E DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI) DI RUANG
CEMPAKA RS BLUD KOTA TANJUNGPINANG
Disusun Oleh :
Erni Lince Br. Sibuea
Nim : 102114062
B. Anatomi Fisiologi
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia
minora, klitoris, glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor. Sedangkan
genitalia internal terdiri dari vagian, hymen, tuba uterina, uterus dan ovarium.
1. Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan membentuk
sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun, posisi ini berubah
sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina yang ditembus serviks
panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior kurang lebih 9 cm.
Dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding lateralnya di
bagian cranial melekat pada ligament Cardinale, dan di bagian kaudal melekat pada
diafragma pelvis sehingga lebih rigid dan terfiksasi. Vagina ke bagian atas
berhubungan dengan uterus, sedangkan bagian kaudal membuka pada vestibulum
vagina pada lubang yang disebut introitus vaginae.
2. Himen
Himen adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina. Himen
tidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa bentuk himen
diantaranya : himen anular, himen septal, himen kribiformis, himen parous.
3. Tuba uterin
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba kurang lebih
10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rah ovarium) yaitu pars uterine tubae
(pars intramuralis), isthmus tubae, ampulla tubae, dan infundibulum tubae.
4. Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak di dalam
kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan rectum. Ke arah kaudal,
kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk seperti buah pir
(pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah ke kauda dorsal, yang membentuk
sudut dengan vagina sedikit lebih 90 derajat uterus seluruhnya terletak di dalam
pelvis sehingga basisnya terletak kaudal dari aperture pelvis kranialis. Organ ini
tidak selalu terletak tepat di garis median, sering terletak lebih kanan. Posisi yang
tidak tepat (fixed) bisa berubah tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak
ventro kaudal dan isi rectum yang terletak dorso cranial. Panjand uterus kurang
kebih 7,5 cm, lebarnya kurang lebih 5 cm, tebalnya kurang lebih 2,5 cm, beratnya
30-40 gram. Uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan
serviks uteri.
5. Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus menstruasi.
Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan licin dan berwarna
merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami ovulasi, maka
permukaan ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan parut (cicatrix) dan
warnanya berubahm menjadi abu-abu. Pada dewasa muda ovarium berbentuk ovoid
pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2 cm, tebal kurang
lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi ovarium tergantung pada posisi
uterus karena keduanya dihubungkan oleh ligamen-ligamen.
C. Etiologi
Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
1. Janin dan plasenta
perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD, pertumbuhan janin
terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
2. Ibu
DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk uterus,
riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks, pemakaian obat
narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus
Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan
partus prematurus yaitu :
1. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek
kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari
2 kali.
D. Manifestasi Klinis
Partus prematurus iminen ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
E. Patofisiologi
Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama kehamilan
atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau membebani jalur
persalinanan normal sehingga memicu dimulainya proses persalinan secara dini.
Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2007).
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke
plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang
menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan
kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
Pathway
Faktor resiko plasenta dan janin : perdarahan trimester awal, gemeli
Faktor resiko ibu : DM, HT, preeclampsia, infeksi, demam riwayat abortus, stress
IBU JANIN
Respon local serabut saraf bedrest Imunitas rendah Kondisi paru imatur Kulit tipis
Respiratory
distress
syndrome
MK : Gangguan
pertukaran gas
F. Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan infeksi
endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka
episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi neonatal lebih
tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventikuler.
Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung kongestif,
perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik, hiperilirubinemia, sepsis dan
kesulitan makan.
Sedangkan menurut Oxorn (2010), prognosis yang dapat terjadi pada persalinan
prematuritas adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
3. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan
immaturitas jaringan otak
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi prematur
(meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum aterm).
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia, psikologis),
kontraksi otot dan efek obat-obatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot/seluler, tirah baring,
kelemahan
3. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan
atau aktual pada diri dan janin.
4. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan
danprognosis berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
C. Rencana Keperawatan dan Rasionalisasi
NIC
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN NOC Meliputi : Tindakan Observatif, Tindakan
(DS & DO) Keperawatan Mandiri, Pendidikan Kesehatan,
Kolaborasi, atau Pelaksanaan Program Dokter
1. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan agen injuri (fisik, a. Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
biologis, kimia, psikologis), b. pain control, komprehensif termasuk lokasi,
kontraksi otot dan efek obat- c. comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
obatan Setelah dilakukan tinfakan dan faktor presipitasi
keperawatan selama 1x24 jam b. Observasi reaksi nonverbal dari
diharapkan pasien tidak mengalami ketidaknyamanan
nyeri, dengan kriteria hasil: c. Bantu pasien dan keluarga untuk
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu mencari dan menemukan dukungan
penyebab nyeri, mampu d. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan kebisingan
mengurangi nyeri, mencari e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
bantuan) f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
b. Melaporkan bahwa nyeri menentukan intervensi
berkurang dengan menggunakan g. Ajarkan tentang teknik non
manajemen nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
c. Mampu mengenali nyeri (skala, distraksi, kompres hangat/ dingin
intensitas, frekuensi dan tanda h. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri) nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah i. Tingkatkan istirahat
nyeri berkurang j. Berikan informasi tentang nyeri seperti
e. Tanda vital dalam rentang normal penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
f. Tidak mengalami gangguan tidur berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
k. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon klien terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan revisi rencana.
Setelah intervensi, pantau tanda vital klien untuk mengevaluasi perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
NANDA. 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and Classification, Philadelphia, USA
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labor and
Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA
Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta : EGC.