Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


DENGAN DIAGNOSA MEDIS PERSALINAN PREMATUR
DI RUANG OBSTETRI PERSALINAN RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA

Pembimbing Akademik
Ni Ketut Alit Armini,S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh :
Arlesiane Bida Ndjurumbaha
132023143016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
I. Konsep Teori Partus Prematurus Imminens (PPI)
A. Definisi
Persalinan prematur atau partus prematur adalah persalinan yang

terjadi sebelum minggu ke-37 atau lebih awal dari hari perkiraan lahir.

Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim yang mengakibatkan terbukanya

leher rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki jalan lahir (Oxorn

dalam Budyandani 2017)

Persalinan prematur adalah persalinan kurang bulan dengan usia

kehamilan sebelum 37 minggu dengan berat janin kurang 2500 gram.

Persalinan premature menurut World Health Organization (WHO, 2019)

didefinisikan persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau

berat janin kurang dari 2500 gram.

Persalinan prematur adalah kejadian kontraksi uterus secara teratur

yang menyebabkan penipisan atau dilatasi serviks sebelum kehamilan berusia

lengkap 37 minggu (Nugroho,2016)

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Faktor resiko menurut Wiknjosastro (2016) yaitu :

1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum,

KPD, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli,

polihidramnion

2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan

bentuk uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang,


inkompetensi serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat,

kelainan imun/resus

Namun menurut Nugroho (2016) ada beberapa resiko yang dapat

menyebabkan partus prematur yaitu :

1. Faktor resiko mayor

Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih

dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek

kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada

trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem sebelumnya,

operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi,

dan iritabilitas uterus.

2. Faktor resiko minor 

Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah

kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10

batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada

trimester I lebih dari 2 kali.

Sedangkan menurut Manuaba (2016), faktor predisposisi partus prematur

adalah sebagai berikut:

1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau

diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit

menahun ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah

(perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.


2. Faktor  kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda,

perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan

eklampsi, ketuban pecah dini.

3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

C. Patofisiologi

Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang

bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama

kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya

kehamilan atau membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu

dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress,

infeksi, regangan dan perdarahan (Norwintz, 2016).

Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah,

aliran darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan

intoleransi aktifitas yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga

menyebabkan persalinan prematur.

Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada

janin, menyebabkan kelahiran yang belum pada waktunya sehingga

terjailah imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah

maturitas paru yang menyebabkan resiko cidera pada janin.  Sedangkan

pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan

kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya

pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.


Web Of Coution (WOC)

Faktor resiko plasenta dan janin : perdarahan Faktor resiko ibu : DM, HT, preeclampsia,
trimester awal, gemeli infeksi, demam riwayat abortus, stres

Kehamilan 20-37 minggu

Neuroendokrin, aktivasi premature axis HPA

CRH plasenta mensstimulasi kortisol

Menstimulasi plasenta untuk menstimulasi esteriol edteriol dan prostaglandin

Kegagalan mempertahankan kondisi tenang uterus

Terdapat tanda-tanda persalinan

Terdapat tanda-tanda persalinan

Partus prematur
Partus prematur

Kkontraksi uterus Viskositas darah Perdarahan Perubahan ph Perasaan Komplikasi


uterus pervaginam vagina takut dan
atau ancaman akan
Disertai dilatasi atau Metabolisme anaerob keluarnya kematian Lama
pendataran servik cairan Berkebangnya janin penyembuhan
ketuban bakteri vagina luka
Metabolisme sel dan
Respon lokal serabut saraf jaringan menurun Kurang
Bedrest Informasi
Infeksi
Diteruskan ke otak Perdarahan/ endometrium
Energi menurun keluarnya MK: Ansietas
cairan
Respon nyeri pervaginam (D.0080)
Kerja otot menurun

MK: Nyeri akut Port de entry


MK: Intoleransi kuman
(D.0077)
Aktivitas

(D.0056)
MK: Risiko
Infeksi

(D.0142)
D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala partus prematur :

1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit

2. Rasa berat dipanggul

3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea

4. Keluarnya cairan pervaginam

5. Nyeri punggung

Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari

kewaspadaan tenaga medis. Menurut (Nugroho,2016), jika proses

persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai berikut :

1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali

dalam satu jam.

2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari

1 cm, perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan

serviks.

E. Klasifikasi

Secara umum, persalinan preterm dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Sangat-sangat preterm: usia kehamilan kurang dari 28 minggu

2. Sangat preterm: usia kehamilan antara 28-31 minggu

3. Preterm sedang: usia kehamilan 32-33 minggu

4. Mendekati aterm: usia kehamilan 34-36 minggu

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan

ABO, faktor rhesus, urinalisis, bakteriologi vagina,

amniosentesis : surfaktan, gas dan PH darah janin, leukosit.

Jumlah leukosit yang meningkat menandakan adanya infeksi

amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S),

mendeteksi fofatidigliserol (PG)buntuk maturitisbparu janin, atau

infeksi amniotik.

2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin,

kativitas biofisik, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta,

volume cairan tuba dan kelainan uterus

3. Tes nitrasin: menentukan KPD

4. Pemantauan elektronik: memfalidasi aktifitas uterus atau status

janin.

G. Penatalaksanaan

Tujuan utama pengelolaan persalinan prematur adalah sebagai berikut:

a. Menghambat atau mengurangi kekuatan dan kontraksi uterus untuk

menunda proses persalinan.

b. Untuk meningkatkan kualitas janin sebelum dilahirkan

c. Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Goldenberg,

2002)

Pengelolaan pada kasus persalinan prematur dengan ketuban yang masih

intak dimana tidak didapatkan bahaya pada ibu dan janin maka

pengelolaannya adalah konservatif, yang meliputi:


a. Menunda persalinan prematur dengan tirah baring dan pemberian

obat-obat tokolitik.

b. Memberikan obat-obat untuk pematangan paru janin.

c. Memberikan obat-obat antibiotik untuk mencegah risiko infeksi

perinatal.

d. Merencanakan cara persalinan prematur yang aman dan dengan

trauma yang minimal.

e. Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk bayi-

bayi prematur (Nugroho, 2016).

H. Komplikasi

Menurut  (Nugroho, 2016), komplikasi persalinan prematur yaitu infeksi

endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan

luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko infeksi

neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis neonatal,

necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler.

Menurut Benson (2012), terdapat paling sedikit enam bahaya utama yang

mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung

kongestif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik,

hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan.


2.2.1. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Data Demografi

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,

status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah

sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.

2. Keluhan Utama

Ibu yang mengalami persalinan premature biasanya akan mengeluh

nyeri punggung bagian bawah, Kontraksi setiap 10 menit, Kram di

perut bagian bawah, Keluar cairan dan lendir dari vagina yang

semakin banyak, Perdarahan vagina, Tekanan di bagian, panggul

dan vagina, Mual, muntah, hingga diare bisa pula ibu dengan

persalinan premature diawali dengan pecahnya ketuban dini.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,

hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau

abortus.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat pada saat sebelum inpartus didapatkan cairan

ketuban yang keluar pervagina secara spontan kemudian

tidak diikuti tanda-tanda persalinan, Kontraksi setiap 10

menit, Kram di perut bagian bawah, Keluar cairan dan

lendir dari vagina yang semakin banyak, Perdarahan vagina,

Tekanan di bagian, panggul dan vagina

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,

DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin

penyakit tersebut diturunkan kepada klien

4. Riwayat psikososial
Riwayat klien biasanya cemas atas kondisi yang dialami dan

kondisi calon bayinya, membuat harga diri rendah.

5. Riwayat perkawinan

Mengkaji lamanya perkawinan, pada usia berapa melakukan

perkawinan, saat ini perkawinan yang ke berapa dan adanya

riwayat infertilitas yang membantu dalam pertimbangan

pelaksanaan tindakan.

6. Riwayat menstruasi

Mengkaji usia menarche dan siklus haid pasien, mengkaji kembali

HPHT untuk menentukan umur kehamilan yang sebenarnya dan

taksiran partus apabila tidak terkaji bisa dengan menanyakan mulai

kapan terasa gerakan janin.

7. Riwayat obstetri

Mengkaji status obstetri pasien (GPAPIAH), riwayat imunisasi TT

sebelumnya, obat-obatan yang dikonsumsi ibu selama hamil dan

keluhan ataupun penyakit penyerta kehamilan. Selain itu kaji

riwayat persalinan pasien sebelumnya apakah normal atau pernah

secara SC dengan penyebabnya.

8. Riwayat kontrasepsi
Mengkaji metode KB yang terakhir dipakai pasien dan keluhannya

karena salah satu efek samping kontrasepsi adalah haid yang tidak

teratur sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam

menentukan HPHT serta menanyakan rencana KB setelah

melahirkan. Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena

kehamilan (HKK), penyakit sebelumnya.

B. Pemeriksaan fisik

1. Status generalis

Keadaaan umum biasanya lemah, kesadaran compos mentis, dan

tanda-tanda vital biasanya dala rentang normal.

2. Pemeriksaan sistematis

 Rambut

Biasanya bersih, tidak rontok, dan tidak ada kelainan

 Mata

Biasanya tidak ada kelainan, konjuntiva merah muka dan

skela tidak ikterik.

