Disusun Oleh:
Annida Hasanah, S.Kep
11194692010059
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners
A. Anatomi Fisiologi
C. Tujuan
Tujuan dari operasi penggantian panggul adalah untuk meningkatkan
mobilitas dengan menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki fungsi dari
sendi piggul.
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang mengindikasikan patah tulang pinggul meliputi:
1. Rasa sakit tidak tertahankan pada bagian pinggul atau selangkangan.
2. Tidak bisa berdiri atau bertumpu pada kaki di bagian pinggul yang
cedera.
3. Tidak bisa mengangkat, menggerakkan, atau memutar kaki.
4. Kaki pada bagian pinggul yang cedera menjadi lebih pendek atau
melenceng ke arah luar.
5. Lebam serta pembengkakan pada pinggul dan sekitarnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium atau diagnostik sangat penting
dilakukan untuk membantu menentukan diagnosa, memantau perjalanan
penyakit serta menentukan prognosa. Informasi yang bermanfaat tentang
pasien ortopedi dapat diperoroleh dari berbagai prosedur diagnostik. Masing-
masing prosedur mungkin tidak diindikasikan untuk semua pasien. Akan
tetapi, secara umum pemeriksaan yang spesifik menunjukkan data yang
paling penting mengenai kondisi pasien. Pembagian pemeriksaan diagnostik
dibagi menjadi pemeriksaan diagnosik noninvasif dan invasif.
1. Pemeriksaan diagnostik noninvasif antara lain rontgen, MRI, dan CT.
2. Pemeriksaan diagnostik invasif antara lain antrogram
3. Mielogram
4. Skan tulang
5. Aspirasi sendi
6. Biopsi
7. Artroskopi
8. Elektromiografi
9. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan darah rutin, seperti hitung
darah lengkap, kadar elektrolit serum, dan pemeriksaan pembekuan
darah, sering diperlukan untuk pasien ortopedi. Pemeriksaan diagnostik
khusus akan dilakukan sesuai dengan kondisi medis pasien dan
diagnosis yang spesifik.
Cement THR
2. Cementless Total Hip Replacement
Cementless THR, juga disebut dengan uncemented THR
diperkenalkan pada awal 1980. Metode THR ini berkembang karena
pada cemented THR memiliki kekurangan. Pertama, pengisian semen
tulang kedalam tulang femur selama operasi dapat menyebabkan
gangguan pada sirkulasi dan dapat menghalangi aliran darah. Kedua,
semen tulang membutuhkan rata-rata 10 menit untuk mengeras. Dalam
waktu ini, ada kemungkinan artificial hip joint berubah posisi. Ketiga,
semen tulang bisa retak dan menyebabkan pergeseran dari implan.
Untuk cementless artificial hip joint, permukaan dari sistem artificial hip
joint dibuat kasar. Hal ini untuk menghasilkan gesekan yang baik antara
artificial hp joint dan kortikal sehingga lebih dapat terpasang dengan
stabil. Pada metode ini juga terdapat kekurangan. Pertama, ketika
artificial hip joint terpasang pada tulang, substansi tulang akan terdorong
sampai sistem sirkulasi darah dan menghalangi sirkulasi darah. Femur
dapat patah selama operasi karena beban yang besar.
Cementless THR
H. Teknik Operasi
Komponen THR yang umum diberikan:
1. Unipolar endoprosthesis
Disebut juga endoprosthesis Moore atau Austin-Moore. Merupakan
komponen logam campuran tunggal bermesin (single, machined metal
alloy) yang terdiri atas bagian femoral stem (batang), leher, dan kepala.
Kepala implan diartikulasi dengan kartilago asetabulum asal.
Prosthesis ini umumnya digunakan pada pasien usia lanjut dengan
mobilitas minimal, yang mengalami fraktur collum femur intrakapsular
(subkapital) yang mengalami pergeseran (displaced).
2. Bipolar endoprosthesis
Endoprosthesis bipolar terdiri atas komponen asetabulum dengan
bahan logam campuran bersaput (polished metal alloy), yang secara
anatomis disamakan dengan asetabulum agar dapat memberikan
pembebanan permukaan (surface bearing). Kepala komponen ini
berbentuk sferikal serta berukuran besar. Di dalam komponen terdapat
pelapis polyethylene (polyethylene liner), sehingga padanya dapat
dipasang komponen femoral.
