Di Susun Oleh :
FITRI SUSILOWATI
08180100216
tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan tidur, masalah tidur, sering terbangun dimalam
hari, dan bangun terlalu pagi. Kondisi ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada siang
hari dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan tidak tercukupinya
Dalam kesehatan kondisi tidur yang baik itu biasanya berlangsung sekitar 6 hingga 9
jam. Jumlah tidur yang seseorang butuhkan adalah yang cukup bagi seseorang untuk
membangkitkan perasaan segar dan beraktivitas secara optimal disiang hari. Dan jumlah
tidur pada seseorang lebih banyak berubah ketika akan beranjak dewasa. (Driver et al.,
2012).
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur
diperlukan agar otak dan tubuh dapat memperbaiki dirinya sendiri, sehingga bila
seseorang kurang tidur akan segera tampak berbagai kelainan fisik maupun mental. Pada
saat tidur kerja tubuh melambat sehingga membuat sel-sel penyembuh untuk
memperbaiki sel-sel yang rusak. (Prasadja,2009). Kebutuhan tidur tiap individu berbeda-
Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang bertujuan untuk
mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas. Tidur dan terbangun diatur oleh
juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang diproduksi oleh mekanisme serebral dalam
batang otak yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang berperan
sangat penting dalam menginduksi rasa kantuk juga sebagai medulla kerja otak. (Guyton
katekolamin yang diproduksi secaraalami oleh tubuh. Adanya lesi pada pusat pengatur
dilepaskan akan menghasilkan hormone norepineprin yang akan merangsang otak untuk
Stress juga merupakan salah satu faktor pemicu, dimana dalam keadaan stress atau
cemas, kadar hormone katekolamin akan meningkat dalam darah yang akan merangsang
sistem saraf simpatik sehingga seseorang akan terus terjaga. (Perry, dalam Iswari &
Wahyuni, 2013).
terjadinya perubahan yang besar. Perubahan ini tidak hanya berhubungan dengan
perubahan fisik, namun juga perubahan biokimia, fisiologis, bahkan psikologis yang
pada ibu hamil ini untuk menjaga metabolism tubuh, mendukung pertumbuhan janin,
serta persiapan persalinan dan menyusui dengan tingkatan yang bervariasi disetiap
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester. Ketika memasuki trimester III atau umur
kehamilan semakin bertambah, semakin banyak keluhan yang dirasakan oleh ibu baik
keluhan yang bersifat psikis maupun fisik dan memiliki dampak pada kualitas tidur ibu
hamil. Beberapa faktor seperti semakin membesarnya ukuran perut ibu, gerakan janin di
dalam kandungan yang semakin aktif, yang membuat ibu hamil kesulitan untuk tidur
Mendekati saat melahirkan, ibu hamil akan sulit mengatur posisi tidur. Gangguan ini
dapat disebabkan karena semakin besar kehamilan sehingga diafragma akan tertekan ke
atas dan mengganggu pernafasan. Pada ibu hamil disarankan untuk tidur dengan posisi
Pernafasan yang tidak baik pada ibu hamil akan berpengaruh pada berkurangnya
pasokan oksigen pada otak sehingga dapat memengaruhi kualitas tidur (Emilia, 2010).
Masalah lain yang umum selama kehamilan adalah nyeri ulu hati, atau bias disebut
sebagai penyakit gastroesophageal reflux (GERD) yakni asam lambung berbalik kembali
ke esophagus (Ayudhitya dan Tjuataja, 2014). Umumnya pada trimester III atau
Lee (2004), melakukan penelitian tentang kualitas tidur pada ibu hamil dan
menyatakan bahwa ibu hamil yang kurang dari 6 jam per malam memiliki resiko operasi
Caesar 4,5 kali lebih besar. Penelitian yang dilakukan oleh William et al (2010),
menunjukkan hasil bahwa ibu hamil yang tidur kurang dari 5 jam tiap malam beresiko
komplikasi dalam kehamilan, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Okun (2011),
yang menyatakan bahwa gangguan tidur yang terjadi pada ibu hamil dapat memperburuk
respon inflamasi tubuh dan menyebabkan kelebihan produksi sitokin. Sitokin adalah
molekul yang berhubungan dengan sel-sel kekebalan . Bila tubuh mengalami kelebihan
sitokin maka dapat mengganggu arteri tulang belakang yang mengarah ke plasenta,
Menurut National Sleep Foundation (2007) dama Rezaei (2015), perempuan hamil
yang mengalami beberapa bentuk gangguan tidur mencapai 79%. Sebanyak 72% dari ibu
hamil akan mengalami frekuensi terbangun lebih sering pada malam hari. Umumnya
kebutuhan tidur orang dewasa yakni selama 7-8 jam, namun untuk ibu hamil bias
mencapai 10 jam. Hal ini tergantung pada umur saat ibu hamil dan stamina yang
dirasakan ibu hamil. Kualitas tidur yang baik akan menjaga kesehatan ibu selama hamil
Pemicu gangguan pola tidur pada ibu hamil trimester III bisa juga disebabkan karena
bayi yang bergerak terus, kecemasan calon ibu, kram kaki, asupan yang dikonsumsi
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan.
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala masalah kesehatan
yang dialami pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang
kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat
pada ibu hamil yaitu untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran, dan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima oleh klien dan penentuan respon
terhadap terapi tersebut. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari bagian
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Mubarak, Indrawati & Susanto, 2015).
Pada ibu hamil trimester III apabila dilakukan pengkajian yang berkaitan dengan masalah
gangguan pola tidur akan mendapatkan hasil pemeriksaan fisik seperti ekspresi wajah dan
perilaku yang diperlihatkan klien tampak cemas dan tampak lesu. Pada mata didapatkan
konjungtiva anemis, disekitar mata klien terlihat ada lingkar hitam, kondisi fisik pasien
yang mengalami gangguan pola tidur didapatkan lingkaran hitam disekitaran mat,
konjungtiva merah, terlihat lemah, gelisah, dan lesu akibat kekurangan energy. (Saputra,
2013).
Pengkajian yang dapat dilakukan pada ibu hamil yang mengalami gangguan pola
tidur, meliputi identitas klien (terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
agama, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat), status kesehatan saat ini
(terdiri dari keluhan utama, riwayat penyakit sekarang), riwayat obstetri (terdiri dari
riwayat menstruasi, HPHT), riwayat kehamilan saat ini (terdiri dari GPAb, imunisasi,
ANC, keluhan selama hamil, pergerakan janin), riwayat kesehatan (terdiri dari penyakit
yang pernah dialami ibu, pengobatan yang didapat, riwayat penyakit keluarga), pola
istirahat dan tidur (terdiri dari lama tidur jam/hari, kebiasaan sebelum tidur, keluhan),
pola aktifitas dan latihan (terdiri dari kegiatan dalam pekerjaan, waktu bekerja, olahraga,
kegiatan waktu luang, keluhan dalam aktifitas), pola kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan (terdiri dari merokok, minuman keras, minuman kafein, ketergantungan obat),
sedangkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu hamil meliputi keadaan umum,
tekanan darah, kesadaran, nadi, suhu, tinggi badan, respirasi, berat badan, mata (terdiri
dari sclera, konjungtiva, kelainan), mulut dan tenggorokan (terdiri dari gigi geligi,
kelainan), dada dan axila (terdiri dari mammae, ariola mammae, papilla mammae,
colostrum, kelainan), pernafasan (terdiri dari jalan nafas, suara nafas, kelainan), sirkulasi
jantung (terdiri dari kecepatan denyut apical, irama, kelainan), abdomen (terdiri dari
keadaan vulva, perineum, kelainan), dan hasil pemeriksaan penunjang (terdiri dari
1. Riwayat tidur.
a. Kuantitas (lama tidur) dan kualitas waktu tidur siang dan malam hari.
2. Gejala klinis
a. Perasaan lelah.
b. Gelisah.
c. Emosi.
g. Sakit kepala.
Alat ukur Insomia
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur (insomnia) dari subyek adalah
Rating Scale) (iskandar dan Setyonegoro,1985). Alat ukur ini mengukur masalah
insomnia secara terperinci, misalnya masalah gangguan masuk tidur, lamanya tidur,
kualitas tidur, serta kualitas setelah kualitas setelah bangun. Berikut merupakan butir-
butir dari KSPBJ Insomnia Rating Scale dan nilai skoring dari tiap item yang dipilih
1. Lamanya tidur. Butir ini untuk mengevaluasi jumlah jam tidur total, nilai butir ini
tergantung dari lamanya subyek tertidur dalam satu hari. Untuk subyek normal
lama tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan pada penderita insomnia
memiliki lama tidur yang lebih sedikit. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban
adalah : Nilai 0 untuk jawaban tidur lebih dari 6,5 jam. Nilai 1 untuk jawaban
tidur antara 5,5 – 6,5 jam. Nilai 2 untuk jawaban tidur antara 4,5 – 5,5 jam. Nilai
2. Mimpi. Subyek normal biasanya tidak bermimpi atau tidak mengingat bila ia
mempunyai mimpi yang lebih banyak atau selalu bermimpi yang tidak
menyenangkan.
3. Kualitas tidur. Kebanyakan subyek normal tidur nya dalam, penderita insomnia
biasanya tidurnya dangkal. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah :
Nilai 0 untuk jawaban dalam, sulit terbangun. Nilai 1 untuk jawaban terhitung
tidur yang baik, tetapi sulit untuk terbangun. Nilai 2 untuk jawaban terhitung tidur
yang baik, tetapi mudah untuk terbangun. Nilai 3 untuk jawaban tidur yang
4. Masuk tidur. Subyek normal biasanya dapat jatuh tertidur dalam waktu 5-15
menit. Penderita insomnia biasanya lebih lama dari 15 menit. Nilai yang diperoleh
dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk jawaban kurang dari 5 menit. Nilai 1
untuk jawaban antara 6 -15 menit. Nilai 2 untuk jawaban antara 16 -29 menit.
lebih dari 3 kali. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk
jawaban tidak terbangun sama sekali. Nilai 1 untuk jawaban sekali atau dua kali
terbangun. Nilai 2 untuk jawaban tiga sampai empat kali terbangun. Nilai 3 untuk
6. Waktu untuk tidur kembali. Subyek normal mudah sekali untuk tidur kembali
setelah terbangun di malam hari biasanya kurang dari 5 menit mereka dapat
tertidur kembali. Penderita insomnia memerlukan waktu yang panjang untuk tidur
kembali. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk
jawaban kurang dari 5 menit. Nilai 1 untuk jawaban antara 6 -15 menit. Nilai 2
untuk jawaban antara 16 – 60 menit. Nilai 3 untuk jawaban lebih dari 60 menit.
7. Terbangun dini hari. Subyek normal dapat terbangun kapan ia ingin bangun tetapi
penderita insomnia biasanya bangun lebih cepat (missal 1-2 jam sebelum waktu
bangun). Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah ; Nilai 0 untuk
jawaban sekitar waktu bangun tidur anda. Nilai 1 untuk jawaban bangun 30 menit
lebih awal dari waktu bangun tidur anda dan tidak dapat tertidur lagi. Nilai 2
untuk jawaban bangun 1 jam lebih awal dari waktu bangun tidu anda dan tidak
dapat tertidur lagi. Nilai 3 untuk jawaban bangun lebih dari 1 jam lebih awal dari
8. Perasaan waktu bangun. Subyek normal merasa segar setelah tidur dimalam hari.
Akan tetapi penderita insomnia biasanya bangun dengan tidak segar atau lesu.
Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk jawaban merasa
segar. Nilai 1 untuk jawaban tidak terlalu baik. Nilai 2 untuk jawaban sangat
menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat terhadap klien sesuai dengan kebutuhan yang muncul pada diagnosa yang sudah
3. Aroma terapi
Ibu hamil 3. Anjurkan alat bantu
lavender
dapat tidur untuk tidur seperti
memiliki efek
dengan menggunakan aroma
menenangkan
nyenyak. terapi lavender,
atau relaksasi
aroma bunga melati.
sehingga bisa
Kebutuhan
meringankan
istirahat atau
insomnia,
tidur
sedangkan
terpenuhi.
aroma bunga
melati memiliki
efek untuk
membuat tidur
lebih dalam.
4. Mandi air
4. Anjurkan Ibu hamil
hangat dapat
mandi dengan air
membuat tubuh
hangat.
menjadi relaks,
mengurangi
pegal linu
sehingga
meningkatkan
kenyamanan
tidur.
Menurut Cuncic (2012) dalam Pande, dkk (2013:3) Aroma terapi terdiri dari
minyak tumbuhan atau minyak esensial untuk meningkatkan masalah kecemasan, untuk
menenangkan tubuh, pikiran dan saraf. Wewangian seperti lavender, chamomile dan
vanili memiliki efek menenangkan. Aroma yang paling popular adalah lavender.
Lavender digunakan terutama untuk relaksasi, untuk mengurangi susah tidur, kecemasan,
dan depresi. Menurut Appleton (2012) dalam Pande, dkk (2013) aromaterapi lavender
adalah aroma terapi yang menggunakan minyak esensial dari bunga lavender, dimana
memiliki komponen utama berupa Linalool dan Linali Asetat yang dapat memberikan
efek relaksasi. Salah satu terapi nonfarmakologis yang bisa digunakan untuk
meningkatkan kualitas tidur adalah relaksasi. Aromaterapi merupakan salah satu bentuk
terapi relaksasi (Laura, 2015). Aromaterapi mengacu pada kekuatan penyembuhan dari
dan mental (Smith et al, 2011 dalam Wihelma, 2014). Aromaterapi mempunyai efek yang
positif karena diketahui bahwa aroma yang segar dan harum bisa merangsang sensori dan
reseptor yang ada di hidung kemudian memberi informasi lebih jauh kearah otak yang
merupakan pengatur system internal tubuh, termasuk system seksualitas, suhu tubuh, dan
Lavender juga dapat mengurangi rasa tekanan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak
seimbang, hysteria rasa frustasi dan kepanikan (Wheatley, 2005 dalam Laura, 2015).
Kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl acetate dan linalool. Linalool
adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas, relaksasi, dan rasa
kantuk (McLain, 2009 dalam Dewi, 2011). Menurut Diego et al., 1998 dalam Dewi,
2011, aromaterapi lavender lebih efektif terhadap aromaterapi rosemary dalam perbaikan
Me pengeluaran serotonin
di hipotalamus anterior
dr. Prima Progestian, Sp.OG. 2016. 101 Ide Sehat Kehamilan.Dimuat pada situs
berita kesehatan no. 1 www.SehatFresh.com
https://www.alomedika.com>penyakit>psikiatri>patofisiologi
https://e-journal.unair.ac.id>IJPH>article
eprints.ums.ac.id.R Annisa.2018
eprints.ums.ac.id.AR Abdullah.2017
https://m.liputan6.com