 Wajah

Biasanya tidak ada kelianan, kadang terdapat cloasma

gravidarum

 Hidung

Biasanya tidak ada kelainan

 Mulut

Biasanya tidak ada kelainan


 Leher

Pada pasien dengan persalinan prematur biasanya tidak

terdapat kelainan pada leher.

 Dada

Puting susu menonjol, terdapat hiper pigmentasi pada areola

dan kolostrum sudah keluar meskipun sedikit.

 Perut

Biasanya terdapat linea nigra dan striae gravidarum

 Genitalia

Terdapat pengeluaran blood slym

 Ekstremitas atas

Biasanya tidak ada kelainan

 Ektremitas bawah

Pada ibu hamil biasanya terdapat oedema pada tungkai

bawah, dan kadang terjadi kelemahan otot.

3. Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)

a) Abdomen

 Inspeksi : perut tampak membesar sesuai umur kehamilan,

betuk perut biasanya bulat atau memanjang, terdapat linea

nigra striae gravidarum, dan pergerakan janin terlihaat

 Palpasi

Pada palpasi terdapat pergerakan janin

 Aukultasi
Auskultasi dilakukan untuk memeriksa denyut jantung

janin

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik d.d kontraksi

uterus (D.0077)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, kelemahan

(D.0056)

3. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional,

ancaman yng dirasakan atau aktual pada diri dan janin (D.0080)

4. Kurang pengetahuan mengenai persalinan prematur, kebutuhan

tindakan dan prognosis berhubungan dengan kurang terpapar

informasi (D.0111)
Rencana Keperawatan
Diagnosis Keperawatan
SLKI SIKI
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri I.08238

dengan agen pencedera keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi

fisik d.d kontraksi uterus diharapkan nyeri menurun 1. Identifikasi, lokasi, karakteristik,

(D.0077) dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, dan

Tingkat nyeri (L.08066) : intensitas nyeri.

1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri

dengan skala 0-3 3. Identifikasi respons nyeri, non

2. TTV dalam batas normal verbal

TD 120/80 mmgh Terapeutik

S 36,5ºC-37,5ºC 4. Kontrol lingkungan yang

N 80-100 kali/menit memperberat rasa nyeri

RR 16-20 kali/menit 5. Fasilitasi istirahat dan tidur

3. Meringis menurun Edukasi

4. Gelisah menurun 6. Jelaskan penyebab, periode,

pemicu nyeri

7. Ajarkan Teknik non farmakologis

untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian analgesik

Diagnosis Keperawatan Rencana Keperawatan


SLKI SIKI
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.10158)

berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi:

tirah baring, kelemahan diharapkan masalah 1. Identifikasi gangguan fungsi

(D.0056) intoleransi aktivitas dapat tubuh yang mengakibatkan

teratasi dengan kriteria hasil: kelelahan

Toleransi Aktivitas 2. Monitor kelelahan fisik dan

(L.05047) emosional

- Keluhan lelah menurun Terapeutik

- Perasaan lemah menurun 3. Sediakan lingkungan

nyaman dan rendah stimulus

4. Berikan aktivitas distraksi

yg menyenangkan

Edukasi

5. Anjurkan tirah baring

6. Anjurkan menghubungi perawat

jika tanda dan gejala kelelahan

tidak berkurang

Kolaborasi

7. Kolaborasi dg ahli gizi ttg cara

meningkatkan nutrisi

Diagnosis Keperawatan Rencana Keperawatan


SLKI SIKI
Ansietas, ketakutan Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas (1.09314)

berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi

krisis situasional, diharapkan masalah ansietas 1. Identifikasi saat tingkat ansietas

ancaman yng dirasakan teratasi dengan kriteria hasil: berubah (misal kondisi, waktu,

atau aktual pada diri dan Tingkat ansietas menurun stressor)

janin (D.0080) (L.09093) 2. Monitor tanda tanda ansietas

- Verbalisasi khawatir (verbal dan non verbal)

akibat kondisi yang Terapeutik

dihadapi menurun 3. Ciptakan suasana terapeutik

- Perilaku gelisah menurun untuk menumbuhkan

- Perilaku tegang menurun kepercayaan

4. Temani pasien untuk mengurangi,

jika memungkinkan

5. Gunakan pendekatan yang tenang

dan meyakinkan

6. Diskusikan perencanaan realistis

tentang peristiwa yang akan

datang

Edukasi

7. Informasikan secara faktual

mengenai diagnosis, pengobatan,


prognosis.

8. Anjurkan keluarga untuk tetap

bersama pasien, jika perlu

9. Latih kegiatan pengalihan

untuk mengurangi ketegangan

10. Latih teknik relaksasi

DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran
Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2016. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human
Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai