Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DI RUANG VK-BERSALIN
RS MOCH. ANSARI SALEH

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Desy Meldawati
11194692010065

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DI RUANG VK-BERSALIN RS MOCH. ANSARI SALEH

Tanggal 22 November 2020

Disusun oleh :
Desy Meldawati
11194692010065

Banjarmasin, 22 November 2020


Mengetahui,

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Umi Hanik Fetriyah, Ns., MPH) (Ns. Hj. Helmina, S.Kep)


NIK. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI


Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ
eksterna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam
ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan
sebagai tempat implantasi; dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan
kelahiran janin.
1. Struktur Eksterna

a. Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutran
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang diatas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) dan ditumbuhi Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal
pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum
awitan haid.
b. Labia Mayora
Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia
monora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara
vagina).
c. Labia Minora
Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang
ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina;
merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang
terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,
bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan
klitoris di namai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
e. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah
menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas
klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait.
Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk
frenulum. Kadang-kadang prepusium menutupi klitoris.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar parauretra (vestibulum
minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus,
vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-
garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus.

2. Struktur Interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di
belakang tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi Krista iliaka
antero superior, dan ligamentum ovarii proprium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
sangat banyak ovum primordial (primitif). Ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesterone,
dan androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi wanita normal.
b. Toba Falopii
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap
tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di
bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa
terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa di antaranya bersilia dan beberapa
yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat
menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan
mukosa uterus dan vagina.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum
pernah hamil, berat uterus ialah 60 g. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Derajat kepadatan ini
bervariasi bergantung kepada beberapa faktor. Misalnya, uterus
mengandung lebih banyak rongga selama fase sekresi.
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan. Fungsi-fungsi ini esensial untuk
reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita.
d. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium,
dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
e. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian
supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek.
Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam
vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan
ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.
f. Vagina
Vagina adalah suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum
dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus
(muara eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai
serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan
panjang dinding posterior sekitar 9 cm. Ceruk yang terbentuk di sekeliling
serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan
posterior.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
tanda-tanda persalinan. Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan
atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa laten) (Joseph,
2010).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput
amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya
selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan
atau tanpa kontraksi (Mitayani, 2011).

2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini menurut Manuaba (2013) antara lain :
a. Serviks inkompeten
b. Faktor keturunan
c. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia)
d. Overdistensi uterus
e. Malposisi atau malpresentase janin
f. Faktor yang menyebabkan kerusakan serviks
g. Riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih
h. Faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan selama
hamil
i. Merokok selama kehamilan
j. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari
pada usia muda
k. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini
l. Paritas
m. Anemia
n. Keadaan sosial ekonomi.

3. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban.
Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang
dapat meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan lebih
lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya
menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk
sekresi akibat aktivitas monosit/ makrofag, yaitu sitokrin, interleukin,
faktornekrosis tumor dan interleukin. Platelet activating factor yang
diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam
cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin.
Endotoksin yang masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang
sel-sel desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin
yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi.
Enzim bakterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon
untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban.
Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan
memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga
kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat
memecah kolagentipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau
infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan
ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase
yang dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit
ketuban. Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen
yang mengubah plasminogen menjadi plasmin potensial, potensial menjadi
penyebab ketuban pecah dini.
4. Pathway

Gangguan
Rasa Nyaman

Defisit
Pengetahuan
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Manuaba, 2009).

6. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru
lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan
KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian
prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Manuaba (2013),
meliputi :
a. Konserpatif
1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada
ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan <31-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi,
tes buss negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah
24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi,
bau dan PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit (Manuaba, 2009).

9. Masalah Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis
kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan
menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun
inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina
secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam
keluarga keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien
d) Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas
bagaimana cara merawat bayinya, berat badan yang semakin
meningkat dan membuat harga diri rendah.
3) Pola – Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan
sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan
karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan
inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).
e) Pola istirahat dan tidur
Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat
dan tidur karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
nyeri sebelum persalinan.
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak.
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi
uterus pada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan
mengalami kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum
pernah melahirkan sebelumnya.
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat
karena adanya proses persalinan dan nifas.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah
persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena
harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien
dibantu oleh keluarganya
4) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kuning.
d) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-
kadang kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya
hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae.
g) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk
anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak
anak.
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
ruptur.
j) Ekstremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k) Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak
karena adanya luka episiotomi.
l) Tanda – Tanda Vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
(Manuaba, 2013).

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Ansietas
3) Gangguan Rasa Nyaman
4) Defisit Pengetahuan
5) Risiko Infeksi
c. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA
N
KEPERAWATA SLKI SIKI
O
N
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (1.08238)
(L.08066)
Observasi
Setelah dilakukan
1. Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan
karakteristrik, durasi,
selama 1 x 24 Jam
frekuensi, kualiats dan
tingkat nyeri klien
intensitas nyeri
menurun dengan kriteria
2. Identitas skala nyeri
hasil :
3. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri dari memperberat nyeri
skala 3 (sedang) ke Terapeutik
skala 5 (menurun)
1. Berikan tehnik non
2. Meringis dari skala 3
farmakologis dalam
(sedang) menjadi 5
menangani nyeri
(menurun)
2. Control lingkungan yang
3. Gelisah dari skala 3
memperberat rasa nyeri
(sedang) menjadi 5
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
(menurun)
Edukasi
4. Sikap protektif dari
skala 3 (sedang) 1. Jelaskan strategi
menjadi 5 (menurun) mengurangi nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi

Kolaboratif pemberian analgetik


sesuai order

2 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)


(L.09093) Observasi
1. Monitor tanda-tanda
Setelah dilakukan
ansietas
tindakan keperawatan
2. Identifikasi saat tingkat
selama 3 x 24 Jam
ansietas berubah
diharapkan ansietas
Terapeutik
klien menurun dengan
1. Ciptakan suasana
kriteria hasil :
terapeutik untuk
1. Perilaku gelisah dari menumbuhkan
skala 3 (sedang) ke kepercayaan
skala 5 (menurun) 2. Temani pasien untuk
2. Perilaku tegang dari mengurangi kecemasan
skala 3 (sedang) ke 3. Pahami situasi yang
skala 5 (menurun) membuat ansietas
3. Verbalisasi khawatir 4. Dengarkan dengan penuh
akibat kondisi yang perhatian
dihadapi dari skala 3 5. Gunakan pendekatan yang
(sedang) ke skala 5 tenang dan meyakinkan
(menurun) Edukasi
1. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
2. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti
ansietas.

3 Gangguan Rasa Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)


Nyaman (L.08066) Observasi
1. Identifikasi lokasi,
Setelah dilakukan
karakteristik, durasi,
tindakan keperawatan
frekuensi, kualitas,
selama 1 x 24 Jam
diharapkan nyeri klien intensitas nyeri
menurun dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil : 3. Identifikasi faktor yang
memperberat nyeri
1. Keluhan nyeri dari
skala 3 (sedang) ke Terapeutik
skala 5 (menurun)
1. Berikan teknik
2. Meringis dari skala 3
nonfarmakologis untuk
(sedang) ke skala 5
mengurangi nyeri
(menurun)
2. Kontrol lingkungan yang
3. Gelisah dari skala 3
memperberat rasa nyeri
(sedang) ke skala 5
(menurun) Edukasi
4. Perineum terasa
1. Jelaskan penyebab dan
tertekan dari skala 3
pemicu nyeri
(sedang) ke skala 5
2. Ajarkan teknik
(menurun)
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik,


jika perlu

4 Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)


Pengetahuan (L.12111) Observasi

Setelah dilakukan Identifikasi kesiapan dan


tindakan keperawatan kemampuan menerima informasi
selama 1 x 24 Jam
Terapeutik
diharapkan
pengetahuan klien 1. Sediakan materi dan media
meningkat dengan pendidikan kesehatan
kriteria hasil : 2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
1. Verbalisasi minat
kesepakatan
dalam belajar dari
3. Berikan kesempatan untuk
skala 3 (sedang) ke
skala 5 (meningkat) bertanya
2. Kemampuan
menjelaskan
Edukasi
pengetahuan
tentang suatu topik Jelaskan faktor risiko yang dapat
dari skala 3 mempengaruhi kesehatan
(sedang) ke skala 5
(meningkat)
3. Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan dari
skala 3 (sedang) ke
skala 5 (meningkat)
4. Pertanyaan tentang
masalah yang
dihadapi dari skala 3
(sedang) ke skala 5
(menurun)
5 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Perawatan Kehamilan Risiko
(L.14137) Tinggi (I.14560)
Observasi
Setelah dilakukan
1. Identifikasi faktor risiko
tindakan keperawatan
kehamilan
selama 1 x 24 Jam
2. Identifikasi riwayat obstetrik
diharapkan risiko infeksi
(plasenta previa, ketuban
klien tidak terjadi
pecah dini, dll)
dengan kriteria hasil :
3. Monitor status fisik dan
1. Demam dari skala 3 psikososial selama
(sedang) ke skala 5 kehamilan
(menurun)
Terapeutik
2. Nyeri dari skala 3
(sedang) ke skala 5 1. Diskusikan
(menurun) ketidaknyamanan selama
3. Cairan berbau hamil
busuk dari skala 3 2. Diskusikan persiapan
(sedang) ke skala 5 persalinan dan kelahiran
(menurun)

Edukasi

1. Anjurkan melakukan
perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan
2. Anjurkan ibu untuk
beraktivitas dan beristirahat
yang cukup
3. Ajarkan mengenali tanda
bahaya (pendarahan,
perubahan cairan ketuban,
kontraksi sebelum 37
minggu, dll)

Kolaborasi

Kolaborasi dengan spesialis jika


ditemukan tanda dan bahaya
kehamilan
DAFTAR PUSTAKA

Joseph H. K. 2010. Catatan Kuliah: Ginekologi dan Obstetri (Obsgin). Suha


Medika : Yogyakarta
Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Mitayani. (2011). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba
Medika
Sarwono, Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan ke-2.
Tridasa Printer : Jakarta
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai