kali, tetapi penderita insomnia terbangun

lebih dari 3 kali. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk

jawaban tidak terbangun sama sekali. Nilai 1 untuk jawaban sekali atau dua kali

terbangun. Nilai 2 untuk jawaban tiga sampai empat kali terbangun. Nilai 3 untuk

jawaban lebih dari empat kali terbangun.

6. Waktu untuk tidur kembali. Subyek normal mudah sekali untuk tidur kembali

setelah terbangun di malam hari biasanya kurang dari 5 menit mereka dapat

tertidur kembali. Penderita insomnia memerlukan waktu yang panjang untuk tidur

kembali. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk
jawaban kurang dari 5 menit. Nilai 1 untuk jawaban antara 6 -15 menit. Nilai 2

untuk jawaban antara 16 – 60 menit. Nilai 3 untuk jawaban lebih dari 60 menit.

7. Terbangun dini hari. Subyek normal dapat terbangun kapan ia ingin bangun tetapi

penderita insomnia biasanya bangun lebih cepat (missal 1-2 jam sebelum waktu

bangun). Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah ; Nilai 0 untuk

jawaban sekitar waktu bangun tidur anda. Nilai 1 untuk jawaban bangun 30 menit

lebih awal dari waktu bangun tidur anda dan tidak dapat tertidur lagi. Nilai 2

untuk jawaban bangun 1 jam lebih awal dari waktu bangun tidu anda dan tidak

dapat tertidur lagi. Nilai 3 untuk jawaban bangun lebih dari 1 jam lebih awal dari

waktu bangun tidur anda dan tidak dapat tertidur lagi.

8. Perasaan waktu bangun. Subyek normal merasa segar setelah tidur dimalam hari.

Akan tetapi penderita insomnia biasanya bangun dengan tidak segar atau lesu.

Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk jawaban merasa

segar. Nilai 1 untuk jawaban tidak terlalu baik. Nilai 2 untuk jawaban sangat

buruk. (Iskandar dan Setyonegoro, 1985).


C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN POLA TIDUR IBU HAMIL TRIMESTER III

Intervensi keperawatan merupakan tahap selanjutnya setelah pengkajian dan

penentuan diagnosa masalah keperawatan. Intervensi adalah petunjuk tertulis yang

menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan oleh

perawat terhadap klien sesuai dengan kebutuhan yang muncul pada diagnosa yang sudah

dirumuskan. Dalam menentukan diagnosa ini perawat memerlukan pengetahuan dan

keterampilan, mengambil keputusan, dan membuat strategi keperawatan untuk memenuhi

tujuan, menulis instruksi keperawatan. (Supratti & ashriady, 2016).

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


. KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Gangguan pola Setelah dilakukan Mandiri :
tidur berhubungan tindakan keperawatan
dengan perubahan selama 3x24 jam 1. Kaji perubahan pola 1. Untuk
tingkat aktifitas, diharapkan Ibu hamil tidur yang berkenaan mengidentifikasi
stress, psikologi, dapat memenuhi dengan kehamilan. kualitas atau
dan ketidaknyaman kebutuhan istirahat kuantitas tidur
fisik. tidur, dengan kriteria yang buruk yang
hasil : dialami Ibu
 Ibu hamil hamil.
dapat tidur
dalam waktu 2. Anjurkan Ibu hamil 2. Istirahat dan
6-8 jam saat istirahat atau tidur 1- tidur yang
malam hari. 2 jam saat siang hari cukup dapat
dan dapatkan tidur mengembalikan
 Ibu hamil malam selama 6-8 stamina, Ibu
mendapatkan jam. hamil menjadi
kualitas tidur segar, dan untuk
yang baik dan menebus
merasakan kurangnya
perasaan segar waktu tidur
sesudah tidur dimalam hari.
atau istirahat.

3. Aroma terapi
 Ibu hamil 3. Anjurkan alat bantu
lavender
dapat tidur untuk tidur seperti
memiliki efek
dengan menggunakan aroma
menenangkan
nyenyak. terapi lavender,
atau relaksasi
aroma bunga melati.
sehingga bisa
 Kebutuhan
meringankan
istirahat atau
insomnia,
tidur
sedangkan
terpenuhi.
aroma bunga
melati memiliki
efek untuk
membuat tidur
lebih dalam.

4. Mandi air
4. Anjurkan Ibu hamil
hangat dapat
mandi dengan air
membuat tubuh
hangat.
menjadi relaks,
mengurangi
pegal linu
sehingga
meningkatkan
kenyamanan
tidur.

5. Anjurkan 5. Aroma minyak


mengoleskan dan esensial
memijat dengan bergamot
menggunakan minyak memberikan
esensial bergamot manfaat
pada leher, dan meningkatkan
pundak Ibu hamil kualitas tidur
sebelum tidur. dan tidur
menjadi lebih
nyeyak pada
Ibu hamil.

6. Beri pendidikan 6. Meningkatkan


kesehatan tentang pengetahuan
kebutuhan istirahat tentang
tidur pada Ibu hamil. kebutuhan
istirahat tidur.

7. Anjurkan Ibu hamil 7. Untuk


untuk tidur dengan mendapatkan
posisi miring kiri. posisi yang
nyaman, dan
untuk
membatasi
aliran darah
kebagian
bawah badan.

8. Hindari posisi tidur 8. Untuk


telentang. mengurangi
aliran darah
kerahim dan
untuk
mencegah
terjadinya nyeri
punggung dan
haemoroid
(wasir) akibat
tekanan yang
berlebihan.

9. Anjurkan Ibu hamil 9. Untuk


untuk mengurangi mengurangi
asupan cairan diwaktu dorongan untuk
petang dan malam buang air kecil
hari. saat malam
hari.

10. Anjurkan 10. Membantu


menekankan kaki meringankan
pada dinding atau gejala yang
berdiri saat kram. menganggu
istirahat atau
tidur pada Ibu
hamil.

11. Anjurkan makan 11. Membantu


makanan tinggi mengurangi
kalsium, besi, ketidaknyamana
magnesium, dan n sindrom kaki
vitamin B12. gelisah.

12. Hindari minuman 12. Untuk


berkarbonasi, cokelat, mengurangi
makanan asam, gejala
makanan pedas, dan perubahan
makanan berlemak. hormonal yang
menyertai
kehamilan yang
dapat
menyebabkan
peningkatan
nyeri pada ulu
hati yang
mengganggu
istirahat atau
tidur pada
malam hari.

13. Tinggikan kepala dan 13. Untuk menjaga


dada saat tidur. asam lambung
dalam perut.
14. Hindari membaca
terlalu banyak 14. Untuk
informasi secara menghindari
online, terutama stress atau
sebelum tidur. kecemasan
akibat
mendapatkan
informasi yang
didapat secara
berlebihan.

15. Anjurkan 15. Untuk


menempatkan bantal membantu
diantara kaki. mendukung
perut dan
punggung
bawah.

16. Berikan teknik 16. Untuk


relaksasi otot mendapatkan
progresif, hipnosis, rasa nyaman
yoga, dan terapi saat tidur, dan
musik. dapat
memberikan
ketenangan pada
ibu hamil
menjadi relaks.

17. Pertahankan 17. Untuk


kebersihan dan memberikan
kerapihan tempat kenyamanan
tidur dan dan kebersihan
perlengkapannya kepada Ibu
setiap hari. hamil saat
istirahat atau
tidur.
18. Anjurkan rutinitas 18. Untuk
olahraga teratur yang mendapatkan
ringan minimal 3 kali manfaat
seminggu. kesehatan
karena lebih
baik daripada
aktivitas yang
tidak teratur,
dan dapat
memberikan
rasa segar dan
sehat kepada
Ibu hamil saat
istirahat atau
tidur.

D. MEKANISME AROMA TERAPI UNTUK MENCEGAH


GANGGUAN POLA TIDUR

Menurut Cuncic (2012) dalam Pande, dkk (2013:3) Aroma terapi terdiri dari

minyak tumbuhan atau minyak esensial untuk meningkatkan masalah kecemasan, untuk

menenangkan tubuh, pikiran dan saraf. Wewangian seperti lavender, chamomile dan

vanili memiliki efek menenangkan. Aroma yang paling popular adalah lavender.
Lavender digunakan terutama untuk relaksasi, untuk mengurangi susah tidur, kecemasan,

dan depresi. Menurut Appleton (2012) dalam Pande, dkk (2013) aromaterapi lavender

adalah aroma terapi yang menggunakan minyak esensial dari bunga lavender, dimana

memiliki komponen utama berupa Linalool dan Linali Asetat yang dapat memberikan

efek relaksasi. Salah satu terapi nonfarmakologis yang bisa digunakan untuk

meningkatkan kualitas tidur adalah relaksasi. Aromaterapi merupakan salah satu bentuk

terapi relaksasi (Laura, 2015). Aromaterapi mengacu pada kekuatan penyembuhan dari

tanaman dengan penggunaan minyak esensial untuk meningkatkan kesejahteraan fisik

dan mental (Smith et al, 2011 dalam Wihelma, 2014). Aromaterapi mempunyai efek yang

positif karena diketahui bahwa aroma yang segar dan harum bisa merangsang sensori dan

reseptor yang ada di hidung kemudian memberi informasi lebih jauh kearah otak yang

mengontrol emosi dan memori serta memberikan informasi ke hipotalamus. Hipotalamus

merupakan pengatur system internal tubuh, termasuk system seksualitas, suhu tubuh, dan

reaksi terhadap stress (Koensoemardiyah, 2009 dalam Laura, 2015).

Aromaterapi lavendee memilik rasa nyaman, rasa keterbukaan, dan keyakinan.

Lavender juga dapat mengurangi rasa tekanan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak

seimbang, hysteria rasa frustasi dan kepanikan (Wheatley, 2005 dalam Laura, 2015).

Kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl acetate dan linalool. Linalool

adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas, relaksasi, dan rasa

kantuk (McLain, 2009 dalam Dewi, 2011). Menurut Diego et al., 1998 dalam Dewi,

2011, aromaterapi lavender lebih efektif terhadap aromaterapi rosemary dalam perbaikan

mood, peningkatan rasa rileks dan peningkatan rasa kantuk.


PATOFLOW AROMA THERAPY LAVENDER

Minyak aroma therapi / aroma therapi lavender

Mengandung molekul minyak esensial

Berisi antispasmodik, antivirus

Terhirup melalui kulit / penciuman

Me sistem kekebalan tubuh

Terdapat reseptor ke system limbik

Mengaktifkan bahan kimia otak

Mempengaruhi suasana hati

Mempengaruhi raphe nucleus di otak

Sel saraf pusat aktif


Merangsang raphe nucleus di otak

Me pengeluaran serotonin

mengaktifkan kelenjar pineal

mempengaruhi SCN (Etrains Suprachiamatic Nucleus)

di hipotalamus anterior

pe sleep latency, nocturnal awakening

me relaksasi me kualitas & mengendalikan tidur nyenyak / memberikan

kualitas tidur tidur dalam efek ketenangan


DAFTAR PUSTAKA

dr. Prima Progestian, Sp.OG. 2016. 101 Ide Sehat Kehamilan.Dimuat pada situs
berita kesehatan no. 1 www.SehatFresh.com

https://www.alomedika.com>penyakit>psikiatri>patofisiologi

https://e-journal.unair.ac.id>IJPH>article

eprints.ums.ac.id.R Annisa.2018

eprints.ums.ac.id.AR Abdullah.2017

Siti Bandiyah, AMKP, S.Pd. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik


Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Offset.

Reeder, Sharon J. 2014. Volume 1 Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita,


Bayi, dan Keluarga edisi 8. Jakarta : EGC.
https://womantalk.com

https://m.liputan6.com

Anda mungkin juga menyukai