Anda di halaman 1dari 16

1

LAPORAN PENDAHULUAN

THR ( Total Hip Replacement )

A. DEFINISI
Total hip replacement adalah penggantian panggul yang rusak berat
dengan sendi buatan (Smeltzer & Bare, 2002). Sendi buatan ini terdiri dari
3 bagian yaitu mangkuk (acetabular), caput dan batang (stem) (Sulaiman,
2011). Bagian luar acetabular terbuat dari logam sementara bagian luar
terbuat dari plastik.
Total hip replacement adalah penggantian sendi panggul melalui
pembedahan (kepala dan mangkuk) dengan sendi panggul prostetik
(Engram, 1999).
Total hip replacement merupakan penggantian kaput femur dan
astebulum, keduanya disemen ke dalam tulang. Total hip replacement
adalah penggantian sendi total dengan prostesis untuk memberikan
stabilitas dan gerakan yang dilakukan pada penderita penyakit atau trauma
sendi (Tucker, 1998).
Total hip replacement atau artroplasti hip adalah penggantian sendi
pinggul dengan prostesis dan merupakan salah satu tindakan operasi
rekonstruksi yang paling umum dilakukan (Huo et al 2008).
Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa total
hip replacement atau artroplasti hip adalah penggantian panggul yang
rusak berat dengan sendi buatan untuk memberikan stabilitas dan gerakan
yang dilakukan pada penderita penyakit atau trauma sendi.
Pasien yang dilakukan THR umumny berusia lebih dari 60 tahun
dengan nyeri yang tak tertahankan atau kerusakan sendi pinggul yang
ireversibel. Pasien muda dengan kerusakan panggul berat yang sangat
nyeri dapat menjalani penggantian total panggul (Smeltzer & Brunner,
2002).
2

B. TUJUAN
Tujuan dari operasi penggantian panggul adalah untuk meningkatkan
mobilitas dengan menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki fungsi dari
sendi piggul.

C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


1. Indikasi
Nyeri kronis hebat yang progresif disertai dengan buruknya fungsi
harian yang termasuk berjalan, menaiki tangga-tangga, dan bahkan
bangun dari posisi duduk, akhirnya menjadi sebab untuk
mempertimbangkan penggantian total pinggul. Karena sendi-sendi
pinggul yang diganti dapat gagal seiring dengan waktu, apakah dan
kapan untuk melakukan penggantian total pinggul adalah keputusan-
keputusan yang tidak mudah, terutama pada pasien-pasien yang lebih
muda. Penggantian umumnya dipertimbangkan setelah nyeri menjadi
begitu parah sehingga ia menghalangi fungsi yang normal meskipun
dengan penggunaan obat-obat anti peradangan dan/atau nyeri.
Penggantian total sendi pinggul adalah prosedur memilih, yang berarti
bahwa ia adalah pilihan yang dipilih di antara alternatif-alternatif lain.
Penggantian panggul total adalah keputusan yang dibuat berdasarkan
pemahaman resiko dan manfaat-manfaat yang menguntungkan.
Mangetahui keduanya adalah hal penting sebelum mengambil
keputusan.

Pergantian panggul total akan lebih bermanfaat apabila dilakukan


kepada klien atau pasien yang mengalami hal sebagai berikut :
a) Panggul sakit terus sambil istirahat, baik siang atau malam hari.
b) Kekakuan dalam panggul membatasi kemampuan klien untuk
memindahkan atau mengangkat kaki klien.
c) Klien telah menggunakan pereda nyeri sedikit dari obat anti-
inflamasi atau glukosamin sulfat.
3

d) Klien memiliki efek samping yang berbahaya atau tidak


menyenangkan dari obat pinggul Klien
e) Perawatan lainnya seperti terapi fisik atau menggunakan alat bantu
kiprah seperti tongkat tidak menghilangkan rasa sakit pinggul.
f) Sendi panggul sudah aus dan robek akibat proses penuaan alami,
trauma atau penyakit rematik.
g) Fraktur atau nekrosis iskemik
h) Pascaoperasi prosedur operasi sebelumnya, misalnya: rekonstruksi
bersama (osteotomy), arthrodesis, segmental atau total penggantian
pinggul (THR).

2. Kontraindikasi : pasien yang ada pus di daerah persendian panngul,


pasien dengan nanah dipersendian panggul, lansia yang menderita
osteoporosis.

