Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN NY.

E DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI) DI RUANG
CEMPAKA RS BLUD KOTA TANJUNGPINANG

Disusun Oleh :
Erni Lince Br. Sibuea
Nim : 102114062

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN
TANJUNGPINANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. Definisi
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran
dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama
kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid
terakhir.  
Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah
persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu)
atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram.

B. Anatomi Fisiologi
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia
minora, klitoris, glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor. Sedangkan
genitalia internal terdiri dari vagian, hymen, tuba uterina, uterus dan ovarium.

1. Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan membentuk
sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun, posisi ini berubah
sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina yang ditembus serviks
panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior kurang lebih 9 cm.
Dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding lateralnya di
bagian cranial melekat pada ligament Cardinale, dan di bagian kaudal melekat pada
diafragma pelvis sehingga lebih rigid dan terfiksasi. Vagina ke bagian atas
berhubungan dengan uterus, sedangkan bagian kaudal membuka pada vestibulum
vagina pada lubang yang disebut introitus vaginae.
2. Himen
Himen adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina. Himen
tidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa bentuk himen
diantaranya : himen anular, himen septal, himen kribiformis, himen parous.
3. Tuba uterin
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba kurang lebih
10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rah ovarium) yaitu pars uterine tubae
(pars intramuralis), isthmus tubae, ampulla tubae, dan infundibulum tubae.
4. Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak di dalam
kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan rectum. Ke arah kaudal,
kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk seperti buah pir
(pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah ke kauda dorsal, yang membentuk
sudut dengan vagina sedikit lebih 90 derajat uterus seluruhnya terletak di dalam
pelvis sehingga basisnya terletak kaudal dari aperture pelvis kranialis. Organ ini
tidak selalu terletak tepat di garis median, sering terletak lebih kanan. Posisi yang
tidak tepat (fixed) bisa berubah tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak
ventro kaudal dan isi rectum yang terletak dorso cranial. Panjand uterus kurang
kebih 7,5 cm, lebarnya kurang lebih 5 cm, tebalnya kurang lebih 2,5 cm, beratnya
30-40 gram. Uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan
serviks uteri.
5. Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus menstruasi.
Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan licin dan berwarna
merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami ovulasi, maka
permukaan ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan parut (cicatrix) dan
warnanya berubahm menjadi abu-abu. Pada dewasa muda ovarium berbentuk ovoid
pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2 cm, tebal kurang
lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi ovarium tergantung pada posisi
uterus karena keduanya dihubungkan oleh ligamen-ligamen.

C. Etiologi
Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
1. Janin dan plasenta
perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD, pertumbuhan janin
terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
2. Ibu
DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk uterus,
riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks, pemakaian obat
narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus
Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
partus prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari
2 kali.
D. Manifestasi Klinis
Partus prematurus iminen ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung

E. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur
persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini.
Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke
plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
Pathway
Faktor resiko plasenta dan janin : perdarahan trimester awal, gemeli

Faktor resiko ibu : DM, HT, preeclampsia, infeksi, demam riwayat abortus, stress

Kehamilan 20-37 minggu

Neuroendokrin, aktivasi premature axis HPA

CRH plasenta mensstimulasi kortisol

Menstimulasi plasenta untuk menstimulasi esteriol edteriol dan prostaglandin

Kegagalan mempertahankan kondisi tenang uterus

Terdapat tanda-tanda persalinan

PARTUS PREMETARUS IMINEN

IBU JANIN

Kkontraksi uterus Lahir BB < 2500gr

Disertai dilatasi atau pendataaran servik Perdarahan pervaginam/keluarnya


cairan ketuban

Respon local serabut saraf bedrest Imunitas rendah Kondisi paru imatur Kulit tipis

Diteruskan ke otak kelemahan Terpapar lingkungan Surfaktan belum Kemmapuan

luar uterus matur termogulasi


Respon nyeri MK : intoleransi aktivitas janin blm
sempurn
Kemampuan
a pengembangan
MK: Nyeri akut MK : resiko infeksi paru blm MK : Hipotermi
sempurna

Respiratory
distress
syndrome

MK : Gangguan
pertukaran gas
F. Komplikasi
Menurut  Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas  adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).

G. Penatalaksanaan Medik Dan Keperawatan


Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah :
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipine mempunyai efek samping yang lebih kecil.
Salbutamol dengan dosis per infus : 20-50 µg/menit, sedangkan per oral : 4 mg,
2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus : 10-15
µg/menit, subkutan : 250 µg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral : 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah :
hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi miokardial, edema
paru
c. Sulfas magnesikus : dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini
jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin : indometasin, sulindac, nimesulide dapat
menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenases
(COXs) yang dibutuhkan untuk produksi prostaglandin. Indometasin merupakan
penghambat COX yang cukup kuat, namun menimbulkan resiko kardiovaskular
pada janin. Sulindac memiliki efek samping yang lebih kecil daripada
indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia dalam konteks
percobaan klinis.Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga
perlu membatasi aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan intrauterine
terbukti tidak baik, seperti :
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien stabil dan
kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
2. Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid, pemberian terapi
kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan paru janin, menurunkan
risiko respiratory distress syndrome (RDS), mencegah perdarahan
intraventrikular, necrotising enterocolitis dan duktus arteriosus, yang akhirnya
menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia
kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksamethasone atau betametason. Pemberian steroid
ini tidak diulang karena resiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus
tunggal kortikosteroid ialah :
a. Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam
b. Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan Thyrotropin releasing
hormone 400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar tri-iodothyronine yang
kemudian dapat meningkatkan produksi surfaktan. Ataupun pemberian suplemen
inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid yang berperan
dalam pembentukan surfaktan.
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika yang tepat
dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis
neonatorum. Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang
dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lainnya ialah
ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain
seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena
risikonecrotising enterocolitis.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Nursalam, 2012).
1. Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan yaitu :
a. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK),
penyakit sebelumnya.
b. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
c. Makanan/cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
d. Nyeri/Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama
paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
e. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi
vagina)
f. Seksualitas : Tulang servikal dilatasi, Perdarahan mungkin terlihat, Membran
mungkin ruptur (KPD), Perdarahan trimester ketiga, Riwayat aborsi, persalinan
prematur, riwayat biopsi konus, Uterus mungkin distensi berlebihan, karena
hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.
g. Pemeriksaan diagnostik
1) Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai
2500 gram)
2) Tes nitrazin : menentukan KPD
3) Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan
adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S)
mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi
amniotik

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia, psikologis),
kontraksi otot dan efek obat-obatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot/seluler, tirah baring,
kelemahan
3. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan
atau aktual pada diri dan janin.
4. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan
danprognosis berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
C. Rencana Keperawatan dan Rasionalisasi

NIC
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN NOC Meliputi : Tindakan Observatif, Tindakan
(DS & DO) Keperawatan Mandiri, Pendidikan Kesehatan,
Kolaborasi, atau Pelaksanaan Program Dokter
1. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan agen injuri (fisik, a. Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
biologis, kimia, psikologis), b. pain control, komprehensif termasuk lokasi,
kontraksi otot dan efek obat- c. comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
obatan Setelah dilakukan tinfakan dan faktor presipitasi
keperawatan selama 1x24 jam b. Observasi reaksi nonverbal dari
diharapkan  pasien tidak mengalami ketidaknyamanan
nyeri, dengan kriteria hasil: c. Bantu pasien dan keluarga untuk
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu mencari dan menemukan dukungan
penyebab nyeri, mampu d. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan kebisingan
mengurangi nyeri, mencari e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
bantuan) f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
b. Melaporkan bahwa nyeri menentukan intervensi
berkurang dengan menggunakan g. Ajarkan tentang teknik non
manajemen nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
c. Mampu mengenali nyeri (skala, distraksi, kompres hangat/ dingin
intensitas, frekuensi dan tanda h. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri) nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah i. Tingkatkan istirahat
nyeri berkurang j. Berikan informasi tentang nyeri seperti
e. Tanda vital dalam rentang normal penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
f. Tidak mengalami gangguan tidur berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
k. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali

2. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan a. Self Care : ADLs a. Observasi adanya pembatasan klien
hipersensitivitas otot/seluler, b. Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
tirah baring, kelemahan c. Konservasi eneergi b. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Setelah dilakukan tindakan kelelahan
keperawatan selama 3x24 jam c. Monitor nutrisi  dan sumber energi
diharapkan pasienbertoleransi yang adekuat
terhadap aktivitas dengan Kriteria d. Monitor pasien akan adanya kelelahan
Hasil : fisik dan emosi secara berlebihan
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik e. Monitor respon kardivaskuler terhadap
tanpa disertai peningkatan tekanan aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
darah, nadi dan RR nafas, diaporesis, pucat, perubahan
b. Mampu melakukan aktivitas hemodinamik)
sehari hari (ADLs) secara mandiri f. Monitor pola tidur dan lamanya
c. Keseimbangan aktivitas dan tidur/istirahat pasien
istirahat g. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang tepat
h. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
i. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
3. Ansietas, ketakutan NOC : NIC :
berhubungan dengan krisis a. Anxiety control Coping Enhancement
situasional, ancaman yng b. Fear control a. Jelaskan pada pasien tentang proses
dirasakan atau aktual pada Setelah dilakukan tindakan penyakit
diri dan janin keperawatan selama 1x24 jam b. Jelaskan semua tes dan pengobatan
diharapkan takut klien teratasi dengan pada pasien dan keluarga
kriteria hasil : c. Sediakan reninforcement positif ketika
a. Memiliki informasi untuk pasien melakukan perilaku untuk
mengurangi takut mengurangi takut
b. Menggunakan tehnik relaksasi d. Sediakan perawatan yang
c. Mempertahankan hubungan berkesinambungan
sosial dan fungsi peran e. Kurangi stimulasi lingkungan yang
d. Mengontrol respon takut dapat menyebabkan misinterprestasi
f. Dorong mengungkapkan secara verbal
perasaan, persepsi dan rasa takutnya
g. Perkenalkan dengan orang yang
mengalami penyakit yang sama
h. Dorong klien untuk mempraktekan
tehnik relaksasi
4. Kurang pengetahuan NOC : NIC :
mengenai persalinan preterm, a. Kowlwdge : disease process a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
kebutuhan tindakan dan b. Kowledge : health Behavior keluarga
prognosis berhubungan Setelah dilakukan tindakan b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
dengan kurangnya keinginan keperawatan selama 3x24 jam bagaimana hal ini berhubungan dengan
untuk mencari informasi, diharapkan pasien menunjukkan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tidak mengetahui sumber- pengetahuan tentang proses penyakit tepat.
sumber informasi dengan kriteria hasil: c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
a. Pasien dan keluarga menyatakan muncul pada penyakit, dengan cara
pemahaman tentang penyakit, yang tepat
kondisi, prognosis dan program d. Gambarkan proses penyakit, dengan
pengobatan cara yang tepat
b. Pasien dan keluarga mampu e. Identifikasi kemungkinan penyebab,
melaksanakan prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar f. Sediakan informasi pada pasien tentang
c. Pasien dan keluarga mampu kondisi, dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang g. Sediakan bagi keluarga informasi
dijelaskan perawat/tim kesehatan tentang kemajuan pasien dengan cara
lainnya yang tepat
h. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
j. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
D. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan dan mengobservasi
kondisi klien. Pertahankan keseimbangan produksi dan kehilangan pada klien dengan
intervensi yang telah ditetapkan.

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon klien terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan revisi rencana.
Setelah intervensi, pantau tanda vital klien untuk mengevaluasi perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
NANDA. 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and Classification, Philadelphia, USA
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labor and
Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA
Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai