Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN

POST MITRAL VALVE REPLACEMENT


DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Diajukan oleh :

1. Annisa Julia Murjiantami P27226017 108


2. Siti Hufita P27226017 145
3. Laimunal Fitri WKS P27226017 180
4. Lintang Fiorentina DP P27226017 181
5. Pico Ardiansyah P27226017 187
6. Putri Pramudya P27226017 189

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SURAKARTA

2020
LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN
POST MITRAL VALVE REPLACEMENT
DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Diajukan oleh :

1. Annisa Julia Murjiantami P27226017 108


2. Siti Hufita P27226017 145
3. Laimunal Fitri WKS P27226017 180
4. Lintang Fiorentina DP P27226017 181
5. Pico Ardiansyah P27226017 187
6. Putri Pramudya P27226017 189

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SURAKARTA

2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN


POST MITRAL VALVE REPLACEMENT
DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing

pada tanggal..................................

Menyetujui,

Pembimbing

..........................................

NIP................................

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala,


Rabb Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan
dan karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah presentasi kasus ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya,
serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah


penatalaksanaan fisioterapi tentang “Laporan kasus penatalaksanaan fisioterapi
pada pasien post mitral valve replacement di RSUP Dr. Kariadi semarang.
Penyusunan makalah ini dapat terwujud tak lepas dari bimbingan, pengarahan,
dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa Fisioterapi untuk menambah wawasan dalam bidang
kesehatan.

Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih


terdapat kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 11 November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii

Kata Pengantar ………………………………………………………………... iii

Daftar Isi ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

A. Anatomi Fungsional ..................................................................... 5


B. Klasifikasi NYHA ( New York Heart Assosiation) ...................... 17
C. post mitral valve replacement....................................................... 18
D. Six Minutes Walking Test ............................................................. 25
E. Fisioterapi pada post mitral valve replacement............................. 26

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS ................................................. 30

A. Anamesis ...................................................................................... 30
B. Identitas pasien ............................................................................. 30
C. Data Medis .................................................................................... 30
D. Pemeriksaan Subyektif.................................................................. 32
E. Pemeriksaan Obyektif................................................................... 33
F. Under lying ................................................................................... 34
G. Diagnosis Fisioterapi .................................................................... 35

H. Program Fisioterapi ...................................................................... 36

iv
I. Rencana Evaluasi ........................................................................ 39

J. Prognosis ..................................................................................... 39

K. Pelaksanaan Terapi ...................................................................... 40

L. Evaluasi dan Tindak Lanjut …………………………………… 44

M.Hasil Terapi Akhir ........................................................................46

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jantung adalah organ yang mensirkulasi darah teroksigenasi di paru-paru

kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Otot jantung merupakan jaringan yang

istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat

lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita

(dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Ukuran jantung kurang lebih sebesar

genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram, meskipun berat

dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan berat badan. Fungsi

jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan menampungnya kembali

setelah dibersihkan organ paru-paru. Hal ini berarti bahwa fungsi jantung manusia

adalah sebagai alat atau organ pemompa darah pada manusia. Fungsi jantung

adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan nutrisi sambil

mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Sebenarnya terdapat

dua pompa jantung, yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Keluaran jantung

kanan didistribusikan seluruhnya ke paru melalui arteri pulmonaris, dan keluaran

jantung kiri seluruhnya didistribusikan ke bagian tubuh lain melalui aorta. Kedua

pompa itu menyemburkan darah secara bersamaan dengan kecepatan keluaran

yang sama (Samudra, 2012).

1
2

Gagal jantung sering disebut juga gagal jantung kongestif adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen (Krisnawan, 2009).

Ada beberapa gangguan pada jantung diantaranya adalah Congestive Heart

Failure (CHF) atau sering disebut gagal jantung kongestif adalah keadaan

patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu

memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau

kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara

abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi

gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.

Stenosis mitral adalah kondisi katup mitral yang tidak sepenuhnya terbuka.

Hal ini terjadi karena katup mitral secara patologis mengalami penyempitan

sehingga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik

terhambat. Pembukaan katup mitral biasanya seluas 4-5 cm2 , tetapi pada kodisi

ini menurun menjadi setengah ukuran normal bahkan lebih kecil. Penyebab

tersering kejadian stenosis mitral adalah demam rematik. Kirakira 60% dari pasien

stenosis mitral murni memiliki riwayat penyakit jantung rematik. Sementara

penyebab yang jarang adalah kondisi-kondisi lain yang menyebabkan obstruksi

pengisian ventrikel kiri meliputi myxoma atrium kiri, trombus,

mukopolisakaridosis, radiasi dada yang pernah dilakukan sebelumnya

dankalsifikasi anular katup


3

MVR atau Mitral Valve Replacement adalah prosedur operasi jantung

yang dilakukan untuk mengganti katup mitral pasien yang sudah tidak dapat

diperbaiki dengan katup jantung buatan (baik itu mekanik maupun bioprostetik).

Mitral Valve Repair/Replacement (MVR) adalah prosedur bedah jantung

dimana katup mitral pasien diperbaiki atau diganti karena kerusakannya.

Kerusakan katup mitral meliputi Mitral Regurgitasi (MR), Mitral Stenosis (MS)

dan Mitral Valve Prolapse (MVP).

Fisioterapi berperan dalam penatalaksanaan pasien pre dan post operasi

MVR (mitral valve replacement). Terdapat berbagai macam intervensi yang dapat

diberikan pada pasien baik sebelum menjalani operasi maupun setelah keluar dari

ruang operasi hingga memberikan edukasi latihan setelah pasien pulang ke rumah

dengan tujuan utama yakni mengembalikan kapasitas fungsional pasien supaya

dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya hambatan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penulisan ini adalah bagaimanakah penatalaksanaan

fisioterapi pada pasien MVR (mitral valve replacement)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi

pada pasien MVR (mitral valve replacement)


4

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu untuk menambah wawasan dan

ilmu bagi peneliti, membuktikan kebenaran dari suatu teori khususnya

tentang penalataksanaan fisioterapi pada pasien MVR (mitral valve

replacement).

2. Institusi Pendidikan

Manfaat penelitian ini diharapkan membawa manfaat untuk institusi yaitu

menambah wacana modalitas fisioterapi, menambah wawasan dan ilmu yang

bisa disebarkan ke masyarakat luas.

3. Profesi

Sebagai informasi tentang penalataksanaan fisioterapi pada pasien MVR

(mitral valve replacement).

4. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat luas

khususnya mahasiswa untuk selalu rutin berolahraga. Dan juga sebagai sarana

edukasi masyarakat awam tentang penalataksanaan fisioterapi pada pasien

MVR (mitral valve replacement).


5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Jantung

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar

kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke

pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal

terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2

ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai

pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi

bagian kanan dan kiri dinamakan septum (Boom & Cindy, 2013).

Gambar 1. Jantung normal dan sirkulasinya.

5
6

Batas-batas jantung:

 Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena

cava inferior (VCI)

 Kiri : ujung ventrikel kiri

 Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil


ventrikel kiri

 Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis

 Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal

sepanjang diafragma sampai apeks jantung

 Superior : apendiks atrium kiri

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan

keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan

menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat

katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan

ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan

arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan

ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta.

Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior.

Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet).

Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf

simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus

melalui preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA

dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis
7

berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan

ventrikel. Walaupun jantung tidak mempunyai persarafan somatik,

stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi

sebagai nyeri.

Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner

kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus

pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan

sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien

arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/ posterior decendens

artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus

aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anterior desenden kiri/ left

anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di

anterior dan inferior ke apeks jantung.

Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke

atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada

atrium kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan

dalam celah atrioventrikuler.

B. Fisiologi Jantung

Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah

terkait fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu

atrium-ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian

pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru


8

sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi

sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh

jantung ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan

sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya

(Sherwood et al., 2011).

Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke

jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah

dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru

tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan

melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru

melalui katup pulmonal (Sherwood et al., 2011).

Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami

oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah.

Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena

pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui

katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta (Sherwood et al., 2011).

Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri,

dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi

maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium

kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun

saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan

darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula

dengan kedua ventrikel (Sherwood et al., 2011).


9

1. Sirkulasi Darah

Sirkulasi darah fetal pada janin dan sirkulasi darah pada anak dan

dewasa berbeda. Untuk memahami implikasi anestesi pada penyakit

jantung, seorang ahli anestesi harus mengenal sirkulasi fetal dan sirkulasi

dewasa. Perubahan sirkulasi terjadi sangat cepat pada saat kelahiran.

Periode ini dinamakan periode transisi di mana sirkulasi fetal akan berubah

menjadi sirkulasi manusia normal atau dewasa (Sudoyo et al., 2009).

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada

bayi dan anak. Dalam rahim, paru-paru tidak berfungsi sebagai alat

pernafasan, pertukaran gas dilakukan oleh plasenta. Pembentukan

pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke-3 dan bertujuan

menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu (Sudoyo et al.,

2009).

Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis

yang terdapat dalam tali pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali

pusat sekitar 125 ml/kg/BB per menit atau sekitar 500 ml per menit.

Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam

vena cava inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah

tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cava inferior

lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri

melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh (Sudoyo et al., 2009).

Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas,


10

memasuki ventrikel kanan melalui vena cava superior. Kemudian melalui

arteri pulmonalis besar meninggalkan ventrikel kanan menuju aorta

melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melalui aorta,

arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran

gas selanjutnya. Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai

saluran/ jalan pintas yang memungkinkan sebagian besar dari cardiac

output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta tanpa melalui paru-

paru (Sudoyo et al., 2009).

Bayi segera menghisap udara dan menangis kuat tepat setelah

dilahirkan. Dengan demikian paru-parunya akan berkembang, tekanan

dalam paru-paru mengecil dan seolah-olah darah terhisap ke dalam paru-

paru (tahanan vaskular paru menurun dan aliran darah pulmonal

meningkat). Duktus arteriosus menutup dan tidak berfungsi lagi, demikian

pula karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat maka foramen ovale

akan tertutup sehingga selanjutnya tidak berfungsi lagi. Tahanan vaskular

sistemik juga meningkat. Akibat dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri

umbilikalis dan duktus venosus akan mengalami obliterasi. Dengan

demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara

yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan

yang dicerna dengan sistem pencernaan sendiri (Sudoyo et al., 2009).


11

Gambar 2. Sirkulasi fetal (Sherwood


et al., 2011).
12

Jumlah darah yang mengalir dalam sistem sirkulasi pada orang

dewasa mencapai 5-6 liter (4.7-5.7 liter). Darah bersirkulasi dalam sistem

sirkulasi sistemik dan pulmonal.

a. Sirkulasi sistemik

Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah yang mengandung

banyak oksigen yang berasal dari paru, dipompa keluar oleh jantung

melalui ventrikel kiri ke aorta, selanjutnya ke seluruh tubuh melalui arteri-

arteri hingga mencapai pembuluh darah yang diameternya paling kecil

(kapiler).

Kapiler melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara

bergantian, yang disebut dengan vasomotion sehingga darah mengalir

secara intermittent. Dengan aliran yang demikian, terjadi pertukaran zat

melalui dinding kapiler yang hanya terdiri dari selapis sel endotel. Ujung

kapiler yang membawa darah teroksigenasi disebut arteriole sedangkan

ujung kapiler yang membawa darah terdeoksigenasi disebut venule;

terdapat hubungan antara arteriole dan venule “capillary bed” yang

berbentuk seperti anyaman, ada juga hubungan langsung dari arteriole ke

venule melalui arteri-vena anastomosis (A-V anastomosis). Darah dari

arteriole mengalir ke venule, kemudian sampai ke vena besar (v.cava

superior dan v.cava inferior) dan kembali ke jantung kanan (atrium kanan).

Darah dari atrium kanan selanjutnya memasuki ventrikel kanan melalui

katup trikuspidalis.

b. Sirkulasi pulmonal
13

Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah yang

terdeoksigenasi yang berasal dari seluruh tubuh, yang dialirkan melalui

vena cava superior dan vena cava inferior kemudian ke atrium kanan dan

selanjutnya ke ventrikel kanan, meninggalkan jantung kanan melalui arteri

pulmonalis menuju paru-paru (kanan dan kiri). Di dalam paru, darah

mengalir ke kapiler paru dimana terjadi pertukaran zat dan cairan,

sehingga menghasilkan darah yang teroksigenasi. Oksigen diambil dari

udara pernapasan. Darah yang teroksigenasi ini kemudian dialirkan

melalui vena pulmonalis (kanan dan kiri), menuju ke atrium kiri dan

selanjutnya memasuki ventrikel kiri melalui katup mitral (bikuspidalis).

Darah dari ventrikel kiri kemudian masuk ke aorta untuk dialirkan ke

seluruh tubuh (dan dimulai lagi sirkulasi sistemik).


14

Gambar 3. Sirkulasi paru dan


sistemik (Sudoyo et al., 2009).
15

Jadi, secara ringkas, aliran darah dalam sistem sirkulasi normal

manusia adalah :

Darah dari atrium kiri → melalui katup mitral ke ventrikel kiri → aorta

ascendens

– arcus aorta – aorta descendens – arteri sedang – arteriole → capillary

bed → venule – vena sedang – vena besar (v.cava superior dan v.cava

inferior) → atrium kanan → melalui katup trikuspid ke ventrikel kanan →

arteri pulmonalis → paru- paru → vena pulmonalis → atrium kiri.

2. Katup Jantung

a.Anatomi Katup Jantung

Gambar 4. Katup jantung (Yudanto,


2011).
16

1) Katup Trikuspid

Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan.

Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan

menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya

aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat

kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3

daun katup (Yudanto, 2011).

2) Katup Pulmonal

Darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus

pulmonalis sesaat setelah katup trikuspid tertutup. Trunkus pulmonalis

bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan

berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus

pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang

terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel

kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel

kanan menuju arteri pulmonalis (Yudanto, 2011).

3) Katup Bikuspid

Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium

kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup

pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup

(Yudanto, 2011).
17

4) Katup Aorta

Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal

aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi

sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan

menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah

masuk kembali kedalam ventrikel kiri.

Pembuluh darah yang terdiri dari arteri, arteriole, kapiler dan

venula serta vena merupakan pipa darah dimana didalamnya terdapat sel-

sel darah dan cairan plasma yang mengalir keseluruh tubuh. Pembuluh

darah berfungsi mengalirkan darah dari jantung ke jaringan serta organ2

diseluruh tubuh dan sebaliknya. Arteri, arteriole dan kapiler mengalirkan

darah dari jantung keseluruh tubuh, sebaliknya vena dan venula

mengalirkan darah kembali ke jantung (Yudanto, 2011).


18

C. Klasifikasi NYHA (New York Heart Assosiation)

Ada berbagai klasifikasi untuk gagal jantung, diantaranya

berdasarkan abnormalitas struktur jantung yang di susun oleh American

Heart Association/American College of Cardiology (AHA/ACC) atau

berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fingsional yang diterbitkan

oleh New York Heart Association (NYHA). Diagnosis gagal jantung

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, electrocardiography, foto

thorax, echocardiography Doppler, dan kateterisasi. Tingkat keparahan

gagal jantung menurut NYHA, dibagi menjadi :

1. Kelas I Pasien dengan penyakit jantung tetapi tidak ada pembatasan

aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan kelelahan

berlebihan, palpitasi, dispnea atau nyeri angina

2. Kelas II Pasien dengan penyakit jantung dengan sedikit pembatasan

aktivitas fisik. Merasa nyaman saat istirahat. Hasil aktivitas normal

fisik kelelahan, palpitasi, dispnea atau nyeri angina.

3. Kelas III Pasien dengan penyakit jantung yang terdapat pembatasan

aktivitas fisik. Merasa nyaman saat istirahat. Aktifitas fisik ringan

menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnea atau nyeri angina.

4. Kelas IV Pasien dengan penyakit jantung yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik apapun tanpa

ketidaknyamanan. Gejala gagal jantung dapat muncul bahkan pada saat

istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.


19

D. Mitral Valve Replacement

Mitral Valve Replacement (MVR) adalah prosedur bedah jantung

yang dilakukan untuk mengganti katup mitral yang sudah tidak dapat diperbaiki

lagi dan diganti dengan katup jantung buatan. MVR dilakukan untuk mengatasi

kurang atau terhambatnya pembuluh darah akibat dari mitral disease baik mitral

regurgitasi maupun mitral stenosis (Fadilah, 2016).

Mitral stenosis katup adalah keadaan dimana terjadi hambatan aliran

darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan

katup mitral mengalami hambatan. Sedangkan mitral infusiensi katup adalah

keadaan dimana daun katup tidak dapat menutup dengan rapat sehingga darah

tidak dapat mengalir baik atau terjadi akibat abnormalitas berbagai komponen

katup mitral. Kedua penyebab tersebut menyebabkan daya kontraksi jantung lebih

berat (Rilantono, 2018).

1. Patogenesis

Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai penyakit yang

hampir selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah banyak ditemukan

penyakit jenis baru. Penyakit katup yang sering dijumpai adalah penyakit katup

degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya kualitas masa hidup orang yang

hidup dinegara industri dibandingkan dengan orang yang hidup dinegara

berkembang. Meskipun terjadi penurunan insiden penyakit demam rematik,

namun penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim penyakit katup yang

membutuhkan koreksi bedah. Demam rematik akut merupakan sekuele varingitis

akibat straptokokus β- hemolitikus grup A. Demam reumatik timbul hanya terjadi


20

respon antibodi atau imunologis yang bermakna terhadap infeksi streptokokus

sebelumnya. Demam reumatik maupun stenosis mitralis tetap merupakan penyakit

yang sering terjadi dinegara terkembang dengan insiden yang lebih tinggi dikota

yang miskin daripada didesa yang miskin (Price dan Wilson, 2006).

Patogenesis pasti demam reumatik masih belum diketahui.

Manifestasi demam reumatik akut berupa peradangan difus yang menyerang

jaringan ikat berbagai organ terutama jantung, sendi, dan kulit. Gejala dan

tandanya tidak khas, dapat berupa demam, artritis yang berpindah-pindah,

artralgia, ruam kulit, korea, dan takikardia (Price dan Wilson, 2006)

2. Patofisiologi

a. Stenosis mitral

Menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama

fase diastolik ventrikel. Untuk mengisi ventrikel dengan adikuat dan

mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang

menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui katup

yang menyempit. Oleh karena itu terjadi peningkatan perbedaan tekanan antara

kedua ruang tersebut. Dalam keadaan normal perbedaan tekanan tersebut minimal.

Otot atrium kiri mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pemompaan

darah. Makin lama kontraksi atrium makin berperan aktif sebagai aktor pembantu

pengsisian ventrikel. Atrium kiri kini tidak lagi berfungsi primer sebagai

penampung pasif tetapi berfungsi mengalirkan darah ke ventrikel. Dilatasi atrium

terjadi karena volume atrium kiri meningkat akibat ketidakmampuan atrium untuk

mengosongkan diri secara normal (Price dan Wilson, 2006).


21

Peningkatan tekanan dan volume artrium kiri dipantulkan

kebelakang kedalam pembuluh darah paru tekanan darah dalam vena pulmonalis

dan kapiler meningkat akibatnya terjadi kongesti paru paru mulai dari kongesti

vena yang ringan sampai edema interstisial yang kadang-kadang disertai

transudasi cairan kedalam alveoli (Price dan Wilson, 2006).

Pada akhirnya tekanan arteria pulmonalis harus meningkat akibat

peningkatan kronis resistensi vena pulmonalis. Respon ini memastikan perbedaan

tekanan yang melalui pembuluh paru-paru. Namun demikian hipertensi

pulmonalis meningkatkan resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria

pulmonalis. Ventrikel kanan berespon terhadap peningkatan beban tekanan ini

dengan hipertofi otot. Pembuluh darah paru mengalami perubahan anatomis yang

tampaknya bertujuan melindungi kapiler paru-paru terhadap tekanan ventrikel

kanan dan aliran darah yang meninggi. Terjadi perubahan struktur hipertrofi

lapisan media dan penebalan lapisan intima pada dinding arteri kecil dan arteriola.

Mekanisme yang menimbulkan respon anatomis ini masih belum diketahui

dengan pasti. Perubahan-perubahan ini menyempitkan lumen pembuluh dan

meningkatkan resistensi pembuluh paru. Kontruksi arteriola ini (atau hipertensi

pulmonal reaktif) jelas akan meningkatkan tekanan arteri pulmonalis. Tekanan

arteri pulmonalis dapat meningkat progresif sampai tertinggi tekanan sistemik

(Price dan Wilson, 2006).

Setelah beberapa tahun lesi mitralis akan memperkecil lubang katup.

Gejala-gejala secara khas belum muncul, sebelum lubang katup ini mengecil

sampai sekitar 50 persen, yaitu dari ukuran normal 4 sampai 5 cm 2 menjadi


22

kurang dari 2,5 cm2. Saat lubang katup sudah menyempit maka atrium kiri akan

naik untuk mempertahankan pengisian ventrikel dan curah jantung akibatnya

tekanan vena pulmonalis akan meningkat sehingga menimbulkan dispnea. Pada

tahap awal biasanya dapat didengar bising jantung diastolik yang merupakan

petunjuk adanya tekanan abnormal yang menyempit. Lebar katup yang kurang

dari 1 cm2 menunjukkan stenosis metral yang gawat. Gambaran klinis dapat

bervariasi bergantung pada gangguan hemodinamik yang terjadi tetapi biasanya

gejala yang paling dini adalah gejala sesak nafas sewaktu bekerja. Dua perubahan

hemodinamik yang disebabkan oleh kerja, kurang dapat ditoleransi pada stenosis

mitralis yaitu: (1) takikardi (denyut jantung cepat) dan (2) peningkatan tekanan

atrium kiri (Price dan Wilson, 2006).

a. Insufiensi atau regurgitas mitral

Insufiensi atau regurgitas mitral adalah keadaan dimana refluks

darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak

menutup secara sempurna. Kelainan pada katup mitralis yang disebabkan karena

tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna saat sistol. Ini diawali dengan

demam reumatik yang akan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan

ini menyebabkan endotel katup mengalami pembengkakan daun katup dan erosi

pinggir daun katup. Hal ini mengakibatkan tidak sempurnanya daun katup mitral

menutup pada saat sistolik sehingga mengakibatkan suplai darah ke aorta dan

aliran darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri. (Leornad, 2007 dalam Jelita,

2010).

Degenerasi mikomatosa katup mitral mengakibatkan abnormalitas


23

katup berkisar dari prolaps kuspid derajat ringan, timbul pada 5 persen populsai,

hingga menjadi “katup floppy” karena elongasi atau ruptur korda yang

menyebabakan regurgitasi mitral bermakna (Gray et al., 2005).

Gejalanya adalah banyak pasien tetap asimtomatik hingga timbul

mendadak dari rasa lelah, sesak napas, dan palpitasi yang timbul sebagai denyut

jantung hiperdinamik, ekstrasistol, atau fibrilasi atrium (Gray et al., 2005).

Tanda fisik dapat berupa denyut dan tekanan vena tampak normal

pada regurgitasi mitral murni, kecuali bila ada hipertensi paru sekunder. Palpasi

prekordium merupakan pemeriksaan yang penting dalam menilai derajat

keparahan regurgitasi mitral. Jika ringan, implus prekordial tenang namun, seiring

dengan perburukan derajat keparahan regurgitasi mitral, apeks jantung menjadi

hiperdinamik dan tergeser ke lateral, seringkali disertai getar sistolik (Gray et al.,

2005).

Regurgitasi mitral derajat ringan karena prolap katup mitral ditandai

oleh murmur akhir sistolik tenang, berkaitan dengan satu atau lebih klik sistolik.

Ketika regurgitasi mitral menjadi lebih berat, durasi murmur memanjang. Lokasi

murmur terletak pada apeks (Gray et al., 2005).

3. Etiologi

Penyebab utama penyakit katup mitral adalah demam reumatik.

Demam reumatik akut menyebabkan inflamasi di endokardium. Inflamasi ini

menyebabkan daun katup dan korda tendinea mengalami fibrosis. Korda tendinea

memendek yang mempersempit jalur aliran darah.

Regurgitasi mitral terjadi karena masalah daun katup, korda


24

tendinea, muskulus papilaris, atau lubang mitral. Penyebab utama regurgitasi

mitral adalah prolaps katup mitral, iskemik miokardial, penyakit jantung

reumatik, kardiomiopati, dan kalsifikasi pada lubang. Penyakit jantung reumatik

dapat dicegah dengan deteksi dini infeksi streptokokus beta hemolitikus (Black,

2009)

Iskemik miokardial merupakan kelompok penyakit arteri koroner

yang dapat mempengaruhi katup mitral dengan berbagai cara. Iskemik

menyebabkan kehilangan kontraktilitas yang dapat mempengaruhi performa katup

mitral. Sebagian muskulus papilaris ada yang mendapatkan nutrisi dari pembuluh

darah koroner, sehingga ketika pembuluh darah tidak dapat memberikan aliran

darah pada miokardium, katup juga tidak mendapatkan suplai (Black, 2009)

4. Pasca operasi mitral valve replacement

a. Tanda dan gejala

Pasien dengan kondisi post mitral valve replacement biasanya

dijumpai dengan tanda dan gejala berupa pasien merasa lelah, sesak napas,

bengkak atau nyeri pada area sayatan yang terdapat didada, dan penurunan cardiac

output sehingga menyebabkan aktivitas fungsional menurun. Gejala-gejala ini

biasanya membaik setelah 4 hingga 6 minggu sedangkan untuk dapat melakukan

mengangkat benda berat atau melakukan aktivitas yang menegangkan otot dada

atau lengan atas membutuh 1 hingga 2 bulan untuk mendapatkan energi kembali.

(Healthwise, 2017).
25

b. Komplikasi

Komplikasi penggantian katup jantung dapat terjadi seperti

pendarahan dan tromboemboli yang pada tingkatan tertentu jika tidak terkontrol

secara baik dan mencukupi dapat mengancam jiwa (Lawrence, 2008 dalam Jelita,

2010).

Perbaikan atau penggantian katup umumnya aman. Namun, seperti

halnya operasi atau prosedur apa pun, komplikasi dapat terjadi. Komplikasi yang

terjadi setelah operasi penggantian katup jantung antara lain pendarahan selama

atau setelah perawatan atau kerusakan pada pembuluh darah, pembekuan darah

yang membuat darah menjadi gumpalan yang dapat menyebabkan serangan

jantung, stroke, atau masalah gangguan pada paru-paru atau asalah pernapasan

yang mengharuskan penggunaan oksigen dalam waktu lama sehingga memerlukan

ventilasi lebih dari 24 jam untuk kondisi seperti edema paru, ARSD dan

tromboemboli paru, infeksi di area sayatan, infeksi pada katup baru

(endokarditis), pneumonia, aritmia (irama jantung abnormal) atau kebutuhan alat

pacu jantung permanen, kegagalan katup juga lebih sering terjadi pada

penggantian, dan reaksi buruk terhadap anestesi (Stanford Health Care, 2019).

c. Prognosis

Prognosis pada pasien dengan penggantian katup jantung sangat

bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis katup yang

digunakan, usia pasien, dan kelanjutan pengawasan dan medikasi pasca

implantasi. Secara umum penggantian katup dapat memperpanjang harapan hidup

bagi pasien-pasien dengan indikasi penggantian katup jantung. Prognosis untuk


26

penderita stenosis mitral ini bervariasi, gangguan dapat terjadi ringan, tanpa

gejala, atau menjadi berat. Sedangkan prognosis untuk penderita insufisiensi

mitral tergantung pada penyebabnya, penyakit yang disebabkan arteri konaria,

prognosisnya lebih buruk jika dibandingkan dengan yang disebabkan oleh

perubahan myxomatus, sedangkan bila disebabkan oleh demam reumatik

prognosisnya lebih baik. Tingkat mortalitas post operatif pada mitral

commsurotomy adalah 1-2 % dan pada mitral valve replacement adalah 2-5%

(Leornad, 2007 dalam Jelita, 2010).

E. Six minute walking test

Uji jarak tempuh jalan 6 menit (six minute walk test / 6MWT)

merupakan contoh uji jalan fungsional yang praktis dan sederhana dan

hanya memerlukan kemampuan untuk berjalan (Sivaranjini, 2010). Tes

jalan 6 menit (6MWT, 6-minute walk test) merupakan uji yang bersifat

sederhana, objektif, dan murah yang dapat dilakukan di klinik dengan

manajemen waktu yang cepat dan efisien. Tes ini dapat digunakan untuk

menilai kapasitas fungsional dan sangat berguna untuk menilai prognosis

pasien dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Uji jalan 6 menit yang

merupakan tipe latihan submaksimal dapat digunakan untuk menilai

kapasitas fungsional pada pasien dengan kelainan jantung atau paru.

(Wibmer et al., 2014) melakukan penelitian tentang hubungan antara

latihan 6MWT dengan volume paru, didapatkan hasil bahwa terjadi

peningkatan yangsignifikan terhadap FEV1 setelah dilakukan 6MWT.


27

Penilaian terhadap kemampuan berjalan sejauh mungkin selama 6 menit

merupakan uji yang bersifat sederhana, objektif, dan murah. Uji tersebut

juga mengindikasikan kemampuan aktifitas sehari-hari dan dapat

dilakukan oleh pasien usia lanjut, pasien gagal jantung dan penyakit paru.

Tes ini dapat digunakan untuk menilai kapasitas fungsional dan

sangat berguna untuk menilai prognosis pasien dalam menjalani kehidupan

sehari-hari, dapat digunakan untuk menilai kapasitas fungsional pada

pasien dengan kelainan jantung atau paru.

F. Fisioterapi pada MVR

a. Breathing exercise

Pursed lip breathing adalah latihan pernapasan dimana pasien diajarkan

untuk menarik napas perlahan melalui hidung dan membuangnya melalui bibir

yang dikerutkan secara perlahan. Pursed lip breathing dapat dilakukan 8-10x

dengan 4-5 x pengulangan (Babu et.al, 2016).


28

b. Chest physiotherapy

Chest Physiotherapy adalah penangganan fisioterapi pada masalah paru.

Penyebab gangguang paru dapat dari berbagai penyakit paru kronis, infeksi

pernapasan dan pasca operasi. Terdapat beberapa teknik chest physioterapi,

diantaranya yaitu :

1) Breathing Techniques digunakan untuk membantu meningkatkan daya

kembang paru dan mengefektifkan oksigenasi melalui pertukaran udara di

paru. Breathing juga dapat membantu memberihkan saluran napas dari

mucus.

2) Specific positioning digunakan untuk membantu mengalirkan mucus yang

menumpuk pada area tertentu dan memperbaiki daya kembang paru.

3) Percussion techniques digunakan untuk memecah mucus yang tebal dan

lengket sehingga mudah untuk dikeluarkan. Teknik ini dapat

dikombinasikan dengan teknik specific positioning untuk target area paru

tertentu.

4) Airway clearance meningkatkan kemampuan untuk membersihkan saluran

napas dengan kombinasi Breathing dan teknik huffing.

5) Mobilisasi sangkar thorax

Latihan mobilisasi sangkar thorax adalah salah satu dari banyak teknik

yang sangat penting dalam terapi fisik dada konvensional untuk

meningkatkan mobilitas dinding dada dan meningkatkan ventilasi (Gupta

et.al 2014)
29

c. Postural drainage

Postural Drainage adalah teknik pengaturan posisi tertentu untuk

mengalirkan sekresi pulmonar pada area tertentu dari lobus paru dengan pengaruh

gravitasi. Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau

lebih dari 10 posisi tubuh yang berbeda. Postural Drainage menggunakan posisi

spesifik yang memungkinkan gaya gravitasi untuk membantu dalam mengalirkan

sekresi lendir dari saluran paru yang kecil dan sempit menuju ke saluran paru

yang lebih besar dan longgar, sehingga sekresi lendir lebih mudah untuk

dikeluarkan dengan mekanisme refleks batuk maupun penghisapan.

d. Alih baring

Alih baring adalah tindakan yang dilakukan untuk mengubah posisi pasien

yang mengalami tirah baring total untuk mencegah kejadian luka tekan pada kulit

pasien. Tujuan alih baring adalah untuk mendistribusikan tekanan baik dalam

posisi duduk atau berbaring serta memberikan kenyamanan pada pasien

e. Batuk efektif

Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana energi

dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara

maksimal. Tujuan batuk efektif yaitu mengeluarkan semua udara dari dalam paru-

paru dan saluran nafas sehingga menurunkan frekuensi sesak napas, menghemat

energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara

maksimal, melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsi dengan baik,

melatih klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik.


30

f. Latihan free active exercise

Free active exercise adalah latihan isotonic yang dapat meningkatkan

tonus otot, massa, kekuatan otot, dan fleksibilitas sendi dengan cara pasien

menggerakkan anggota tubuhnya secara aktif dan mandiri (Yeturtalan, 2016).


BAB III

PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Anamnesis

Pasien mengeluh sering sesak nafas dan ngos – ngosan saat melakukan aktivitas.

Sesak nafas tersebut sudah dirasakan kurang lebih 20 tahun terakhir dan memberat

sejak 5 tahun terakhir. Kadang – kadang disertai nyeri dada namun tidak berdebar

– debar.

Diagnosis medis : Congestive Heart Failure NYHA II ec MS Severe

B. Identitas pasien

 Nama : Ny. S

 Umur : 52 tahun

 Jenis kelamin : Perempuan

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Alamat : Pati

 No. CM : C740017

C. Data medis :

- Medika mentosa

 Oral :

1) Concor 2,5 mg/24 jam

2) Spironolakton 25mg/24 jam

3) Simarc 4mg/24 jam malam (H1)

31
32

4) Digoxin 0,25mg/24 jam

5) Haloperidol 2mg/24 jam

 Injeksi :

1) Meropenem 1g/8 jam

2) Ca gluconas 1g/12 jam

3) Paracetamol 1g/8 jam

4) Metoclopramide 10mg/8jam

5) Omeprazol 40mg/12 jam

6) Morfin 0,5mg/jam

7) Dobutamin 5mcg/kgbb/jam

8) Furosemide 1mg/jam

9) Heparin 500 1U/jam


33

 Hasil lab

Hasil lab 14 September 2020

Hemoglobin : 7,7 g/dL normal : 11,7 – 15,5 g/dL

Hematokrit : 23,5 % normal : 32 – 62 %

Eritrosit : 2,74 normal : 4,4 – 5,9 10^6

MCH : 28,1 normal : 27 – 32 pg

MCV : 85,8 normal : 76 – 96 fL

MCHC : 32,8 normal : 29 – 36 g/dL

Leukosit : 15,3 normal : 3,6 – 11 10^3uL

Trombosit : 118 normal : 150 – 400 10^3uL

RDW : 14,6 normal : 11,6 – 14,8 %

MPV : 12,4 normal : 4,00 – 11,00 fL

INR (Internasional Normalize ratio) 1,65

D. Pemeriksaan Subjektif

- Keluhan umum dan riiwayat penyakit sekarang


Pasien mengeluh sering sesak napas dan ngos-ngosan saat melakukan
aktivitas sehari-hari. Sesak napas tersebut sudah dirasakan kurang lebih
20 tahun terakhir dan memperberat sejak 5 tahun terakhir. Kadang-kadang
disertai nyeri dada namun tidak berdebar-debar. Jika sedang tidak kumat
sesak napasnya, pasien mampu berjalan hingga 500 meter. Pasien di
diagnosis menderita gagal jantung oleh dokter. Sehingga pada tanggal 12
september 2020 pasien menjalani operasi penggantian katup di RSUP
Kariadi Semarang.

- Riwayat Keluarga
Pasien sudah tidak bekerja sejak 5 tahun terakhir. Sebelumnya pasien
bekerja sebagai penjual dan tinggal bersama suami, anak, menantu serta
cucu nya. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyaki yang sama.
34

- Riwayat Penyakit Dahulu dan Penyerta


Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit penyerta.

E. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Pernapasan : 78x/menit
c. Temperatur : 36,5 derajat
d. Tinggi badan : 156 cm
e. Berat badan : 51 kg
f. IMT : 51/(1,56)2 = 20,96 (normal)

2. Inspeksi/Observasi
- Pasien masih berbaring di bed dengan terpasang alat-alat di ICCU
a. CVC (central vena catheter)
b. WSD (water seal drainage)
c. Ventilator
d. Kateter
e. Bed side monitor
f. EKG
g. Syringe pump
- Dibagian dada dilapisi perban bekas incisi operasi
- Kecemasan pasien tinggi
- Tidak ada sianosis
- Pasien sadar dan kondisi umu baik

3. Palpasi
- Adanya spasme pada otot bantu pernapasan
- Tidak ada peningkatan suhu ekstremitas
- Tidak ada oedema

4. Auskultasi
- Pernapasan cepat dan tidak teratur
- Terdengar suara ronchi diseluruh lapang paru (paling keras dibagian
basal)
- Detak jantung lebih cepat dan keras
- Suara jantung normal
35

F. UNDERLYING PROCESS
Demam Rematik
kongenital penyakit Mitral Stenosis
metabolik

Kelainan Jantung Aritmia Kelainan fungsi


jantung

Jantung tidak mampu


memompa darah ke seluruh
tubuh secara maksimal

Saat beraktivitas
Kebutuhan jaringan akan
metabolisme
oksigen tidak terpenuhi
tubuh meningkat

Sesak napas

Memberat seiring
bertambahnya usia

Operasi penggantian katup


mitral (MVR)

Kontrol napas Kecemasan Penumpukan Keterbatasan


Nyeri Bekas
incisi tidak teratur berlebih sputum LGS

Breating Postural Alih Batuk Exercise aktif


drainase baring efektif
exercise
36

G. PEMERIKSAAN SPESIFIK
Kemampuan fungsiponal
meningkat
a. Pemeriksaan nyeri menggunakan VAS
 Nyeri diam : 0
 Nyeri tekan :3
 Nyeri gerak :3
b. Derajat sesak napas : 0 ( tidak ada sesak napas)
c. Derajat beratnya aktifitas : 0
d. Pemeriksaan ekspansi sangkar thorax

expirasi inspirasi Selisi


Axilaa 74 75 1 cm
ICS 4 75 76 1 cm
Proc. 74 75 1 cm
ximpoideus

e. Pemeriksaan volume inspirasi


Menggunakan incentive spirometry
Hasil : < 500 cc (target : 1500 cc)
f. Kemampuan Fungsional
- Hari Ke-1 :
1) Pasien mampu menggerakkan AGA dan AGB secara
mandiri
2) Pasien mampu duduk bersandar

H. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

1. Impairment

- Adanya nyeri bekas incise

- Adanya penumpukan sputum

- Control napas tidak teratur

- Keterbatasan gerak sendi

- Adanya kecemasan berlebih setelah operasi


37

2. Funcitional limitation

Pasien belum dapat melakukan aktifitas fungsional secara mandiri

butuh bantuan perawat maupun keluarga

3. Disability

Pasien belum mampu bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan

sekitarnya karena masih harus menjalani rawat inap di RS.

I. PROGRAM FISIOTERAPI

1. Tujuan jangka pendek

- Pengontrolan pola pernapasan yang teratur

- Mengurangi nyeri bekas incisi

- Mengurangi kecemasan berlebih

- Mengeluarkan penumpukan sputum

- Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot

- Memelihara dan meningkatkan LGS

- Mencegah kontraktur

- Mencegah decubitus akibat efek tirah baring

2. Tujuan jangka panjang

Melanjutkan tujuan jangka pendek dan meningkatkan kemampuan

fungsional pasien
38

3. Teknologi Intervensi fisioterapi

a. Breathing exercise

Pursed lip breathing adalah latihan pernapasan dimana pasien

diajarkan untuk menarik napas perlahan melalui hidung dan

membuangnya melalui bibir yang dikerutkan secara perlahan. Pursed

lip breathing dapat dilakukan 8-10x dengan 4-5 x pengulangan (Babu

et.al, 2016)

b.Chest physiotherapy

Chest Physiotherapy adalah penangganan fisioterapi pada

masalah paru. Penyebab gangguan paru dapat dari berbagai penyakit

paru kronis, infeksi pernapasan dan pasca operasi. Terdapat beberapa

teknik chest physioterapi, diantaranya yaitu :

1) Specific positioning digunakan untuk membantu

mengalirkan mucus yang menumpuk pada area tertentu dan

memperbaiki daya kembang paru.

2) Percussion techniques digunakan untuk memecah mucus

yang tebal dan lengket sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Teknik ini dapat dikombinasikan dengan teknik specific

positioning untuk target area paru tertentu.


39

3) Airway clearance meningkatkan kemampuan untuk

membersihkan saluran napas dengan kombinasi Breathing

dan teknik huffing.

4) Postural drainage

Postural Drainage adalah teknik pengaturan posisi tertentu untuk

mengalirkan sekresi pulmonar pada area tertentu dari lobus paru dengan

pengaruh gravitasi. Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan

melakukan salah satu atau lebih dari 10 posisi tubuh yang berbeda.

Postural Drainage menggunakan posisi spesifik yang memungkinkan gaya

gravitasi untuk membantu dalam mengalirkan sekresi lendir dari saluran

paru yang kecil dan sempit menuju ke saluran paru yang lebih besar dan

longgar, sehingga sekresi lendir lebih mudah untuk dikeluarkan dengan

mekanisme refleks batuk maupun penghisapan.

5) Alih baring

Alih baring adalah tindakan yang dilakukan untuk mengubah posisi

pasien yang mengalami tirah baring total untuk mencegah kejadian luka

tekan pada kulit pasien. Tujuan alih baring adalah untuk mendistribusikan

tekanan baik dalam posisi duduk atau berbaring serta memberikan

kenyamanan pada pasien.

6) Batuk efektif

Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana

energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan

dahak secara maksimal. Tujuan batuk efektif yaitu mengeluarkan semua


40

udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas sehingga menurunkan

frekuensi sesak napas, menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan

dapat mengeluarkan dahak secara maksimal, melatih otot-otot pernafasan

agar dapat melakukan fungsi dengan baik, melatih klien agar terbiasa

melakukan cara pernafasan dengan baik

c. Latihan gerak aktif

Free active exercise adalah latihan isotonic yang dapat

meningkatkan tonus otot, massa, kekuatan otot, dan fleksibilitas sendi

dengan cara pasien menggerakkan anggota tubuhnya secara aktif dan

mandiri (Yeturtalan, 2016).

d. Latihan duduk ongkang-ongkang

e. Latihan berdiri

f. Latihan berjalan

J. RENCANA EVALUASI

- Pengukuran nyeri menggunakan VAS

- Pengukuran volume inspirasi menggunakan incentive spirometry

- Pengukuran ekspansi sangkar thorax menggunakan midline

- Pengukuran kemampuan fungsional

K. PROGNOSIS

- Quo ad vitam : bonam

- Qua ad sanam : sanam


41

- Quo ad fungsionam : bonam

- Quo ad cosmeticam : malam

L. PELAKSANAAN TERAPI

1) Pre operasi

Pemberian edukasi pada pasien, meliputi

- Memberikan perkenalan mengenai peran fisioterapi pada kondisi post

operasi

- Edukasi pasien untuk tetap tenang saat sadar setelah operasi

- Edukasi latihan napas dalam dengan metode pursed lip breathing

- Edukasi latihan batuk efektif

- Edukasi prosedur pemakaian voldyne / incentive spirometry

2) Hari ke-1 (post operasi hari ke-3)

- Pursed Lip breathing exercise

Prosedur : pasien diminta untuk menarik napas panjang maksimal melalui

hidung, lalu menghembuskannya secara maksimal melalui mulut yang

mencucu. Berikan instruksi untuk membiarkan udara keluar dengan

sendirinya mellui mulut, bukan ditiup.

- Latihan gerak aktif

Meliputi : ankle pumping, fleksi-ekstensi knee, fleksi-ekstensi abduksi-

adduksi hip, dorsal fleksi-palmar fleksi wrist, fleksi-ekstensi elbow, fleksi-

ekstensi-abduksi-adduksi shoulder
42

3) Hari ke-2 (post operasi hari ke-4)

- Pursed Lip breathing exercise

Prosedur : pasien diminta untuk menarik napas panjang maksimal melalui

hidung, lalu menghembuskannya secara maksimal melalui mulut yang

mencucu. Berikan instruksi untuk membiarkan udara keluar dengan

sendirinya mellui mulut, bukan ditiup.

- Chest physiotherapy

Meliputi : mobilisasi sangkar thorax, tappotement, dan vibrasi

- Batuk efektif

Prosedur : 1. Pasien diminta untuk duduk tegak, dengan kedua tangan

disilangkan didepan dada.

2. pasien diminta untuk menarik napas dalam maksimal, lalu

menghembuskannya secara maksimal melalui mulut sebanyak 2 kali.

3. lalu, pasien diminta untuk menarik napas lagi, yang diikuti dengan

menghembuskan napas dengan hentakan kuat dari dalam.

- Latihan gerak aktif

Meliputi : ankle pumpung, fleksi- ekstensi knee, fleksi-ekstensi abduksi-

adduksi hip, dorsal fleksi-palmar fleksi wrist, fleksi-ekstensi elbow, fleksi-

ekstensi-abduksi-adduksi shoulder

- Latihan duduk ongkang-ongkang


43

Prosedur : 1. Pasien alih baring dari posisi berbaring terlentang ke posisi

miring terlebih dahulu.

2. Dengan tumpuan kedua tangan, pasien duduk.

3. Kedua kaki digeser dan diturunkan keluar bed (posisi menggantung)

4. Pandangan pasien lurus ke depan, kepala dan badan tegak.

5. Evaluasi dengan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien,

seperti rasa pusing, kunang-kunang atau mual.

- Monitor Vital Sign

Pre latihan : TD = 110/70 Post latihan : TD = 120/80

HR = 80 HR = 84

4) Hari ke-3 (post operasi hari ke-5)

- Purseed Lip breathing exercise

Prosedur : pasien diminta untuk menarik napas panjang maksimal melalui

hidung, lalu menghembuskannya secara maksimal melalui mulut yang

mencucu. Berikan instruksi untuk membiarkan udara keluar dengan

sendirinya mellui mulut, bukan ditiup.

- Latihan gerak aktif

Meliputi : ankle pumpung, fleksi- ekstensi knee, fleksi-ekstensi abduksi-

adduksi hip, dorsal fleksi-palmar fleksi wrist, fleksi-ekstensi elbow, fleksi-

ekstensi-abduksi-adduksi shoulder

- Latihan duduk menumpu lantai


44

Prosedur : 1. Pasien alih baring dari posisi berbaring terlentang ke posisi

miring terlebih dahulu.

2. Dengan tumpuan kedua tangan, pasien duduk.

3. Kedua kaki digeser dan diturunkan keluar bed (posisi menggantung)

4. Setelah duduk dengan kedua kaki menggantung di samping bed, pasien

menggeserkan pantat secara bergantian dengan tumpuan kedua tangan.

5. Evaluasi dengan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien,

seperti rasa pusing, kunang-kunang atau mual.

- Latihan berdiri

Prosedur : setelah duduk di tepi bed dengan posisi kedua kaki menapak,

perlahan pasien berdiri dengan dibantu terapis. Evaluasi keluhan yang

dirasakan pasien.

- Latihan jalan ditempat

Prosedur : setelah pasien mampu berdiri tegak tanpa adanya keluhan yang

muncul, pasien diminta untuk jalan ditempat

- Latihan melangkah kesamping

Prosedur : Setelah pasien mampu jalan ditempat tegak tanpa adanya

keluhan yang muncul, pasien diminta untuk melangkahkan kakinya ke

samping kanan dan kiri. Evaluasi kembali apakah ada keluhan yang

dirasakan oleh pasien.

- Monitor Vitsl Sign

Pre latihan : TD = 110/75mmHg Post latihan : TD = 120/80mmHg

HR = 78x/menit HR = 81x/menit
45

M. EVALUASI DAN HASIL AKHIR

1. Pemeriksaan nyeri menggunakan VAS

T1 T2 T3
Nyeri diam 0 0 0
Nyeri tekan 3 2 2
Nyeri gerak 3 3 2

2. Pemeriksaan ekspansi sangkar thorax

T1 Expirasi inspirasi Selisi


Axilaa 75 77 2 cm
ICS 4 77 79 2 cm
Proc. 75 76 1 cm
ximpoideus

T2 Expirasi inspirasi Selisi


Axilaa 75 77 2 cm
ICS 4 77 79 2 cm
Proc. 75 76 1 cm
ximpoideus

T3 Expirasi inspirasi Selisi


Axilaa 75 77 2 cm
ICS 4 77 80 3 cm
Proc. 75 77 2 cm
ximpoideus

3. Pemeriksaan volume inspirasi


Menggunakan incentive spirometry
Hasil : T1 : < 500 cc
T2 : 700 cc
T3 : 800 cc
46

4. Kemampuan Fungsional
- Hari Ke-2 :
1) Pasien mampu duduk ongkang-ongkang secara mandiri
- Hari Ke-3 :
1) Pasien mampu duduk dengan kedua kaki menumpu di
lantai
2) Pasien mampu berdiri
3) Pasien mampu jalan di tempat
4) Pasien mampu melangkah ke kanan kiri dan berjalan di
sekitar bed

(Six minute walking test tidak dilakukan karena pasien sudah


diperbolehkan pulang)
47

HASIL TERAPI

Seorang pasien wanita berusia 52 tahun dengan kondisi post MVR (Mitral
valve replacement) akibat congestive heart failure setelah mendapatkan tindakan
fisioterapi sebanyak 3x pertemuan, didapatkan hasil :

- Penurunan nyeri incisi


- Peningkatan ekspansi sangkar thorak
- Penigkatan volume respirasi
- Peningkatan kemampuan fungsional pasien

Edukasi pasien :

- Melakukan kemampuan fungsional sesuai dengan hasil MET’s


- Memberikan edukasi untuk memonitoring tekanan darah, denyut nadi,
heart rate dan pernapasan secara mandiri
- Memberikan pemahaman bagi pasien untuk melakukan aktivitas sesuai
dengan toleransinya
48
DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2008). Cardiovasculer. Tersedia di


:http://who.int/candivasculer.diases.com. Diakses tanggal 10 januari 2014.

Basuki, N. (2011). Hand Out FT Kardiopulmonal. Surakarta: Poltekes Surakarta.

Hikmah, N. (2011). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Asma Anak. Dalam


TITAFI. Semarang: IFI.

Tim Dosen DIII Fisioterapi. (2002), Sumber Fisis. Surakarta: Poltekes Jurusan
Fisioterapi.

Smeltzer, Suzzane C, Bare, B.G., Hincle, J.I., Cheever, K.H. (2008). Textbook
ofmedical surgical nursing; brunner&suddart eleventh edition. Jakarta:
EGC.

Krisharinah, E. (1996). Kardiologi Dasar dan Fisioterapi pada Rehabilitasi


Kardiovaskular. Semarang.

Z-Nim, M Diaris Salam. (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pasca Operasi


Perbaikan atau Penggantian Katup Mitral. Surabaya.

Andriani, Isna. Physiokita. (2019). Fisioterapi pada Rehabilitasi Gangguan


Jantung.
Black, J.M, Hawks, J.H., 2009; Medical-Surgical Nursing : Clinical Management
for Positive Outcome; Elsevier; hal 51-53.

Fadlilah, N. 2016. Terapi Latihan pada Pasien Pasca Operasi Mitral Valve
Replacement. Tesis. Universitas Airlangga

Rilantono, L. I. 2018. PENYAKIT KARDIOVASKULAR (PKV). Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta., 1(5) : 29

Price, S. A., Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta.

Jelita, Tiara B.M. 2010. Proporsi Penggunaan Katup Babi pada Operasi Katup
Jantung Mitral. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Ilmu Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Jakarta

Gray, H.H., Dawkins, KD., Morgan, K.M., Simpson, I.A. 2005. Kardiologi. Edisi
4, Erlangga. Jakarta

Healthwise. 2017. Mitral Valve Replacement Surgery. British columbia. Prancis.

49
50

Standford Health Care. 2019. Heart Valve Repair Replacement. Standford:


Valvular Heart Disease Clinic

Anda mungkin juga menyukai