D. PENATALAKSANAAN/JENIS-JENIS TINDAKAN
Hingga saat ini para ilmuwan dan ahli bedah telah berusaha keras untuk
mendapatkan desain dan fixation terbaik antara femur dan artificial hip
joint. Sampai sekarang, ada dua metode yang digunakan untuk memasang
artificial hip joint, metode ini adalah cemented (dengan semen tulang) dan
cementless(tanpa semen tulang) total hip replacement (THR).
1) Cemented Total Hip Replacement
Pada metode pemasangan ini, semen tulang digunakan untuk
merekatkan artificial hip joint ke dalam tulang femur. Semen tulang
tidak berfungsi seperti lem, melainkan sebagai material pengisi.
Hingga saat ini material dari semen tulang yang banyak digunakan
adalah polymethylmethacrylate (PMMA), dimana diperkenalkan oleh
Sir John Chanrley pada awal tahun 1960.
4

Cement THR

2) Cementless Total Hip Replacement


Cementless THR, juga disebut dengan uncemented THR
diperkenalkan pada awal 1980. Metode THR ini berkembang karena pada
cemented THR memiliki kekurangan. Pertama, pengisian semen tulang
kedalam tulang femur selama operasi dapat menyebabkan gangguan pada
sirkulasi dan dapat menghalangi aliran darah. Kedua, semen tulang
membutuhkan rata-rata 10 menit untuk mengeraas. Dalam waktu ini, ada
kemungkinan artificial hip joint berubah posisi. Ketiga, semen tulang
bisa retak dan menyebabkan pergeseran dari implan. Untuk cementless
artificial hip joint, permukaan dari sistem artificial hip joint dibuat kasar.
Hal ini untuk menghasilkan gesekan yang baik antara artificial hp joint
dan kortikal sehingga lebih dapat terpasang dengan stabil. Pada metode
ini juga terdapat kekurangan. Pertama, ketika artificial hip joint terpasang
pada tulang, substansi tulang akan terdorong sampai sistem sirkulasi
darah dan menghalangi sirkulasi darah. Femur dapat patah selama
operasi karena beban yang besar.
5

Gambar 11. Cementless THR


3) Hybrid Total Hip Replacement
Pada metode ini, menggabungkan antara metode cementeless dan
cemented THR. Kombinasi ini menghasilkan cementless acetabular
cup dengan femoral stem dipasang dengan menggunakan semen.
Metode dapatmengurangi kerusakan atau kegagalan stem dari 30-40%
sampai 3-4%

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara umum, pemeriksaan laboratorium atau diagnostik sangat penting
dilakukan untuk membantu menentukan diagnosa, memantau perjalanan
penyakit serta menentukan prognosa. Informasi yang bermanfaat
tentang pasien ortopedi dapat diperoroleh dari berbagai prsedur diagnostik.
Masing-masing prosedur mungkin tidak diindikasikan untuk semua pasien.
Akan tetapi, secara umum pemeriksaan yang spesifik menunjukkan data
yang paling penting mengenai kondisi pasien. Pembagian pemeriksaan
diagnostik dibagi menjadi pemeriksaan diagnosik noninvasif dan invasif.
1. Pemeriksaan diagnostik noninvasif antara lain rontgen, MRI, dan CT.
2. Pemeriksaan diagnostik invasif antara lain antrogram
3. Mielogram
4. Skan tulang
5. Aspirasi sendi
6

6. Biopsi
7. Artroskopi
8. Elektromiografi
9. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan darah rutin, seperti hitung
darah lengkap, kadar elektrolit serum, dan pemeriksaan pembekuan
darah, sering diperlukan untuk pasien ortopedi. Pemeriksaan diagnostik
khusus akan dilakukan sesuai dengan kondisi medis pasien dan
diagnosis yang spesifik.
7

F. PATHWAY KEPERAWATAN (YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KASUS TINDAKAN

Rencana Kurang Kurang Cemas/


pembedahan infomasi pengetahuan ansietas
Pre operatif

Trauma, paologis,
degenerasi, spontan

Kerusakan
Diskontinuitas jaringan nyeri integritas kulit

fraktur Kerusakan integritas Kerusakan


jaringan tulang mobilitas fisk

THR Intra operatif pembiusan Insisi Terputusnya


pembedahan kontuintunitasjaringan
pembuluh darah
Kehilangan volume
cairan
perdarahan Resiko
perdarahan
Gangguan perfusi Suplai o2 kejaringan
jaringan perifer menurun Penurunan Hb