Struktur ini menyebabkan terjadinya pembebanan luar (outer
bearing interface) antara permukaan implan dan asetabulum asal; serta
pembebanan dalam (inner bearing interface) antara lapisan polyethylene
dan komponen femoral. Desain seperti ini secara teori mengurangi
gerakan pada asetabulum asal (pertemuan kartilago-metal), dengan
cara meningkatkan pergerakan pada bagian prosthetik yang bebas
bergerak (moveable); dan dengannya mengurangi pembebanan
(stress), aus (wear), atau erosi. Penggunaan endoprosthesis bipolar
sama dengan unipolar, atau dapat pula digunakan pada arthroplasti
revisi (revision arthroplasty).
3. True total hip components (komponen femoral & asetabular terpisah)
Komponen THA terdiri atas femoral stem (dalam berbagia ukuran
dan bentuk), leher femoral (dalam berbagai sudut dan panjang), serta
mangkuk (cup) asetabular dengan pelapis polyethylene dalam berbagai
ukuran dan inklinasi. Komposisi ini memungkinkan dilakukannya
pelapisan ulang (resurfacing) kedua sisi pada sendi panggul, serta
memungkinkan pencetakan individual dalam ketepatan tertinggi.
Dibanding endoprosthesis lainnya, komponen THA merupakan
alat yang paling kompleks untuk dipasang secara benar, namun
merupakan teknik yang paling sering digunakan.
L. Gambar
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan prosedur penggantian panggul
total
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang
b. Intra operasi
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan
2) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3) Risiko perdarahan dibuktikan dengan factor risiko tindakan
pembedahan
c. Post Operasi
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
2) Risiko hipotermia perioperative dibuktikan dengan faktor risiko
prosedur pembedahan
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
1 Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
(L.09093) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat tingkat
tindakan keperawatan 1 x ansietas berubah
24 jam diharapkan tingkat 2. Identifikasi kemampuan
ansietas menurun dengan mengambil keputusan
kriteria hasil: 3. Monitor tanda- tanda
1. Verbalisasi ansietas
kebingungan
menurun Terapeutik
2. Verbalisasi khawatir 1. Ciptakan suasana
akibat kondisi yang terapeutik untuk
dihadapi menurun menumbuhkan
3. Perilaku gelisah kepercayaan
menurun 2. Temani pasien untuk
4. Perilaku tegang mengurangi kecemasan
menurun 3. Pahami situasi yang
5. Keluhan pusing membuat ansietas
menurun 4. Dengarkan dengan penuh
6. Pucat menurun perhatian
7. Pola tidur membaik 5. Gunakan pendekatan
tenang dan meyakinkan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
2. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1 x 1. Identifikasi lokasi,
24 jam tingkat nyeri dapat karakteristrik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualiats dan
hasil : intensitas nyeri
1. Kemampuan 2. Identitas skala nyeri
menuntaskan aktivitas 3. Identifikasi faktor yang
meningkat memperberat nyeri
2. Keluhan nyeri
menurun Terapeutik
3. Meringis menurun 1. Berikan tehnik non
4. Gelisah menurun farmakologis dalam
5. Kesulitan tidur menangani nyeri
menurun 2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi
mengurangi nyeri
2. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi
Fisik (D.0054) Setelah dilakukan (I.05173)
tindakan keperawatan 1 x Observasi
24 jam diharapkan 1. Identifikasi adanya nyeri
mobilitas fisik dapat atau keluhan fisik lainnya
meningkat dengan kriteria 2. Identifikasi toleransi fisik
hasil : melakukan pergerakan
1. Pergerakan 3. Monitor frekuensi jantung
ekstremitas meningkat dan tekanan darah
2. Kekuatan otot sebelum memulai
meningkat mobilisasi
3. Rentang gerak (ROM) 4. Monitor kondisi umum
meningkat selama melakukan
