Disusun Oleh :
TAHUN 2016
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
kepada kami berupa kesehatan jasmani dan rohaniyah serta masih memberikan
kita iman dan ihsan. Shalawat dan salam kita panjatkan keharibaan Nabi Besar
Muhammad SAW yang membawa kami semua dari alam kegelapan kepada alam
yang terang benderang, dari zaman jahilliyah ke zaman yang penuh dengan
hikmah.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam terlaksananya makalah bronkiektasis dari hasil diskusi ini
terutama kepada Bapak Eko Ardianto Margiono selaku dosen pengampu mata
kuliah Kardipulmonal yang tiada henti-hentinya memberikan kami motivasi
dalam pembuatan makalah bronkiektasis ini dan kepada teman-teman yang turut
membantu dalam penyelesaian makalah ini baik itu berupa tenaga maupun pikiran
yang menurut kami sangat membantu.
ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 21
3.2 Saran 21
REFERENCE
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
3
Salah satu cabang mengalami dilatasi karena adanya produksi sputum yang
meningkat. Dan paru-paru yang terkena bronkiektasis akan terlihat seperti sarang
tawon.
Pelebaran bronkus lebih lebar dari bentuk silindrik dan bersifat irregular.
Gambaran garis irregular dan distal bronkus yang mengembang adalah gambaran
khas pada bentuk varikosa.
2.2 ETIOLOGI
c. Aspirasi benda asing, muntahan atau material yang berasal dari saluran
nafas bagian atas.
d. Tekanan dari tumor bisa terjadi karena adanya dilatasi pembuluh darah
dan pembesaran kelenjar limfe.
2.3 PREVALENSI
Sebanyak 42% kasus disebabkan oleh post infeksi, namun sekitar 50% lainnya
tidak diketahui penyebab pastinya. Di Indonesia sendiri belum ada laporan tentang
angka-angka yang pasti mengenai penyakit bronkiektasis ini. Kenyataannya
penyakit ini cukup sering ditemukan di rumah sakit dan di klinik-klinik dan
diderita oleh laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak
anak-anak, bahkan dapat merupakan kelainan konginetal.
5
2.4 FAKTOR RESIKO
2. Bisa factor penunjang seperti merokok karena di dalam rokok terdapat zat
nikotin yang menyebabkan adanya plak sehingga meningkatnya produksi
mucus dan mengangkutan oksigen oleh sel darah merah dari paru-paru ke
organ lain tersumbat.
6
alveoli distal. Jaringan parut (fibrosis) terbentuk sebagai reaksi peradangan akan
menggantikan fungsi dari jaringan paru. Pada saat ini kondisi klien berkembag ke
arah insufisiensi pernafasan yang ditandai dengan menurunnya kapasitas vital
(vital capacity), penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio residual volume
terhadap kapasitas total paru. Terjadi kerusakan pertukaran gas dimana gas
inspirasi saling bercampur (ventilasi-perfusi imbalance) dan juga terjadi
hipoksemia.
BRONKIEKTASIS
Bronkus mengalami
Kerusan bronkus perenggangan
Kemampuan kontraksi
yang menetap
bronkus berkurang
Infeksi jalan nafas
sekunder dan terjadi
sirkulus
Bronkiektasi yang
menetap
2.6 PATOFISIOLOGI KLINIS & GEJALA
8
1. Dua tanda utama yang terdapat pada bronkiektasis yaitu batuk
berdahak yang terjadi pada pagi hari karena adanya penimbunan
selama kita tertidr dan posisi tubuh miring ketika tidur akan membantu
dalam mengeluarkan dahak di pagi hari. Sputum mukoid
(dahak/lendir) yang purulen merupakan tanda yang karakteristik
berwarna hijau dan berbau busuk dan selain itu dapat pula terjadi
hemoptisis, pneumonia yang berulang, sinusitis dan akan mengalami
batuk darah.
5. Nyeri dada pleuritik dan demam biasanya terjadi akibat infeksi yang
berulang pada bronkiolus atau paru (Emmons, 2007
6. Hemoptisis
9
dan mucus meningkat sehingga merangsang reflex batuk dan batuk
tersebut terus meningkat sehingga pembuluh darah pecah di trakea,
warna yg dihasilkan berwarna merah karena dahak yang keluar sedikit
(berwarna putih).
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi dalam era antibiotika yang paling ditakuti adalah hemoptoe profus
yang dapat sekali timbul atau berulang. Komplikasi lain yaitu akibat proses
radang menahun yang menyertai penyakit ini, kemungkinan timbulnya radang
akut berupa Infeksi saluran pernafasan bawah (ISPB), abses paru atau empiema
serta bahaya sekunder berupa emboli pus yang akan dapat mencapai otak dan
menimbulkan abses di otak. Resiko bronkiektasis sebagai sumber infeksi fokal
juga selalu perlu diperhitungkan dan timbulnya cor pulmonale.
2.7.1.1 Pneumoni
2.7.1.2 Pleuritis
Akibat dari infeksi yang menyebabkan iritasi pada pleura (pembungkus paru-
paru) sehingga terjadinya radang.
2.7.1.3 Hemoptisis
10
Tidakmampunya tubuh dalam mempertahankan tekanan oksigen dan
karbondioksida. Infeksi saluran napas dan berkembang biak di bronkiolus
sehingga menyebabkan inflamasi dan terdapat mucus sehingga udara sulit
untuk keluar atau pun masuk menyebabkan sesak nafas karena adanya
produksi mucus yang meningkat dan terjadi gagal nafas.
1. Penatalaksanaan Medis
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
11
Pemeriksaan darah rutin hanya dapat memperkuat dugaan saja yaitu
lekositosis ringan (tidak selalu) dengan pergeseran ke kanan yang sebenarnya tak
berbeda dengan keadaan dengan infeksi kronis lain. Analisis gas darah hanya akan
menunjukkan hipoksemia ringan karena adanya pengurangan jaringan paru sehat
yaitu keadaan setengah parah. Semakin parah keadaan semakin besar
kemungkinan jaringan yang masih sehat dan tentunya hipoksemia akan semakin
nyata. Pemeriksaan darah tepi menunjukkan hasil dalam batas normal, demikian
pula dengan pemeriksaan urin dan EKG, kecuali pada kasus lanjut.
b. Sputum
3. Terapi aerosol
12
5. Operasi
2. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Latihan relaksasi
2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut
untuk drainage lobus atas kanan segmen anterior, dan beberapa bantal
13
tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen
anterior.
4. Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage lobus
tengah kanan dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih
bawah dari bagian tubuh lainnya.
3. Latihan batuk
Kualitas batuk ditentukan oleh 2 hal yaitu volume udara dapat dikerluarkan
dari paru dan tingginya tekanan udara yang dapat diekspresikan dari intratoraksis.
Beberapa cara agar menghasilkan batuk dengan inspirasi melalui hidung, kaki dan
tangan dideplesikan, kontraksikan otot diafragma untuk menghasilkan batuk,
mengatur diafragma untuk inspirasi dan kemudian tahan pernapasan untuk
beberapa detik
4. Terapi oksigen
Terapi yang bersifat suportif pada berbagai penyakit pada paru yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya hipoksia.
Penggunaan laser ini dipakai karena frekuensi yang pendek, sementara itu
dalam ilmu paru juga telah berkembang bronkoskop, baik yang rigid maupun
yang fiberoptik sehingga sifat sinar ini terhadap jaringan mempunyai peranan
dalam ilmu paru. Sinar laser CO2 digunakan untuk kulit, laring, serviks dan luka
operasi terbuka sedangkan sinar laser Nd-YAG/sinar laser argon digunakan
14
sebagai pengobatan paliatif untuk kanker paru yang tidak dapat lagi dioperasi
dengan pengobatan paliatif konvesional.
Untuk merelaksasikan otot diafragma dan untuk meningkatkan faal baru dan
menambah compliance paru. Secara teoritis latihan ini untuk menambah jumlah
udara yang dapat dipompakan oleh paru dengan posisi berbaring, berdiri dan
duduk. Dan latihan ini untuk merelaksasikan jaringan di sekitar paru-paru.
15
PERTANYAAN
Jawab : dengan cara meminum air hangat agar sputum dapat keluar karena
efek dari hangatnya air yang dapat merelaksasikan otot diafragma.
Jawab: Fungsi dari SWD dan MWD itu merupakan terapi panas. Panasnya
bisa menembus pada tulang karena frekuensi yang tinggi. Sedangkan untuk
pemakaian dalam pengeluarkan sputum menurut kami tidak bisa karena
kontraindikasi dari SWD dan MWD itu pada jantung. Karena nanti akan
menyebabkan vasodilatasi.
16
Efek fisiologinya yaitu meningkatkan temperatur jaringan, meningkatkan
aliran darah dan lymfatic, vasodilatasi vasculer, meningkatkan
metabolisme, relaksasi otot, mengurangi nyeri.
Indikasinya yaitu pain, muscle spasm, joint stiffness, post operative, nerve
regeneration, arthritis, bronchitis.
Frequency Wavelength
2450 12.2
915 32.8
434 69.1
17
tulang. Kulit adalah jaringan yang paling mudah meningkat suhunya,
meskipun 50% gelombang dipantulkan oleh udara di permukaan kulit.
Dosis tidak bisa diukur secara pasti karena tergantung besarnya resisten dari
jaringan. Heating = Current2 x Resistance. Rata” aplikasi 10 – 20 menit
dengan jarak 2 -10 cm. Intensitas hingga pasien merasa hangat. Dapat
dilakukan 2x sehari.
Kekurangan : Tidak bisa untuk struktur yang dalam, Hanya dapat melakukan
pemanasan satu sendi saja. Lebih cepat mengakibatkan skin burn dibanding
SWD.
Apakah jaringan epitel bisa menjadi jaringan fibrosis kistik atau tidak?
Jawab : bisa, karena adanya kelainan bawaan seperti fibrosis kistik yang
terjadi di pankreas, yang bukan konginetal tidak bisa terjadi karena penyakit
bronkiektasis tidak bisa kemana-mana.
18
4. Much Masrinda (082)
Jawab : dengan cara bila sakit langsung berobat agar tidak terjadi
bronkiektasis dan bisa mencegah dengan antibiotik bila sudah terlanjur
terdapat gejalanya.
19
PERBEDAAN DARI BEBERAPA PENYAKIT
BRONKITIS
NO PERBEDAAN BRONKIEKTASIS TBC
KRONIK
2 Demam
Ketika Fokus
gon pecah
3 Sesak ++ + +
4 Batuk +++ + ++
6 Kerusakan +++ + ++
Jaringan
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Tabrani Rab, Dr.H. 1982. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates, EGC
Sp.P,FCCP, Dr. Halim Danusantoso. 1999. Buku saku Ilmu Penyakit Paru. Edisi
2. Jakarta : EGC
22