Stride legth :
Adalah jarak antara dua jejak kaki, pada kaki yang sama. Pada orang
dewasa pria jaraknya antara 140 – 156,5cm.
Stride duration :
Adalah waktu yang dibutuhkan untuk jarak tersebut.
Step length :
Adalah jarak antara dua jejak kaki , baik dari kanan ke kiri atau sebaliknya.
Jarak rata2nya adalah 68 – 78cm.
Step duration :
Adalah waktu yang dibutuhkan dari heel strike kaki yang satu ke heel strike
kaki yang lain.
Cadence :
Adalah jumlah steps permenit, dimana nilai rata2nya adalah 112 – 116
permenit.
Siklus Berjalan (Gait Cycle) merupakan suatu
rangkaian fungsional dengan adanya gerakan
pada satu anggota badan (Extremitas Inferior).
Hal ini berlangsung sejak kaki kanan
menginjak lantai hingga kaki kanan mneginjak
lantai kembali
Swing Phase :
a). Fleksi lutut dengan diawali ekstensi hip
b). Lateral pelvic tilting kearah bawah pada saat toe off
c). Fleksi hip
d). Rotasi pelvic ke depan saat tungkai terayun
e). Ekstensi lutut dan dorsalfleksi ankle dengan cepat
sesaat sebelum heel strike
a. Initial Contact (interval: 0-2%)
Fase ini merupakan moment ketika tumit menyentuh
lantai. Initial contact merupakan awal dari fase stance
dengan posisi heel rocker. Posisi sendi pada waktu
mengakhiri gerakan ini, menentukan pola loading
response.
Fase ini merupakan moment seluruh centre of gravity
berada pada tingkat terendah dan seseorang berada
pada tingkat yang paling stabil. Pada periode ini
anggota bawah yang lain juga menyentuh lantai
sehingga terjadi posisi double stance.
Menyentuhnya tumit dengan lantai, memberikan
bayangan yang mengindikasikan bahwa tungkai akan
bergerak, sedang tungkai yang lain berada pada akhir
terminal stance.
Fase ini merupakan periode initial double
stance. Awal fase dilakukan dengan
menyentuh lantai dan dilanjutkan sampai kaki
yang lain mengangkat untuk mengayun.
Berat tubuh berpindah ke depan pada
tungkai. Dengan tumit seperti rocker, knee
fleksi sebagai shock absorption. Saat heel
rocker, ankle plantar fleksi dengan kaki
depan menyentuh lantai sedangkan tungkai
yang berlawanan pada posisi fase preswing
Sendi Otot yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan
Muskuler penyebab lain
Hip GLUTEUS MAXIMUS /
HAMSTRING / ADDUCOR
ANTERIOR PELVIC TILT KELEMAHAN HIP
EXTENSOR
HIP FLEXION
CONTRACTURE / HIP
MAGNUS. FLEXOR SPASTIC
MENGONTROL GAYA HIP FLEKSI
Excessive hip flexion Umum, bukan karena Hip flexion atau iliotibial
kelemahan otot band contracture
Kelemahan hip extensor
Badan condong ke Hip flexion contracture
belakang
Knee Popliteus, cegah knee hyperextension knee hyperextension Kelemahan knee Excessive ankle plantar
Insufficiency knee extensor flexion (karena
extension Kelemahan soleus spastisitas /
contracture)
Knee flexion
contracture, hamstring
spasticity
Ankle Soleus / gastrocnemius Excessive ankle Bukan kelemahan otot Ankle plantarflexion
Mengotrol gaya ankle dorsiflexion plantarflexion Excessive Kelemahan soleus contracture / spasticity
ankle dorsiflexion Flexed knee gait (karena
knee flexion
contracture, hamstring
spasticity
Pada akhir fase stance adalah interval gerakan
kedua double stance pada siklus berjalan.
Dimulai dari initial contact pada anggota gerak
bawah kontralateral dan diakhiri toe-off pada
anggota gerak ipsilateral, dengan meningkatnya
ankle ke posisi plantar fleksi diikuti fleksi knee
maka hip tidak lagi pada posisi ekstensi. Disaat
yang sama anggota gerak bawah yang lain pada
fase loading response. Menyentuhnya anggota
gerak atau tungkai kontralateral merupakan awal
dari terminal double support.
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan
Muskular Penyebab Lain
Hip Adductor longus, gerak flection dan Excessive hip flexion Umumnya bukan karena Hip flexion / iliotibial
mengontrol hip abduction kelemahan otot band contracture
menghasilkan pamindahan berat Spasticity hip flexor, hip
badan ke ekstremitas contra lateral pain
Rectus femoris, gerak hip flexion dan
mengontrol derajat knee flexion
Knee Popliteus / gastrocnemius, gerak knee Insufficiency knee Kelemahan knee Knee pain, knee
flexion flexion extensor extension contracture,
Rectus femoris, mengontrol derajat quadriceps spasticity
knee flexion
Ankle Soleus, gastrocnemius: pada awal pre Excessive ankle Kelemahan soleus AFO dengan rigit ankle,
swing untuk anterior acceleration dorsiflexion flexed knee gait (karena
tibia. knee flexion
Tibialis anterior, ekstensor digitorum contracture, hamstring
longus, akhir pre swing mencegah spasticity
plantar fleksi berlebih.
a. Initial swing (interval: 60-73%)
Pada fase pertama adalah perkiraan satu dari
tiga fase mengayun. Diawali dengan
mengangkat kaki dari lantai dan diakhiri
ketika mengayun kaki sisi kontralateral dari
kaki yang menumpu. Pada saat posisi initial
swing hip bergerak fleksi dan knee naik
menjadi fleksi dan ankle pada setengah
dorsalfleksi. Pada saat yang sama, sisi
kontralateral bersiap pada mid stance.
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Muskular Kemungkinan Penyebab
Lain
Hip Iliacus / adductor longus: hip flexion Insufficiency hip flexion Kelemahan hip flexor Lemahnya kontrol hip
flexor akibat CNS Lesion
Knee Biceps femoris (caput brevis) : knee Insufficient hip flexion Kelemahan hip flexor Quadriceps spasticity:
flexion knee pain: knee
extension contracture.
Pada fase kedua dari periode swing dimulai, saat
mengayun anggota gerak bawah yang
berlawanan dari tungkai yang 14
Hip Biceps femoris (caput brevis), Excessive hip flexion Kelemahan ankle Hip flexion contracture:
semimembranosus: pada mendekati dorsiflexor Excessive ankle
tahap akhir mid swing untuk decelerate dikompensasi hip plantarflexion
femur. flexion.
Kelemahan hip flexor
. Kurangnya kontrol hip
flexor akibat CNS lesion
Insufficient hip flexion Hip pain (antalgic gait):
Kelemahan hip abductor contra lateral hip
tungkai berdiri. abduction contracture
(trendelen gait)
Hip adductor spasticuty.
Ipsilateral pelvic drop /
tubuh condong ke
contralateral. Knee extension
Kelemahan hip flexor contracture: kelemahan
Excessive hip abduction. (diganti adductor). ankle dorsifleksi:
Kelemahan hip flexor Excessive ankle
plantarfleksi.
Circumduction of hip
Knee Biceps femoris (caput brevis) Insufficient knee flexion Kelemahan hip flexor Knee extension
contracture.
Ankle Tibialis anterior, extensor digit. Longus, Excessive ankle Kelemahan ankle Ankle plantarfleksors
ankle dorsi flexion plantarfleksi dorsifleksi spasticity / contracture
Akhir dari fase swing dimulai dari tibia
vertikal dan diakhiri saat kaki memijakkan
lantai. Kedudukan tungkai yang baik adalah
dengan posisi ekstensi knee dan hip
mempertahankan fleksi sedangkan ankle
bergerak dari dorsifleksi ke netral. Anggota
gerak bawah yang lain berada pasa fase
terminal stance
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Muskular Kemungkinan Penyebab
Lain
Hip Biceps femoris (caput longus), Insufficient hip flexion Kelemahan hip flexor Kurangnya kontrol hip
semimembranosus, Semitendinosus: flexor akibat CNS lesion
decelerasi femur
Gluteus maximus: decelerasi femur Circumduction of hip Kelemahan hip flexor
Excessive hip adduction Kelemahan ankle Knee extension
dorsifleksi contracture; Knee
Kelemahan hip flexor extension contracture
(dan adductor
pengganti)
Tabetic gait:
gaya jalan pada pasien tabes dorsalis.Steppage gait: gaya jalan seperti
ayam jago, pada paraparese flaccid atau paralisis n. Peroneus.
Waddling gait:
gaya berjalan dengan pantat dan pinggang bergoyang berlebihan, khas
untuk kelemahan otot tungkai proksimal, misalnya otot gluteus.
Parkinsonian gait:
gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk, kedua tungkai
berfleksi sedikit pada sendi lutut dan panggul. Langkah dilakukan
setengah diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek.
Mengukur kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin
menyebabkan gangguan keseimbangan
Waktu tes:
10 detik – 3 menit
Prosedur tes
Posisi awal pasien duduk bersandar pada kursi dengan lengan
berada pada penyangga lengan kursi. Pasien mengenakan alas kaki
yang biasa dipakai. Pada saat fisioterapis memberi aba-aba “mulai”
pasien berdiri dari kursi, boleh menggunakan tangan untuk
mendorong berdiri jika pasien menghendaki. Pasien terus berjalan
sesuai dengan kemampuannya menempuh jaak 3 meter menuju ke
dinding, kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan
kembali menuju kursi. Sesampainya di depan kursi pasien berbalik
dan duduk kembali bersandar. Waktu dihitung sejak aba-aba
“mulai” hingga pasien duduk bersandar kembali.
Tidak diperbolehkan mencoba atau berlatih terlebih dahulu.
Skor normal
Umur 75 tahun rata-rata 8,5 detik
Validitas signifikan dan berkorelasi dengan
tes-tes lain (Berg, Barthel) (berg K, 1992)
Keunggulan dan kelemahan:
- Cepat, sederhana dan peralatan minimal
- Tidak sensitif terhadap gangguan
keseimbangan ringan-sedang
Pengukuran kecepatan saat bergerak dinamis naik turun satu trap dengan
satu kaki
Prosedur tes :
Pasien berdiri tegak tak tersangga, sepatu dilepas, kedua kaki sejajar
berjarak 5 cm di belakang blok. Fisioterapis berdiri di salah satu sisi pasien
dengan satu kaki diletakkan di atas blok untuk stabilisasi blok. Pasien
dipersilahkan memilih kaki yang mana yang menapak ke atas blok dan kaki
yang menyangga berat badan. Pasien diajarkan bahwa kaki harus menapak
sempurna pada blok dan kembali pada tempat semula juga dengan
sempurna dan ini dilakukan secepat mungkin. Tes dimulai saat pasien
menyatakan siap dengan aba-aba “mulai” dan stopwatch dihidupakan.
Jumlah step dihitung 1 kali jika pasien menapak pada blok dan kembali ke
tempat semula. Tes diakhiri saat stopwatch menunjukkan waktu 15 detik
dengan aba-aba "stop" dan dicatat jumlah step yang dilakukan pasien.
Prosedur yang sama diulangi pada kaki satunya.
Skor normal: Usia 73 tahun rata-rata 17 kali tiap 15 detik.
Validitas mempunyai korelasi yang signifikan
dengan tes meraih (reach test), kecepatan langkah
dan lebar langkah saat jalan dan menunjukkan
perkembangan pasien stroke signifikan (Hill K,
1997).