4. Nyeri menurun mobilisasi
5. Kecemasan menurun
6. Kaku sendi menurun Terapeutik
7. Gerakan terbatas 1. Fasilitasi aktivitas
menurun mobilisasi dengan alat
8. Kelemahan fisik bantu\fasilitasi melakukan
menurun pergerakan
2. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
4. Bersihan Jalan Napas Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
Tidak Efektif (D.0001) (L.01001) (I.01011)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor pola napas
selama 1 x 24 2. Monitor bunyi napas
diharapkan bersihan jalan 3. Monitor sputum
napas klien meningkat
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Produksi sputum 1. Pertahankan kepatenan
menurun jalan napas
2. Mengi menurun 2. Lakukan penghisapan
3. Wheezing menurun lendir kurang dari 15 detik
4. Dispnea menurun 3. Berikan oksigen
5. Batuk efektif
meningkat Edukasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
5. Hipovolemia (D.0023) Status Cairan (L.03028) Manajemen Syok
Setelah dilakukan Hipovolemik (I.02050)
tindakan keperawatan Observasi
selama 1 x 24 1. Monitor status
diharapkan status cairan kardiopulmonal
klien membaik dengan 2. Monitor status oksigenasi
kriteria hasil : 3. Monitor status cairan
1. Turgor kulit meningkat 4. Periksa tingkat kesadaran
2. Perasaan lemah dan respon pupil
menurun
3. Membran mukosa Terapeutik
membaik 1. Pertahankan jalan napas
4. Frekuensi nadi paten
membaik 2. Berikan oksigen untuk
5. Tekanan darah mempertahankan saturasi
membaik oksigen >94 %
6. Kadar HB membaik 3. Persiapkan intubasi dan
ventilasi mekanis
4. Lakukan penekanan
langsung pada perdarahan
eksternal
5. Berikan posisi syok
6. Pasang jalur IV berukuran
besar
7. Pasang kateter urin untuk
menilai produksi urin
8. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 1-2 L pada
dewasa
2. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika perlu
6. Risiko Perdarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan Syok (I.02068)
(D.0012) (L.02017) Observasi
Setelah dilakukan 1. Monitor status
tindakan keperawatan 1 x kardiopulmonal
24 jam diharapkan tingkat 2. Monitor status oksigenasi
perdarahan klien menurun 3. Monitor status cairan
dengan kriteria hasil : 4. Periksa tingkat kesadaran
1. Kelembaban dan respon pupil
membrane mukosa
meningkat Terapeutik
2. Kelembabpan kulit 1. Berikan oksigen untuk
meningkat mempertahankan saturasi
3. Perdarahan pasca oksigen >94 %
operasi menurun 2. Persiapkan intubasi dan
4. Hemoglobin membaik ventilasi mekanis
5. Hematocrit membaik 3. Lakukan penekanan
6. Tekanan darah langsung pada perdarahan
membaik eksternal
7. Suhu tubuh membaik 4. Pasang jalur IV berukuran
besar
5. Pasang kateter urin untuk
menilai produksi urin
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV
2. Kolaborasi pemberian
transfusi
7. Risiko Hipotermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipotermia
Perioperatif (D.0141) Setelah dilakukan (I.14507)
tindakan keperawatan 1 x Observasi
24 jam diharapkan 1. Monitor suhu tubuh
termoregulasi dapat 2. Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hipotermia
hasil : 3. Monitor tanda dan gejala
1. Menggigil menurun akibat hipotermia
2. Kulit merah menurun
3. Kejang menurun Terapeutik
4. Pucat menurun 1. Sediakan lingkungan yang
5. Dasar kuku sianosis hangat
menurun 2. Ganti pakaian atau linen
6. Suhu tubuh membaik yang basah
7. Suhu kulit membaik 3. Lakukan penghangatan
8. Tekanan darah pasif
membaik 4. Lakukan penghangatan
aktif
DAFTAR PUSTAKA
Eden, Greg. 2011. Total Hip Replacement. YPO. New Zealand.
Nealon, Thomas F. 2015. Ketrampilan Pokok Ilmu Bedah ED.4. EGC. Jakarta
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Smeltzer, Suzanne C. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
EGC.