Pendahuluan
Lutut adalah sendi penumpu berat badan yang cenderung mengalami cedera. Hal ini
disebabkan oleh beban berlebihan, Q-angel dari gerakan, dan perubahan degeneratif . Nyeri
lutut merupakan keluhan pasien yang paling sering dijumpai. Penyebab nyeri lutut yang
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda adalah trauma seperti terjatuh, keseleo, atau
naik turun tangga. Gangguan/kelainan yang sering terjadi adalah chondromalacia patella,
yaitu kondisi patologi pada tulang rawan.
Chondromalacia patella merupakan peradangan dan pelunakan tulang rawan pada
bagian bawah patela. Pada umumnya patela bergerak meluncur secara halus tetapi pada
kasus ini terjadi pergesekan antara patela dan femur (tulang paha). Chondromalacia juga
bisa dikatakan sebagai hasil iritasi yang terjadi pada bagian permukaan bawah tulang
tempurung karena adanya tulang rawan lunak yang menyelimuti permukaan bawah tulang
tempurung tersebut. Umumnya tulang rawan tersebut meluncur dengan mudah melewati
lutut pada saat posisi lutut menekuk, tetapi karena adanya kelainan ini maka tempurung lutut
bergesekan dengan salah satu sendi lutut dan hal itu menyebabkan tulang rawan teriritasi
dan dampaknya lutut menjadi sakit.
Penyebab dari chondromalacia patella ini adalah karena adanya penggunaan atau
pembebanan yang berlebihan pada lutut, mal alignment pada lutut, gangguan mekanik
(trauma langsung atau tidak langsung) kecacatan genu valgus atau genu varus, umur, over
weight, over used dan proses degenerasi. Pada chondromalacia patella timbul rasa nyeri
akibat adanya pembebanan kartilago sehingga dapat menekan atau mengiritasi saraf serta
pergeseran tulang atau mal alignment dan dapat menimbulkan gesekan antara tulang patella
dengan tibia dan femur, sehingga menimbulkan iritasi, abrasi dan permukaan artikulasi
patella menjadi kasar. Selain itu, nyeri dapat terjadi karena adanya degenerasi pada kartilago
yang menyebabkan struktur pada kartilago berubah sehingga kemampuannya sebagai shock
absorber atau peredam kejut akan berkurang, dimana bila ada pembebanan yang berlebihan
dan distribusi beban yang tidak merata pada tulang rawan atau kartilago tidak sanggup
menahan beban yang diterima sehingga dapat menimbulkan pembebanan atau stress
mekanik yang dapat menekan saraf jaringan sekitarnya seperti tulang subchondral,
synovium, dan kapsul sendi yang banyak mengandung serabut saraf sehingga menimbulkan
nyeri pada saat terjadi gerakan.
Laporan kasus berikut membahas kejadian chondromalacia patella pada seorang atlet
lari yang terjadi akibat pembebanan yang berlebih pada lututnya. Cedera dialami klien sejak
beberapa bulan yang lalu karena klien pada saat itu mengikuti kompetisi lari marathon yang
mengakibatkan lututnya overuse dan terjadi degenerasi pada kartilago di lututnya.
Akibatnya, aktivitas sehari-hari klien juga terganggu akibat adanya degenerasi pada
kartilago lututnya. Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada sprain ankle diantaranya
adalah dengan menggunakan modalitas fisioterapi berupa Ultrasound (US) dan pasien juga
disarankan utuk melakukan latihan stabilitas lutut guna mengoptimalkan fungsi kerja lutut
kedepannya. Tujuan diberikannya penatalaksanaan fisioterapi diatas adalah untuk
mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan ROM pada lutut.
Laporan Kasus
Klien atas nama Tn Wayan Rudolf yang berasal dari Badung datang ke fisioterapi
dengan keluhan nyeri pada lutut bagian depan selama beberapa bulan yang lalu.Klien
berumur 28 tahun dan berprofesi sebagai seorang atlet lari marathon Nyeri yang dirasakan
klien pada lututnya timbul akibat adanya penekanan atau pembebanan yang berlebih pada
lutut kirinya pada saat klien mengikuti kompetisi lari marathon Lokasi nyeri yang dirasakan
terdapat pada bagian depan tepatnya pada patella. Nyeri dirasakan klien pada saat berjalan,
naik turun tangga, melompat, jongkok dan duduk bersila dalam waktu yang lama Akibat nyeri
tersebut aktivitas sehari-hari klien menjadi terganggu. Klien merasakan nyeri, bengkak,
kaku/tidak enak saat menekuk dan meluruskan lutut. Pengukuran range of motion
pergelangan kaki menunjukkan adanya keterbatasan gerak fleksi dan ekstensi. Pasien juga
mengeluh nyeri yang diantaranya; nyeri diam dengan nilai VAS (4/10), nyeri tekan dengan
nilai VAS (7/10), dan nyeri gerak dengan nilai VAS (8/10). Sebelum datang ke klinik
fisioterapi, klien sudah pernah melakukan beberapa usaha berobat seperti pergi ke dokter,
memberi kompres es, dan menggunakan krim untuk mengurangi nyeri. Namun, nyeri yang
dirasakan pada lutut klien tidak kunjung hilang.
Assesment Fisioterapi
1. Pemeriksaan Subjektif
a) Identitas Pasien :
Nama : Tn. Wayan Rudolf
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Status perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Atlet lari marathon
Alamat : Badung
b) Keluhan Utama
Terdapat nyeri, bengkak, dan kaku/ rasa tidak enak pada saat menekuk lutut
Klien mengeluhkan nyeri dan kaku di area lutut khususnya pada bagian
anterior. Nyeri dirasakan oleh klien sejak beberapa bulan terakhir. Nyeri
meningkat pada saat berjalan, naik turun tangga, melompat, jongkok dan
duduk bersila dalam waktu yang lama. Klien sudah pernah melakukan
beberapa usaha berobat seperti pergi ke dokter, kompres es, dan mengoleskan
krim pereda nyeri, namun rasa nyerinya tak kunjung mereda. Kemudian klien
disarankan untuk pergi ke klinik fisioterapi untuk mendapatkan penanganan
fisioterapi.
b. Inspeksi
Inspeksi merupakan jenis pemerikaan yang dilakukan dengan cara
pengamatan atau melihat klien saat datang baik secara statis maupun dinamis.
Pada pemeriksaan inspeksi pada klien Tn. Wayan Rudolf kami mendapatkan
hasil:
- Statis: Raut wajah klien tidak seperti menahan rasa sakit. Klien terlihat
sedikit menumpu pada kaki yang sehat, dan tidak ada warna kemerahan
pada lutut sebelah kiri klien.
- Dinamis: klien terlihat kesulitan saat ingin melakukan gerakan
menekuk kemudian meluruskan lututnya, dimana dirasakan nyeri dan
kaku di sekitar lututnya.
c. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan melakukan sentuhan fisik terhadap klien
bisa dengan menekan atau meraba bagian tubuh yang sakit dan pemeriksaan
ini mendapatkan hasil adanya perbedaan suhu antara lutut yang sakit dengan
lutut yang sehat. Ditemukan adanya sedikit bengkak di sekitar lutut. Adanya
nyeri tekan pada bagian anterior patella, namun tidak adanya perubahan suhu
lokal pada lutut yang cedera dibandingkan dengan yang sehat.
3. Temuan pemeriksaan fisioterapi gerak aktif dan pasif
Pemeriksaaan fungsi gerak adalah suatu cara pemeriksaan yang terdiri dari pemeriksaan
gerak aktif, pasif, dan isometrik melawan tahanan
- 1 (trace atau kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot)
- 2 (poor atau otot hanya mampu mengerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat
melawan pengaruh gravitasi)
- 3 ( fair atau dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi
tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa)
- 4 (good atau kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan yang ringan)
- 5 (kekuatan otot normal)
Pada pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT didapatkan hasil bahwa dari rentang
skor 0-5 pasien mendapat point 4 pada gerakan fleksi dan ekstensi
Berdasarkan tabel di atas, interprestasi hasil menurut Barthel jika di total semua adalah
18 dimana aktivitas fungsional pasien menunjukkan kategori ketergantungan ringan.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus ini dapat menggunakan MRI . MRI (Magnetic Resonance
Imaging). Pemeriksaan ini menggunakan gelombang radio dan medan magenet yang kuat.
MRI menghasilkan gambaran tulang dan jaringan lunak yang sangat detail. Pada
pemeriksaan MRI didapatkan hasil berupa adanya degenerasi pada tulang rawan/kartilago
pada lutut kiri klien
Diagnosis Fisioterapi
a. Impairment
Adanya nyeri dan rasa kaku pada area lutut kiri bagian anterior terutama saat menekuk lutut,
adanya keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi) pada lutut kiri, adanya penurunan kekuatan otot
pada lutut kiri akibat adanya nyeri.
b. Functional Limitation
Pasien kesulitan unstuk beraktifitas sehari-hari seperti ; kesulitan untuk jongkok terlalu lama,
duduk dalam posisi bersila yang terlalu lama, kesulitan untuk naik turun tangga,, berolahraga dan
berjalan ( pada fase mid-stance)
Planning
a. Jangka Pendek
Planning jangka pendek adalah plan yang ingin segera dicapai awal mula terapi dalam kasus ini
planning jangka pedeknya yaitu
a. Mengurangi nyeri dan bengkak di sekitar lutut khususnya patella
b. Jangka Panjang
Planning jangka panjang adalah planning akhir yang ingin dicapai saat planning jangka pendek
sudah mulai tercapai. Dalam kasus ini planning jangka panjangnya yaitu meningkatkan kapasitas
fisik dan kemampuan fungsional klien agar klien bisa melakukan ADL ( Activity Daily Living)
dengan optimal.
Intervensi
Alat dan Bahan :
1. Ultrasound
2. Gel US
3. Wobble board
1. Terapi Latihan
Terapi latihan adalah gerak tubuh atau bagian tubuh untuk mengurangi tanda dan gejala atau
meningkatkan fungsi. Tujuan dari penerapan terapi latihan ini adalah untuk mengembalikan ruang
lingkup sendi, kekuatan dan fungsi sensorimotor yang mungkin berkurang akibat cedera ke dalam
kondisi normal.
Terapi latihan yang disarankan untuk chondromalasia patella diantaranya :
a. Pengertian
Latihan stabilisasi adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan dengan mengembangkan control area
proksimal tubuh yang stabil yang ditandai dengan respon bebas dan dapat diberikan beban tahanan
yang berubah-ubah. Saat melakukan stabilisasi, biasanya dengan kontraksi otot static (isometrik).
Karena ia berperan untuk menahan segmen tubuh tidak bergerak. Oleh karena itu pemendekan otot
sangat sedikit. Latihan stabilisasi lutut dapat dikembangkan aplikasinya dengan open-chain
stabilizing exercise dan closed-chain stabilizing exercise
b. Jenis-jenis latihan
- Open-chain stabilizing exercise
Open-chain stabilizing exercise adalah gerakan yang terjadi pada suatu rangkaian gerakan
bebas dimana bagian distal (lutut) bergerak dengan bebas. Sebagai contoh, rangkaian gerakan
bebas terjadi bila mengangkat tungkai atau bagian bawah dari tungkai mempertahankan
beratnya. Rangkaian latihan bebas ini sering dilakukan secara manual dan dengan latihan
cara dynamic (konsentrik atau eksentrik) atau dengan cara static (isometrik). Open-chain
stabilizing exercise dimulai pada tempat dimana pasien belum memiliki stabilitas yang baik.
Kesempatan pertama diberikan pada pola gerak yang lebih kuat dengan aba-aba: ...
pertahankan disini!, tidak boleh terjadi pergerakan maupun rotasi. Selanjutnya mulai pada
arah gerak yang kuat, tahanan secara perlahan ditingkatkan.
c. Tujuan Latihan
- Melatih reflek proprioseptif
Propioseptif merupakan sensasi yang berasal dari dalam tubuh terdapat pada
sendi, otot dan ligamen. Input propioseptif menyampaikan informasi ke otak
tentang kapan otot berkontraksi atau meregang, bagaimana sendi itu bergerak atau
mendapatkan tekan dan tarikan. Melalui informasi ini seseorang dapat mengetahui
dan mengenal bagian tubuhnya dan posisi anggota tubuh atau bagaimana bagian
tubuh bergrak. Latihan stabilisasi berfungsi untuk memberikan stimulasi
proprioseptif pada sendi, ligamen dan otot sehingga akan merangsang ujung saraf
afferen untuk memberikan informasi ke saraf pusat tentang kesadaran posisi
anggota tubuh, sehingga hal ini akan memberikan kontrol stabilitas pada
persendian.
- Melatih keseimbangan/equilibrium
Keseimbangan adalah kemampuan relatif untuk mengontrol masa tubuh atau
pusat gravitasi terhadap bidang tumpu. Keseimbangan merupakan interaksi yang
komplek dari integrasi sistim sensoris (visual, vestibular dan somato sensoris) dan
musculoskletal (otot, sendi, jaringan lunak lainnya) yang dimodifikasi atau diatur
dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kasus internal dan eksternal. latihan
stabilisasi pada sendi lutut akan memperbaiki keseimbangan. Keseimbangan akan
berpengaruh terhadap stabilitas persendian.
d. Contoh Latihan
- Wall Squat ( Close Chain )
Wall Squat merupakan latihan qudriceps dimana pada gerakan tersebut terjadi
gerakan bersamaan kedua tungkai perubahan gerakan yang terjadi adalah dari
posisi berdisi tegak menjadi posisi semi fleksi hip dan knee sebesar kurang lebih
45˚.
Penerapan Latihan :
- Sebelum dilakukan latihan pasien terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang
cara melakukan latihan.
- Selanjutnya posisikan pasien dalam posisi tegak berdiri di pinggir tembok.
- Kemudian terapis berada di depan pasien. Tempatkan kaki sedikit lebih lebar
dari lebar bahu dengan ujung kaki sedikit mengarah keluar. Ketika mulai
bergerak turun ke bawah, bayangkanlah seolah kita akan duduk sehingga lutut
tidak akan bergerak melebihi ujung jari kaki. Jaga agar lutut tidak bergerak
melebihi ujung kaki agar tekanan beban tetap pada paha dan bukan pada lutut.
posisi 90° Pandanglah ke depan atau ke atas untuk menjaga posisi pungung agar
tetap lurus. Turunkan badan sampai paha sejajar dengan lantai dan kembali ke
posisi semula.
- Lunge Exercise
Lunge merupakan suatu gerakan dengan posisi awal berdiri tegak
kemudian majukan salah satu kaki kedepan sehingga posisi kaki tersebut
mendahului kaki yang satunya. Kemudian lakukan gerakan fleksi knee 90˚ pada
kedua kaki.
Penerapan Latihan :
- Posisi badan tegak lurus dengan kepala, trunk, tungkai berada pada satu
garis lurus. Pandangan ke depan dan kedua lengan berada disamping
tubuh.
- Letakan kaki kiri maju kedepan kira-kira 30 cm dan kaki kanan berada
dibelakang tubuh
- Tekuk lutut kiri ke depan membentuk sudut 90˚ dengan tubuh tetap pada
alignment lurus
- Selain itu kaki kanan juga melakukan hal yang sama yaitu lutut kanan
ditekuk kedepan membentuk sudut 90˚ atau sejajar lurur (lutut kanan
tidak boleh menempel pada lantai) dengan hip kanan dan posisi ankle
tetap netral tetapi tumpuan pada bagian distal.
Penerapan Latihan :
- Berbaring miring dengan pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditumpuk
di atas satu sama lain, jaga agar kaki bagian atas tetap lurus dan kaki
bagian bawah ditekuk.
- Kontraksikan otot paha depan kaki bagian atas untuk mengencangkan
kaki dan mengunci sendi lutut.
- Sambil mempertahankan kontraksi ini, perlahan-lahan angkat kaki bagian
atas ke atas sambil menjaga kaki tetap lurus sepanjang
waktu. Jangan biarkan tubuh atau pinggul Anda berguling ke belakang.
- Tahan kaki Anda di posisi teratas selama satu detik.
- Perlahan turunkan kaki Anda sambil terus mempertahankan kontraksi
paha depan untuk menjaga lutut tetap lurus.
2. Modalitas Fisioterapi
• Ultrasound
Salah satu modalitas fisioterapi yang menggunakan gelombang Suara merupakan
getaran mekanik didalam sebuah medium yang mudah berubah bentuk (elastis)dengan
frekuensi antara 20 dan 20.000 Hertz. Gelombang suara adalah gelombang longitudinal
yang dalam frekuensi tersebut dapat diregistrasi oleh telinga manusia.
Pembagian frekuensi gelombang suara berdasarkan kemampuan telinga manusia dalam
mendengar gelombang suara/bunyi dibagi menjadi :
1) Subsonik/infrasonik (<20 Hertz)
2) Audiosonik (20-20.000 Hertz)
3) Ultrasonik (>20-20.000 Hertz)
Ultrasound adalah salah satu modalitas fisioterapi yang mneggunakan gelombang suara
dengan getaran mekanis membentuk gelombang longitudinal dan barjalan melalui
medium tertentu dengan frekuensi yang bervariasi.
Manfaat Ultrasound :
1. Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan
Dengan pemberian US menyebabkan terjadinya vasodiatasi pembuluh darah
sehingga meningkatkan pasokan bahan makanan pada jaringan lunak dan juga
terjadi peningkatkan zat atibodi yang memperudah terjadi perbaikan perbaikan
jaringan yang rusak.
2. Mengurangi Nyeri
Pengaruh nyeri terjadi secara tidak langsung yaitu nyeri menurun apabila penerasi
meningkat dengan adanya pengaruh gosokan membantu “ venous dan lymphatic”,
peningkatan kelenturan jaringan lemak sehingga menurunnya nyeri regang dan
proses percepatan regenerasi jaringan.
3. Meningkatkan sirkulasi darah
Penyerapan dari energi US antara lain menghasilkan efek panas. Tubuh akan
memberikan reaksi terhadap efek panas ini yaitu vasodilatasi.
4. Relaksasi otot
Perbaikan sirkulasi darah akan menyebabkan terjdainya releksasi otototot karena
zat-zat pengiritasi jaringan diangkut. Vibrasi US dapat mempengaruhi serabut
saraf afferent secara langsung dan akibatnya adalah relaksasi otot.
Persiapan alat
- Siapkan alat US dan gel sebagai media penghantar, pastikan tidak ada kerusakan
pada kabel-kabel yang terpasang.
- Atur jarak alat dengan tempat terapi pasien, usahakan agar alat tidak terjangkau oleh
pasien.
Persiapan pasien
Teknik Aplikasi
- Nyalakan alat,siapkan tranduser ultrasound lalu diberi gel sesuai daerah yang
diterapi.
- Intensitas 1,4-1,7 watt/cm2, selama 4 menit, Type continues, 3x/minggu selama 6
kali terapi
- Gerakan tranduser kearah sirkuler ataupun longitudinal pada area yang terapi,
jangan biarkan tranduser dalam keadaan statis karena dapat menimbulkan luka
bakar.
- Kemudian patella di dorong ke arah lateral atau medial lalu gerakan trnaduser pada
area yang diterapi.
- Bila pada aplikasi terdengar bunyi, berarti tidak ada atau kurangnya medium
penghantar gelombang ultrasound.
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan fisioterapi yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa klien
mengalami chondromalasia patella pada lutut kirinya. Dimana pasien tidak mampu menggerakkan
lututnya full ROM dan terdapat nyeri diam dengan nilai VAS (4/10), nyeri tekan dengan nilai VAS
(7/10), dan nyeri gerak dengan nilai VAS (8/10). Pemeriksaan kekuatan otot juga telah dilakukan
menggunakan MMT (Manual Muscle Testing) didapatkan hasil bahwa dari rentang skor 0-5 pasien
mendapat point yang termasuk kategori good atau kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan
kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan. Klien juga diberikan pemeriksaan penunjang dengan
menggunakan MRI yang didapatkan hasil berupa adanya degenerasi pada tulang rawan/kartilago pada
lutut kiri klien. Adapun penatalaksanaan fisioterapi yang direkomendasikan bagi klien dengan keluhan
chondromalasia patella yaitu dengan modalitas ultrasound (US) dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan regenerasi jaringan, mengurangi nyeri , melancarkan peredaran darah,relaksasi otot, dan
juga meningkatkan permeabilitas membrane pada lutut yang cedera. Klien juga dapat diberikan
beberapa terapi latihan seperti wall squat, straight leg raise, lunge exercise, side lying leg raises dan juga
latihan wobble board. Program latihan tersebut dierikan guna meningkatkan kekuatan , keseimbangan
dan meningkatkan ROM pada lutut yang cedera Namun perlu diperhatikan pada pemberian dosis latihan
sertiap pasien akan berbeda disesuaikan dengan kondisi dan keadaan masing-masing individunya.
Program latihan fisik tersebut harus dilakukan, hingga pasien benar-benar siap untuk kembali
berolahraga dan melakukan aktivitas sehari-harinya. Dengan menjalankan program latihan tersebut
diharapkan klien mendapatkan hasil yang optimal dalam proses penyembuhan dan pencegahan cedera
berulang
Soal :
1. Apa penangan pertama jika chondromalacia patela ini terjadi pada atlet yg sedang berada
dilapangan?
2. Bisa di jelaskan kondisi tubuh apa saja yg dapat meningkatkan risiko terjadinya chodromalacia
patella ?
3. Apa saja edukasi yang dapat kita berikan bagi klien dengan chondromalacia patella ini?
4. Adakah pemeriksaan spesifik yang dapat dilakukan pada pasien dengan chondromalacia patella
ini?
Jawab :
1. Penanganan pertama yang dapat diberikan pada atlet dengan cedera chondromalacia patella di
lapangan adalah kita bisa memberikan metode RICE ( Rest, Ice,Compression,Elevation) guna
meminimalisir nyeri dan bengkak pada lutut atlet.
2. Kondisi tubuh yang dapat meningkatkan resiko terjadinya chondromalacia patella adalah
malalignment patellar yaitu ketidak sejajaran posisi lateral dari patella pada sendi patella-
femoralis sering menjadi penyebab kondromalasia. Sudut Q yang abnormal menyebabkan
retinakulum lateral yang sempit atau plica sinovial lateral hal ini lah yang memungkinkan terlibat
sebagai penyebab penentuan posisi ini, Sudut Q-angle adalah sudut yang dibentuk antara tarikan
otot-otot quadriceps superior dan patella yang inferior, dan itu merupakan resultan yang
memberiakan gaya lateral pada patella.
3. Edukasi yang dapat diberikan bagi klien dengan chondromalacia patella yaitu :
- menggunakan deker atau pelindung lutut saat beraktivitas baik olahraga atau bekerja
- mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut
- mengurangi gerakan yang dapat membebani patella
4. Pemeriksaan spesifik yang dilakukan untuk cedera chondromalacia patella yaitu diantaranya :
Fluctuation test
Fluctuation test adalah suatu bentuk pemeriksaan khusus pada sendi lutut yang bertujuan untuk
mengetahui cairan dalam lutut dengan cara ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan
disebelah kiri dan disebelah kanan patella. Sesekali procesus Suprapetellaris dikosongkan
memakai tangan lain, maka ibu jari dan jari telunjuk seolah-olah terdorong oleh perpindahan
cairan itu. Bila ada cairan dalam lutut yang melebihi normal maka tes tersebut akan positif
Ballotement test
Ballotement test adalah suatu bentuk pemeriksaan khusus pada sendi lutut yang bertujuan untuk
mengetahui cairan pada sendi lutut dengan cara ressesus patellaris dikosongkan dengan menekan
menggunakan satu tangan, sementara jari-jari tangan lainnya menekan patella kebawah. Bila
banyak cairan dalam lutut maka patella akan terangkat dan memungkinkan sedikit ada cairan
Daftar Pustaka
dr. Novita Intan Arovah, M. (2017). Dasar-dasar fisioterapi pada cedera olahraga. Retrieved
februari 3, 2022, from staff.uny.ac.id:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/1.%20Dasar%20%20Dasar%20Fisiote
rapi%20Pada%20Cedera%20Olahraga.pdf
manggala, C. (2014). PROSES FISIOTERAPI. Retrieved februari 2, 2022, from Jurnal Publikasi:
http://eprints.ums.ac.id/35747/11/BAB%20III.pdf
Willy, R. W., Hoglund, L. T., Barton, C. J., Bolgla, L. A., Scalzitti, D. A., Logerstedt, D. S.,
Lynch, A. D., Snyder-Mackler, L., & McDonough, C. M. (2019). Patellofemoral pain
clinical practice guidelines linked to the international classification of functioning,
disability and health from the academy of orthopaedic physical therapy of the American
physical therapy association. Journal of Orthopaedic and Sports Physical Therapy, 49(9),
CPG1–CPG95. https://doi.org/10.2519/jospt.2019.0302
Patel, P., & Mishra, N. (2022). Evidence based physiotherapy management of
Chondromalacia Patella-A review study. 7(1), 90–93.
Kaur, R., Dahuja, A., Kaur, C., Singh, J., Singh, P., & Shyam, R. (2021).
Correlation between Chondromalacia Patella and Patellofemoral Factors
in Middle-Age Population: A Clinical, Functional, and Radiological
Analysis. Indian Journal of Radiology and Imaging, 31(2), 252–258.
https://doi.org/10.1055/s-0041-1734361
Park, J., Kim, J., & Ko, B. (2021). Bilateral patella cartilage debridement and
exercise rehabilitation for chondromalacia and plica syndrome: A case
report. Applied Sciences (Switzerland), 11(9).
https://doi.org/10.3390/app11094078