Kesadaran Reflek batuk dan Terakumulasi


Kelemahan otot
diturunkan menelan menurun sekret
pernapsan

Ketidakefektifan jalan
Menutup jalan
Lidah jatuh napas
nafas

Pasca Gangguan perfusi


anastesi termolugasi hipotermi
Post operatif

Insisi Kerusakan Hilangnya Kembali nya


pembedahan jaringan pengaruh respon Nyeri akut
post operasi neuro anastesi sensori
8

G. GAMBAR

FOTO X-Ray milik pasien bernama Yenny Rahmayati ini diambil Mei
2013, setelah menjalani operasi Total Hips Replacement (THR) kedua,
pada sendi tulang pinggulnya. Foto kanan adalah kondisi pinggul kiri yang
dioperasi (implan) di RSU Zainoel Abidin-Banda Aceh, menggunakan
implan berbahan metal, standar JKA. Sementara foto kiri adalah gambar
hasil operasi serupa oleh dokter di Lam Wah Ee-Penang, pada pinggul
kanan menggunakan bahan keramik, yang diklaim lebih tahan 20 tahun
dari yang berbahan metal. Kondisi pasien tersebut saat ini mengalami
cacat pada kaki kirinya akibat operasi yang teledor, sehingga ia harus
menggunakan alat bantu (ankle foot orthosis) untuk menopang tubuhnya.
9

total pinggul prothesa , semi hip penggantian , articulatio coxae operasi


implan instrum
10

Bagian-bagian total hip replacement


11

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL


Tujuan dan Kriteria
Diagnosa Intervensi Rasional
Hasil
Pre Operasi
Ansietas Tujuan: NIC: Anxiety Control
berhubungan Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan 1. Menciptakan trust
dengan tindakan pasien mampu yang menenangkan
prosedur mengontrol kecemasannya 2. Jelaskan semua 2. Mengurangi rasa
penggantian Kriteria Hasil: prosedur dan apa yang cemas pasien jika
panggul total 1. Pasien mampu dirasakan selama dilakukan tindakan
mengidentifikasi dan prosedur 3. Mencegah kondisi
mengungkapkan gejala 3. Pahami prespektif pasien agar tdk
cemas pasien terhdap situasi semakin tertekan
2. Mengidentifikasi, stres karena kondisinya
mengungkapkan, dan 4. Agar pasien merasa
menunjukkan teknik bahwa dirinya tidak
untuk mengontrol 4. Temani pasien untuk merasa kesepian
cemas memberikan keamanan 5. Mengurangi rasa
3. Vital sign dalam batas dan mengurangi takut cemas dan takut
normal 5. Berikan informasi pasien karena
4. Postur tubuh, ekspresi faktual mengenai tindakan yang
wajah, bahasa tubuh, diagnosis, tindakan dilakukan
dan tingkat aktivitas prognosis 6. agar pasien merasa
menunjukkan 6. Dorong keluarga untuk disupport untuk
berkurangnya menemani pasien kesembuhan kondisi
kecemasan. pasien
5. Menunjukkan 7. mencegah pasien agar
peningkatan 7. Bantu pasien mengenal tidak semakin cemas
konsenrtasi dan situasi yang
akurasi dalam berpikir menimbulkan 8. pasien merasa
kecemasan dimotivasi untuk
8. Dorong pasien untuk perbaikan yang
mengungkapkan optimal
perasaan, ketakutan, 9. untuk mengalihkan
persepsi perhatian dan
9. Instruksikan pasien mengurangi rasa
menggunakan teknik cemas
relaksasi

Kurang Tujuan: NIC :


pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Knowledge : desease
berhubungan pasien dan keluarga process 1. Mengetahui tingkat
dengan memahami mengenai 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
keterbatasan penyakit pasien dan pengetahuan pasien 2. Agar pasien dapat
informasi. pengobatannya. tentang penyakitnya mengetahui mengenai
Kriteria Hasil: 2. Jelaskan tanda gejala penyakitnya
1. Pasien dan keluarga dan patofisiologi dari 3. Memberi
menyatakan penyakit pengetahuan pada
pemahaman tentang pasien
penyakit, kondisi, 3. Sediakan informasi
prognosis, dan pada pasien tentang 4. Memberitahukan
program pengobatan kondisi, dengan cara mengenai progres
2. Pasien dan keluarga yang tepat penyakit pasien dan
mampu melaksanakan 4. Sediakan bagi pasien agar keluarga dapat
12

