OLEH :
Tulus Raharjo
P07120119026R
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Adapun makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah “Keperawatan
Gerontik” dengan judul “Pelayanan Kesehatan Lansia Di PTSW”. Dalam penulisan makalah
ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu
saja bukan karena kemampuan kami semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan
bantuan dari pihak-pihak terkait.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Zainab SST., M.Kes selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri
kami dan khususnya untuk pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik
yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun
2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Lanjut Usia Pasal 1 mengenai pengertian lanjut usia, lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun
2012 oleh Badan Pusat Statistik RI dalam Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan tahun 2013, yakni Jawa
Tengah menempati tingkat ke III dengan persentase 10,34%
penduduk lansia menurut provinsi.
B. Rumusah masalah
Bagimana pelayanan lansia di PTSW ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagimana pelayanan lansia di PTSW
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kategori Lansia
Menurut Cooper Clare, Markus dan Francis
Carolyn (1998) bahwa dilihat dari usia dan aktifitasnya,
lansia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
2. Penurunan psikologis
Meliputi: (Oeniyati, Yulia: 2005)
a. Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya
ingat yang sering terjadi pada orang yang berusia >
65 tahun;
b. Depresi. Gangguan depresi merupakan hal yang
terpenting dalam problem lansia. Usia bukan
merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi
suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-
masalah yang dihadapi lansia yang membuat
mereka depresi. Gejala depresi pada lansia adalah
kehilangan minat, berkurangnya energi (mudah
lelah), konsentrasi dan perhatian berkurang, kurang
percaya diri, sering merasa bersalah, pesimis,
gangguan pada tidur dan gangguan nafsu makan;
c. Delusi merupakan suatu kondisi dimana pikiran
terdiri dari satu atau lebih delusi. Delusi diartikan
sebagai ekspresi kepercayaan yang dimunculkan
kedalam kehidupan nyata seperti merasa dirinya
diracun oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa
dirinya sakit atau disakiti;
d. Gangguan kecemasan merupakan gangguan
psikologis berupa ketakutan yang tidak
wajar/phobia. Kecemasan yang tersering pada
lansia adalah tentang kematiannya;
e. Gangguan tidur. Usia lanjut adalah faktor tunggal
yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan kejadian gangguan tidur yang berupa
gangguan tidur di malam hari (sering terbangun di
dini hari) dan sering merasa ngantuk terutama di
siang hari.
3. Penurunan Sosial
Menurut Chandra (2012) meliputi:
a. Masa pensiun menyebabkan sebagian lansia sering
merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.
Beberapa perasaan yang dirasakan adalah sebagai
berikut:
1) Kehilangan status atau kedudukan sosial
sebelumnya, baik di dalam masyarakat, tempat
kerja atau lingkungan;
2) Kehilangan pertemanan baik di lingkungan masyarakat;
3) Kehilangan gaya hidup yang biasa dijalaninya.
b. Banyak lansia yang merasa kesepian atau merasa
terisolasi dari lingkungan di sekitarnya, antara lain
karena jarang tersedia pelayanan kendaraan umum
khusus bagi lansia, tingginya tingkat kejahatan di
sekitar lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain.
D. Permasalahan Lansia
Menurut Mangoenprasodjo dan Setiono (2005),
permasalahan lansia terjadi karena secara fisik mengalami
proses penuaan yang disertai dengan kemunduran fungsi
pada sistem tubuh sehingga secara otomatis akan
menurunkan pula keadaan psikologis dan sosial dari
puncak pertumbuhan dan perkembangan. Permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh lansia, diantaranya:
1. Kondisi mental: secara psikologis, umumnya pada usia
lanjut terdapat penurunan baik secara kognitif maupun
psikomotorik. Contohnya, penurunan pemahaman
dalam menerima permasalahan dalam kelambanan
dalam bertindak
2. Keterasingan (loneliness): terjadi penurunan
kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat,
dan aktivitas lainnya sehingga merasa tersisih dari
masyarakat.
3. Post power syndrome: kondisi ini terjadi pada
seseorang yang semula mempunyai jabatan pada masa
aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, orang tersebut
merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.
4. Masalah penyakit: selain karena proses fisiologis yang
menuju ke arah degeneratif, juga banyak ditemukan
gangguan pada usia lanjut, antara lain: infeksi, jantung
dan pembulu darah, penyakit metabolik, osteoporosis,
kurang gizi, penggunaan obat dan alkohol, penyakit
syaraf (stroke), serta gangguan jiwa terutama depresi
dan kecemasan.
Permasalahan yang dialami lansia memberikan
kesimpulan bahwa dengan keterbatasan yang di alami
maka harus diciptakan suatu lingkungan yang dapat
membantu aktivitas lansia dengan keterbatasannya.
E. Alternatif Tempat Tinggal bagi Lansia sebagai
Pemenuhan Kebutuhan
Beberapa alternatif tempat tinggal Lanjut Usia di
beberapa Negara yang telah mengalami banyak
perkembangan, yaitu : (Parker, 1988)
1. Aging in place
Lansia memilih rumah yang telah mereka tempati
semenjak dahulu sebagai tempat tinggal mereka, hal
ini dikarenakan mereka telah memiliki rasa nyaman
dan rasa memiliki atas rumah mereka dan tidak mudah
untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
2. Home sharing
Lansia memilih untuk berbagi tempat tinggal dengan
satu atau dua lansia lainnya, dengan keuntungan
bahwa mereka tidak harus merawat tempat tinggal
mereka sendiri, dan beban itu dapat dihadapai
bersama.
3. Extended household/ Echo housing/ Granny flats
Lansia tinggal bersama anak atau sanak saudaranya.
4. Modular homes/ mobile homes
Beberapa lansia memilih untuk menjalankan gaya
hidup yang sederhana dan mengurangi pengeluaran
dengan menjual rumah yang kemudian diganti degan
rumah mobil. Biasanya ditempatkan di taman tempat
trailer atau tempat lain yang mengizinkan.
5. Retirement residences
Merupakan sebuah tempat tinggal menyerupai
apartemen yang disediakan khusus untuk pensiunan.
Tiap unit yang disediakan memiliki ukuran yang
efisien dengan satu kamar tidur. Apartemen ini
menyediakan fasilitas umum berupa ruang untuk
komunal untuk melakuakn berbagai kegiatan secara
bersama-sama dan fasilitas olahraga yang didisain
khusus untuk lansia.
6. Retirement communities
Merupakan sebuah perkampungan atau kota kecil
dengan perumahan untuk para usia pensiun dan
tersedia fasilitas-fasilitas yang mudah diakses oleh
para lansia.
7. Group homes
Merupakan sebuah kelompok tempat tinggal dalam
sebuah komunitas yang didisain khusus untuk
membantu lansia yang cacat.
8. Residential cares
Sebuah bangunan tempat tinggal bersama, berupa
asrama di mana terdapat staf medic yang bertugas
menjaga dan membatu lansia untuk melakukan
aktifitas sehari-hari. Di dalamnya juga terdapat sebuah
program yang dirancang untuk lansia berkegiatan dan
dikontrol oleh staf yang bertugas.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor:
4/PRS-3/KPTS/2007 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam
Panti dalam Departemen Sosial R.I. bahwa Panti Sosial Tresna Werdha
adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan
pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat. Panti Sosial Tresna Werdha/ Panti Sosial Lanjut
Usia sebagai lembaga pelayanan Sosial Lanjut usia berbasis panti yang
dimiliki pemerintah maupun swasta dan yang memiliki berbagai sumber daya
yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia
yang terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti:
pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day-care service), dan
pelayanan perawatan rumah (home care service) dapat dilakukan tanpa
meninggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar.