Anda di halaman 1dari 7

A.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS VARISES


1) PEMERIKSAAN
Anamnesis umum
Nama : Ny. Nancy
Usia : 29 th
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Regency
Hobi : Karaokean

Anamnesis khusus
- Keluhan Utama : Adanya nyeri pada tungkai bawah, mudah kelelahan jika berdiri
lama, bengkak dan keluhan ketidaknyamanan akibat gangguan kosmetik.
- Lokasi Keluhan : Pada tungkai kanan bawah pasien Terutama bagian medial .
- Waktu/Ouset nyeri : Saat melakukan aktivitas terutama saat berdiri lama.
- Kapan muncul keluhan dan penyebab Keluhan : Munculnya keluhan sekitar 4 bulan
yang lalu . Penyebab nya tidak diketahui.
- Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga yang menderita penyakit yang sama (ibu).
- Faktor yang memperberat/Memperingan keluhan : Faktor yang memperberat, pada
saat pasien melakukan aktivitas . Faktor yang memperingan, saat diistirahatkan pasien
merasa nyaman.
- Apakah pasien sedang hamil : tidak
- Riwayat Pengobatan : -
- Level aktivitas dan fungsional : Beberapa hari ini pasien tidak masuk bekerja karena
gejalanya sering memburuk saat beraktivitas.
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit/gangguan kardiovaskular dan pulmonal
sebelumnya.
- Apakah pasien sering menggunakan high heels : Ya. Saat bekerja

Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
 Tekanan darah : 110/70 mmHg.
 Denyut nadi : 67 x/menit
 Pernapasan : 20 x/menit
 Suhu : 36,5o
Antropometrik : Tinggi badan pasien 165 cm dengan berat badan 57 kg.

b. Inspeksi
 Wajah pasien tampak gelisah dan menahan nyeri saat berjalan masuk ke dalam
ruangan.
 Saat inspeksi dinamis tampak adanya dilatasi vena , berkelok-kelok dan
berwarna kebiruan di tungkai belakang betis pasien (kanan) serta ada sedikit
pembengkakan.
 Warna kulit kebiruan pada dilatasi vena.

c. Palpasi
 Adanya suhu hangat pada tungkai bawah, yang menunjukkan adanya
kemungkinan insufisiensi vena.
 Edema dari pembesaran dan dilatasi vena cukup jelas teraba
 Nyeri tekan pada calf
 Spasme otot calf

d. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui kedaan katup vena safena.
 Posisi I : Posisi pasien berdiri. Caranya dengan meletakkan tangan pada bagian
SFJ (Safenofemoral junction) dan tangan lainnya pada level knee. Step pertama
dengan mengetuk vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang yang
menjalar sepanjang vena di bagian proksimal(palpasi pada SFJ). Jika dirasakan
adanya impuls menjalar pada SFJ berarti normal. Kemudian step kedua ketuk
vena bagian proksimal(SFJ) dan palpasi pada bagian distal (knee). Jika ada
gelombang menjalar pada vena bagian distal berarti indikasi adanya inkompeten
katup vena superfisial antara SFJ dan knee.
 Prosedur II : Minta pasien untuk berdiri hingga varises pada kaki muncul.
Sementara palpasi bagian vena safena dibawah level knee/lutut, dengan jelas
ketuklah bagian dari vena diatas knee. Jika katup inkompeten, maka pemeriksa
akan merasakan adanya aliran balik cairan-aliran darah di bagian distal pada
ujung jari yang melakukan palpasi.
Hasil : Positif. Vena Insufisiens

e. Manuver Perthes Test


Tes Perthes merupakan tes yang dilakukan untuk penentuan berfungsinya
sistem vena profunda.
Prosedur : Perthes test dilakukan dengan pasien dalam posisi berdiri dengan tourniquet
dipasang dibawah level knee. Pasien diminta untuk mengaktifkan pompa otot betis
dengan melakukan berjingkat-jingkat beberapa kali atau boleh juga dengan berjalan.
Kemudian pasien kembali ke tempat dan rileks. Lalu perhatikan Bila vena yang terletak
di distal dari ikatan kempis / kosong berarti katup-katup vena profunda berfungsi baik
dan tidak ada sumbatan. Sebaliknya bila vena dari distal ikatan bertambah lebar berarti
katup-katup tersebut mengalami kegagalan atau terdapat sumbatan pada vena profunda.
Dan juga apabila pasien merasakan nyeri pada kaki berarti indikasi inkompeten katup
vena profunda.
Hasil : Positif

f. Tes Brodie-Trendelenburg
Tes ini digunakan untuk menentukan derajat insuffisiensi katup pada vena
komunikans dan Great Vena Safena. Mula-mula penderita berbaring dengan tungkai
yang akan diperiksa ditinggikan 30°-45° selama beberapa menit untuk mengosongkan
vena. Setelah itu dipasang ikatan yang terbuat dari bahan elastis di paha, tepat di bawah
percabangan safenofemoral (4 cm dibawah tuberculum pubicum) untuk membendung
vena superfisial setinggi mungkin. Kemudian beri stroking ke arah jantung untuk
mengososongkan vena bagian bawah. Kemudian penderita berdiri dan pengisian vena
diperhatikan. Bila vena lambat sekali terisi ke varises, berarti katup komunikans baik.
Bila vena cepat terisi misalnya dalam waktu 30 detik, berarti terdapat insuffisiensi
katup komunikans. Step kedua untuk mengetahui inkompeten katup superfisial,
lepaskan tourniquet dan lihat refill dari varises terjadi. Jika vena bagian distal terisi
dengan cepat setelah torniquet dilepas, maka indikasi kegagalan/inkompeten katup vena
superfisial. Uji Trendelenburg positif berarti terdapat inkompeten katup komunikans/
vena safena(vena superfisial).
Hasil : Negatif-Positif. Saat torniquet tetap dipasang, tidak terjadi pengisian
dengan cepat pada varises (kompeten pada katup komunikans/perforator)
namun, saat tourniquet dilepas, pengisian pada varises terjadi dengan cepat
mengindikasikan inkompeten vena superfisial/inkompeten safenofemoral juntion.

g. Sirkumferensia
Pengukuran sirkumferensia pada ektremitas yang terganggu dan yang tidak
terganggu untuk menentukan keberadaan dan tingkat edema. Menyiapkan meteran ukur
sirkumferensia pada area yang terlibat dan catat hasilnya.
Calf kanan: 32.5
Calf kiri : 32

h. Tes Nyeri Menggunakan Vas (Visual Analogue Scale)

Hasil Tes : Nyeri pasien pada no.5

i. Tes Fungsi Dasar


Gerak Aktif
• Fleksi - Ekstensi (HIP) : Normal
• Abd - Add (HIP) : Normal
• Endo – Ekso (HIP) : Normal
• Fleksi - Ekstensi (Knee) : Terbatas dan nyeri
• Dorso – Plantar : Terbatas
Gerak Pasif
• Fleksi - Ekstensi (HIP) : Normal
• Abd - Add (HIP) : Normal
• Endo – Ekso (HIP) : Normal
• Fleksi - Ekstensi (Knee) : Terbatas dan nyeri
• Abd - Add (Knee) : Normal
• Dorso – Plantar : Terbatas
TIMT
• Fleksi - Ekstensi (HIP) : Normal
• Abd - Add (HIP) : Normal
• Endo – Ekso (HIP) : Normal
• Fleksi - Ekstensi (Knee) : tahanan lemah
• Abd - Add (Knee) : Normal
• Dorso – Plantar : tahanan lemah
j. Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasonografi Doppler, menunjukkan dengan tepat
lokasi katup yang abnormal
2) Phleboghrapy, mengetahui adanya sumbatan dan
menunjukkan vena yang melebar, berkelok- kelok
serta katup yang rusak.

Diagnosis Fisioterapi
 Anatomical Impairment : Nyeri, rasa berat dan lelah pada
kedua tungkai, kejang pada otot calf.
 Functional Limination :Sulit jongkok, berjalan, berdiri lebih lama.
 Participation Restrictive : Sulit kerja di kantor dan mempertahankan posisi kaki lebih
lama dan bepergian jauh. Selain itu pasien merasa terhambat untuk ikut dalam
kegiatan di luar akibat gangguuan kosmetik.
Program/Perencanaan Fisioterapi
 Jangka Panjang :Untuk memperbaiki kualitas hidup penderita, dan juga membantu
pasien kembali beraktivitas dengan normal.
 Jangka Pendek :
- Menurunkan nyeri dan kelelahan
- Melancarkan sirkulasi darah
- Menghilangkan kejang/spasme pada calf muscle, meningkatkan fungsi gerak
pada ekstremitas
- Mencegah komplikasi.

2) INTERVENSI FT VARISES
 Istirahat
Istirahat dilakukan dengan posisi tidur terlentang atau setengah tertidur dengan kaki
diangkat keatas setinggi 15-30 derajat. Diperlukan penggunaan gaya berat untuk
mempercepat pengaliran kembali darah vena di daerah tungkai bawah, selanjutnya tungkai
harus dinaikkan selama pengobatan.

 Support (stocking elastis)


Pemberian support atau stoking elastis, atau verban yang kuat. Stoking atau verban
dipasang dari jari kaki hingga lipatan paha. Tindakan ini akan menekan vena superfisioalis
dan darah yang mengalir didalamnya. Ketika bangun pagi stoking atau verban boleh dibuka
hingga malam hari sebelum tidur.tindakan ini bertujuan untuk mengirangi pembengkakan
dalam pembuluh darah vena dan mencegah thrombosis, dan membantu kelancaran aliran
darah vena.

 Senam Kaki untuk Varises


 Berbaring telentang dan kaki melakukan gerakan-gerakan yang meniru bersepeda.
 Berbaring telentang. Tekuk satu kaki dan tarik ke dada, luruskan ke bawah. Lakukan
hal yang sama dengan kaki yang lain. Ulangi 15-20 kali.
 Latihan sama dengan latihan kedua, tapi tekuk dua kaki pada waktu yang sama.
 Berbaring telentang, angkat kaki lurus setinggi mungkin, pertama satu per satu,
kemudian bersama-sama. Ulangi 8-10 kali.. Lakukan 15-20 kali
 Terapi Latihan
Terapi latihan dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Terapi ini bertujuan
membantu aliran darah atau limfe dan penguatan otot tungkai bawah dengan jalan pemberian
gerakan atau latihan berupa latihan pernapasan.
Latihan pernapasan (ekspirasi dan inspirasi) dilakukan secara bebas. Ketika ekspirasi,
pasien dalam keadaan setengah duduk atau duduk kemudian diajarkan menghembuskan
nafas melalui mulut. Jika perlu ajarkan pasien untuk belajar menkan tulang rusuk bawah
(costa) dengan tangan penderita sendiri atau tangan therapist disertai getaran secara perlahan
dan konsentrasi yang diikuti dengan ayunan tangan.
Latihan I :
• Tidur terlentang dengan kedua tangan dibawa kepala.
• Angkat kedua kaki hingga pinggul dan lutut mendekati
badan secara maksimum. Lalu luruskan dan angkat kaki
kiri dan kanan secara vertical dan perlahan-lahan
turunkan kembali seperti biasa.
• Lakukan latihan ini sebanyak 15-20 kali.

Latihan II :
• Tidur terlentang dengan kedua kaki diangkat
keatas. Hal ini mungkin dikerjakan dengan
meletakkan kursi di ujung kasur. Badan harus
sedikit melengkung dengan letak paha dan bagian
bawah kaki lebih keatas.
• Lakukan gerakan pada jari kaki seperti gerakan
mencakar dan meregangkan.
• Lakukan selama 30 detik.

Latihan III :
• Posisi badan dan kaki seperti latihan II.
• Gerakan ujung kaki melingkar seperti dari
dalam keluar dan sebaliknya.
• Lakukan latihan ini sebanyak 30 detik.

Latihan IV :
• Posisi badan dan kaki seperti latihan II.
• Lakukan gerakan pada ujung kaki kiri dan kanan seperti
gerakan menggergaji.
• Lakukan selama 30 detik.

Latihan V :
• Tidur terlentang dengan tangan bebas bergerak.
• Lakukan gerakan menekuk lutut hingga
mendekati badan (bergantian untuk kaki kiri dan
kanan), sedangkan tangan memegang ujung kaki.
Urut mulai dari ujung kaki, betis, lutut dan paha.
• Lakukan latihan ini selama 8-10 kali setiap hari.
Latihan VI :
• Tidur terlentang dengan kaki terentang keatas dan
kedua tangan dibawah kepala.
• Jepit bantal diantara kedua kaki dan tekan
sekuatnya. Pada saat yang sama lengkungkan
badan.
• Lakukan latihan ini sebanyak 4-6 kali selama 30
detik. Gerakan mengegangkan dan mengendurkan
otot harus dilakukan secara perlahan.

Latihan VII :
• Tidur terlentang dengan kaki terangkat keatas
dan kedua tangan mendatar di kasur.
• Kaki kanan disilangkan keatas kaki kiri dan
tekan yang kuat. Pada saat yang sama
tegangkan kaki dan kendurkan kembali secara
perlahan. Sekitar 4 detik setiap satu gerakan.
• Lakukan latihan in sebanyak 4-6 kali selama
30 detik.

Latihan VIII:
• Jalan dengan ujung jari kaki.
• Jalan dengan tumit kaki dengan jari kaki diatas.
• Selama melakukan latihan ini sebaiknya tidak menggunakan alas
kaki dan lakukan di atas lantai yang keras (sudah dilapisi karpet).
Latihan dilakukan selama 30 detik pada setiap gerakan.
• Pada saat terakhir latihan, bernafas di ruangan atau di depan jendela
dengan ventilasi udara yang baik

B. PROGNOSIS VARISES
Hasil yang baik untuk penyembuhan gejala biasanya mungkin pada kebanyakan kasus.
Penanganan awal konservatif untuk varises selama tahap awal dapat membantu mencegahkondisi
memburuk tetapi perkembangan penyakit tidak dapat dicegah dari kejadian berulang, bahkan
dengan intervensi pembedahanatau sclerotherapy. Meskipun pembedahan untuk varises dapat
memperbaiki penampilan, itu mungkin saja tidak dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik.
Mortalitas tinggi dikaitkan dengan ruptured, perdarahan esophageal varises.

Anda mungkin juga menyukai