Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN LANSIA DI PTSW

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Ibu Zainab SST., M.Kes

OLEH :
Tulus Raharjo

P07120119026R

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Adapun makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah “Keperawatan
Gerontik” dengan judul “Pelayanan Kesehatan Lansia Di PTSW”. Dalam penulisan makalah
ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu
saja bukan karena kemampuan kami semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan
bantuan dari pihak-pihak terkait.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Zainab SST., M.Kes selaku dosen mata
kuliah Keperawatan Anak yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri
kami dan khususnya untuk pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik
yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Banjarbaru, 25 Januari 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun
2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Lanjut Usia Pasal 1 mengenai pengertian lanjut usia, lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun
2012 oleh Badan Pusat Statistik RI dalam Buletin Jendela
Data dan Informasi Kesehatan tahun 2013, yakni Jawa
Tengah menempati tingkat ke III dengan persentase 10,34%
penduduk lansia menurut provinsi.

Penduduk lanjut usia memerlukan program pelayanan


kesejahteraan sosial, guna meningkatkan angka harapan
hidupnya melalui program pelayanan kesejahteraan sosial
yang terencana, tepat guna dan tetap memiliki karakteristik
yang harmonis dalam perlindungan sosial. Hal itu sesuai
dengan penjelasan UUD 1945, Pasal 28H, ayat 1, bahwa
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Akan tetapi masih ada penduduk lanjut usia
terlantar di Jawa Tengah berdasarkan hasil rekapitulasi
laporan pemutakhiran dan pemetaan data penyandang
masalah kesejahteraan sosial dan potensi sumber
kesejahteraan sosial di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2013, adalah sebanyak 125.951 jiwa (3,48%) lanjut usia
terlantar dari jumlah penduduk lanjut usia di atas usia 60
tahun adalah sebanyak 3.611.999 jiwa lanjut usia (Dinas
Sosial Provinsi Jawa Tengah, 2013). Lanjut usia terlantar
berhak memperoleh pelayanan publik melalui unit pelayanan
sosial di Provinsi Jawa Tengah sebagai upaya program
pelayanan kesejahteran sosial bagi lanjut usia (Wijaya, 2013).
Berdasarkan Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial
Lanjut Usia di Indonesia oleh Departemen Sosial RI tahun
2003, pada mulanya program pemerintah dalam penanganan
terhadap penduduk lanjut usia lebih menekankan pemberian
santunan kepada yang terlantar sesuai Undang – Undang
Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Namun, saat ini kebijakan tersebut mempunyai sasaran yang
lebih luas dengan memberikan dorongan
untuk memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia kepada keluarga dan masyarakat
agar dapat mendukung terwujudnya lanjut usia yang
berguna, berkualitas dan mandiri. Penanganan permasalahan
lanjut usia yang berkembang selama ini dikenal dengan
melalui dua cara, yaitu pelayanan dalam panti dan luar
panti. Pelayanan dalam Panti Sosial Tresna Werdha meliputi
pemberian pangan, sandang, papan, pemeliharaan kesehatan,
dan pelayanan bimbingan mental keagamaan, serta pengisian
waktu luang termasuk didalamnya rekreasi, olahraga dan
keterampilan.

B. Rumusah masalah
Bagimana pelayanan lansia di PTSW ?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagimana pelayanan lansia di PTSW
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Gambaran Umum Mengenai Lansia


A. Pengertian Tentang Lanjut Usia
Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan
merupakan tahap perkembangan normal yang akan
dialami oleh setiap individu dan merupakan kenyataan
yang tidak dapat dihindari. Menurut Notoatmodjo (2007),
batasan lanjut usia (lansia) dapat ditinjau dari aspek
biologi, sosial, dan usia atau batasan usia, yaitu:
1. Aspek Biologi
Lansia ditinjau dari aspek biologi adalah
orang/ individu yang telah menjalani proses penuaan
(menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai
penyakit yang dapat menyebabkan kematian). Hal ini
disebabkan seiring meningkatnya usia terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ
2. Aspek Sosial
Dari sudut pandang sosial, lansia merupakan
kelompok sosial tersendiri. Di Negara Barat, lansia
menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Bagi
masyarakat tradisional di Asia, lansia menduduki kelas
sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh
masyarakat
3. Aspek Umur
Dari kedua aspek di atas, pendekatan umur
adalah yang paling memungkinkan untuk
mendefinisikan lansia secara tepat. Beberapa pendapat
mengenai pengelompokkan usia lansia adalah sebagai
berikut:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995),
lanjut usia adalah tahap masa tua dalam
perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun
ke atas.
b. UU RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteran
Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun
keatas.

c. Departemen Kesehatan RI membuat


pengelompokkan sebagai berikut:
1) Kelompok Pertengahan Umur: kelompok usia
dalam masa vertilitas yaitu masa persiapan usia
lanjut yang menunjukkan keperkasaan fisik dan
kematangan jiwa (45-54 tahun)
2) Kelompok Usia Lanjut Dini: kelompok dalam
masa prasenium yaitu kelompok yang mulai
memasuki usia lanjut (55-64 tahun)
3) Kelompok Usia Lanjut: kelompok dalam masa
senium (65 tahun ke atas)
4) Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi:
kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau
kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,
terpencil, menderita penyakit berat atau cacat
d. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat
pengelompokan sebagai berikut:
1) Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-70 tahun
3) Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun.
e. Menurut Second World Assembly on Ageing (SWAA) di Madrid
(8-
12 April 2002) yang menghasilkan Rencana Aksi
Internasional Lanjut Usia bahwa seseorang disebut
sebagai lansia jika berumur 60 tahun ke atas (di
negara berkembang) atau 65 tahun ke atas dinegara
maju.

B. Kategori Lansia
Menurut Cooper Clare, Markus dan Francis
Carolyn (1998) bahwa dilihat dari usia dan aktifitasnya,
lansia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

Tabel 2.1 Klasifikasi Lansia

Young Old Old Old – Old


Kondis  Usia antara 55-  Sekitar 70-80  Sekitar 80
70
i tahun dan tahun keatas
 Relatif sehat,
Umum lebih  Membutuhkan
makmur,
bebas  Membutuhkan

Young Old Old Old – Old


dari tanggung pelayanan sosial pelayanan sosial
jawab yang mendukung yang mendukung
tradisional  Membutuhkan  Membutuhkan
akan pekerjaan fitur- fitur spesial fitur- fitur spesial
dan keluarga, pada lingkungan pada lingkungan
berpendidikan, fisik seiring fisik seiring
aktif dalam hal dengan masalah- dengan masalah-
politik masalah masalah
kesehatan yang kesehatan yang
berkembang pada berkembang pada
diri mereka diri mereka
Kebutuha  Komunita  Perawatan untuk  Rumah perawatan
n Tempat s sekumpulan  Perawatan residen
Tinggal pensiuna orang  Perawatan pribadi
n  Pusat
 Komunitas perawatan
orang dewasa berkelanjutan
 Perawatan di
area kediaman
Kemampuan  Mandiri  Semi-independent  Sangat
 Aktif  Semi-aktif bergantung pada
(dalam orang lain
kelompok)  Pasif
(pergerakan
terbatas)
 Memiliki
kebutuhan lebih
untuk perawatan
kesehatan
Tipikal  inisiatif pribadi  inisiatif sendiri  terbatas
Kegiatan  kegiatan sosial dan kelompok (inisiatif orang
 bersenang-  cenderun lain)
senang g  berkelompok
 rekreasi menetap  menetap
 berhubungan  sosial  sosial
dengan  berhubungan  therapeutic
kesehatan dengan
dan kesehatan dan
kemakmuran kemakmuran

Sumber : Cooper Clare, Marcus & Carolyn Francis, 1998


C. Penurunan Kondisi pada Lansia
Secara normal, seseorang yang berada pada
keadaan usia lanjut akan mengalami penurunan berbagai
organ atau sistem tubuh, baik dari segi anatomi maupun
fungsional. Menurut Hurlock (1996) beberapa penurunan
yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

1. Penurunan Fisik meliputi


a. Lansia tidak tahan terhadap temperatur yang
sangat panas atau sangat dingin. Hal ini
disebabkan oleh menurunnya fungsi pembuluh
darah pada kulit;
b. Dalam kemampuan visual, lansia mengalami
kemunduran dalam hal ketajaman dan luas
pandangan. Mata kurang peka dalam melihat
cahaya dengan intensitas terlalu tinggi dan lebih
sensitif terhadap sesuatu yang menyilaukan serta
kurang mampu membedakan warna;
c. Dalam kemampuan pendengaran, lansia
mengalami kesulitan dalam menangkap frekuensi
percakapan yang kecil atau besar di waktu
bersamaan;
d. Dalam kemampuan indera perasa, lansia menjadi
kurang menyadari akan perubahan suhu, rasa dan
bau;
e. Penurunan fungsi sistem motorik (otot dan
rangka), antara lain berkurangnya daya tumbuh
dan regenerasi, kemampuan mobilitas dan kontrol
fisik, semakin lambatnya gerakan tubuh, dan sering
terjadi getaran otot (tremor). Jumlah otot
berkurang, ukurannya menciut, volume otot secara
keseluruhan menciut dan fungsinya menurun.
Terjadi degenerasi di persendian dan tulang
menjadi keropos (osteoporosis);
f. Kulit tubuh menjadi berkerut karena kehilangan
elastisitas dan mudah luka apabila tergores benda
yang cukup tajam. Kulit tubuh menjadi lebih
kering dan tipis;
g. Semakin tua usia seseorang, tingkat kecerdasan
semakin menurun, memori berkurang, kesulitan
berkonsentrasi, lambatnya kemampuan kognitif
dan kerja saraf.

2. Penurunan psikologis
Meliputi: (Oeniyati, Yulia: 2005)
a. Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya
ingat yang sering terjadi pada orang yang berusia >
65 tahun;
b. Depresi. Gangguan depresi merupakan hal yang
terpenting dalam problem lansia. Usia bukan
merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi
suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-
masalah yang dihadapi lansia yang membuat
mereka depresi. Gejala depresi pada lansia adalah
kehilangan minat, berkurangnya energi (mudah
lelah), konsentrasi dan perhatian berkurang, kurang
percaya diri, sering merasa bersalah, pesimis,
gangguan pada tidur dan gangguan nafsu makan;
c. Delusi merupakan suatu kondisi dimana pikiran
terdiri dari satu atau lebih delusi. Delusi diartikan
sebagai ekspresi kepercayaan yang dimunculkan
kedalam kehidupan nyata seperti merasa dirinya
diracun oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa
dirinya sakit atau disakiti;
d. Gangguan kecemasan merupakan gangguan
psikologis berupa ketakutan yang tidak
wajar/phobia. Kecemasan yang tersering pada
lansia adalah tentang kematiannya;
e. Gangguan tidur. Usia lanjut adalah faktor tunggal
yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan kejadian gangguan tidur yang berupa
gangguan tidur di malam hari (sering terbangun di
dini hari) dan sering merasa ngantuk terutama di
siang hari.
3. Penurunan Sosial
Menurut Chandra (2012) meliputi:
a. Masa pensiun menyebabkan sebagian lansia sering
merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.
Beberapa perasaan yang dirasakan adalah sebagai
berikut:
1) Kehilangan status atau kedudukan sosial
sebelumnya, baik di dalam masyarakat, tempat
kerja atau lingkungan;
2) Kehilangan pertemanan baik di lingkungan masyarakat;
3) Kehilangan gaya hidup yang biasa dijalaninya.
b. Banyak lansia yang merasa kesepian atau merasa
terisolasi dari lingkungan di sekitarnya, antara lain
karena jarang tersedia pelayanan kendaraan umum
khusus bagi lansia, tingginya tingkat kejahatan di
sekitar lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain.

D. Permasalahan Lansia
Menurut Mangoenprasodjo dan Setiono (2005),
permasalahan lansia terjadi karena secara fisik mengalami
proses penuaan yang disertai dengan kemunduran fungsi
pada sistem tubuh sehingga secara otomatis akan
menurunkan pula keadaan psikologis dan sosial dari
puncak pertumbuhan dan perkembangan. Permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh lansia, diantaranya:
1. Kondisi mental: secara psikologis, umumnya pada usia
lanjut terdapat penurunan baik secara kognitif maupun
psikomotorik. Contohnya, penurunan pemahaman
dalam menerima permasalahan dalam kelambanan
dalam bertindak
2. Keterasingan (loneliness): terjadi penurunan
kemampuan pada individu dalam mendengar, melihat,
dan aktivitas lainnya sehingga merasa tersisih dari
masyarakat.
3. Post power syndrome: kondisi ini terjadi pada
seseorang yang semula mempunyai jabatan pada masa
aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, orang tersebut
merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.
4. Masalah penyakit: selain karena proses fisiologis yang
menuju ke arah degeneratif, juga banyak ditemukan
gangguan pada usia lanjut, antara lain: infeksi, jantung
dan pembulu darah, penyakit metabolik, osteoporosis,
kurang gizi, penggunaan obat dan alkohol, penyakit
syaraf (stroke), serta gangguan jiwa terutama depresi
dan kecemasan.
Permasalahan yang dialami lansia memberikan
kesimpulan bahwa dengan keterbatasan yang di alami
maka harus diciptakan suatu lingkungan yang dapat
membantu aktivitas lansia dengan keterbatasannya.
E. Alternatif Tempat Tinggal bagi Lansia sebagai
Pemenuhan Kebutuhan
Beberapa alternatif tempat tinggal Lanjut Usia di
beberapa Negara yang telah mengalami banyak
perkembangan, yaitu : (Parker, 1988)
1. Aging in place
Lansia memilih rumah yang telah mereka tempati
semenjak dahulu sebagai tempat tinggal mereka, hal
ini dikarenakan mereka telah memiliki rasa nyaman
dan rasa memiliki atas rumah mereka dan tidak mudah
untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
2. Home sharing
Lansia memilih untuk berbagi tempat tinggal dengan
satu atau dua lansia lainnya, dengan keuntungan
bahwa mereka tidak harus merawat tempat tinggal
mereka sendiri, dan beban itu dapat dihadapai
bersama.
3. Extended household/ Echo housing/ Granny flats
Lansia tinggal bersama anak atau sanak saudaranya.
4. Modular homes/ mobile homes
Beberapa lansia memilih untuk menjalankan gaya
hidup yang sederhana dan mengurangi pengeluaran
dengan menjual rumah yang kemudian diganti degan
rumah mobil. Biasanya ditempatkan di taman tempat
trailer atau tempat lain yang mengizinkan.
5. Retirement residences
Merupakan sebuah tempat tinggal menyerupai
apartemen yang disediakan khusus untuk pensiunan.
Tiap unit yang disediakan memiliki ukuran yang
efisien dengan satu kamar tidur. Apartemen ini
menyediakan fasilitas umum berupa ruang untuk
komunal untuk melakuakn berbagai kegiatan secara
bersama-sama dan fasilitas olahraga yang didisain
khusus untuk lansia.
6. Retirement communities
Merupakan sebuah perkampungan atau kota kecil
dengan perumahan untuk para usia pensiun dan
tersedia fasilitas-fasilitas yang mudah diakses oleh
para lansia.

7. Group homes
Merupakan sebuah kelompok tempat tinggal dalam
sebuah komunitas yang didisain khusus untuk
membantu lansia yang cacat.
8. Residential cares
Sebuah bangunan tempat tinggal bersama, berupa
asrama di mana terdapat staf medic yang bertugas
menjaga dan membatu lansia untuk melakukan
aktifitas sehari-hari. Di dalamnya juga terdapat sebuah
program yang dirancang untuk lansia berkegiatan dan
dikontrol oleh staf yang bertugas.

II. Panti Sosial Tresna Werdha


A. Esensi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor: 4/PRS-3/KPTS/2007 tentang Pedoman
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti dalam
Departemen Sosial R.I. bahwa Panti Sosial Tresna Werdha
adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan
bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar
dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Panti Sosial Tresna Werdha/ Panti Sosial Lanjut Usia
sebagai lembaga pelayanan Sosial Lanjut usia berbasis
panti yang dimiliki pemerintah maupun swasta dan yang
memiliki berbagai sumber daya yang berfungsi untuk
mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang
terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia
seperti: pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut
usia (day-care service), dan pelayanan perawatan rumah
(home care service) dapat dilakukan tanpa meninggalkan
pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar.

Panti Sosial Tresna Werdha juga dikenal sebagai


Panti Werdha, Panti Jompo maupun Sasana Tresna
Werdha. Panti dalam bahasa Jawa berarti rumah atau
tempat (kediaman) dan Werdha (Jompo) juga dalam
bahasa Jawa memiliki arti sudah tua sekali. Dari kedua
pengertian di atas, Panti Sosial Tresna Werdha atau Panti
Jompo dapat diartikan sebagai sebuah rumah atau tempat
tinggal bagi orang yang sudah tua. (Najjah, 2009).

Seiring dengan proses degenerasi yang terjadi pada


lansia, terjadi perubahan fisik, mental dan psikologis pada
setiap orang. Secara biologis, gejala-gejalanya antara lain
adalah melambatnya proses berpikir, berkurangnya daya
ingat (short memory lost), kurangnya kegairahan,
perubahan pola tidur fungsi-fungsi tubuh tidak dapat lagi
berfungsi dengan baik, dan pergeseran libido, yang berarti
akan membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan
berbagai aktivitas, dan akan mengalami penyakit
degeneratif. Hal ini menyebabkan lansia akan
membutuhkan perhatian ekstra dari orang-orang
disekitarnya, baik anak, cucu, ataupun sebayanya.
Peningkatan ini juga diringi dengan perubahan psikologis
dan sosiologis dimana kualitas hidup mereka semakin
menurun, terjadi penurunan kapasitas mental, perubahan
peran sosial, kepikunan (dementia), depresi, belum lagi
manifestasi komplek dari depresi.
Selain itu, menurunnya kemampuan indera perasa
(sense) berakibat pada kurangnya informasi yang dapat
diterima dari lingkungan dan kepekaan akan stimulasi
menurun. Terlalu banyak informasi dan stimulasi bisa
menjadi suatu gangguan bagi para lansia. Hal ini
disebabkan karena saat berada dalam situasi yang
kompleks, asing dan tidak dapat diperkirakan, lansia sulit
beradaptasi, merasa stress dan

waktu untuk memproses atau bereaksi menjadi lebih


lambat (Powel, 1975).
Dengan demikian, dibutuhkan sebuah lingkungan
yang dirancang untuk lansia sebaik mungkin sehingga
mampu merespon kebutuhan- kebutuhan dan kondisinya.
Lingkungan sebisa mungkin menyesuaikan dengan
karakter dan kategori lansia. Tindakan ini dapat berupa
penyediaan suatu hunian yang memang khusus didisain
untuk lansia. Hal ini dikarenakan, lima kebutuhan dasar
manusia yang sudah disebutkan di atas, akan semakin
dibutuhkan oleh lansia, seiring bertambahnya usia mereka.
Seperti yang juga telah disebutkan sebelumnya, dimana
lansia seringkali merasa tidak aman, tidak berdaya,
sehingga mereka memerlukan dukungan untuk dapat
kembali percaya diri, sehingga kebutuhan kepuasan diri
dan aktualisasi diri mereka kembali terpenuhi.
Hal-hal tersebut di atas kemudian dikaitkan dengan
institusi Panti Jompo atau Panti Sosial Tresna Werdha
yang menjadi alternatif pilihan tempat tinggal bagi lansia,
dengan berbagai macam alasan pribadi yang dimiliki oleh
para penghuninya dalam memilih Panti Jompo ini sebagai
tempat tinggal. Karena apabila panti jompo sudah menjadi
pilihan mereka untuk bertempat tinggal, untuk
beraktivitas, maka segala sesuatu yang ada di dalamnya
perlu dirancang untuk dapat memenuhi kriteria tersebut.
Hal-hal yang dapat panti jompo akomodasikan bagi lansia,
berperan penting untuk membantu lansia bertahan hidup
terhadap lingkungannya dan menjadikannya sebagai
tempat tinggal dan bersosialisasi (dwelling). Namun, perlu
juga diperhatikan, bahwa para lansia ini jangan sampai
merasa dimanjakan dan akhirnya tidak mau berdiri sendiri,
panti jompo perlu diarahkan kepada kebutuhan untuk tetap
mandiri di masa tua dengan tetap memperhatikan aspek
yang mungkin timbul akibat proses penuaan.
Namun, perlu diingat bahwa tidak selamanya para
lansia memilih Panti sebagai alternatif tempat tinggal
berdasarkan keinginan diri mereka sendiri, oleh karena itu,
diharapkan konsep home yang direncanakan dapat
terwujud di dalamnya. Dengan harapan, apabila konsep
home tersebut telah dapat diterapkan di Panti Jompo atau
Panti Sosial Tresna Werdha, maka panti tidak lagi hanya
berperan sebagai tempat penampungan orang lanjut usia
yang terlantar, sebagaimana telah dipaparkan dalam
definisi panti werdha dalam Lampiran : Keputusan
Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 4/PRS-
3/KPTS/2007 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Dalam Panti dalam Departemen Sosial RI, melainkan
dapat menggantikan posisi home yang tidak dapat mereka
dapatkan dari rumah mereka.

B. Fungsi dan Tujuan PSTW


1. Fungsi
Fungsi Panti Sosial Tresna Werdha atau panti
jompo adalah sebagai tempat untuk menampung
manusia lanjut usia yang menyediakan fasilitas dan
aktifitas khusus untuk manula yang dijaga dan dirawat
oleh suster atau pekerja social (Murti, 2013).
Secara umum, Panti Sosial Tresna Werdha atau
Panti werdha mempunyai fungsi sebagai berikut:
(Herwijayanti, 1997)
a. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam
memenuhi kebutuhan pokok lansia) dengan sistem
penyantunan di dalam panti;
b. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks
bangunan dan memberikan kesempatan pula bagi
lansia melakukan aktivitas- aktivitas sosial-rekreas
serta membuat lansia dapat menjalani proses
penuaannya dengan sehat dan mandiri.
2. Tujuan
Tujuan utama Panti Jompo adalah untuk
menampung manusia lanjut usia dalam kondisi sehat
dan mandiri yang tidak memiliki tempat tinggal dan
keluarga atau yang memiliki keluarga namun
dititipkan karena ke tidak mampuan keluarga untuk
merawat manula (Murti, 2013).
Sesuai dengan permasalahan lansia, pada
umumnya penyelenggaraan Panti Werdha mempunyai
tujuan antara lain: (Departemen Sosial RI, 1997)
a. Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia;
b. Agar dihari tuanya dalam keadaan tentram lahir dan batin;
c. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri.

C. Jenis – Jenis Panti Jompo Berdasarkan Kepemilikan


Menurut Murti (2013), jenis – jenis Panti Jompo
berdasarkan kepemilikan yaitu:
1. Panti Jompo Milik Pemerintah
Panti Sosial ini berada di dalam naungan Direktorat
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Departemen Sosial
Republik Indonesia. Biasanya Panti

Sosial ini tidak memungut biaya dari manula atau


biasanya bersubsidi dan memiliki donatur spontanitas.
Panti jompo ini menyediakan fasilitas, sandang,
pangan dan papan sesuai dengan kebutuhan kaum
manula. Kebanyakan penghuni manula disini adalah
yang terlantar, tidak memiliki cukup nafkah dan
mandiri (Panti Sosial Tresna Werdha).
2. Panti Jompo Milik Swasta/ Yayasan
Panti Sosial ini tidak berada di dalam lingkungan
Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Bersifat
berdiri sendiri dan dimiliki oleh yayasan sosial yang
mengorganisir panti secara langsung. Panti Sosial ini
memiliki standar iuran yang bersifat wajib namun
sesuai dengan kemampuan keungan manula dan
memiliki donator tetap dan juga donator spontanitas.
Panti ini menyediakan fasilitas, sandang, pangan dan
papan sesuai dengan kebutuhan kaum manula.
Kebanyakan penghuni manula disini biasanya yang
memiliki keluarga namun tidak cakap untuk mengurus
manula.

D. Tipe – Tipe Panti Lansia


Berdasarkan faktor ketergantungan lansia, maka
tipe pemukiman untuk lansia dapat dibagi menjadi
beberapa tipe yaitu: (Dianita, 2009)
1. Independent Elderly Housing (Rumah Orang Tua yang
Mandiri) Rumah konvensional untuk lansia yang
bersifat mandiri sepenuhnya. Umumnya bangunannya
seperti rumah tinggal dan ditempati oleh beberapa
lansia yang masih mandiri dengan fasilitas selayaknya
rumah tinggal.
2. Independent Elderly/ Family Mixed Housing (Rumah
Campuran Keluarga Orang Tua Mandiri)
Fasilitas harus disediakan untuk orang-orang tua yang
mandiri dan digabungkan dengan tipe rumah
konvensional.
3. Dependent Elderly Housing (Rumah Orang Tua yang
Bergantung) Orang tua disini hidupnya masih
tergantung pada fasilitas pendukung dan bentuk
bangunan ini seperti bangunan rumah sakit.
4. Independent/ Dependent Elderly Mixed Housing
(Rumah Campuran Orang Tua Mandiri dan
Bergantung)

Fasilitas untuk lansia yang bergantung dan lansia yang


bisa memenuhi kebutuhannya sendiri (mandiri). Pada
umumnya bangunan ini berbentuk seperti rumah
tinggal dengan fasilitas pendukung yang memadai.
Tipe-tipe panti lansia berdasarkan fasilitas yang tersedia, antara
lain :
a. Skilled nursing facilities (Fasilitas perawatan terampil)
Pelayanan perawatan selama 24 jam. Biasanya lansia
berasal dari rumah sakit yang kondisinya serius dan
membutuhkan terapi rehabilitasi khusus.
b. Intermediate care facilities (Fasilitas perawatan lanjutan)
Pelayanan perawatan professional tetapi tidak 24 jam,
beberapa terapi medis disediakan tetapi difokuskan
pada program-program sosial. Pelayanan inidisediakan
untuk orang yang membutuhkan lebih dari sekedar
kamar dan makanan atau perawatan oleh perawat.
c. Residential care facilities (Fasilitas Perawatan Rumah)
Pelayanan perawatan yang menawarkan kamar dan
makanan serta beberapa perawatan perseorangan
seperti membantu memandikan dan berpakaian serta
pelayanan-pelayanan sosial.

E. Pelaku Kegiatan PSTW


Pelaku Kegiatan di Panti Sosial Tresna Werdha
atau Panti Jompo pada umumnya adalah: (Putri dkk, 2014)
1. Kelompok Lansia yang dilayani (Realita, 2010)
a. Tipe Mandiri (Potensial/ Produktif)
1) Lansia masih sanggup melaksanakan aktifitas
sehari-hari sendiri dan masih dapat berkarya
atau mempunyai kegiatan tertentu;
2) Interaksi antar sesama lansia maupun dengan
para petugas PSTW tinggi.

b. Tipe Semi Mandiri


1) Lansia masih dapat melaksanakan beberapa
aktifitas sehari - hari sendiri hanya perlu
bantuan untuk saat-saat tertentu saja, seperti
mandi, mencuci, berjalan-jalan di taman, dll;

2) Kesehatannya kurang baik, penglihatan dan


pendengarannya sudah kurang baik, karena itu
butuh pengawasan yang agak ketat;
3) Menggunakan alat bantu tongkat atau kursi roda.
c. Tipe Non Mandiri (Non Potensial/ Non Produktif)
1) Tidak dapat melakukan aktifitas apapun secara
mandiri, karena itu dibutuhkan tenaga perawat
1X24 jam;
2) Seluruh aktifitasnya sehari-hari dilakukan di
dalam ruangan atau di ruang tidur masing-
masing;
3) Rawan terhadap penyakit.
2. Suster dan Dokter
3. Pembina Kegiatan Sosial atau pengunjung
4. Pengelola dan Staff

F. Klasifikasi Kegiatan PSTW


Menurut Murti (2013) klasifikasi kegiatan PSTW, yaitu:
1. Kegiatan Staf
a. Memantau dan menjaga manula;
b. Memeriksa kesehatan secara rutin;
c. Memastikan manula tetap aktif dengan
menciptakan beberapa program aktifitas;
d. Menyediakan layanan pangan;
e. Membantu dan merawat manula yang kesulitan;
f. Mengurus dan merawat segala keperluan panti.
2. Kegiatan Manula
a. Melakukan aktifitas melatih fisik, seperti senam;
b. Menjaga kebersihan dan kerapihan kamar dan seluruh panti;
c. Melakukan aktifitas keseharian seperti
menerima pangan, mencuci pakaian, menjemur
dan lain-lain;
d. Bersosialisasi dengan sesama manula dan sesama staf;
e. Melakukan aktifitas keterampilan dan kesenian;
f. Menerima pemeriksaan kesehatan rutin;
g. Menerima bimbingan psikis dan spiritualitas sesuai
agama yang dianut manula;

3. Pelayanan Lanjut Usia dalam Panti


Panti Werda (PW) Yayasan Pelayanan Kristen
Semarang “PELKRIS” merupakan unit yayasan yang
menyediakan tempat dan memberikan pelayanan yang
berkualitas terhadap para lanjut usia dengan tarif
pelayanan yang wajar. Di tiap-tiap panti werda
disediakan kamar dengan beberapa penggolongan
kelas, sebagai tempat peristirahatan yang nyaman bagi
lanjut usia. Halaman dan aula disediakan sebagai
tempat beraktifitas para lanjut usia , atau sekedar
bersantai sembari bercengkrama dengan sesama
penghuni maupun dengan para pelaksana kegiatan.
Pelayanan yang diberikan terhadap para lanjut usia
tidak sebatas pada peayanan fisik. Namun, bersifat
menyeluruh.
a. Pelayanan Fisik Dan Kebersihan
Tercukipannya kebutuhan fisik serta
terjaganya kebersihan tubuh dan lingkungan
merupakan hal yang mendasar bagi para lanjut usia
yang dilayani, yakni:

1) Mandi (2x sehari);


2) Makan 3x sehari, dengan menu yang bervariasi
dan gizi yang berimbang;
3) Pelayanan kebersihan kamar, tempat tidur,
peralatan makan dan pakaian;
4) Perawatan dan pendampingan aktifitas sehari-hari.
b. Pelayanan Kesehatan
Usia yang semakin lanjut cenderung diikuti kondisi
kesehtan yang semakin menurun. Oleh karena itu, perawatan,
pengobatan, maupun aktivitas-aktivitas yang menunjang
terpeliharanya kesehatan yang baik menjadi perhatian pengelola,
yakni:
1) Tensi dan timbang setiap hari;
2) Pemeriksaaandan pengobatan oleh dokter yayasan;
3) Pemeriksaan laborat;
4) Senam lansia;
5) Fisioterapis;
6) Pengaturan diet.
c. Pelayanan Kerohanian Dan Psikologi
Dalam upaya pembinaan iman,
diselenggarakan acara- acara kegiatan kerohanian
secara kristiani, disamping bimbingan yang
bersifat personal. Karena pengelola memahami
bahwa selain aspek fisik, sisi kerohanian
merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting
bagi manusia, terlebih para lanjut usia, yakni:
1) Ibadah pagi, setiap hari;
2) Ibadah minggu;
3) Ibadah natal;
4) Ibadah paskah;
5) Pemahaman al-kitab;
6) Pendampingan postoral di kamar-kamar;
7) Doa malam.
d. Ajang Kegembiraan Dan Rekreasi
Hati yang gembira adalah obat. Oleh karena itu
panti werda berupaya mengemas kegiatan
dimomen-momen special dalam suasana yang
ceria, menyenangkan dam menghibur, seperti:
1) Valentine’s Day;
2) Tahun Baru Imlek;
3) HUT RI;
4) Hari Lanjut Usia Nasional;
5) Bulan Keluarga;
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor:
4/PRS-3/KPTS/2007 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam
Panti dalam Departemen Sosial R.I. bahwa Panti Sosial Tresna Werdha
adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan
pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat. Panti Sosial Tresna Werdha/ Panti Sosial Lanjut
Usia sebagai lembaga pelayanan Sosial Lanjut usia berbasis panti yang
dimiliki pemerintah maupun swasta dan yang memiliki berbagai sumber daya
yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia
yang terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti:
pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day-care service), dan
pelayanan perawatan rumah (home care service) dapat dilakukan tanpa
meninggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar.

Anda mungkin juga menyukai