Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRESENTASI KASUS

STASE KARDIOPULMONAL
(COPD)

Disusun Oleh :

Rizka Wulandari Putri (201910641011040)

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019/2020
STATUS KLINIS

NAMA MAHASISWA : Rizka Wulandari Putri


NIM : 201910640311040
TEMPAT PRAKTIK : RS PARU JEMBER
PEMBIMBING :

Tanggal Pembuatan Laporan:


Kondisi/ Kasus:

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Tn. Y
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Pondok Indah Sengkaling
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
PPOK

B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Medika mentosa: Pasien tidak konsumsi obat apapun.
X-Ray : Hasil x-ray menunjukkan terdapat gambar panjang paru
sepanjang ICS 10 - 11

C. RUJUKAN DARI DOKTER


Dari dokter specialis paru dikatakan bahwa perlu dilakukan terapi oleh fisioterapi.

III. SEGI FISIOTERAPI


A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1.KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak yang tidak nyaman dan
mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

2.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


(Sejarah keluarga dan genetic, kehamilan, kelahiran dan perinatal, tahap perkembangan, gambaran
perkembangan, dll)
Pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk berdahak sejak tiga hari yang
lalu, pasien merupakan perokok aktif sejak 25 tahun yang lalu dengan total
konsumsi rokok sebanyak satu bungkus perharinya atau kurang lebih 16 batang.
Pasien juga selalu mengendarai motor tanpa menggunakan masker menuju
kantornya yg terbilang sangat berpolusi udara. Sesak nafas yg dirasakan pasien
bertambah parah jika digunakan untuk berjalan jauh. Pasien periksa ke dokter
spesialis paru.

3.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Tidak ada

4.RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


Pasien tidak memiliki penyakit penyerta

5.RIWAYAT PENGOBATAN
Tidak ada

6.ANAMNESIS SISTEM
a. Kepala dan Leher
Tidak ada keluhan

b. Kardiovaskular
Tidak ada keluhan

c. Respirasi
Pasien mengeluhkan sesak nafas disertai batuk berdahak

d. Gastrointestinal
Tidak ada keluhan

e. Urogenital
Tidak ada keluhan

f. Musculoskeletal
Spasme otot upper trapezius

g. Nervorum
Tidak ada keluhan
C. PEMERIKSAAN
1.PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Denyut nadi : 87x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Temperatur :37’C
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 80 kg

b) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)


(Posture, Fungsi motorik, tonus, reflek, gait, dll)
Statis : Pasien tampak lemas, pucat dan menggunakan oksigenasi 4 liter/
menit, bentuk tubuh terlihat kifosis , dan dada pasien tampak barrel chest
anterior posterior.
Dinamis :Pola pernapasan tampak abnormal dengan perbandingan nafas
2:1.

c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
spasme pada otot upper trapezius

d) PERKUSI
Tidak dilakukan

e) AUSKULTASI
terdapat suara rhonki dan wheezing pada dextra lower lobe pasien

f) GERAK DASAR
Gerak aktif :Pasien mampu melakukan gerakan aktif respiratif
tapi sedikit terbatas karna sesak.
Gerak pasif : Tidak dilakukan
Gerakan Isometrik : Tidak dilakukan
g) KOGNITIF, INTRA-PERSONAL, INTER-PERSONAL
Kognitif : Pasien mampu menceritakan perjalanan penyakitnya
dengan baik
Intrapersonal : Pasien memiliki motivasi yang tinggi untuk sembuh
Interpersonal : Pasien sangat kooperatif dengan terapis

h) KEMAMPUAN FUNGSIONAL DASAR, AKTIVITAS FUNGSIONAL, &


LINGKUNGAN AKTIVITAS
Kemampuan Fungsional Dasar : Sulit melakukan aktivitas miring ke kiri
dan kanan karena pasien mengalami sesak
nafas.
Aktivitas Fungsional : Aktivitas berdiri dan berjalan jauh agak
terganggu karena terbatasnya pernapasan
Lingkungan aktivitas : Pasien sulit melakukan aktivitasnya
sebagai karyawan dan lingkungan aktivitas
mendukung untuk sembuh.

2.PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)

a. Nyeri (VAS) D/S


- Nyeri diam : 2
- Nyeri tekan : 5
- Nyeri gerak : 7
b. MMT : 5
c. LGS Wrist D/S:
S= 30° - 0° - 40°
T= 20° - 0° - 35°
d. ADL (Indeks DASH) :
20,8
e. Tes spesifik : Prayer Test
(+
a. Indeks Kemandirian Katz (T0)

NO Aktivitas Mandiri (T0) Tergantung (T0)


1 Mandi √
Mandiri : Bantuan hanya pada
satu bagian mandi ( seperti
punggung atau ekstremitas yang
tidak mampu ) atau mandi
sendiri sepenuhnya.
Tergantung : Bantuan mandi
lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari
bak mandi, serta tidak mandi
sendiri.

2 Berpakaian √
Mandiri : Mengambil baju dari
lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung : Tidak dapat
memakai baju sendiri atau
hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri : Masuk dan keluar dari √
kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung: Menerima bantuan
untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispo
4 Berpindah √
Mandiri : Berpindah ke dan dari
tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung : Bantuan dalam
naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5 Kontinen √
Mandiri : BAK dan BAB
seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung : Inkontinensia
parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan
pembalut, pampers
6 Makan √
Mandiri : Mengambil makanan
dari piring dan menyuapinya
sendiri.
Bergantung : Bantuan dalam
hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak
makan sama sekali, dan makan
parenteral ( NGT

Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil,
mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu
fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Hasil pemeriksaan awal: Pasien memiliki nilai E, kemandirian dalam semua hal kecuali
mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

b. Skala Borg

- 0 : tidak ada
- 0,5 : sangat – sangat ringan
- 1 : sangat ringan
- 2 : ringan
- 3 : sedang
- 4 : sedikit berat
- 5 : berat
- 6 : sangat berat
- 7 : sangat – sangat berat
- 8 : maksimal
Hasil : 5 (berat)
c. Pengukuran ekspansi thorax
Inspirasi Ekspirasi selisih
Upper (Axilla) 85,5cm 84cm 1,5cm
Middle (ICS4) 87cm 86cm 1cm
Lower (Xiphoid) 81,5cm 80cm 1,5cm
d. Pengukuran derajat beratnya merokok dengan indeks Brinkman
IB = jumlah rata-rata berapa rokok yg dikonsumsi perhari (batang) x lama
merokok (th)
= 16 batang x 25 tahun
= 400

Indeks
Klasifikasi
Brinkman

0 ‒ 199 Perokok ringan

200 ‒ 599 Perokok sedang

≥ 600 Perokok berat

Analisa hasil:
Pasien termasuk kategori perokok sedang dengan jumlah 400.

D. Underlying Process
PPOK (Penyakit Paru
Obstruktif Kronis)
Merokok / Polusi Udara /
Usia

Perubahan parenkim paru Infeksi Bakteri

Hypertropi membrane Inflamasi


mukosa

Penyempitan saluran nafas Dilatasi bronkus yang


abnormal

Penurunan ekspansi paru Peradangan pada alveolus

Suplai o2 Kompensasi
Hypersekresi mucus
keseluruh tubuh utk
tubuh memenuhi
menurun o2, frekuensi Peningkatan sputum
nafas
meningkat
Batuk berdahak

Kerja otot pernapasan Pembersihan jalan nafas


meningkat

Nebulizer & Chest


Sesak napas Penurunan Spasme Physiotherapy
ekspansi
thorax

Breathing Mobilisasi Stretching


Exercise Thorax
Breathing Exercise Mobilisasi Contrac relax & Nebulizer Chest
Thorax stretching Physiotherapy
(Pulsed Lip Breathing

memperlambat ekspirasi meningkatkan Kontraksi otot Uap akan Mempermudah


sehingga respiratory rate dapat kekuatan daya melawan tahanan dan langsung pengeluaran
berkurang. tahan serta penguluran otot mengenai dahak yang
efisiensi dari sehingga dapat paru terperangkap
otot pernapasan meningkatkan sehingga dan
mengeluarkan CO2 sehingga sehingga paru – fleksibilats dan dapat membebaskan
mengurangi udara yang paru dapat menurunkan spasme mengencer saluran nafas
terperangkap dalam paru dan bekerja secara kan dahak
mencegah terjadinya kolaps. maksimal

Sesak nafas menurun & ekspansi spasme Mengurangi batuk


thorax meningkat menurun berdahak

E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)

Impairment
-Batuk berdahak
-Sesak Nafas
-Spasme otot Uppertrapezius
-Penurunan ekspansi thorax

Functional Limitation
Melakukan aktivitas berat, berdiri lama dan berjalan jauh.

Disability
Terbatas dalam melakukan pekerjaannya sebagai karyawan swasta

F. PROGNOSIS
Qua at Vitam : Bonam
Qua at Sanam : Dubia et malam
Qua at Fungsionam : Dubia et malam
Qua at cosmeticam : Dubia et Bonam
G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
i. Tujuan treatment
1. Jangka Pendek
-Mengurangi batuk berdahak
-Mengurangi sesak nafas pasien
-Menurunkan spasme
-Meningkatkan ekspansi thorax

Jangka Panjang
-Mengembalikan functional limitation pasien agar dapat beraktivitas seperti
semula

ii. Rencana tindakan


1. Breathing Exercise = Bertujuan untuk mengurangi sesak nafas, mengatur pola
nafas, dan relaksasi.
2. Nebulizer = mengencerkan dahak yang sulit dikeluarkan.
3. Mobilisasi Thorax = Bertujuan untuk meningkatkan ekspansi thorax dan
mengurangi sesak nafas
4. Contrac relax dan stretching = Bertujuan untuk mengurangi spasme
5. Chest Physiotherapy = membantu mengeluarkan dahak yg sudah diencerkan
dan mengurangi sesak nafas.

H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
 Breathing Exercise
a. Pulsed Lip Breathing
Latihan ini bertujuan untuk mengurangi sesak nafas, mengatur pola nafas, dan
relaksasi. Penatalaksanaan: Pasien rileks, perintahkan pasien untuk menarik nafas
dari hidung selama 2-3 detik, kemudian mengeluarkannya melalu mulut seperti
meniup lilin selama 4-6 detik. (Dapat dilakukan selama 30 menit, dosis dua kali
sehari) (Abdelhalim, Aboelnaga, & Fathy, 2016; Babu, Centre, Ealias, & Venunathan,
2016).
b. Thoracal Breathing
Latihan ini bertujuan untuk mengembangkan thorak.
Penatalaksanaan: Pasien rileks, perintahkan pasien untuk menarik nafas melalui
hidung dengan mengembangkan dada, kemudian mengelurkan nafas melalui mulut
dengan mengempiskan dada. (Dapat dilakukan 5-15 menit dengan dosis dua kali
sehari) (Lee, Cheon, & Young, 2017).
 Mobilisasi Thorax
Latihan ini bertujuan untuk mengembangkan thorax. Dapat dilakukan 5-15 menit
dengan dosis dua kali sehari. Penatalaksanaan:
A. Pasien pada posisi duduk/berdiri. Diinstruksikan untuk menarik napas dalam lewat
hidung dengan mengangkat tangan keatas dan dada dikembangkan kemudian
hembuskan napas lewat mulut disertai dada dan tangan dikembalikan ke posisi
semula.

B. Pasien pada posisi duduk/berdiri. Diinstruksikan untuk membawa kedua tangannya


kedepan lalu menarik napas dalam lewat hidung disertai dengan membuka kedua
tangan kesamping dan dada dikembangkan, kemudian hembuskan napas melalui
mulut disertai dada dan tangan kembali ke posisi semula.

C. Pasien pada posisi duduk/berdiri dengan kedua tannngan menyanggah kepala bagian
belakang, pasien diinstruksikan untuk menarik napas dalam sambil mengembangkan
dada, kemudian hembuskan napas melalui mulut dengan posisi pundak
membungkuk.

 Contrac Relax dan Stretching


Latihan ini bertujuan unruk mengurangi spasme. Pelaksanaan: Diberikan pada
otot upper trapezius. Dengan cara pasien tidur telentang lalu pasien diinstruksikan
untuk menggerakan kepalanya miring kekanan dan gerakan tersebut ditahan oleh
fisioterapis selama 6 detik, setelah itu rileksasi dengan diikuti ekspirasi dan
srtetching dengan menggerakan kepala pasien ke lateral flexi kiri dan girdle
depresi penuh. Hal tersebut dilakukan oleh fisioterapis dan pasien dalam keadaan
rileks dalam waktu 9 detik. Untuk otot uper trapezius kiri dilakukan sebaliknya.
Dapat dilakukan 10-20 menit sehari dengan dosis dua kali sehari.

 Nebulizer
Memasukkan obat ke dalam tempat obat yang terhubung dengan masker Obat:
Bisolvon (2 ml): untuk mengeluarkan dahak, Berotec (1 ml) : untuk melancarkan
saluran nafas. Menghubungkan selang masker dengan nebulizer. Fisioterapis
memasangkan masker nebulizer kepada pasien. Fisioterapis menginstruksikan
kepada pasien agar menghirup uap menggunakan hidung dan mengeluarkan lewat
mulut. Intervensi dilakukan dalam waktu 10 menit sampai obat yang digunakan
habis. Intensitasnya sesuai dengan kemampuan pasien.
 Chest Physiotherapy
 Clapping
Fisioterapis memposisikan pasien duduk dengan nyaman dan tidak bersandar.
Fisioterapis menepuk dengan telapak tangan yang membentuk seperti cup pada
bagian belakang tubuuh pasien di setiap segmen paru selama 2-3 menit.
 Batuk Efektif
Fisioterapis memposisikan pasien duduk dengan nyaman dan tidak bersandar.
Fisioterapis menginstruksikan pasien untuk menarik nafas dan menghembuskan
selama 3 kali. Pada tarikan ke 4 nafas ditahan selama 2 detik dan dibatukkan 2x
dengan kuat. Batuk efektif dilakukan 3-4 kali pengulangan.

PELAKSANAAN TERAPI SESUAI JADWAL


A. T0-T1 (01 April 2020)
-Breathing Exercise : Pasien rileks, perintahkan pasien untuk menarik nafas dari
hidung selama 2-3 detik, kemudian mengeluarkannya melalu mulut seperti
meniup lilin selama 4-6 detik.

-Mobilisasi thorax: Pasien pada posisi duduk/berdiri. Diinstruksikan untuk


menarik napas dalam lewat hidung dengan mengangkat tangan keatas dan
dada dikembangkan kemudian hembuskan napas lewat mulut disertai dada dan
tangan dikembalikan ke posisi semula.

-Contrac dan stretching : Dengan cara pasien tidur telentang lalu pasien
diinstruksikan untuk menggerakan kepalanya miring kekanan dan gerakan
tersebut ditahan oleh fisioterapis selama 6 detik, setelah itu rileksasi dengan
diikuti ekspirasi dan srtetching dengan menggerakan kepala pasien ke lateral
flexi kiri dan girdle depresi penuh. Hal tersebut dilakukan oleh fisioterapis dan
pasien dalam keadaan rileks dalam waktu 9 detik.

-Nebulizer:

Memasukkan obat ke dalam tempat obat yang terhubung dengan masker Obat:
Bisolvon (2 ml): mengeluarkan dahak Berotec (1 ml) : melancarkan saluran
nafas. Menghubungkan selang masker dengan nebulizer. Fisioterapis
memasangkan masker nebulizer kepada pasien. Fisioterapis menginstruksikan
kepada pasien agar menghirup uap menggunakan hidung dan mengeluarkan
lewat mulut. Intervensi dilakukan dalam waktu 10 menit sampai obat yang
digunakan habis. Intensitasnya sesuai dengan kemampuan pasien.

- Chest Physiotherapy

Intruksikan pasien untuk tarik nafas dan mengehembuskan sebanyak tiga kali.
Kemudian saat menarik nafas yang keempat, intruksikan pasien untuk menahan
selama 2 detik kemudian hembuskan sambil dibatukkan dua kali. Lakukan ini
sebanyak dua kali. Pengulangannya disesuaikan dengan kondisi pasien.

B. T2 (02 April 2020)

-Breathing Exercise : Pasien rileks, perintahkan pasien untuk menarik nafas dari
hidung selama 2-3 detik, kemudian mengeluarkannya melalu mulut seperti
meniup lilin selama 4-6 detik.

-Mobilisasi thorax : Pasien pada posisi duduk/berdiri. Diinstruksikan untuk


menarik napas dalam lewat hidung dengan mengangkat tangan keatas dan
dada dikembangkan kemudian hembuskan napas lewat mulut disertai dada dan
tangan dikembalikan ke posisi semula.

-Contrac dan stretching : Dengan cara pasien tidur telentang lalu pasien
diinstruksikan untuk menggerakan kepalanya miring kekanan dan gerakan
tersebut ditahan oleh fisioterapis selama 6 detik, setelah itu rileksasi dengan
diikuti ekspirasi dan srtetching dengan menggerakan kepala pasien ke lateral
flexi kiri dan girdle depresi penuh. Hal tersebut dilakukan oleh fisioterapis dan
pasien dalam keadaan rileks dalam waktu 9 detik.

- Chest Physiotherapy

Intruksikan pasien untuk tarik nafas dan mengehembuskan sebanyak tiga kali.
Kemudian saat menarik nafas yang keempat, intruksikan pasien untuk menahan
selama 2 detik kemudian hembuskan sambil dibatukkan dua kali. Lakukan ini
sebanyak dua kali. Pengulangannya disesuaikan dengan kondisi pasien.
C. T3 (03 April 2020)

-Breathing Exercise : Pasien rileks, perintahkan pasien untuk menarik nafas dari
hidung selama 2-3 detik, kemudian mengeluarkannya melalu mulut seperti
meniup lilin selama 4-6 detik.

-Mobilisasi thorax: Pasien pada posisi duduk/berdiri. Diinstruksikan untuk


menarik napas dalam lewat hidung dengan mengangkat tangan keatas dan
dada dikembangkan kemudian hembuskan napas lewat mulut disertai dada dan
tangan dikembalikan ke posisi semula.