prosedur yang dan keluarga tentang berkolaborasi aktif


dijelaskan dengan kemajuan pasien terhadap pengobatan
benar dengan cara yang pasien
3. Pasien dan keluarga tepat 5. untuk mencegah
mampu menjelaskan 5. Diskusikan komplikasi lebih
kembali apa yang perubahan gaya lanjut
dijelaskan perawat/ tim hidup yang mungkin 6. Memberi
kesehatan. diperlukan kenyamanan pada
6. Hindari pasien dan keluarga
menggunakan teknik 7. Dukungan keluarga
menakut-nakuti memotivasi pasien
7. Mengikutsertakan selama menjalani
keluarga (bila perawatan
memungkinkan)
dalam melaksanakan
pengobatan/ terapi

Nyeri Tujuan: NIC:


berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain management
dengan keperawatan jam pasien 1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui
terputusnya terbebas dari nyeri / nyeri nyeri secara tingkatan nyeri
kontinuitas berkurang komprehensif untuk menentukan
jaringan. termasuk lokasi, tindakan.
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi 2. Validasi terhadap
menggunakan tehnik nonverbal dari adanya
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, 3. Gunakan teknik 3. Memberikan
mencari bantuan) komunikasi terapeutik kenyamanan pada
2. Melaporkan bahwa untuk mengetahui pasien dan agar
nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien lebih terbuka
dengan menggunakan pasien 4. Budaya dapat
manajemen nyeri mempengaruhi
3. Mampu mengenali respon nyeri
nyeri (skala, intensitas, 4. Kaji kultur yang seseorang
frekuensi dan tanda mempengaruhi respon 5. Mengetahui adanya
nyeri) nyeri nyeri masa lampau
4. Menyatakan rasa 6. Evaluasi
nyaman setelah nyeri 5. Evaluasi pengalaman ketidakefektifan
berkurang nyeri masa lampau kontrol nyeri
5. Tanda vital dalam 6. Evaluasi bersama 7. Menguragi faktor
rentang normal pasien dan tim penyebab nyeri
kesehatan lain tentang 8. Distraksi untuk
ketidakefektifan mengalihkan
kontrol nyeri masa perhatian dan
lampau membuat nyaman
7. Kontrol lingkungan pasien.
yang dapat
mempengaruhi nyeri 9. Mengurangi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
8. Lakukan penanganan
13

nyeri non farrmakologi


9. Kolaborasi: pemberian
analgetik
Kerusakan Tujuan: NIC:Exercise therapy
Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan 1. monitor vital sign 1. mengetahui kondisi
berhubungan pasien terbebas dari sebelum dan sesudah pasien secara umum
dengan hambatan mobilitas fisik latihan 2. mengetahui
kehilangan Kriteria Hasil: 2. kaji kemampuan kemampuan pasien
integritas - Peningkatan aktivitas pasien dalam 3. mencegah terjadinya
struktur tulang pasien mobilisasi cedera
- Memperagakan 3. dampingi dan bantu
penggunaan alat bantu pasien saat mobilisasi
untuk mobilisasi dan bantu penuhi 4. mencegah terjadinya
kebutuhan sehari hari cedera
pasien (ADLS)
4. Ajarkan keluarga
untuk membatu pasien 5. memberikan
memenuhi ADLs keamanan bagi pasien
pasien selama di 6. mencegah cedera
rumah pada pasien
5. berikan alat bantu jika
pasien membutuhkan
6. ajarkan pasien
bagaimana mengubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

Intra operasi
Resiko Tujuan : NIC : Manajemen cairan 1. Mengetahui balance
kekurangan Pasien tidak mengalami 1. Catat intake dan output cairan
volume cairan dehidrasi atau cairan tubuh 2. Monitor status hidrasi 2. Antisipasi tanda
berhubungan pasien adekuat seperti membran dehidrasi
dengan Kriteria hasil : mukosa, nadi, tekanan 3. Mengatur balance
kehilangan a. Kulit dan membran darah dengan cepat. cairan
cairan mukosa lembab 3. Beri cairan yang sesuai
b. Tidak terjadi demam dengan terapi
c. TTV normal
Ketidak Tujuan : NIC :
efektifan jalan Pola napas pasien adekuat 1. Catat SPO2 1. mencatat SPO2
napas dan efejtif 2. Beri O2 bila perlu 2. memonitor pola napas
berhubungan Kriteria hasil : 3. Monitor pola napas
dengan a. Tidak ada sumbatan
pembiusan b. Pola napas teratur
Post Operasi
Kerusakan Tujuan: 1. Pertahankan posisi sendi 1. Agar sendi tidak kaku
mobilitas mencapai pinggul yang benar
berhubungan sendi panggul (abduksi, rotasi netral,
dengan yang bebas fleksi terbatas 2. Mencegah kekakuan
keharusan tirah nyeri, 2. Instruksikan dan sendi
baring setelah fungsional, membantu perubahan
penggantian dan stabil posisi dan perpindahan 3. Mempertahankan
14