-Contrac dan stretching : Dengan cara pasien tidur telentang lalu pasien
diinstruksikan untuk menggerakan kepalanya miring kekanan dan gerakan
tersebut ditahan oleh fisioterapis selama 6 detik, setelah itu rileksasi dengan
diikuti ekspirasi dan srtetching dengan menggerakan kepala pasien ke lateral
flexi kiri dan girdle depresi penuh. Hal tersebut dilakukan oleh fisioterapis dan
pasien dalam keadaan rileks dalam waktu 9 detik.

--Nebulizer:

Memasukkan obat ke dalam tempat obat yang terhubung dengan masker Obat:
Bisolvon (2 ml): mengeluarkan dahak Berotec (1 ml) : melancarkan saluran
nafas. Menghubungkan selang masker dengan nebulizer. Fisioterapis
memasangkan masker nebulizer kepada pasien. Fisioterapis menginstruksikan
kepada pasien agar menghirup uap menggunakan hidung dan mengeluarkan
lewat mulut. Intervensi dilakukan dalam waktu 10 menit sampai obat yang
digunakan habis. Intensitasnya sesuai dengan kemampuan pasien.

- Chest Physiotherapy

Intruksikan pasien untuk tarik nafas dan mengehembuskan sebanyak tiga kali.
Kemudian saat menarik nafas yang keempat, intruksikan pasien untuk menahan
selama 2 detik kemudian hembuskan sambil dibatukkan dua kali. Lakukan ini
sebanyak dua kali. Pengulangannya disesuaikan dengan kondisi pasien.
HASIL EVALUASI TERAKHIR

Skala Borg

T0 T1 T2 T3
5 5 4 3

Dari hasil pengukuran skala sesak nafas menggunakan skala borg, didapatkan hasil
T0=5 sesak nafas berat menurun menjadi T3= 3 sesak nafas sedang.

Indeks Kemandirian Katz (T0 –T3)

NO Aktivitas M T M T M T M T
(T0) (T0) (T1) (T1) (T2) (T2) (T (T3)
3

1 Mandi √ √ √ √
Mandiri : Bantuan hanya pada
satu bagian mandi ( seperti
punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu ) atau
mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung : Bantuan mandi
lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar
dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri.

2 Berpakaian √ √ √ √
Mandiri : Mengambil baju dari
lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat
pakaian. Tergantung : Tidak
dapat memakai baju sendiri
atau hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil √ √ √ √
Mandiri : Masuk dan keluar
dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia
sendiri Tergantung:
Menerima bantuan untuk
masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispo

4 Berpindah √ √ √ √
Mandiri : Berpindah ke dan
dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi
sendiri
Bergantung : Bantuan dalam
naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5 Kontinen √ √ √ √
Mandiri : BAK dan BAB
seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung : Inkontinensia
parsial atau total;
penggunaan kateter,pispot,
enema dan pembalut,
pampers
6 Makan √ √ √ √
Mandiri : Mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri.
Bergantung : Bantuan dalam
hal mengambil makanan
dari piring dan
menyuapinya, tidak makan
sama sekali, dan makan
parenteral ( NGT

Analisis Hasil :

Dari pengukuran ADL menggunakan Indeks Katz didapatkan hasil T0 pasien bernilai E yaitu
kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, Berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi
tambahan. Kemudian terjadi peningkatan nilai pada saat T3 yaitu bernilai D kemandirian
dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan.

Ekspansi Thorax

T0 T1 T2 T3
Upper (Axilla) 1,5 2,5 3 4
Middle (ICS4) 1 2 3 4
Lower (Xiphoid) 1,5 2,5 3 4

Analisis Hasil :

Dari pengukuran ekspansi thorax diatas menggunakan midline didapatkan hasil T0 pasien
pada bagian upper selisihnya sebesar 1,5 cm, pada bagian middle sebesar 1 cm, pada
bagian lower sebesar 1,5 cm. Kemudian setelah dilakukan terapi terjadi peningkatan yaitu 4
cm pada bagian upper middle dan lower.

J. EDUKASI DAN KOMUNIKASI

- Perintahkan pasien untuk menghindari aktivitas berlebihan yang akan


memperparah kondisi pernapasannya
- Edukasi pasien untuk melakukan latihan yang sudah terapis ajarkan untuk
dipraktikn dirumah.

K. CATATAN PEMBIMBING PRAKTIK

L. CATATAN TAMBAHAN
..................,............
............
Pembimbing

(_______________
_______)

Anda mungkin juga menyukai