sendi pinggul. Kriteria 3. Instruksikan dan berikan kekuatan sendi dan


Hasil: pengawasan latihan peningkatan sirkulasi
1. Posisi yang pengesetan kuardrisep dan
dianjurkan tetap gluteal 4. Menyusun program
dipertahankan 4. konsultasi dengan ahli aktivitas fsik secara
2. Pasien membantu fisioterapi individual
saat perubahan
posisi 5. Memotivasi pasien
3. Memperlihatkan 5. Berikan semangat dan agar tetap semangat
kemandirian saat dukungan terhadap menjalani latihan
berpindah program latihan 6. Memenuhi kebutuhan
4. Berpartisipasi 6. Bantu pasien dan ajarkan pasien
dalam program keluarga memenuhi ADLs
ambulasi progresif
5. Mempergunakan
alat bantu
ambulasi dengan
benar dan aman
Resiko infeksi Tujuan : Pasien tidak NIC : Pengendalian Infeksi
berhubungan mengalami infeksi
1. Pantau tanda / gejala 1. Mencegah terjadinya
dengan luka atau tidak terdapat infeksi infeksi
post operasi tanda-tanda infeksi
2. Rawat luka operasi dengan 2. Mencegah invasi
pada pasien. teknik steril mikroorganisme
Kriteria hasil : 3. Memelihara teknik isolasi, 3. Mencegah infeksi
Tidak menunjukkan batasi jumlah pengunjung 4. Mencegah infeksi
tanda-tanda infeksi 4. Ganti peralatan perawatan
pasien sesuai dengan protap
Hipotermi Tujuan : pasien tidak NIC
berhubungan menunjukan tanda 1. Monitor suhu 1. memonitor suhu
dnegan tanda hipotermi 2. ttv 2. memonitor ttv
perubahan suhu Kriteria hasil
ruangan Pasien tidak mengigil,
akral hangat
Kurang Tujuan: 1. Dorong pasien 1. Agar perawat dapat
pengetahuan Setelah dilakukan mengekspresikan memberikan penkes
mengenai tindakan jam pasien kekhawatirannya mengenai kepada keluarga.
penatalaksanaa dan keluarga perawatan di rumah; 2. Untuk melatih
n kesehatan di memahami perawatan eksplorasi bersama kemandirian pasien.
rumah pasien dirumah kemungkinan pemecahan 3. Agar kien dapat
berhubungan Kriteria Hasil: masalah. merawat dan
dengan 1. Pasien dan 2. Kaji ketersediaan bantuan menjaga
kurangnya keluarga fisik untuk aktivitas kondisinya.
informasi menyatakan perawatan kesehatan. 4. Mencegah
pemahaman 3. Ajarkan pemberi terjadinya
tentang kondisi perawatan tentang program komplikasi
pasien perawatan kesehatan di 5. Mencegah
2. Pasien dan rumah. terjadinya
keluarga mampu 4. Jelaskan pada pasien dan komplikasi
melaksanakan keluarga mengenai
prosedur yang perawatan
dijelaskan dengan pascahospitalisasi;
benar 5. Anjurkan pada pasien dan
3. Pasien dan keluarga untuk kontrol
keluarga mampu secara teratur
menjelaskan
15

kembali apa yang


dijelaskan
perawat/ tim
kesehatan.
4. Pasien dan
keluarga mampu
Melakukan
perawatan Secara
mandiri Di rumah
16

DAFTAR PUSTAKA

Eden, Greg. 2006. Total Hip Replacement. YPO. New Zealand.

Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC).


USA: Mosby.

NANDA. 2012. Nursing Diagnoses: Definition and classifications 2012-


2014. Philadelphia: NANDA International.

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai